Anda di halaman 1dari 16

Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak

Jessica prissilya wattimena, Ermenilda sonia, Riznal Panangian, Che Siti Nurfaziera, Daniel Budi,
Riska Devi Limbong, Aprilia Rahmawati, Leny Harviani
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Email : Jessica_wattimena@yahoo.co.id

Abstrak
Selama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari
segi fisik dan mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif.
Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses
pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang mengemukakan
menegenai perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual Freud,
perkembangan psikososial Erikson, perkembangan kognitif piaget, dan perkembangan moral
Kohlberg. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa
ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya.Jika ada tahapan yang tidak
terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya.Untuk memperbaiki
keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.
Kata kunci : Perkembangan psikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan
kognitif,  perkembangan moral, terapi psikoterapi.

Abstract
As long as humans live, people will experience growth and development in terms of physical
and mental. Growth is a process of change that is quantitative. Development is a process of
quality change that is obtained through the process of learning, growth, and maturation. There
are several theories that suggest the development of a person, namely Freud's psychosexual
development theory, Erikson's psychosocial development, piaget's cognitive development, and
Kohlberg's moral development. Each stage of this development must be passed by the child until
they grow up when they are mature in terms of physical and mentalnya.Jika there is a step that
is not passed, the child may experience behavioral disorders and personality.To improve the
state of this behavioral disorder can be done in children psychotherapy therapy .
Keywords: Psychosexual development, psychosocial development, cognitive development, moral
development, psychotherapy therapy.

Pendahuluan
Setiap manusia pasti akan mengalami siklus kehidupannya. Dimulai dari saat terbentuknya
janin dalam rahim, menjadi bayi, anak, remaja, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Dalam
siklusnya, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik yang dapat dilihat

1
secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. Pertumbuhan perubahan tubuh yang  bersifat
kuantitatif dan perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif. Dalam  proses
pertumbuhan dan perkembangan ini, banyak hal yang mempengaruhinya, seperti faktor
herediter, lingkungan, dan internal. Faktor ini yang nantinya akan menentukan akan menjadi
seperti apa seseorang. Tahap perkembangan dan pertumbuhan anak juga akan  berubah sesuai
dengan tahapan usianya. Namun, tidak setiap manusia mengalami  perkembangan yang
sempurna. Ada juga beberapa manusia yang mengalami gangguan dalam  perkembangannya,
baik perkembangan fisik, maupun perkembangan mental dan emosinya. Gangguan yang terjadi
bisa terjadi karena berbagai macam faktor baik eksternal, maupun internal. 1

Differential Diagnosis

 Gangguan Prilaku Menentang

Gangguan sikap menentang atau ODD (oppositional defiant disorder) ditandai oleh perilaku
negatif dan menentang sebagai respon terhadap perintah dari orang tua, guru, atau figure lain.
Anak-anak ODD dapat bersikap dengki atau dendam kepada orang lain tetapi biasanya tidak
menunjukkan perilaku kasar, agresif, dan nakal. Biasanya gangguan ini dimulai sebelum usia 8
tahun. Biasanya bermula di lingkungan rumah dan dapat meluas pada lingkungan lain. 2

pada masa anal anak diperkenalkan pada aturan yang mengenalkan dia antara benar
dan salah, atau sebagai pengontrolan dirinya dalam bertindak. tugas perkembangan anak pada
masa anal yang harus terpenuhi. Jadi dalam pembelajaran mengenai aturan pada anak haruslah
terpenuhi pada masa itu, yaitu antara 1,5 tahun-3 tahun. Selama itu anak diusahakan telah
mendasari pengetahuan antara benar dan salah melalui pembelajaran dai orang tua, tentunya
dengan model pembelajaran yang sesuai dengan usia anak. 2

Working Diagnosis

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau
impulsif. Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kakurangan perhatian yang
menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini
dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:Faktor Genetik ,
faktor Neurologik ,factor Lingkungan ,faktor Kultural dan Psikososial

2
 Etiologi

Pandangan-pandangan serta pendapat-pendapat mengenai realitas daripada gangguan ini


masih berbeda-beda serta saling dipertentangkan satu sama lainnya, beberapa pandangan
mengenai penyebab hiperaktif adalah sebagai berikut :3

Adanya kerusakan kecil di dalam neurokimia atau neurologi susunan sistem saraf pusat dan
otak sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan.

