Sinta 2 B
Sinta 2 B
ABSTRAK
Beberapa tahun setelah kejadian gempa bumi Aceh 2004, telah terjadi peningkatan aktivitas kegempaan
khususnya di daerah Sumatra. Peningkatan aktivitas ini menimbulkan keingintahuan yang lebih dalam
mengenai tektonik daerah ini. Peningkatan jumlah kejadian kegempaan memungkinkan kita untuk mem-
peroleh informasi lebih lanjut sebagai bahan untuk mempelajari tektonik aktif di Sumatra. Penelitian ini
meliputi analisis data gempa bumi besar (M>5) di daerah Sumatra bagian utara dengan membanding-
kan kejadian sebelum dan setelah gempa bumi Aceh. Data gempa bumi menunjukkan adanya pembagian
empat daerah kegempaan yang dapat dikaitkan dengan aktivitas pada Cekungan Busur Muka Aceh dan
Sesar Simeulue-Nias. Profil sebaran episenter juga menunjukkan kemungkinan kedalaman lajur aktif pada
kedua fitur tersebut hingga 40-60 km. Pengelompokan daerah kegempaan dan evaluasi tektoniknya me
nunjukkan adanya segmentasi tektonik aktif pada Lempeng Mikro Sumatra Bagian Utara.
Kata kunci: gempa bumi, seismik, Sumatra Utara, Cekungan Aceh, Busur Muka
ABSTRACT
A few years after the 2004 Aceh earthquake, there has been an increase in seismic activity especially in
the Sumatra region. This increase in activity raises a deeper curiosity about the tectonics of this area. The
increase in number of seismic events allow us to obtain better data for further study of the active tectonics
of Sumatra. This study includes data analysis of major earthquakes (M>5) in the northern Sumatra region
by comparing the events prior and post major earthquake of Aceh in December 2004. Earthquake data
indicate the existence of division of four regions that can be attributed to the seismic activity of the Aceh
fore arc basin and Simeulue-Nias Fault. Epicenters distribution profile also suggests that the depth of the
active zone on both features ranges on 40-60 km. Regional grouping of seismicity and evaluation of its
tectonics indicate the existence of active tectonic plate segmentation on Micro Plate Tectonics of Northern
Sumatra.
Keywords: earthquake, seismic, North Sumatra, Aceh Basin, Fore-arc
ke bawah Lempeng Eurasia. Lempeng Indo- yang cukup banyak itu sangat berharga dalam
-Australia bergerak ke arah utara dengan membantu memahami gerakan tektonik dae-
kecepatan relatif terhadap lempeng Eurasia rah tersebut.
sebesar 7 cm/tahun (Wilson et al., 1998). Per-
gerakan lempeng menunjam ini sangat mem-
pengaruhi aktivitas tektonik di Pulau Sumatra METODOLOGI
dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Perge-
Data catatan perekaman kejadian gempa bumi
sekan pada lajur Benioff pada lempeng yang
sangat berguna karena dapat memberikan in-
menunjam menyebabkan aktivitas magmatik
formasi struktur geologi bawah permukaan
sepanjang Pulau Sumatra yang muncul seba-
sekaligus tingkat aktivitas tektoniknya. De
gai deretan gunung api. Arah subduksi yang
ngan adanya satu (atau lebih) gempa bumi
relatif miring terhadap daratan Sumatra me-
besar yang disertai oleh banyak sekali gempa
nimbulkan adanya Lajur Sesar Sumatra dan
bumi susulan, kita mengharapkan informasi
Lajur Sesar Mentawai (Diament et al., 1992;
baru yang lebih baik lagi. Oleh sebab itu,
Malod et al., 1995) yang memanjang dari
kami mengumpulkan rekaman data dari kata-
utara hingga selatan Pulau Sumatra dengan
log USGS/NEIC (1973 - Oktober 2009) agar
besar pergerakan yang makin kecil di ujung
dapat menampilkan keadaan aktivitas tekto
selatan pulau (McCaffrey, 1991; Pramumi-
nik secara regional. Kejadian-kejadian gem-
joyo dan Sebrier, 1991; Sieh dan Natawidjaja,
pa yang dipilih adalah gempa bumi dengan
2000). Segmentasi lempeng mikro Sumatra
Mw>5. Editing lebih lanjut diperlukan sebe-
telah banyak diulas pada penelitian-peneli-
lum menggunakan data dari katalog tersebut
tian sebelumnya (Diament et al., 1992; Suk-
di atas. Data dengan keterangan kedalaman
mono drr., 1997; Triyoso, 2005;Handayani
dan magnituda kosong dibuang. Begitu pula
dan Harjono, 2006; Chlieh et al., 2008) yaitu
dengan kejadian gempa yang tercatat memi-
data-data terbaru menunjukkan kemungkinan
liki kedalaman 33 km disingkirkan karena
pembagian segmen yang makin detail. Pem-
angka tersebut biasa digunakan jika kedalam
bagian segmen juga sangat berkaitan dengan
an gempa kurang dapat terdefinisikan dengan
pembagian daerah seismik aktif dan kemung-
baik. Keseluruhan data yang terpilih adalah
kinan terjadinya pengumpulan energi yang
sebanyak 528 kejadian.
