Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSTITUSI

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)

Disusun oleh :

AGIEL DELVINZA RAMADHANDY

11200820000049

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan
kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Kewarganegaraan, dengan ini
penulis mengangkat judul “Makalah Konstitusi”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 8 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah........................................................................................................2

BAB II : Pembahasan

2.1 Pengertian Konstitusi...............................................................................................2


2.2 Peran Konstitusi dalam Suatu Negara......................................................................4
2.3 Perubahan yang terjadi pada Konstitusi di Indonesia..............................................5

BAB III : Penutup

Kesimpulan........................................................................................................................10

Daftar Pustaka....................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai ketatanegaraan.


Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang mendasarinya. Konstitusi
dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan dapat
pula tidak tertulis. Konstitusi merupakan dasar dari tatanan hukum sebuah negara, yang di
dalamnya terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan mengatur tentang
distribusi kekuasaan (Distribution of Power) dalam penyelenggaraan negara. Konstitusi
biasanya juga disebut sebagai hukum fundamental negara, sebab konstitusi ialah aturan
dasar. Aturan dasar yang nantinya akan menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan hukum
lain yang ada dibawahnya. Konstitusi dalam arti formal adalah suatu dokumen resmi,
seperangkat norma hukum yang hanya dapat diubah di bawah pengawasan ketentuan-
ketentuan khusus, yang tujuannya adalah untuk menjadikan perubahan norma-norma ini
lebih sulit. Konstitusi dalam arti material terdiri atas peraturan-peraturan yang mengatur
pembentukan norma-norma hukum yang bersifat umum, terutama pembentukan undang-
undang.

Di Indonesia, konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi tertulis yaitu


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau biasa disebut UUD
1945. UUD 1945 pertama kali disahkan sebagai konstitusi negara Indonesia dalam sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. Pasal 3 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan mempertegas kedudukan Undang-Undang Dasar sebagai sebuah Hukum Dasar.

1.2 Rumusan Masalah

1
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan konstitusi?
1.2.2 Apa peran penting konstitusi dalam sebuah negara?
1.2.3 Perubahan apa saja yang terjadi pada konstitusi di Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Memahami arti dari konstitusi.


1.3.2 Memahami peran penting konstitusi dalam suatu negara.
1.3.3 Mengkritisi perubahan yang terjadi pada konstitusi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konstitusi

Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara


adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara
biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang
terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi dasar bagi
peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus bentukan negara, kontitusi memuat aturan dan
prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk
menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar
hukum termasuk dalam bentuk struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan
negara pada umumnya. Konstitusi merujuk umumnya merujuk pada pinjaman hak kepada
warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.

2
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan peraturan
baik tertulis maupuntidak tretulis yang mengatur secara mengikat mengenai cara
penyelenggaraan suatu pemerintahan. Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan
keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan
yang membentuk, mengatur atau memenuhi negara. Peraturan perundang-undangan
tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak
tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan demikian,
pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada peraturan ketatanegaraan
baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Terdapat beberapa definisi konstitusi dari pada ahli, yaitu :

a. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu :

1). Konstitusi dalam pengertian politik sosiologi. Konstitusi mencerminkan


kehiupan politik didalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.
2). Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang
selanjutnya dijadikan satu kesatuan kaidah yang hidup dalammasyarakat yang
selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum konstitusi dalam hal ini sudah
mengandung pengertian yuridis.
b. Menurut Prof. K.C. Wheare, dalam bukunya Modern Constitutions, pembahasan
mengenai urusan-urusan ketatanegaraan, istilah konstitusi lazim dipergunakan sekurang-
kurangnya dalam 2 pengertian, yaitu pertama dalam arti luas, dan kedua dalam arti sempit.
1. Konstitusi dalam arti luas, yaitu dipergunakan untuk menggambarkan seluruh
sistem pemerintahan suatu Negara yaitu sekumpulan peraturan yang menetapkan
dan mengatur pemerintahan atau sistem ketatanegaraan. Peraturan-peraturan ini
sebagian bersifat hukum dan sebagian lagi bersifat non hukum atau ekstra-hukum.
Peraturan bersifat hukum, dalam pengertian pengadilan mengakuinya sebagai
hukum dan menerapkannya dalam menyelesaikan suatu kasus konkret. Peraturan

3
bersifat non hukum atau ekstrahukum,dalam pengertian pengadilan tidak akan
menerapkan peraturan tersebut bila terjadi penlanggaran terhadapnya. Peraturan-
peraturan non hukum dapat berbentuk kebiasaan-kebiasaan, kesepakatan-
kesepakatan,adat istiadat, atau konvensi-konvensi (usages, understanding, customs,
or conventions).meskipun pengadilan tidak mengakuinya sebagai hukum tetapi
tidak berate peraturan-peraturan tersebut kurang efektif dalam pengaturan
pemerintahan Negara.
2. Konstitusi dalam arti sempit, kata ini digunakan bukan untuk mendiskripsikan
aturan hukum (tertulis) dan non hukum tetapi bukan untuk yaitu menunjukan
kepada suatu dokumen atau beberapa dokumen yang berkaitan erat serta memuat
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan tertentu yang bersifat pokok/dasar dari
ketatanegaraan suatu Negara.