Adanya temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, epilepsi. Dapat juga
gangguan dikepala seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau kepala pernah
terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

Sindrom tersebut di duga disebabkan  oleh faktor genetic, pembuahan ataupun racun, bahaya-
bahaya yang diakibatkan terjadinya prematuritas ataupun immaturitas, maupun ruda paksa,
anoksia atau penyulit kelahiran lainnya.

Anak hiperaktif biasanya disebabkan dari sikap orang tua yang membesarkan mereka, jika
orang tua memakai teknik pengurusan yang tidak efektif, tidak konsisten atau dirumah
kurang ada disiplin yang semestinya, seringkali anak berperilaku berlebihan. 3

 Epidemiologi

Hiperaktif yang lebih sering didiagnosis pada anak laki-laki dari pada anak perempuan.
Sebagian besar perkiraan rentang rasio pria-perempuan 3:01-4:01 pada populasi klinik. Namun,
banyak masyarakat berbasis sampel menghasilkan rasio 2:1. Pengakuan hiperaktif telah
meningkat selama dekade terakhir, dan rasio pria-perempuan telah menurun, ini mungkin
merupakan hasil dari pengakuan peningkatan hiperaktif lalai. Data mengenai kemungkinan
bahwa seorang anak dengan hiperaktif juga akan memiliki gangguan sebagai orang dewasa
bertentangan. Sekitar 30-80% anak dengan hiperaktif mengalami gangguan tersebut sebagai
orang dewasa. Kebanyakan ahli percaya bahwa angka ini jauh di atas 50%. Gejala hiperaktif
dapat menurunkan dengan usia karena tren perkembangan ke arah kontrol diri dan perubahan
komposisi otak (yaitu, pemangkasan hubungan saraf berlimpah) yang terjadi selama masa
remaja akhir. Namun, orang dengan hiperaktif tahapan perkembangan dewasa nanti daripada
populasi rata-rata. Gejala lalai tidak muncul untuk memiliki keuntungan perkembangan yang
sama dan cenderung tetap konstan hingga dewasa. 4

 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang dapat dilihat pada anak hiperaktif adalah sebagai berikut :4

3
Identifikasi awal anak hiperaktif umumnya terjadi pada anak usia taman kanak-kanak atau
sekolah dasar. Para guru mereka akan melaporkan bahwa anak tersebut tidak dapat
dikendalikan, tidak dapat duduk diam, memasuki ruangan-ruangan serta mengganggu kegiatan
anak-anak yang lain, suka ribut dan tidak mempunyai perhatian, tidak bersedia mengikuti
petunjuk atau perintah yang diberikan, seolah-olah tidak mendengar, tidak mau belajar dari
kesalahan-kesalahan yang diperbuat dimasa lalu serta tidak memberikan tanggapan terhadap
peraturan yang ada. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan
serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau
merenungkan akibat tindakan mereka tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah
terhadap perasaan frustasi dan secara emosional suasana hatinya sangat labil, beberapa menit
terlihat gembira, mendadak marah-marah dan ngambek serta  mudah terangsang,
perhatiannya gampang teralihkan, tidak tahan fustasi, dan kurang dapat mengontrol diri.
Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau bertentangan, mereka
kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku, bersifat permusuhan dan
negatif. Mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa
harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi. Mengalami kegagalan dalam
akademik dan kadang perkembangan motorik dan bahasanya juga terlambat.seperti : ketidak
mampuan belajar membaca, matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik
mereka dapat tertinggal 1-2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesungguhnya diharapkan
dari kecerdasan mereka yang diukur. Apa yang dilakukan tidak satu pun diselesaikan, anak
cepat sekali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Gejala lainnya, adalah tidak mampu
mengontrol gerakan, tidak bisa duduk tenang, bergoyang-goyang, atau merosot hingga terjatuh
dari tempat duduk dan sepertinya tidak kenal lelah, seakan energinya digerakan oleh  mesin,
kalau anak lain diam karena capek sehabis berlarian, ia paling cuma minum lalu bergerak lagi. 4

