Assalamu`alaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan kepada TUHAN Yang Maha Esa, karena kami telah
berhasil menyusun resume tentang KERAJAAN BANTEN ini. Yang bertujuan untuk
memenuhi tugas dari guru SKI kami , dan sekaligus bertujuan untuk memperluas, serta
sekolah dan berguna bagi para pembacanya, khususnya siswa-siswi MAN. Negeri Muara
Enim.
Wassalamu`alaikum wr.wb
Hormat Kami
Penyusun
DAFTAR
ISI
________________ i
BAB 11 Pembahasan
2 kerajaan Banten 4
3 Sejarah 5
4 Aspek kehidupan 7
5 Aspek kehidupan 7
7 Masa kesultanan………………………………………………………… 11
KATA PENUTUP………………………………………………………………….15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………16
BAB I
RUMUSAN MASALAH
1. Lokasi Kerajaan Banten.
Kerajaan Banten yang menjadi salah satu dari kerajaan Islam di Indonesia terletak di Barat
Pulau Jawa.
2. kerajaan banten
3. Aspek kehidupan masyarakat.
Aspek kehidupan kerajaan Banten meliputi:
A. Aspek Kehidupan Ekonomi
B. Aspek Kehidupan Sosial
C. Aspek Kehidupan Politik
4. Puncak kejayaan
5. Masa kesultanan
BAB II
PEMBAHASAN
Tahun 932, kerajaan Sunda didirikan di bawah naungan Sriwijaya, di kawasan Banten,
dengan ibukota di Banten Girang. Kerajaan ini berakhir tahun 1030, dengan mungkin
Maharaja Jayabupati sebagai raja terakhirnya, yang memindahkan pusat kerajaan ke
pedalaman, di Cicatih dekat Cibadak.
Setelah itu Sunda diperkirakan jatuh di bawah kekuasaan langsung Sriwijaya. Di abad ke-12,
lada menjadi bahan ekspor yang berarti bagi Sunda.
Dalam bukunya, Zhufan Zhi (1225), Zhao Rugua menyebut "Sin-t'o" sebagai bawahan
Sriwijaya tapi menulis bahwa "tidak ada lagi pemerintahan yang teratur di negara itu.
Penduduk menjadi perampok. Mengetahui ini, saudagar asing jarang ke sana." Pernyataan ini
menunjukkan pelemahan kekuasaan Sriwijaya, yang sendirinya juga menjadi sarang
perompak. Menurut Nagarakertagama, setelah raja Kertanegara menyerang kerajaan Malayu
tahun 1275, Sunda jatuh di bawah pengaruh Jawa. Namun berkat lada, ekonomi Sunda
berkembang pesat di abad ke-13 dan ke-14.
Jatuhnya Melaka di tangan Portugis tahun 1511 berakibatkan perdagangan terpecah belah di
sejumlah pelabuhan di bagian barat Nusantara dan membawa keuntungan tambahan ke
Sunda. Ada kemungkinan rajanya masih beragama Hindu-Buddha dan masih tunduk pada
Pajajaran. Namun berkurangnya kekuasaan Pajajaran memberi Sunda kesempatan dan
peluang yang lebih luas. Raja Sunda, yang diancam kerajaan Demak yang Muslim, menolak
untuk masuk Islam. Dia ingin bersekutu dengan Portugis untuk melawan Demak. Tahun 1522
Banten dan Portugis menandatangani suatu perjanjian untuk membuka suatu pos di sebelah
timur Sunda untuk menjaga perbatasan terhadap kekuatan Muslim.
Tahun 1523-1524, Sunan Gunung Jati meninggalkan Demak dengan memimpin suatu bala
tentara. Tujuannya adalah mendirikan suatu pangkalan militer dan perdagangan di bagian
barat pulau Jawa. Sunda ditaklukkannya dan rajanya diusir. Saat Portugis balik ke Sunda
tahun 1527 untuk menerapkan perjanjian dengan Sunda, Gunungjati menolaknya. Sementara
Kalapa juga direbut pasukan Muslim dan diberi nama baru, "Jayakarta" atau "Surakarta"
("perbuatan yang gemilang" dalam bahasa Sangskerta.