Konstitusi atau undang-undang dapat dianggap sebagai perwujudan dari hukum


tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara sekalipun. Hal ini sesuai
dengan dalil “Goverment by law, not by men” ( pemerintahan berdasarkan hukum, bukan
oleh manusia). Pada permulaan abad ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai
konstitusionalisme, (kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar warga negara).
Mendapatkan perumusan secara yuridis.

2.2 Peran Penting Konstitusi dalam Sebuah Negara

Konstitusi memiliki kemuliaan dan arti penting bagi kehidupan suatu negara.
Kemuliaan suatu konstitusilah yang menjadikannya sebagai fundamental law (hukum
dasar) danthe higher law (hukum tertinggi). Hal itu dikarenakan konstitusi dapat disamakan
dengan suatu piagam kelahiran suatu negara baru.

4
Konstitusi memiliki arti penting bagi negara karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak
akan terbentuk negara. Konstitusi menjadi barometer kehidupan negara yang sarat dengan
bukti sejarah perjuangan para pahlawan.
Dalam sebuah konstitusi, tercakup pandangan hidup dan inspirasi bangsa yang
memilikinya. A. Hamid S. Attamimi menyatakan bahwa konstitusi sebagai pemberi
pegangan dan pemberi batas dan sekaligus pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan
negara itu akan dijalankan.
Struycken dalam bukunya berjudul Het Staatsrecht van Het Koninkrijk dre
Nederlander menyatakan bahwa undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis
merupakan dokumen formal yang berisi sebagai berikut:
1.Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
2.Tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3.Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu sekarang maupun
yang akan datang.
4.Suatu keinginan di mana perkembangan kehidupan ketatane garaan bangsa hendak
dipimpin.
Keempat hal yang termuat dalam konstitusi tersebut menun jukkan arti pentingnya
suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa. Konstitusi
juga memberikan arah dan pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan
suatu negara. Konstitusi memiliki kedudukan istimewa dan menjadi sumber hukum utama.
Oleh karena itu, tidak boleh ada satu peraturan perundang-undangan pun yang bertentangan
dengannya.
Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua negara yang
baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan dokumen nasional yang
bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan dokumen hukum dan politik.
Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi, dan hak lembaga negara, pemerintahan,
hu bungan antara negara dan warganya, serta pengawasan jalannya pemerintahan.

5
2.3 Perubahan-perubahan yang terjadi pada konstitusi di Indonesia

Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun
sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945,
konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus
1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-
Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37
pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori
konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu
memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan
melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR
bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus
ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap
no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum) 
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda
sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang tahunan
MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi yang
bertugas melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945
berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam Undang-
Undang yang pernah berlaku, yaitu :
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)

6
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik yang
baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari kemudian pada tanggal 18
Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia setelah mengalami beberapa proses.
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari rongrongan pihak
Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di Indonesia. Akibatnya Belanda
mencoba untuk mendirikan negara-negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia
Timur, negara Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka
terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini
mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik Indonesia Serikat.
Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku
untuk negara Republik Indonesia Serikat saja.
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 merupakan
perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945
menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama
karena terjadinya penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan
wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya
dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar
yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan
undang-undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan
pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik

7
Indonesia Serikat pada tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru
itu pada tanggal 17 Agustus 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang Dasar 1945. Dan
perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama pada masa 1959-1965
menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan
karena Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa reformasi
adalah reformasi konstitusional (constitutional reform). Reformasi konstitusi dipandang
merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan karena UUD 1945 sebelum
perubahan dinilai tidak cukup untuk mengatur dan mengarahkan penyelenggaraan negara
sesuai harapan rakyat, terbentuknya good governance, serta mendukung penegakan
demokrasi dan hak asasi manusia.
Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu agenda
Sidang MPR dari 1999 hingga 2002 . Perubahan pertama dilakukan dalam Sidang Umum
MPR Tahun 1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah membatasi kekuasaan
Presiden dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga
legislatif.
Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000. Perubahan
kedua menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi masalah wilayah negara
dan pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan perubahan pertama dalam hal
memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan¬-ketentuan terperinci tentang HAM.
Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan tahap ini
mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-asas landasan