Menurut Betz, Cecily, 1996 dalam buku Ilmu Keperawatan Anak, terdapat dua macam
gejala hiperaktif, yakni gejala kurang konsentrasi dan gejala hiperaktivitas impulsif, adalah
sebagai berikut :

Gejala kurang konsentrasi meliputi :

1. Gagal memberi perhatian secara penuh pada hal-hal yang mendetail atau membuat
kesalahan sembrono dalam tugas-tugas sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
2. Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada tugas atau aktivitas
bermain.
3. Sering tampak tidak mendengarkan bila di ajak bicara langsung.
4. Sering tidak mentaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah,tugas
atau pekerkaan ditempat kerja (bukan karena sikap menentang atau karena tidak
mengerti intruksi)

4
5. Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas-tugas aktivitas
6. Sering menghindar, tidak menyukai atau enggan terlibat dalam tugas-tugas yang
memerlukan usaha mental terus-menerus (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan
rumah).
7. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas atau
aktivitas (misal : mainan, tugas sekolah, pensil,  buku, atau alat-alat sekolah )
8. Sering mudah terdistraksi oleh stimulus luar.
9. Pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

Gejala Hiperaktivitas impulsive, meliputi :

1. Tangan dan kaki sering tidak bisa diam karena gelisah atau menggeliat di tempat duduk.
2. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain atau dalam situasi
lain yang seharusnya tidak diperkenankan.
3. Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak semestinya.
4. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam aktivitas dalam waktu
senggang dengan tenang.
5. Seing tampak repot atau sering seperti diburu-buru.
6. Bicara sering berlebihan.
7. Sering menjawab pertanyaan tanpa pikir sebelum pertanyaan belum selesai,
8. Sering tidak sabar menunggu giliran.
9. Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong percakapan atau
permainan orang lain).

 Faktor Biologis

Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi
pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak
menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone seksual membuat remaja menjadi
tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya.
Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu
resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.

Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, kadang-kadang lebih


cepat daripada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja
mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin
yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap
penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap
badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah memenuhi

5
persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan
berakibat positif terhadap penilaian diri.

Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :

Perempuan

 Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)


 Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
 Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
 Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
 Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
 Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

Laki-laki

 Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)


 Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
 Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
 Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
 Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)
 Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
 Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

Gambar 1.1. perubahan-perubahan fisik remaja

Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.
Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat
tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah

6
bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh
temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya. 5

 Perkembangan Psikoseksual

Perkembangan psikoseksual menurut Freud, insting seksual yang semakin dewasa maka,
fokusnya akan berpindah dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain dan setiap
perpindahan itu akan membawa individu ke tahap perkembangan psikoseksual yang lebih
tinggi. Perkembangan psikoseksual menurut freud di bagi menjadi 5 tahap:

