Anda di halaman 1dari 9

“Tugas Akuntansi Syariah”

Oleh

FAJRI AGUNG PUTRI

2020050021

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
1. Critical Jurnal Review (Cjr)

Identifikasi Artikel/Jurnal:
• Nama penulis : Virginia Nur Rahmanti
• Judul artikel : “Sebuah kajian mengapa akuntansi syariah masih
sulit tumbuh subur di Indonesia ”.
• Nama jurnal, nomor volume, tanggal, bulan, dan nomor
halaman : Jurnal Akuntansi & Investasi Vol. 13 No. 2, halaman:
161-179, Juli 2012.
• Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hasil dari analisis dari pihak akademis dan penyusunan standart
atas stereotipe masyarakat yang menganggap bahwa akuntansi
syariah tidak berbeda secara substansial dengan akuntansi
konvensional.
• Hasil/temuan utama : Dari pihak pengelolah lembaga keuangan
menyampaikan adanya Ketidaksinkronan pada model laporan
keuangan versi PSAK syariah yang telah diterbitkan oleh IAI pada
tahun 2011. Ketidaksesuaian antara standar PSAK syariah dan
implementasinya pada perbankan, menjadi salah satu sasaran kritik
bagi para pemikir/pengamat syariah, khususnya PSAK nomor 100
tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan serta nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Syariah. Sebagai sebuah produk dari hasil pemikiran manusia yang
menginginkan kondisi yang “sempurna”, peluang terjadinya
deviasi antara standar dan praktik atas PSAK syariah tidak dapat
dihindari. Dari pihak penyusun standar yang menilai bahwa
kegagalan impelementasi PSAK syariah karena ada 3 faktor yaitu:
regulasi, pelaksana (SDM) dan msyarakat. Yang mana ketiganya
saling berkaitan terhadap berhasil atau tidaknya implementasi
PSAK syariah tersebut. Pengelola LKMS pada salah satu BMT di
Malang, peneliti mencoba untuk mengeksplorasi praktik syariah
dalam lembaga tersebut. Dari paparan sang manajer, menurut
penilaian beliau praktik syariah yang selama ini dijalankan telah
sesuai dengan prinsip syariah. Demikian pula dari penilaian
peneliti bahwa tidak ada permasalahan dengan praktik syariah di
dalam BMT tersebut, namun ada hal lain yang diungkapkan beliau
terkait kesulitannya dalam hal penyusunan laporan keuangan.
Minimnya keahlian (skill) yang dimiiki personil pengelola BMT
tentang penyusunan laporan keuangan telah membuat model
laporan keuangan yang disusunnya tidak informatif. Dan ada juga
yang berpendapat PSAK menjadi standar yang tidak implementatif
karena tidak sesuai dengan kebutuhan LKMS yang cenderung lebih
sederhana dibandingkan dengan bank umum syariah. Dari bidang
akademisi menyampaikan pula suatu hasil pengamatan berkunjung
ke bank syariah ada seorang nasabah yang ingin mengajukan
pinjaman. Ternyata pihak bank meminta si nasabah untuk
menyiapkan laporan proyeksi selama 10 tahun ke depan. Fenomena
ini ditunjang dengan pengkajian sebuah artikel karangan Weil
(1990) yang mengupas habis penggunaan Time Value of Money
(TVM) pada beberapa aktivitas, seperti dana pensiun. Weil (1990)
menjelaskan sebenarnya akuntansi selalu menggunakan time value
of money berkenaan penentuan waktu (timing) terhadap transaksi
nilai investasi serta kepastian penilaian yang dipengaruhi nilai
uang. Dari kejadian diatas beliau menyampaikan pula bahwa
akuntansi syariah sama halnya dengan akuntansi konvensional.
Satu pernyataan beliau yang sangat menarik disampaikan, “dalam
merumuskan akuntansi syariah, seharusnya syariah yang masuk ke
akuntansi, bukan sebaliknya akuntansi yang masuk syariah”.
Ketidaksyariahan akuntansi syariahkini terjadi adalah karena
akuntansi yang memasuki syariah, jadi konsep syariah “dipaksa”
untuk mengikuti akuntansi konvensional yang selama ini telah
tertancap di dalam pemikiran masyarakat luas.
• Kesimpulan umum : Ternyata penilaian praktik perbankan
syariah di Indonesia masih jauh dari syariat Islam adalah benar.
Benar karena telah melalui pembuktian empiris dengan observasi
ke LKS dan dari pengakuan si pelaku (pengelola perbankan
syariah). Stereotipe masyarakat yang menganggap bahwa akuntansi
syariah tidak berbeda substansial dengan akuntansi konvensional
dalah benar. Terbukti dari hasil penelitian tentang kritik terhadap
PSAK syariah yang dilakukan oleh pihak akademisi baik dosen
maupun mahasiwa. Dari hasil penelitian empiris diatas, ternyata
permasalahan mendasar yang menyebabkan penyimpangan praktik
syariah dari syariat Islam adalah karena faktor SDM.
Kekurangpahaman dan keengganan mereka untuk memahami
syariah secara holistic menjadikan praktik syariah dinilai sebagai
hasil duplikasi dari akuntansi konvensional. Pada akhirnya, jika
kondisi seperti ini diacuhkan, maka kejayaan umat seperti yang
diharapkan dalam Islam sulit tercapai.

