Anda di halaman 1dari 5

JUDUL : PENGARUH KONSENTRASI KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN

MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA

PENULIS : Nuryaman

JURNAL PUBLIKASI : Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak

AREA OF INTEREST
Penelitian ini menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme
corporate governance terhadap manajemen laba. Dalam hal ini mekanisme corporate governance
adalah komposisi Dewan Komisaris dan kualitas audit dengan proksi spesialisasi industri Kantor
Akuntan Publik (KAP).

PHENOMENA

Di negara-negara dengan derajat perlindungan terhadap investor rendah (seperti halnya


Indonesia), pemegang saham merasa khawatir akan kemungkinan berbedanya pendapatan yang
diperoleh dengan yang diekspektasikan. Akibatnya, mereka memperbesar persentase
kepemilikan atas perusahaan sebagai salah satu cara untuk melindungi diri. Mereka dapat
mengendalikan perusahaan melalui voting power, atau representasi mereka di manajemen
sehingga hak-hak mereka terlindungi (La Porta dan Silanez 1999). Perbedaan pola kepemilikan
ini memberi implikasi yang berbeda dalam penelitian. Demsetz dan Villalonga (2001)
melakukan penelitian dengan menggunakan sampel perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris
tidak menemukan hubungan yang signifikan antar struktur kepemilikan dengan kinerja
perusahaan. Chen (2001) dengan mengambil sampel perusahaan di negara berkembang
menemukan hubungan positif antar struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Sedangkan
Morck dan Shivdasani (1988) menghasilkan kesimpulan bahwa hubungan konsentrasi
kepemilikan dengan kinerja bersifat nonmonotonic

RESEARCH GAP

1. Musnadi (2006), kepemilikan terkonsentrasi terbesar memiliki pengaruh positif terhadap


kinerja keuangan perusahaan. Hasil ini bermakna bahwa kepemilikan saham
terkonsentrasi dapat berperan sebagai mekanisme corporate governance dalam
mengurangi persoalan keagenan, sebab konsentrasi kepemilikan dapat menjadikan
pemegang saham pada posisi yang kuat untuk dapat mengendalikan manajemen secara
efektif, sehingga mendorong manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham. Demsetz dan Villalonga (2001) melakukan penelitian dengan menggunakan
sampel perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris tidak menemukan hubungan yang
signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan.
2. Penelitian Marachi (2001) di Amerika Serikat dengan menggunakan data sampel
perusahaan industri tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki
hubungan negatif dengan manajemen laba. Veronica dan Siddharta (2005) meneliti di
BEJ (BEI) pada periode pengamatan 1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran
perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba
3. Fan dan Claessens (2002) mengemukakan terdapat beberapa mekanisme corporate
governance untuk perusahaan dengan kepemilikan saham terkonsentrasi: (1)
Menghadirkan outside directors dalam komposisi board of directors; dan (2) Audit oleh
Auditor eksternal. Kao dan Chen (2004) melakukan penelitian di Taiwan. Mereka
mengemukakan bahwa outside directors lebih independen terhadap manajemen
dibandingkan dengan inside directors, sehingga lebih efektif dalam melaksanakan fungsi
pengawasan terhadap manajemen. Hasil penelitiannya menunjukkan semakin besar
proporsi outside directors semakin berkurang earnings management. Hasil penelitian
Chen dkk (2005) di China, menunjukkan bahwa proporsi outside directors, frekuensi
pertemuan anggota dewan dalam setahun, lamanya top of director menduduki posisi
tersebut, berpengaruh terhadap kecurangan dalam laporan keuangan. Sarkar dkk (2006)
melakukan penelitian di India, hasil temuannya menunjukkan bahwa keberadaan board of
director independence dapat membatasi earnings management, jika Board of director
tersebut memiliki kompetensi dan tidak sibuk.
4. Penelitian Carcello dkk (2004) pada periode 1990 sampai dengan 2001 di Amerika
Serikat, hasilnya menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antar
spesialisasi industri KAP dengan kecurangan pada pelaporan keuangan, dan hubungan
negatif tersebut lebih lemah untuk ukuran perusahaan yang semakin besar. Veronica dan
Siddharta (2005) pada periode pengamatan 1995-1996, dan 1999-2002, menyimpulkan
bahwa ukuran KAP memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba.
THEORETICAL FOUNDATION

1. Teori Agensi
2. Mekanisme Corporate Governance

HIPOTESIS

H1 : Konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H3 : Komposisi anggota Dewan Komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H4 : Spesialisasi industri KAP berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

METHODOLOGY

Data-data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari
Pusat Referensi Pasar Modal di BEI, berupa laporan keuangan dan laporan tahunan 2005
perusahaan industri sektor manufaktur yang tersedia.