memungkinkan kejadian gempa bumi dalam
waktu yang akan datang (Natawidjaja dan Titik-titik episenter gempa bumi tersebut di
Sieh, 2009). tuangkan dalam Gambar 1 dengan data untuk
peta topografi yang diperoleh dari Becker et
Gempa bumi besar di lepas pantai Aceh pada
al. (2009). Pada gambar tersebut tampak se-
26 Desember 2004 menjadi suatu momen be-
baran episenter yang dibedakan antara titik-
sar yang menandai tingginya aktivitas tektonik
titik episenter untuk kejadian sebelum gempa
Segmentasi tektonik aktif pada Lempeng Mikro Sumatra Bagian Utara 73
(Aceh) ditinjau dari sebaran episenter gempa bumi- Lina Handayani drr.
Gambar 1. Seismisitas Sumatra bagian Utara 1973 – 2009 (titik biru = sebelum,
titik merah = setelah gempa bumi Aceh 2004). Lingkaran putih-jingga menunjukkan
mekanisme fokus beberapa gempa dengan sumber data dari Global Centroid
Moment Tensor NEIC-USGS. Sumber peta topografi dari Becker et al., 2009.
dengan magnituda lebih dari 5. Perbedaan dekat permukaan (kurang dari 40 km, lihat
karakteristik kedua tampak dari sebaran profil pada Gambar 2) terutama disebabkan
episenter kejadian gempa bumi (Gambar 1). oleh dorongan gaya subduksi (tension). Gaya
Sebaran episenter gempa bumi sebelum tahun strike-slip (sesar geser) terlihat di kluster
2004 tampak tersebar sporadis namun dapat IV yang menunjukkan kegempaan yang di
menggambarkan zona Benioff atau lempeng sebabkan oleh aktivitas Sesar Geser Sumatra.
Indo-Australia yang tertunjam dengan cukup
jelas (titik-titik biru pada peta dan profil). Kelompok kejadian gempa bumi yang me
Sementara episenter kejadian gempa bumi ngelompok di cekungan Aceh (kluster II)
setelah 2004 (titik-titik merah) membentuk menunjukkan sangat tingginya aktivitas di
setidaknya empat pola kluster yang tidak ter- daerah ini yang biasanya menunjukkan da
lalu jelas pengelompokannya pada periode erah pecahan sesar (fault rupture). Meka
sebelumnya. Kluster pertama (I) meliputi ti- nisme fokus (Gambar 1) menunjukkan thrust
tik-titik episenter di sepanjang garis palung. dengan kemiringan ke arah timur laut. Dari
Daerah cekung an Aceh merupakan kluster kedalamannya (Gambar 2: kluster II), tampak
kedua (II) yang boleh jadi merupakan daerah bahwa episenter terkluster pada kedalaman
rupture dari gempa bumi Aceh pada tahun sekitar 10-60 km. Namun posisinya yang jus-
2004 yang bermagnituda 9,2. Sedang kan tru tidak berada di dekat titik episenter gem-
kluster ketiga (III) membentuk deretan pan- pa bumi Aceh tidak mudah untuk dijelaskan.
jang episenter dari sisi utara Pulau Simeulue Mungkin gempa bumi Aceh memicu ketidak-
hingga ke sisi utara Pulau Nias, lalu berbelok setimbangan pada seluruh sesar yang berada
ke arah selatan sampai sejajar dengan ujung di dekatnya. Jika kita lihat peta tektonik yang
selatan Pulau Nias dan berlanjut hingga ber- disusun oleh Meltzner et al. (2006) sebagai-
potongan dengan palung. Kluster III ini me- mana terlihat pada Gambar 3, cekungan Aceh
rupakan daerah rupture dari gempa bumi Nias terletak diantara dua sesar geser menganan.