1. Tahap oral (0-1 tahun)


Selama masa bayi sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral seperti
mengisap, menggigit, mengunyah dan berbicara. Anak boleh memilih dari salah satu yang
disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih dapat memeberikan
beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk
2. Tahap anal (1-3 tahun)
Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada bagian anal saat otot-otot
sfingter berkembang dan anak-anak mampu menahan atau mengeluarkan feses sesuai
keinginan. Pada tahap ini suasana di sekitar toilet training dapat menimbulkan efek
seumur hidup pada kepribadian anak.
3. Tahap falik (3-6 tahun)
Selama tahap falik, genital menjadi alat tubuh yang menarik dan sensitif. Anak
mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut.
Pada periode ini terjadi masalah yang kontroversi tentang Cedipus dan Electra kompleks,
pelvis envy, dan ansietas terhadap kastrasi
4. Periode laten (6-12 tahun)
Selama periode laten anak-anak melakukan sifat dan keterampilan yang telah diperoleh.
Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan pengetahuan dan bermain.
5. Tahap genital (12 tahun keatas)
Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada saat pubertas dengan maturasi sistem
reproduksi dan produksi hormon-hormon seks. Organ genital menjadi sumber utama
ketegangan dan kesenangan seksual, tetapi energi juga digunakan untuk membentuk
persahabatan dan persiapan pernikahan. 5

 Perkembangan psikososial

Teori perkembangan kepribadian yang paling banyak diterima adalah teori yang
dikembangkan oleh Erikson (1963). Pendekatan tentang kehidupan Erikson terhadap

7
perkembangan kepribadian terdiri atas delapan tahap; namun, hanya lima yang berkaitan
dengan masa anak sampai remaja, yaitu:

 Percaya vs tidak percaya (lahir-1 tahun)


Hal pertama yang paling penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat adalah rasa
percaya dasar. Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama
kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini.
Berkaitan dengan tahap oral Freud, saat ini merupakan saat untuk mendapatkan dan
mengambil apapun melaui semua indera. Hal ini hanya terjadi dalam kaitannya dengan
sesuatu atau seseorang; oleh karena itu asuhan yang konsisten dan penuh kasih oleh
orang yang berperan sebagai ibu merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan
rasa percaya. Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak
terpenuhnya rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak dipenuhi secara konsisten atau
adekuat.
Meskipun pecahan-pecahan rasa tidak percaya terjadi di seluruh kepribadian, namun rasa
percaya dasar terhadap orang tua membentuk rasa percaya terhadap dunia, orang lain,
dan diri sendiri. Hasilnya adalah kepercayaan dan optimisme.
 Autonomi vs malu-malu dan ragu-ragu
Jika dikaitkan dengan tahap anal Freud, masalah autonomi dapat diartikan dengan
menahan atau merelakan otot sfingter. Perkembangan autonomi selama periode todler
berpusat pada peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri
mereka dan lingkungan mereka.
Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, menggunakan keterampilan
motorik yang baru mereka peroleh seperti berjalan, memanjat, dan memanipulasi, serta
menggunakan kekuatan mental mereka dalam memilih dan membuat keputusan.
Pembelajaran yang mereka peroleh sebagian besar didapat dari meniru aktivitas dan
perilaku orang lain. Perasaan negatif seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak
diremehkan, ketika pilihan-pilihan mereka membahayakan, atau ketika merek dipaksa
untuk bergantung dalam beberapa hal yang sebenarnya mereka mampu melakukannya.
Hasil yang diharapkan adalah kontrol diri dan ketekunan.
 Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik Freud dan dicirikan dengan perilaku yang
instrisif dan penuh semangat, berani berupaya dan imajinasi yang kuat. Anak-anak
mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indera dan kekuatan mereka. Mereka
membentuk suara hati. Tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari
dalam yang memperingatkan dan mengancam. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau
melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain,
dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk

