pelarut. Dalam larutan, kita juga mengenal konsentrasi larutan yang ditentukan dari jumlah zat
terlarut di dalamnya. Lalu, dalam stoikiometri larutan, konsentrasi zat terlarut itu dapat
dinyatakan dalam empat besaran, yaitu:
1. Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap 1 liter larutan. Satuan dari molaritas
dinyatakan dalam mol dm3 atau mol L-1, dengan lambang M. Rumus untuk molaritas ini dapat
kita formulasikan sebagai berikut:
Keterangan:
M = molaritas (mol/L)
n = mol zat terlarut
V = volume larutan dalam L
2. Molalitas (m)
Molalitas adalah konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg
atau 1000 gram pelarut dengan lambang m. Rumus untuk molalitas ini dapat kita formulasikan
sebagai berikut:
Keterangan:
m = molalitas (mol/kg)
g = massa zat terlarut dalam gram
Mm = massa molar zat
P = massa zat pelarut
Fraksi mol adalah ukuran konsentrasi larutan yang menyatakan perbandingan jumlah mol
sebagian zat terhadap jumlah mol total komponen larutan dengan lambang X. Fraksi mol terbagi
atas dua bagian dengan rumus yang berbeda, yakni:
keterangan:
Xt = fraksi mol zat terlarut
Xp = fraksi mol zat pelarut
nt = jumlah mol zat terlarut
np = jumlah mol zat pelarut
4. Normalitas (N)
Normalitas adalah besaran yang menyatakan jumlah mol ekuivalen dari zat yang terlarut
dalam tiap satuan volume larutan dengan lambang N. Rumus untuk normalitas ini dapat kita
formulasikan sebagai berikut:
keterangan:
N = normalitas
ek = mol ekuivalen
V = volume larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat
terlarut di dalam larutan dan tidak dipengaruhi oleh sifat dari zat terlarut. Sifat koligatif larutan
ini meliputi:
Penguapan adalah perubahan wujud suatu zat, dari cair menjadi gas dengan kecepatan
penguapan yang berbeda-beda—tergantung dari jenis cairan. Banyak atau tidaknya uap pada
permukaan cairan diukur dari tekanan uapnya.
Jika kondisi uap cairan sudah mencapai kondisi jenuh, akan terjadi pengembunan dan
tekanan uapnya disebut tekanan uap jenuh. Apabila suatu zat terlarut nonvolatil dimasukkan ke
dalam air murni, proses penguapan dapat terganggu sehingga air akan lebih sulit menguap.
Karena itu, jumlah uap air pada permukaan juga berkurang dan tekanan uapnya turun.
Francois Marie Raoult mempelajari hubungan antara penurunan tekanan uap larutan dengan
konsentrasi zat terlarut dan mendapat kesimpulan: “Besarnya tekanan uap larutan sebanding
dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya.” Kesimpulan tersebut
disebut Hukum Roult dan memiliki rumus sebagai berikut:
keterangan:
Penurunan tekanan uap larutan adalah selisih antara tekanan uap pelarut murni dengan
tekanan uap larutan, sehingga demikianlah rumusnya:
Titik didih sebuah cairan dipengaruhi oleh besarnya tekanan lingkungan sekitar. Ketika
sebuah zat pelarut seperti air dicampur dengan zat terlarut seperti gula atau garam, maka titik
didih larutan tersebut akan berbeda dengan titik didih ketika hanya terdapat zat pelarut saja.
Selisihnya disebut dengan kenaikan titik didih. Rumusnya adalah sebagai berikut:
keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal perlarut
m = molal larutan
Saat sebuah zat pelarut dicampur dengan zat terlarut yang kemudian menjadi sebuah larutan,
titik beku zat pelarut akan mengalami penurunan karena titik beku sebuah larutan lebih rendah
daripada titik beku zat pelarut murni. Maka, berlaku rumus:
keterangan:
ΔTb = penurunan titik beku
Tf (pelarut) = titik beku pelarut
Tf (larutan) = titik beku larutan
π = tekanan osmotik
V = volume
n = jumlah mol zat terlarut
R = tetapan gas ideal
T = suhu