2. Terjemahan Artikel Asing Kedalam Bahasa Indonesia

Judul artikel : “Islamic Accounting – A Primer”

A. Pendahuluan
Bagi para akuntan profesional yang telah membangun akuntansi
sebagai ide, disiplin ilmu yang bersifat teknis dan bebas nilai, ide untuk
mencantumkan ajektiva agama pada akuntansi bisa berdampak buruk.

Di sisi lain perkembangan perbankan Syari’ah dan Lembaga


Keuangan Syari’ah yang akhir-akhir ini dirangkul oleh institusi kapitalis
seperti Citibank, HSBC, dan ANZ mungkin menarik perhatian untuk
memperoleh peluang baru.

Apa itu Akuntansi Syari’ah? Penambahan kata “Syari’ah”


menimbulkan justifikasi dan prima-facie tentang perbedaan utama dan
penting antara Bank Syari’ah dan Akuntansi Syari’ah.

B. Makna Akuntansi Syari’ah


Akuntansi Syari’ah dapat didefinisi sebagai proses akuntansi yang
menyediakan informasi untuk pemegang pancang (stakeholder) sebuah
entitas untuk dapat memastikan entitas tersebut beroperasi secara
berkelanjutan dalam bingkai aturan Syari’ah dan mencapai tujuan sosio-
ekonomi. Akuntansi Syari’ah juga merupakan alat untuk mengevaluasi diri
setiap Muslim di hadapan Tuhan (muhasabah).

Akuntansi konvensional didefinisi sebagai kegiatan


mengidentifikasi, mencatat, mengklasifikasi, menginterpetasi, dan
mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi kepada para pengguna
informasi untuk dapat mengambil keputusan. Dari definisi tersebut tampak
persamaan antara akuntansi konvensional dan akuntansi Syari’ah yaitu
menyediakan informasi.

Adapun perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:

1) Tujuan penyediaan informasi


Tujuan utama akuntansi konvensional adalah bagaimana
mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara efisien dan
mencapai keuntungan agar dapat digunakan sebagai pertimbangan
oleh pengguna dalam berinvestasi.

Akuntansi Syari’ah mengharapkan para pengguna dapat memastikan


organisasi Syari’ah mematuhi asas dan hukum Islam dalam
mencapai tujuannya.

Pada level dasar dapat dikatakan bahwa organisasi Syari’ah berbeda


dengan organisasi konvbensional dalam memastikan kepatuhan
terhadap prinsip dan hukum Syari’ah dan berusaha untuk mencapai
tujuan sosio-ekonomi tertentu yang didorong oleh Islam.

2) Tipe informasi yang diidentifikasi


Akuntansi konvensional fokus pada pengidentifikasian peristiwa
ekonomi saja. Sedangkan akuntansi Syari’ah mengidentifikasi
peristiwa dan transaksi sosio-ekonomi dan agama.