8
bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara, serta ketentuan-
ketentuan tentang Pemilihan Umum.
Sedangkan perubahan keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR Tahun 2002.
Perubahan Keempat tersebut meliputi ketentuan tentang kelembagaan negara dan hubungan
antarlembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA), pendidikan dan
kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan
tambahan.
Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan materi
UUD 1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan perubahan yang
dilakukan menghasilkan 199 butir ketentuan. Saat ini, dari 199 butir ketentuan yang ada
dalam UUD 1945, hanya 25 (12%) butir ketentuan yang tidak mengalami perubahan.
Selebihnya, sebanyak 174 (88%) butir ketentuan merupakan materi yang baru atau telah
mengalami perubahan.
Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena
mengubah prinsip kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR
menjadi dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu menyebabkan semua
lembaga negara dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat dan melaksanakan kedaulatan
rakyat dalam lingkup wewenangnya masing-masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan
Presiden yang sangat besar (concentration of power and responsibility upon the President)
menjadi prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip
tersebut menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara hukum yang
demokratis.
Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional, tahapan selanjutnya yang
harus dilakukan adalah pelaksanaan UUD 1945 yang telah diubah tersebut. Pelaksanaan
UUD 1945 harus dilakukan mulai dari konsolidasi norma hukum hingga dalam praktik
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 harus menjadi acuan

9
dasar sehingga benar-benar hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara dan
kehidupan warga negara (the living constitution). 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Secara umum terdapat dua macam konstitusi yaitu :


1) Konstitusi tertulis dan
2) Konstitusi tak tertulis. 
 
Hampir semua negara di dunia memiliki konstitusi tertulis atau Undang-Undang
Dasar (UUD) yang pada umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian
wewenang dan cara bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi
manusia.
Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi tertulis
adalah Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap semua lembaga-
lembaga kenegaraan dan semua hak asasi manusia terdapat pada adat kebiasaan dan juga
tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen yang relatif baru maupun yang sudah sangat
tua seperti Magna Charta yang berasal dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi
manusia rakyat Inggris. Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai
dokumen atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka Inggris masuk
dalam kategori negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.
Pada hampir semua konstitusi tertulis diatur mengenai pembagian kekuasaan berdasarkan
jenis-jenis kekuasaan, dan kemudian berdasarkan jenis kekuasaan itu dibentuklah lembaga-

10
lembaga negara. Dengan demikian, jenis kekuasaan itu perlu ditentukan terlebih dahulu,
baru kemudian dibentuk lembaga negara yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
jenis kekuasaan tertentu itu.
Beberapa sarjana mengemukakan pandangannya mengenai jenis tugas atau
kewenangan itu, salah satu yang paling  terkemuka adalah pandangan Montesquieu bahwa
kekuasaan negara itu terbagi dalam tiga jenis kekuasaan yang harus dipisahkan secara
ketat. Ketiga jenis kekuasaan itu adalah :
1. Kekuasaan membuat peraturan perundangan (legislatif)
2. Kekuasaan melaksanakan peraturan perundangan (eksekutif)
3. Kekuasaan kehakiman (yudikatif). 
Pandangan lain mengenai jenis kekuasaan yang perlu dibagi atau dipisahkan di dalam
konstitusi dikemukakan oleh van Vollenhoven dalam buku karangannya Staatsrecht over
Zee.  Ia membagi kekuasaan menjadi empat macam yaitu :
1. Pemerintahan (bestuur)
2. Perundang-undangan
3. Kepolisian
4. Pengadilan.
Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi yang
memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi harus
memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi jika jiwa dan
semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam konstitusi sehingga
perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar terhadap sistem
penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis berubah menjadi otoriter
karena terjadi perubahan dalam konstitusinya.

11
DAFTAR PUSTAKA
MKRI. 2015. Sejarah dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia.
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776. Diakses pada 8 April 2021.

Sagoyo, AP. 2016. Makalah Konstitusi.


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1404/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=7&isAllowed=y. Diakses pada 8 April 2021.

Anonim. 2015. Apakah Arti Penting Konstitusi bagi Suatu Negara.


https://www.coursehero.com/file/47326808/Apakah-Arti-Penting-Konstitusi-bagi-Suatu-
Negaradocx/. Diakses pada 8 April 2021.

Anonim. 2017. Makalah Konstitusi Negara. file:///C:/Users/Fajar


%20Wahyudi/Downloads/MAKALAH%20KONSTITUSI%20NEGARA%20(2).pdf.
Diakses pada 8 April 2021.

12

Anda mungkin juga menyukai