Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiimm

Puji syukur kehadirat Ilahi Robbi yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Parameter
Standarisasi Obat Tradisional”

Makalah ini dibuat oleh kelompok 5 sebagai tugas pada mata kuliah Obat Tradisional
dengan dosen pengajar bapak Vitra Sodiq, S.Farm, M.Farm,Apt.

Dengan segala keterbatasan yang ada, kami menyadari bahwa makalah ini belumlah
dapat dikatakan sempurna, masih banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan dan kemajuan di masa
mendatang.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemakain obat tradisonal sebagai bahan pengobatan telah lama dilakukan oleh
masyarakat Indonesia. Hasil dan manfaatnya telah dirasakan secara langsung, sehingga
penggunaan obat tradisional ini ada kecenderungan semakin meningkat.Hal ini tampak
dengan semakin meningkatnya pemakaian jamu dan industri obat tradisonal yang terus
berkembang dari tahun ke tahun. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman telah
diketahui khasiatnya namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebgai bahan baku
industri farmasi secara regular. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68 % penduduk
dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan
tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia
menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka. (Saifuddin,dk.2011 ).
Oleh karena itu perlunya menjaga mutu dari tanaman herbal sebagai sumber daya utama
dari obat tradisional, agar obat tradisional yang dipasarkan dan digunakan pada masyarakat
mempunyai efek yg sesuai dan terjaga khasiatnya.
Dalam menjaga mutu obat herbal mempunyai standarisasi dan parameter- parameter yang
berperan menjaga kualitas dari bahan herbal tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


1. Jelaskan yang di maksud standarisasi Obat Tradisional
2. Bagaimana dan apa saja parameter standarisasi dari obat tradisional yang baik
3. Macam dan jenis standarisasi obat tradisional

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud standarisasi obat tradisional
2. Untuk mengetahui parameter parameter yang digunakan dalam standarisasi bahan
alam.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi institusi pendidikan ISTA AL-kamal :
Untuk menambah bahan pustaka institusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
Dan penelitian tentang farmasi.
1.4.2 Bagi Mahasiswa :

Meningkat kemampuan berpikir kritis dan logis dalam menerapkan konsep ilmu
Obat tradisional terhadap bahan obat tau tanaman herbal.

1.4.3 Bagi Penulis :

a. Melatih kempuan penulis dalam merumuskan dan memecahkan masalah


b. Memperluas wawasan dan pengetahuan penulis yang didapat selama mengikuti
pendidikan di institusi dan menerapkan nya di lapangan mengenai proses
standarisasi bahan alam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN OBAT TRADISIONAL


Obat tradisional merupakan obat-obatan yang dibuat dari bahan alami secara
tradisional. Obat ini merupakan resep yang berdasarkan nenek moyang atau sudah ada
sejak jaman dahulu. Obat-obatan ini masih banyak dibuat ataupun digunakan untuk
mengobati berbagai macam penyakit.  Eksistensi obat-obatan tradisional atau sering
disebut sebagai obat herbal ini masih cukup tinggi. Obat herbal ini masih banyak
dimanfaatkan karena memiliki keunggulan dibanding obat-obatan dari medis. Obat ini
terbuat dari bahan alami sehingga aman untuk digunakan. Tidak seperti obat-obatan medis
yang memiliki risiko pada kesehatan Anda.

2.2 STANDARISASI OBAT TRADISONAL / BAHAN ALAM


Standardiasasi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar (dilakukan oleh pihak terkait).Bahan alam
seringkali diperoleh dari berbagai sumber dan lokasi tempat tumbuh, varietas berbeda,
umur tanaman berbeda, dan masa panen yang berbeda, sehingga akan membuat variasi
kandungan kimia dan efek yang dihasilkan.

2.3 TUJUAN STANDARISASI BAHAN ALAM


Standarisasi bahan alam perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang baik. Tujuan
standarisasi obat bahan alam adalah :
1. Keseragaman (supaya tidak merusak formula dan khasiat): yg perlu seragam ialah
bahan baku dan produk jadinya
2. Keberadaan senyawa aktif, sehingga bisa dipercaya efek farmakologinya. Dan efek
farmakologi bukan ditentukan oleh produsen OT, tetapi berdasarkan penelitian dan
uji-uji, baik praklinik maupun klinik

3. Kesamaan dosis, sehingga efek farmakologi yg ditimbulkan seragam dan


mempermudah pemberian OT pada masyarakat.
4. Stabilitas senyawa aktif, agar tidak merubah khasiat
5. Mencegah pemalsuan, dengan adanya standarisasi masyarakat dapat membedakan
produk asli dan palsu.
6. Uji klinis, meyakinkan masyarakat mengenai keamanana dan khasiat produk

2.4 PROSES OBAT HERBAL

PROSES OBAT HERBAL


GAP adalah sebuah teknis penerapan sistem sertifikasi proses produksi pertanian yang
menggunakan teknologi maju ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga produk
panen aman dikonsumsi, kesejahteraan pekerja diperhatikan dan usahatani memberikan
keuntungan ekonomi bagi petani