Hal pertama yang dilakukan dalam akuntansi konvensional yang


diajarkan oleh kurikulum Amerika adalah melakukan pembukuan
hingga membuat laporan keuangan yang fokus pada moneter.
Namun demikian tak berarti bahwa akuntansi Syari’ah tidak
berfokus pada uang. Selain dalam hal larangan pendapatan berbasis
bunga (riba), bagi hasil adalah lebih penting dalam akuntansi
Syari’ah.

Bagaimanapun akuntansi Syari’ah bersifat lebih holistik dalam


pelaporan. Baik pengukuran finansial maupun nonfinansial, harus
mempertimbangkan peristiwa dan transaksi eknomi, sosial,
lingkungan, dan agama. Hal ini harus pula diukur dan dilaporkan.
3) Pengguna informasi
Meskipun profesi mengakui adanya perbedaan pengguna laporan
keuangan, namun pengguna yang dituju oleh laporan keuangan
akuntansi konvensional adalah para pemegang saham dan kreditur.
Dari perkembangan terakhir dalam keuangan dan pasar modal
akuntansi konvensional tampaknya melayani para pemodal dari
kalangan elit saja. Hal ini berdampak pada: yang kaya semakin kaya.

Akuntansi Syari’ah melayani seluruh lapisan pemegang pancang


(stakeholder). Tak hanya yang kaya saja, namun masyarakat secara
luas juga dapat membuat perusahaan bertanggung jawab pada
perilakunya dan memastikan perusahaan tunduk pada prinsip
Syariah, tidak merugikan pihak lain, dengan menghasilkan
pendapatan secara etis serta mencapai dan mendistribusikan
kesejahteraan pada seluruh anggota masyarakat.

C. Perpaduan Akuntansi dan Agama


Saat akuntansi konvensional digunakan secara luas benarkah tidak
ada aspek lain yang tersembunyi? Bagaimana dengan kedua hal berikut:

1) Apakah akuntansi konvensional bebas nilai dan tujuan sebagaimana


digambarkan atau apakah ada aspek yang tersembunyi?
2) Masalah istilah – karakter dan sumber pengetahuan.

Beberapa tahun yang lalu negara-negara di Eropa dan Komunis


menerapkan sistem perekonomian yang berbeda dalam akuntansi. Hal ini
pulalah yang nantinya membedakan pengaruh pada kemajuan
perekonomian negara yang menggunakannya.

Istilah Kapitalis tidak digunakan pada akuntansi konvensional


sebagaimana penambahan istilah Syari’ah (Islamic) pada akuntansi
Syari’ah yang membahas pula hubungan manusia dengan Tuhan.
Berdasarkan hal-hal yang bersifat implisit ini akuntansi tidaklah bersifat
objektif, netral dan bebas nilai.

D. Prima-Facie Akuntansi Syari’ah


Akuntansi adalah seperangkat alat untuk mencapai beberapa tujuan.
Agar berguna, tia harus relevan terhadap tujuan. Adalah hal yang umum
mengetahui tujuan akuntansi konvensioanl sebagaimana berlaku. Akan
tetapi akuntansi Syari’ah sangat mungkin lebih baik dalam hal mencapai
tujuan institusi dan dinividu yang berorientasi pada sosio-ekonomi dan
agama.

3. Hal - Hal Penting Dari Artikel Diatas


a. Akuntansi Syari’ah dapat didefinisi sebagai proses akuntansi yang
menyediakan informasi untuk pemegang pancang (stakeholder) sebuah
entitas untuk dapat memastikan entitas tersebut beroperasi secara
berkelanjutan dalam bingkai aturan Syari’ah dan mencapai tujuan
sosio-ekonomi. Akuntansi Syari’ah juga merupakan alat untuk
mengevaluasi diri setiap Muslim di hadapan Tuhan (muhasabah).
b. Akuntansi konvensional didefinisi sebagai kegiatan mengidentifikasi,
mencatat, mengklasifikasi, menginterpetasi, dan mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa ekonomi kepada para pengguna informasi untuk
dapat mengambil keputusan.
c. Tujuan utama akuntansi konvensional adalah bagaimana
mengalokasikan sumber daya yang terbatas secara efisien dan
mencapai keuntungan agar dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh
pengguna dalam berinvestasi.
d. Akuntansi Syari’ah mengharapkan para pengguna dapat memastikan
organisasi Syari’ah mematuhi asas dan hukum Islam dalam mencapai
tujuannya.