Banten kemudian diperintah oleh Gunung Jati sebagai bawahan Demak. Namun
keturunannya akan membebaskan diri dari Demak. Tahun 1552, Gunung Jati pindah ke
Cirebon, di mana dia mendirikan kerajaan baru.
Jatidiri dan kegiatan Gunung Jati lebih banyak diceritakan dalam naskah yang sifat
kesejarahannya kurang pasti sehingga terdapat banyak ketidakpastian. Boleh jadi kegiatan
militer yang dikatakan dilakukan oleh dia, sebetulnya adalah perbuatan orang lain yang oleh
Portugis dipanggil "Tagaril" dan "Falatehan" (yang mungkin maksudnya "Fadhillah Khan"
atau "Fatahillah") dan yang dalam sejumlah cerita disamakan dengan Sunan Gunung Jati.
Purwaka Caruban Nagari, suatu babad yang dikatakan ditulis tahun 1720, membedakan
Gunung Jati dari Fadhillah.
Raja ketiga, Maulana Yusuf (bertahta 1552-1570), menaklukkan Pajajaran di tahun 1579).
Menurut tradisi, Maulana Yusuf adalah anak yang pertama Hasanuddin. Sedangkan anak
kedua menikah dengan anak dari Ratu Kali Nyamat dan menjadi Penguasa Jepara.
Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara merasa
berkuasa atas Kesultanan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana
Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara
menyerang Kesultanan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Banten karena dibantu oleh
para ulama.
Tahun 1638 Pangeran Ratu (bertahta 1596-1651) menjadi raja pertama di pulau Jawa
yang mengambil gelar "Sultan" dengan nama Arab "Abulmafakhir Mahmud Abdulkadir”
5. Aspek kehidupan masyarakat.
Aspek kehidupan kerajaan Banten meliputi:
A. Aspek Kehidupan Ekonomi
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena menghasilkan
lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India, gujarat, Persia, dan Arab banyak yang
datang berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat Banten dipengaruhi oleh sistem
kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah perdagangan,
tetapi meluas hingga ke pedalaman.
Kerajaan Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena
menghasilkan lada dan pala yang banyak. Ada beberapa factor yang mempengaruhinya,
antara lain:
1. Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memilki syarat menjadi
pelabuhan yang baik. Dengan pelabuhan yang memadai itu, kerajaan Banten dapat di datangi
oleh pedagang-pedagang dari luar, seperti pedagang dari China, India, Gujarat, Persia dan
Arab yang setelah berlabuh di Aceh, banyak yang melanjutkan pelayarannya melalui pantai
Barat Sumatra menuju Banten. Selain pedagang dari luar, ada juga pedagang yang dating dari
kerajaan-kerajaan tetangga, seperti dari Kalimantan, Makasar, Nusa Tenggara, dan Maluku.
2. Kedudukan kerajaan Banten yang sangat strategis di tepi Selat Sunda, karena aktivitas
pelayaran perdagangan dari pedagang Islam makin ramai sejak bangsa Portugis berkuasa di
Malaka.
Kedua faktor ini merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan
perdagangan dan pelayaran, sehingga pada saat itu kerajaan Banten sangat cepat mengalami
perkembangan yang bias di bilang sangat pesat.
Kehidupan sosial masayarakat kerajaan Banten meningkat sangat pesat pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, karena ia sangat memperhatikan kehidupan
masyarakat dan berusaha untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya. Ada usaha yang di
tempuhnya untuk mewujudkan rakyat yang sejahtera, yaitu denganmenerapkan system
perdagangan bebas dan mengusir Belanda dari Batavia (Jakarta sekarang) walaupun usahanya
ini gagal.
Secara pelahan, kehidupan sosial kerajaan Banten mulai berlandaskan pada hokum-hukum
Islam. Orang-orang yang menolak ajaran baru memisahkan diri ke daerah pedalaman yaitu di
daerah Banten Selatan dan kemudian di kenal dengan nama Suku Badui, kepercayaan ini
kemudian disebut dengan Pasundan Kawitan (Pasundan yang pertama).
Kehidupan sosial kerajaan Banten dapat kita lihat pada bidang seni bangunan, yaitu seni
bangunan oleh Jan Lucas Cardel (orang Belanda yang masuk Islam) dan bangunan-bangunan
gapura di Kaibon Banten.