GAP ini meliputi:

 Benih
 Pemupukan
 Panen
 Pemeliharaan Tanah
GCP:  Suatu standar kualitas etik dan ilmiah internasional untuk desain, melaksanakan,
mencatat dan melaporkan uji klinik dengan melibatkan manusia sebagai subyek. Dengan adanya
standar akan memberi rasa”tenang” pada publik bahwa hak, keamanan, kesejahteraan subyek
penelitian akan terlindungi. Penyediaan produk harus sesuai dengan GMP. (untuk ilustrasi GCP
dapat dilihat pada https://moko31.wordpress.com/2009/06/20/clinical-research/ )
GCP dalam proses pengembangan tanaman menuju sediaan galenik harus memperhatikan
proses:

 Pencucian
 Pengeringan
 Pemotongan
 Pengemasan Transportasi

.
2.5 PARAMETER STANDARISASI BAHAN ALAM
Parameter standarisasi terbagi menjadi 2 yaitu parameter spesifik dan parameter non
spoesifik
1. Parameter spesifik adalah parameter yang berhubungan dengan aktivitas farmakologi-
khasiat (senyawa/golongan senyawa aktif/yang bertanggung jawab terhadap
kandungan obat herbal.

2. Parameter non spesifik adalah parameter yang berhubungan dengan keamanan


(aflatoksin, mikroba, logam berat) dan stabilitas (mikrobiologi, fisis)
Yang paling penting dalam aspek parameter non spesifik standarisasi obat tradisional
adalah :

 1. Penetapan kadar air


Salah satu jaminan kemurnian dan kontaminasi adalah penetapan kadar air.
Nilai kadar air yang tidak sesuai dengan standar Akan dapat mempengaruhi
kualitas herbal Yaitu Sebagai media tumbuh mikroorganisme yang Baik.
Pertumbuhan jamur ataupun bakteri dapat menyebabkan terjadinya perubahan
metabolit sekunder. Selain iTu kadar air yang tinggi dapat menyebabkan masih
berlangsungnya reaksi enzimatis yang dapat merubah metabolit sekunder di
dalam tanaman tersebut. Perubahan metabolit sekunder Akan sangat
mempengaruhi kualitas herbal iTu sendiri dalam hal aktivitas farmakologinya.

Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan 3 metode tergantung pada


senyawa kimia didalamnya,yakni titrasi, gravimetri, dan destilasi. Umumnya
kadar air ditetapkan dengan cara destilasi apabila terdapat minyak astir di
dalamnya. Metode penetapan kadar air dapat di baca lebih lanjut dalam
buku : monografi ekstrak tumbuhan obat Indones
2. Penetapan kadar Abu
Dalam menentukan kadar Abu, bahan tanaman di bakar dan residu Abu yang dihasilkan
diukur Sebagai kadar Abu total. Kadar Abu total menunjukkan jumlah senyawa
anorganik, mineral internal dan eksternal. Kadar Abu harus sesuai berdasarkan standar
yang sudah ditetapkan di masing-masing ekstrak bahan tanaman.

Dari Abu total yang dihasilkan kita dapat menentukan kadar Abu tidak larut asam,
dengan cara Abu total dilarutkan dalam asam klorida dan di bakar. Sisa Abu
pembakaran merupakan nilai Abu tidak larut asam. Kadar Abu tidak larut asam
menandakan kehadiran silikat yang terdapat didalam pasir atau tanah. (AOAC, 2005)

3. penetapan logam berat


Kontaminasi logam berat dapat terjadi secara tidak sengaja ataupun sengaja untuk
ditambahkan. Logam berat yang berbahaya dan Ada di sediaan OT adalah merkuri,
timbal, tembaga, kadmium, dan arsen. (AOAC, 2005)

Cara penentuan logam berat yang sederhana dapat ditemukan


dalam pharmacopoeias dan didasarkan pada reaksi warna menggunakan reagen spesifik
Yaitu thiocetamide atau diethyldithiocarbamate. Kehadiran logam berat diukur dengan
membandingkan menggunakan standar. (WHO, 1988)
Penetapan logam berat dapat menggunakan instrument seperti Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS), Inductively coupled plasma (ICP), dan Neutron Activation
Analysis (NAA). (Watson, 1999)