4. Aqad - Aqad Yang Di Amalkan Dalam Perbankan Syariah

a. Mudharabah
Adalah akad kerja sama antara shahibul maal (pemilik modal) dan
mudharib (pengelola dana) yang pembagian keuntungannya
berdasarkan bagi hasil menurut kesepakatan awal.
Apabila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, seluruh
kerugian ditanggung shahibul maal, kecuali ditemukan adanya
kelalaian atau kesalahan yang diperbuat mudharib, seperti
penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
Prinsip mudharabah dibagi menjadi dua, yakni mudharabah
mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
b. Musyarakah
Adalah akad kerja sama di antara dua atau lebih shahibul
maal untuk mendirikan usaha bersama dan bersama-sama
mengelolanya. Perihal keuntungan dibagi sesuai kesepakatan,
sedangkan kerugiannya ditanggung menurut kontribusi modal masing-
masing. Jenis-jenisnya ada empat, yakni Syirkah Mufawadhah, Syirkah
‘inan, Syirkah a’mal, dan Syirkah Wujuh.
c. Wadiah
Adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain.
Prinsip wadiah digolongkan menjadi dua macam, yakni Wadiah Yad
Amanah dan Wadiah Yad dhamanah. Keduanya berbeda: Wadiah Yad
Amanah bisa diartikan si penerima wadiah tidak bertanggung jawab
jika ada kehilangan dan kerusakan pada wadiah yang bukan
disebabkan kelalaian atau kecerobohan penerima wadiah.
Sementara dalam Wadiah Yad dhamanah, si
penerima wadiah boleh menggunakan wadiah atas seizin pemiliknya
dengan syarat dapat mengembalikan wadiah secara utuh kepada
pemiliknya.

d. Murabahah
Murabahah berarti akad jual beli yang melibatkan bank dengan
nasabah yang disepakati kedua belah pihak.
e. Salam
Adalah transaksi jual beli suatu barang tertentu antara pihak
penjual dan pembeli dengan harga yang terdiri atas harga pokok
barang dan keuntungan yang ditambahkannya telah disepakati
bersama.
f. Istisha
Bisa diartikan sebagai transaksi jual beli yang hampir sama dengan
prinsip salam, yakni jual beli dan penyerahan yang dilakukan
kemudian, sedangkan penyerahan uangnya bisa dicicil atau
ditangguhkan.
g. Ijarah
Prinsip ijarah merupakan akad pemindahan hak guna barang atau
jasa dengan pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan.
h. Qardh
Prinsip yang satu ini merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang
atau barang yang dilakukan tanpa ada orientasi keuntungan. Namun,
pihak bank sebagai pemberi pinjaman boleh meminta ganti biaya yang
diperlukan dalam kontrak Qardh.
i. Hawalah/hiwalah
Prinsip hawalah diartikan sebagai pengalihan utang dari orang
yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.
j. Wakalah
Prinsip wakalah timbul karena salah satu pihak memberikan suatu
objek perikatan yang berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai
meminjamkan dirinya untuk melakukan sesuatu atas nama diri pihak
lain.
k. Rahn (gadai)
Adalah menyimpan sementara harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diberikan oleh si piutang, perbedaan gadai
syariah dengan kpnvensional adalah hal pengenaan bunga. Gadai
Syariah menerapkan beberapa sistem pembiayaan, antara lain qardhun
hasan (pinjaman kebajikan), mudharobah ( bagi hasil) dan
muqayyadah ( jual beli).

Anda mungkin juga menyukai