tahun 2005 dengan magnituda 8,6.Terakhir, Jika kedua sesar tersebut bergerak, maka keti-
kluster keempat (IV) merupakan sebaran epi- daksetimbangan akan muncul di daerah yang
senter di dataran Pulau Sumatra, yang seba- terletak di antara keduanya, terutama jika da-
gian besar adalah gempa bumi akibat aktivitas erah tersebut labil.
jalur Sesar Sumatra. Kelompok ketiga (III) yang berada di sekitar
Simeulue-Nias juga memiliki karakteristik
DISKUSI serupa dilihat dari kedalaman hiposenter yang
berkisar antara 20 dan 40 km. Mekanisme
Kelompok (kluster) titik-titik episenter me- fokus juga menunjukkan thrust dengan arah
nunjukkan adanya perbedaan aktivitas tekto- kemiringan ke timur laut. Aktivitas gempa
nik pada masing-masing kelompok tersebut. bumi di sini bisa jadi terkait dengan sesar
Mekanisme fokus pada kluster I menunjukkan di utara Pulau Simuelue, yang berlanjut de
gaya thrust (sesar naik) yang menyiratkan ngan sesar geser menganan di sisi timur Pulau
bahwa aktivitas tektonik di sekitar palung dan Simuelue. Lalu kelurusan ini berlanjut ke arah
Segmentasi tektonik aktif pada Lempeng Mikro Sumatra Bagian Utara 75
(Aceh) ditinjau dari sebaran episenter gempa bumi- Lina Handayani drr.
tenggara hingga menyentuh ujung barat laut sumber gempa tersebut menunjukkan zona
Pulau Nias dan berbelok ke selatan hingga aktif gempa bumi yang tidak sama, yaitu ke-
memotong garis palung. Kelurusan ini sesuai dalaman hingga 80-100 km di segmen barat
dengan model perubahan tegangan Coulomb dan kedalaman 60-80 km di segmen timur.
dari kajian gempa bumi Nias 2005 (Hsu et al.,
2006), dimana sisi kiri dari kelurusan Simue-
Ucapan Terima kasih
lue-Nias ini mengalami tegangan positif dan
di sisi kanannya mengalami tegangan negatif. Terima kasih disampaikan kepada Kepala Pusat
Kelurusan ini juga sesuai dengan garis putar Penelitian Geoteknologi LIPI yang telah memung-
kinkan pembiayaan penelitian ini melalui Program
(pivot line) yang membatasi daerah yang men-
Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI - DIKTI ta-
galami kenaikan (uplift) dan penurunan (sub-
hun anggaran 2009.
sidence) (Meltzner et al., 2006). Kesesuaian-
kesesuaian tersebut menunjukkan bahwa ke-
lurusan ini membatasi dua segmen lempeng ACUAN
yang berbeda yang masing-masing segmen Becker, J.J., Sandwell, D.T., Smith, W.H.F., Braud,
memiliki pola tegangan/regangan yang ber- J., Binder,B., Depner, J., Fabre, D., Factor, J., In-
beda. Dari profil L2 bisa diperkirakan bahwa galls, S., Kim, S-H., Ladner, R., Marks, K., Nel-
aktivitas kegempaan mencapai kedalaman 40 son, S., Pharaoh, A., Trimmer, R., Von Rosenberg,
km. Namun perlu diteliti lebih lanjut apakah J., Wallace, G., and Weatherall, P., 2009, Global
itu berarti bahwa kelurusan ini menerus ke Bathymetry and Elevation Data at 30 Arc Seconds
Resolution: SRTM30_PLUS, Marine Geodesy, 32
bawah permukaan dengan kedalaman serupa.
(4), 355-371.
Perbedaan antara kedua segmen tersebut juga Chlieh, M., Avouac, J. P., Sieh, K.,Natawidjaja,,
tampak dari data batimetri seperti yang di D. H., and Galetzka, J., 2008, Heterogeneous cou-
sampaikan oleh Permana drr. (2010). Anali- pling of the Sumatran megathrust constrainedby
sis morfostruktur dari data batimetri tersebut geodetic and paleogeodetic measurements, Jour-
menunjukkan kelurusan struktur berarah barat nal of Geophysical Research, 113.
laut-tenggara pada segmen Cekungan Aceh Diament, M., Harjono, H., Karta, K., Deplus, C.,
(S1), sedangkan pada segmen Simeulue (S2) Dahrin, D., ZenJr. M.T., Gerrard, M., Lassal, O.,
kelurusan berarah hampir barat-timur. Martin, A., and Malod, J, 1992, Mentawai Fault
Zone off Sumatra: A New Key to the Geodynam-
ics of Western Indonesia,Geology 20, p. 259-262.
