Menurut Byars dalam Swasono (2012: 17) kinerja sumber daya manusia diartikan sebagai
hasil usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi
tertentu. Kinerja sumber daya manusia merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan
dan persepsi tugas. Usaha merupakan hasil motivasi yang menunjukkan jumlah energi (fisik atau
mental) yang digunakan oleh individu untuk menjalankan suatu tugas. Sedangkan kemampuan
merupakan karakteristik individu yang digunakan dalam menjalankan suatu pekerjaan.
Kemampuan biasanya tidak dapat dipengaruhi secara langsung dalam jangka pendek. Persepsi
tugas merupakan petunjuk dimana individu percaya bahwa mereka dapat mewujudkan usaha
mereka dalam pekerjaan, Robinson dalam Zainuddin(2012: 11).
Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan
kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja atau kompeten di
tempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan
memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara
efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Beberapa keuntungan
pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien, praktis dan ada kepastian pengakuan bagi peserta pelatihan dari dunia usaha sebagai
pengguna jasa.
1) Tujuan pelatihan adalah seluruh peserta dapat melakukan suatu kinerja tertentu/yang
khusus.
2) Hasil kinerja dari peserta pelatihan harus berdasarkan kepada standar kinerja.
3) Standar kinerja yang ditentukan oleh industri/lembaga dalamhubungannya dengan
pemerintah dan maupun organisasi.
Kelima proses tersebut dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah. Satu sama lain
saling mempengaruhi, sehingga jika satu proses tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka
proses lainnya akan terganggu.
Kurikulum, dirancang berbasis kompetensi yang harus dicapai dan diuraikan dalam:
1) Materi pelatihan
2) Metode penyampaian (pembelajaran)
3) Proses pembelajaran setiap materi
4) Proporsi dan alokasi waktu
Metode penyelenggaraan pelatihan (dalam kelas, kalakarya, pembelajaran jarak jauh, ataupun
magang).
Kebutuhan Diklat.
Hasil kegiatan analisis kebutuhan diklat ditindaklanjuti dengan melakukan desain pengembangan
program diklat dengan melakukan :
Model pendidikan dan pelatihan yang diterapkan berbasis kompetensi untuk meningkatkan
kompetensi widyaiswara muda di lingkungan Kemendagri adalah sebagai suatu tawaran konsep
bagi lembaga kediklatan dan instansi terkait, sebagai alternatif dalam pengembangan kompetensi
widyaiswara sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan dan pelatihan secara khusus
dalam pembelajaran yang lebih berkualitas, serta mendukung keberhasilan berbagai program
pendidikan dan pelatihan. Model pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan ini telah
memberikan arah pemecahan masalah kelemahan penguasaan kompetensi widyaiswara. Model
pelatihan yang dikembangkan memiliki karakteristik berbasis kompetensi yang menekankan
adanya refleksi.