8
sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa
inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah arahan
dan tujuan.
 Industri vs inferioritas (6-12 tahun)
Tahap industri adalah periode laten dari Freud. Setelah mencapai tahap yang lebih
penting dalam perkembangan kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja dan berproduksi.
Mereka mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan sampai
selesai; mereka memerlukan dan menginginkan pencapaian yang nyata. Anak-anak belajar
berkompetisi dan bekerja sama dengan orang lain, dan mereka juga mempelajari aturan-
aturan. Periode ini merupakan periode pemantapan dalam hubungan sosial mereka
dengan orang lain.
Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapka
dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang
ditetapkan orang lain untuk mereka. Kualitas ego yang berkembang dari rasa industri
adalah kompetensi.
 Identitas vs kebingungan (12-18 tahun)
Berhubungan dengan periode genital Freud, perkembangan identitas dicirikan dengan
perubahan fisik yang cepat dan jelas. Rasa percaya terhadap tubuh mereka yang sudah
terbentuk sebelumnya mengalami kegoncangan, dan anak-anak menjadi sangat terpaku
dengan penampilan mereka di mata orang lain dibandingkan dengan konsep diri mereka.
Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan peran yang mereka mainkan dan mereka
berharap dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru yang dilakukan oleh teman-teman
sebaya mereka, untuk mengintegrasikan konsep dan nilai-nilai mereka terhadap
lingkungan, dan pembuatan keputusan tentang okupasi. Ketidakmampuan untuk
menyelesaikan konflik ini menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil dari
penguasaan yang sukses adalah kesetiaan dan ketaatan terhadap orang lain serta
terhadap nilai-nilai dan ideologi.5

 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan mental anak.
Menurut Piaget, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal baru untuk mengembangkan
pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak tercapai, maka anak akan berusaha untuk
menyesuaikannya dengan cara membatasinya. Piaget mengidentifikasi 4 (empat) tahapan
utama perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit dan
operasional formal.3

 Tahap Sensorimotor (lahir – 2 tahun)

9
Perkembangan kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya
mengandalkan observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka. Satu tanda dari
perkembangan ini adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi berkembang dengan
cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau ’pola kesiapan’. Mereka belajar
melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan.
 Tahap Pra-operasional (2 – 7 tahun)
Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi
simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan
di antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil menunjukkan fakta bahwa
mereka pada umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika
mereka bisa menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas. Mental
operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap pra-operasional
ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara lain : egosentrisme, ketidak matangan pikiran
/ ide / gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek
yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan
kebingungan tentang identitas orang dan objek.
 Tahap Concrete Operational (6 atau 7 th  – 12 tahun)
Pada tahap konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan
bukan merupakan aktivitas yang mudah. Konkrit operasional anak mengenal bahwa ada
hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat dilaksanakan menurut aturan
tertentu. Pada tahap ini anak menunjukkan permulaan dari kapasitas logika orang-orang
dewasa. Mereka mengerti aturan dasar dari logika. Bagaimanapun juga, proses berfikir,
atau operasi, pada umumnya melibatkan objek yang kelihatan (konkrit) daripada ide
yang abstrak. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai berkurang. Kemampuan mereka
untuk menggunakan peran dari orang lain dan melihat dunia, dan mereka sendiri, dari
perspektif orang-orang lain sudah berkembang dengan pesat. Mereka mengenal bahwa
orang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, karena perbedaan situasi dan
perbedaan nilai. Mereka dapat fokus pada lebih dari satu dimensi pada beberapa waktu.
Pada tahap ini juga sudah menunjukkan pemahaman akan hukum kekekalan
(konservasi).
 Tahap Formal Operational ( 12 tahun ke atas)
Tingkat operasi formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang merupakan
tingkatan dari kedewasaan kognitif.  Formal operational biasanya dimulai pada masa
pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun. Akan tetapi tidak semua anak memasuki
tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang tidak pernah mencapainya. Tugas
utama pada tahap ini meliputi kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan
hipotetis.6