DATA AND METHOD

Populasi sasaran penelitian ini adalah perusahaan publik sektor manufaktur yang aktif selama
Tahun 2005, yaitu sebanyak 137 perusahaan (www.Bapepam.com). Dari Populasi tersebut
sampel ditentukan yang memenuhi empat kriteria sebagai berikut: (1) Emiten mempunyai tahun
buku yang berakhir 31 Desember 2005; (2) Emiten mempunyai nilai ekuitas positif untuk 2005;
(3) Tersedia Laporan keuangan tahunan emiten 2005 di BEJ; dan (4) Terdapat minimal 30
perusahaan dalam setiap kelompok industri manufaktur.

FINDINGS

1. Hipotesis pertama yang menyatakan konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif


terhadap manajemen laba diterima.
2. Hipotesis kedua yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba diterima.
3. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba ditolak.
4. Hipotesis keempat yang menyatakan spesialisasi industri KAP berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba ditolak.

CONCLUSION

1. Konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, ini


mengindikasikan bahwa konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme corporate
governance bagi perusahaan, sehingga mampu membatasi manajemen laba di
perusahaan.
2. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan
bahwa perusahaan besar kecenderungan melakukan tindakan manajemen labanya lebih
kecil dibandingkan dengan perusahaan yang ukurannya lebih kecil.
3. (i) Komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini
dapat disebabkan oleh : (a) masih rendahnya komposisi dewan komisaris, sehingga secara
kolektif komisaris independen tidak memiliki kekuatan untuk dapat mempengaruhi
berbagai keputusan dewan komisaris, dan (b) masih banyak emiten menempatkan
komisaris independen yang tidak memiliki kompetensi pada bidang akuntansi dan atau
keuangan. (ii) Temuan ikutan menunjukkan, manajemen laba perusahaan yang
menempatkan komisaris independen yang kompeten pada bidang akuntansi dan atau
keuangan lebih kecil dibandingkan dengan manajemen laba perusahaan yang
menempatkan komisaris independen yang tidak memiliki kompetensi pada bidang
akuntansi dan atau keuangan.
4. Kualitas audit dengan proksi spesialisasi Industri Kantor Akuntan Publik (KAP)
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini bermakna bahwa
audit oleh KAP besar yaitu KAP yang memiliki pangsa pasar besar, ternyata tidak
menjadikan jaminan memberikan audit yang kualitasnya lebih tinggi. Dalam konteks
hubungan kualitas audit dengan manajemen laba, kualitas audit yang diproksi dengan
menggunakan spesialisasi industri KAP mungkin bukan merupakan proksi yang baik
untuk kualitas audit di Indonesia.

FUTHER RESEARCH

Implikasi kebijakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini memberikan bukti empiris
pengembangan model corporate governance dan sebagai literatur tambahan mengenai
manajemen laba. Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini, adapun saran yang dapat
diambil oleh pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Konsentrasi kepemilikan saham oleh pemegang saham mayoritas dapat dijadikan


mekanisme corporate governance terhadap praktik manajemen laba.
2. Untuk mendukung efektivitas peran Dewan Komisaris, diperlukan Dewan Komisaris
yang memiliki karakteristik independen, dan kompeten dalam bidang akuntansi dan atau
keuangan.
3. Kepada para akuntan praktisi atau KAP disarankan untuk dapat meningkatkan
kompetensi, melalui penyelenggaraan berbagai pelatihan terhadap auditor atau
memberikan tambahan pengalaman di lapangan, termasuk diantaranya peningkatan
kompetensi dan pemahaman atas PSAK.

Anda mungkin juga menyukai