4. penetapan residu pestisida


OT dapat mengandung residu pestisida, yang terakumulasi melalui proses agricultural
seperti penyemprotan, treatment pada tanah Selama proses penanaman, dan penggunaan
pestisida gas Selama penyimpanan. Banyak pestisida mengandung klorin atau fosfat.
Pengukuran residu pestisida dapat dilakukan dengan menetapkan total organik klorin
dan/ total organik fosfat apabila tercemar pestisida lebih dari satu (Kunle, et al., 2012)
Penentuan pestisida tunggal dapat dilakukan dengan metode kromatografi gas (Kunle, et
al., 2012). Tetapi apabila senyawa pestisida atau senyawa lain juga terdeteksi dalam
kromatogram suatu residu pestisida maka perlu dilakukan suatu perlakuan kimiawi atau
Fisika lain untuk menghilangkan atau mengurangi intervensi senyawa senyawa tersebut
sebelum dilakukan kuantitasi residu pestisida yang ingin ditentukan. (BPOM, 2004)

Berikut beberapa penjelasan mengenai parameter spesifik dan non spesifik bahan alam :

 
PARAMETER PARAMETER
No. NON SPESIFIK KETERANGAN SPESIFIK KETERANGAN
Banyak senyawa yg
hilang saat proses
Senyawa identitas,
pengeringan.
Susut pengeringan tata nama (jenis
Bahan dikeringkan
& BJ simplisia, nama
(1050C, 30’) à susut
ekstrak, nama latin
pengeringan
& Indonesia
1 Identitas (jika ada) tanaman)
Banyak kandungan air
dalam bahan/sampel
baik itu simplisia/
ekstrak/produk jadi.
Dengan metode
gravimetri/destilasi/
Bentuk, warna, bau,
titrasi Karl-Fischer
2 Kadar air Organoletik rasa
3 Kadar abu Gambaran kandungan Senyawa terlarut Merupakan
mineral internal & dalam pelarut gambaran awal jml
eksternal, dengan cara tertentu senyawa dlm suatu
pemijaran. pelarut.
Kadar = Pelarut yg
digunakan biasanya:
air, etanol, heksana,
diklorometan
(DCM).

Kadar =

Uji kandungan kimia ekstrak


Merupakan
gambaran awal
komposisi
kandungan kimia.
–    Pola Prinsip KLT,
kromatogram dengan 3 tingkat
kepolaran jika belim
diketahui senyawa
apa yang dinginkan
dan dikandung.
Gambaran banyaknya
sisa pelarut yang Co/ tannin, miny.

sengaja ditambahkan –    Kadar total atsiri, alkaloid,

dalam suatu proses. golongan steroid, antrakuinon,

Misal saat destilasi kandungan kimia flavonoid, saponin


Androgafolid,
dan KGC.
piperin, shogaol,
Dan harus ditentukan
–    Kadar eugenol,
untuk mengetahui
kandungan kimia xantorizoid,
kekentalan ekstrak
4 Sisa pelarut tertentu kurkuminoid.
5 Residu pestisida Melihat kontaminasi
pestisida:
–    Organoklor:
endrin, dieldrin,
heptaklor

–    Organofosfat:
diazinon, paration,
metilparation.

Cemaran logam
6 berat Hg, Pb, Cd, Zn.
Kapang, khamir,
aflatoksin
Nilai duga terdekat
coliform
7 Cemaran mikroba
Besarnya masa pada
satuan volume
(dengan piknometer)
8. Bobot jenis BJ (250) =
9. Parameter lain pada standar mutu ekstrak ialah melihat konsistensi ekstraknya

BAB 111

KESIMPULAN

Dalam pembuatan obat tradisional perlu mem[pertibangkan dan memperhitungkan


parameter –parameter dalam standarisasi bahan alam baik parameter spesifik yang berasal dari
factor farmakologi bahan alam itu sendiri. Sedangkan parameter non spesifik yang berasal dari
factor kemanan dan stabilitas mikroba dan faktur luar yang mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA

AOAC, 2005, Official Methods of Analysis of AOAC International, 18th Ed, AOAC


International, Geithersburg, MD

BPOM, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Jakarta, p. 121-146


Kunle, et al., 2012, Standardization of Herbal medicine – A review, Int. J. Biodiversity.
Conserv., 4(3): 101-112

Watson, D.G., 1999, Pharmaceutical Analysis, Churchill Livingstone, Edinburgh


WHO, 1988, The International Pharmacopeia, Quality Spesification for Pharmaceutical
Substances, Excipients, and Dosage Forms, 3rd Ed. World Health Organization, Geneva. 3

Anonim,2008.”Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi”.Jurusan farmasi FMIPA.Universitas


Udayana.Jimbaran.
https://sablitime.wordpress.com/tag/standarisasi obat herbal

https://vidyaparamita.wordpress.com/parameter non spesifik standarisasi obat tradisional.

TUGAS MAKALAH

PARAMETER STANDARISASI OBAT TRADISIONAL


DISUSUN OLEH KELOMPOK V :

RANI SAFITAMAH ( 201851229 )

SELVIA NOVIANI QUIN ( 201751438 )

EUIS CHOLISHOH ( 201851084 )

DINIS SEPTIA ( 201751084 )

HERI MURDANI ( 201751583 )

M. RASYID S ( 201851163 )

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL KAMAL

2018/2019

GANJIL

Anda mungkin juga menyukai