10
 Perkembangan Moral

Secara sederhana, moralitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan yang
benar atau baik dan yang salah atau buruk. Namun dalam kenyataan, tidaklah sesederhana itu,
karena konsep tersebut mencakup tiga aspek kemampuan seseorang, yaitu aspek kognitif,
aspek afektif dan aspek perilaku. Seseorang dikatakan memiliki norma moral yang tinggi, bila ia
mempunyai kesadaran dan pengertian mengenai kebutuhan atau perasaan orang lain, memiliki
kepedulian dan mampu merasakan (affection, empathy) perasaan orang lain, dan mampu
mengungkapkan pengertian dan empati itu dalam perilakunya terhadap orang lain. Menurut
Kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual melalui 6 fase, menurut orientasi
moralitas yang dominan digunakan :

a. Level penalaran pra-konvensional ( 0 - 9 tahun )

Pada tahap ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nila-nilai moral- penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Aturan dikontrol oleh orang lain
(eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk
akan mendapatkan hukuman.7

 Fase 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan (Punishment and Obedience orientation)


Fase ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang
dewasa menuntut mereka untuk taat
 Fase 2 : Orientasi Individualisme dan tujuan (Satisfaction of own needs
orientation)
Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan
hadiah.4

b. Level penalaran Konvensional ( 9 – 13 tahun )

Penalaran konvensional menaati standar-standar internal tertentu, tetapi tidak menaati


standar-standar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat

 Fase 3 : Norma-norma Interpersonal (Good boy, good girl orientation)


Seseorang menghargai kebenaran/kepedulian/kesetiaan kepada orang lain sebagai
landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak mengharapkan dihargai
oleh orang tuanya sebagai yang terbaik
 Fase 4 : Orientasi Moralitas Sistem Sosial (Law and Order Orientation)
Mulai ada pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

c. Level Penalaran Pasca-konvensional ( 13 tahun – meninggal )


11
Moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang
lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan dan
kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode7

 Fase 5 : Orientasi Hak-hak Masyarakat versus hak-hak individual (Social Contract


Orientation)
Nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relative dan bahwa standar dapat
berbeda dari satu orang ke orang lain
 Fase 6 : Orientasi Prinsip-prinsip etis universal (Universal Good Orientation)
Seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak
manusia universal. Bila seseorang menghadapi konflik antara hukum dan suara hati,
seseorang akan mengikuti suara hati.7

 Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Lingkungan


yang cukup baik akan memungkinkan dicapainya potensi genetik/bawaan/bakat anak.
Lingkungan yang kurang baik akan menghambat pertumbuhan, sehingga potensi bawaan/bakat
tidak dapat dicapai. Lingkungan meliputi aspek fisis, biologis, dan social yang lazimnya disebut
lingkungan fisikobiopsikososial. Aspek-aspek tersebut tidak berdiri sendiri- sendiri, melainkan
berkaitan satu sama lain.8,9 Lingkungan fisikobiopsikososial tersebut dapat berupa:
1.  Orang tua yang hidup  rukun dan harmonis. Persiapan jasmani, mental, social yang
matang pada saat membina keluarga. Mempunyai pekerjaan tetap, dengan tingkat
ekonomi/ kesejahteraan yang cukup. Mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan,
membimbing dan mendidik anak. Tinggal dirumah dan lingkungan yang sehat. Suasana
damai dalam dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting alam tumbuh kembang
anak. Interaksi orang tua anak merupakan suatu proses yang majemuk yang dipengaruhi
bayak factor, yaitu kepribadian orang tua, sifat bawaan anak, kelahiran anak yang lain,
tingkah laku setiap anggota keluarga, interaksi antar anggota keluarga, dan pengaruh
luar.8
2.   Didaerah perkotaan maupun didaerah pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik
dalam segi-segi kesehatan, misalnya pengetahuan keluarga mengenai kesehatan,
penyebaran fasilitas kesehatan. Geografis, misalnya sumber alam dan komunikasi.
Demografis, misalnya komposisi penduduk menurut umur, kebijaksanaan keluarga
berencana, penyebaran penduduk, urbanisasi dan transmigrasi. Social ekonomi,
misalnya kesempatan kerja/lapangan kerja, tingkat pendapatan, perumahan, dan
lingkungan hidup. Psikokulturil, misalnya pendidikan sekolah, dirumah dan diluar
sekolah, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, sikap terhadap masalah kesehatan.