KESIMPULAN
Handayani, L. and Harjono, H., 2006, Segmented
Data sebaran episenter gempa bumi menun- Sumatra: How the Seismic Hazards Along the
jukkan tingkat aktivitas yang menggambar- Island are not Identical. In: Utomo, P.U., Tohari,
A., Murdohardono, D., Sadisun, I. A., Sudarsono,
kan zona aktif di daerah Sumatra bagian uta-
U., Ito, T. (editor), Proceedings of International
ra. Pengelompokan (clustering) data episenter
Symposium on Geotechnical Hazards: Prevention,
menunjukkan empat daerah aktif yang berbe- Mitigation and Engineering Response, April 24-
da yang dapat diartikan sebagai dua segmen 27, 2006, Yogyakarta, Indonesia.
lempeng yang berbeda. Kedalaman sumber-
Segmentasi tektonik aktif pada Lempeng Mikro Sumatra Bagian Utara 77
(Aceh) ditinjau dari sebaran episenter gempa bumi- Lina Handayani drr.
Hsu, Y-J., Simons, M., Avouac, J-P., Galetzka, Pramumijoyo, S. and Sebrier, M., 1991, Neogene
J., Sieh, K., Chlieh, M., Natawidjaja, D., Prawi- and Quaternary fault kinematics around the Sunda
rodirdjo, L., and Bock, Y., 2006, Frictional Af- Strait, Indonesia, Journal of SE Asian Earth Sci-
terslip Following the 2005 Nias-Simeulue Earth- ences 6 (2), 137-145.
quake, Sumatra.Science 312, 1921-1926. Sieh, K. and Natawidjaja, D. H., 2000, Neotec-
tonics of the Sumatran Fault, Indonesia Journal of
Malod, J.A., Karta, K., Bellier, M.O., and Zen Jr.,
Geophysical Research, 105(B12) 28,295–28,326.
M.T., 1995, From Normal to Oblique Subduction:
Tectonic Relationship between Java and Sumatra, Sukmono, S., Zen, M.T., Hendrajaya, L., Kadir,
Journal of SE Asian Earth Sciences 12(1/2), 85-93. W. G. A., Santoso, D., and Dubois, J.,1997, Fractal
pattern of the Sumatra fault seismicity and its pos-
Meltzner, A., Sieh, K., Abrams, M., Agnew, D., sible application to earthquake prediction,Bulletin
Hudnut, K., Avouac, J., and Natawidjaja, D., 2006, of the Seismological Society of America 87 (6),
Uplift and subsidence associated with the great 1685-1690.
Aceh-Andaman earthquake of 2004, Journal of
Geophysical Research, 111. Triyoso, W., 2005, Large earthquake potency of
Sumatra. Poster International Meeting of the Su-
McCaffrey, R., 1991, Slip Vectors and Stretching matran Earthquake Challenge in Padang, Indone-
at the Sumatran Fore-Arc, Geology 19, 881-884. sia.
Natawidjaja, D. H. and Sieh, K., 2009, The next Wessel, P. and Smith, W. H. F.,1998, New, im-
great earthquake and tsunami in western Sumatra proved version of the Generic Mapping Tools re-
based on analysis of the 7th centuriespaleogeodetic leased, EOS Transactions, AGU, 79, 579.
history, 5 year GPS data and recent strain releases Wilson, P., Rais, J., Reigber, Ch., Reinhart, E.,
during the September 2007 event. EGU General Ambrosius, BAC., Le Pichon, X., Kasser, M., Su-
Assembly 2009, held 19-24 April, 2009 in Vienna, harto, P., Dato’ Abdul Majid, Dato’ Paduka Awang
Austria, p.9327. Haji Othman BHY, Almeda, R., and Boonphak-
Permana, H., Handayani, L., dan Gaffar, E.Z., dee, C., 1998, Study provides data on active plate
2010, Studi Awal Pola Struktur Busur Muka Aceh, tectonics in Southeast Asia region,. EOS Transac-
Sumatra Bagian Utara (Indonesia): Penafsiran dan tions, AGU, 79, 545.
Analisis Peta Batimetri, Jurnal Geologi Kelautan
8 (3), 105-118.