12
Kebijaksanaan politik pemerintah, misalnya perencanaan perkembangan/pembangunan
ekonomi, kesejahteraan anak.
3.  Pendidikan dirumah, sekolah dan luar sekolah serta luar rumah untuk pembinaan
perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung jawab, pengetahuan, ketrampilan
dan kepribadian.

Dengan demikian harus disadari bahwa lingkungan fisikobiopsikososial yang cukup baik
merupakan kebutuhan pokok anak untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sebaik-
baiknya. Kebutuhan pokok ini sebaiknya dipenuhi segera dan tidak dapat ditunda. Penundaan
pemenuhan kebutuhan pokok hampir pasti akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya.8,9

 Penatalaksanan

Terapi non farmakologi

1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami
gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan
kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah
diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut
jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu
diberikan kata-kata pujian.
3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah dihindarakan,
anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain  terutama sekali
setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras
4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang keras
dan jungkir balik.
5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-barang
yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6. Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan
memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka
dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.10

13
Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif.
Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium
pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih
sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di
dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.
Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan
sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan
waktu 2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan
terdapat pengaruh obat itu atau tidak.10

Dosis:

Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan
pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita. 10

1. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing


anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis. pada awalnya mereka
diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada
respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5
hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.
Sementara itu anak yang berusia lebih lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam.
Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel
dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan
lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi
yang diharapkan.
2. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (show released)
secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18
jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu
sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara
10-20 mg/jam
3. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk
selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-
4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut
adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang
meningkat.
4. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek
samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.

14
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah
anoreksia dan penurunan berat badan,  nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan
mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat
serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau
penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.11

 Prognosis

Pada sebagian besar anak penderita, gangguan ini relatif stabil sampai masa remaja awal.
Beberapa anak menggalami penurunan gejala selama masa remaja akhir dan masa dewasa,
tetapi dua dari tiga anak tetap memiliki gejala ini sampai masa dewasa pertengahan. Anak-anak
dengan ketidakmampuan belajar akan tumbuh dewasa denggan gangguan ini. Tujuan terapi
adalah membantu mereka mengidentifikasi area kelemahan dan mengimbangi kelemahan
tersebut.12

Kesimpulan

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan


adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran,
pertumbuhan, dan pematangan. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak
sampai mereka dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya.Jika ada
tahapan yang tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan
kepribadiannya.Untuk memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi
psikoterapi pada anak.

15
Daftar Pustaka

1. Soetjiningsih, Ranuh IGNG (editor). Tumbuh kembang anak. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC ; 1995.
2. Behrman R E, Kliegman R M, Arvin A M. Ilmu kesehatan anak nelson.vol.1. Jakarta.
2000.EGC.h.114.
3. Thompson, june. Toddlercare. Jakarta:Erlangga.2003.hal.88-9
4. Fadhli, Aulia. Buku pintar kesehatan anak. Yogyakarta.2010. Pusaka Anggrek.h.46
5. Elvira D, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Cetakan ke-1. Jakarta : FKUI; 2010.P. 393-7.
6. Suparno P.Teori perkembangan kognitif. Yogyakarta: Kanisius; 2001.h.26-88
7. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak, Volume 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2002.h. 2319-21.
8. Johnston DHD. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2008.h.145-75.
9. Soedjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2000.h.127
10. Muscari, Mary E. Keperawatan pediatrik. Ed.3. jakarta: EGC.2005.h.129.
11. Behrman R E, Kliegman R M, Arvin A M. Ilmu kesehatan anak nelson.vol.1. Jakarta.
2000.EGC.h.114.
12. Muscari, Mary E. Keperawatan pediatrik. Ed.3. jakarta: EGC.2005.h.129.

16

Anda mungkin juga menyukai