Pendahuluan
Kondisi medis yang ada dapat menempatkan pasien pada risiko yang lebih tinggi selama
pembedahan
Manajemen pasien tersebut pada perawatan dental (termasuk ekstraksi gigi) membutuhkan
modifikasi bergantung dengan kondisi medis mereka
Perioperatif
Tujuan
Evaluasi Perioperatif
Diabetes Mellitus
o Suatu penyakit yang secara klinis dan genetik bersifat metabolic heterogen yang
ditandai dengan kenaikan abnormal tingkat glukosa darah (hiperglikemia) dan
disregulasi karbohidrat, protein, dan metabolisme lipid
Defek pada Resistensi sel
sekresi insulin tubuh terhadap
dari pankreas -> aksi insulin -->
Tipe 1 Tipe 2
Hiperglikemia
kronis
Hiperglikemia
pada
perioperatif
Pemeriksaan fisik :
Petechiae, dapat terjadi pada kulit atau jaringan mukosa dan linear
hemorrhage dapat terlihat dibawah kuku
Osler’s node (subkutan), Janeway lesion (datar, tidak lunak, bintik
kemerahan pada telapak tangan dan tapak kaki yang memutih pada
tekanan dan retinal hemorrhage dapat terjadi
Revised AHA Guidelines on Prophylaxis for Infective Endocarditis (2007)
Profilaksis direkomendasikan pada semua prosedur dental yang meliputi manipulasi
jaringan gingival atau daerah periapical gig atau perforasi mukosa oral hanya untuk
pasien yang memiliki resiko tinggi adverse outcome dari infective endocarditis
Epilepsy
o Sistem yang kompleks, terdiri dari serangan paroxysmal berulang yang tidak sadar dan
biasanya terjadi spasme otot tonik / klonik
o Sering terjadi fraktur pada gigi
o Ekstraksi Gigi pada Pasien Epilepsi
Jadwalkan pasien pada pagi hari
Pastikan pasien telah meminum obat-obatan mereka Phenytoin efektif dalam
mengontrol kejang, namun dapat menyebabkan hiperplasia gingiva
Konsultasi dengan dokter sebelum ekstraksi gigi untuk penambahan antikonvulsan
atau medikasi sedative
Aspirin dan NSAIDs sebaiknya tidak diadministrasikan pada pasien yang
meminum valproic acid
Propoxyphene (obat analgesic) dan erythromycin tidak diberikan pada pasien yang
meminum carbamazepine
Waspada gejala yang mengindikasikan awal kejang
Bersiap untuk menangani kejang apabila terjadi pada klinik dental
Tempatkan pasien pada lantai
Menjaga jalur napas
Pasangkan oksigen
Mencegah terjadinya tongue bite
Administrasikan 5 – 10 mg diazepam IV
Kelainan Hematologi
o Diagram :
Leukosit abnormal Anemia Gangguan platelet Kelainan hematologi
o Kelainan hemostatic :
Primer :
Gangguan platelet
Waktu perdarahan lebih lama
Petechiae dan purpura
Sekunder :
Defisiensi faktor koagulasi
Perdarahan dalam yang terlambat
Hemarthrosis
o Sirkulasi platelet
Platelet normal : 150000 – 400000
95% dari manusia yang sehat memiliki jumlah platelet pada range tersebut
Masa hidup normal 7 – 10 hari
Sekitar 1/3 terjebak dalam limpa
Thrombocytopenia adalah keadaan ketika jumlah platelet < 150000 per microliter
Fungsi :
Pembentukan mechanical plug selama respon hemostatic normal terhadap
injury vascular
Fungsi platelet adalah pemeliharaan hemostasis
Hal ini dapat dicapai dengan pembentukan thrombi, ketika terjadi cidera pada
endothelium pembuluh darah
Sebaliknya, pembentukan thrombus harus diinhibisi ketika tidak terjadi cidera
pada endothelium
Abnormalitas platelet :
Thrombocytopenia : Resiko perdarahan
Kegagalan dalam produksi platelet
Naiknya tingkat kehilangan platelet pada sirkulasi
< 150000/mm3
Pada fungsi platelet normal, thrombocytopenia jarang merupakan
penyebab perdarahan kecuali jumlahnya < 50000/mm3
30000 – 50000/mm3 : memar dengan trauma minor
15000 – 30000/mm3 , memar spontan akan terlihat (umumnya pada lengan
dan kaki)
Diagnosis :
Pengambilan riwayat
- Epistaxis
- Metromenorrhagia
- Sering terjadi perdarahan gusi
- Medikasi
Pemeriksaan fisik
- Purpura
- Petechiae
- Hemorrhage mukosa
- Splenomegaly
Pemeriksaan lab < 150000
Penyakit Renal
o Masalah potensial termasuk :
1. Prolonged half – life of renal excreted drugs
2. Anemia
3. Kecenderungan perdarahan
4. Retensi cairan dengan masalah elektrolit
5. Terapi antikoagulan kecenderungan perdarahan
6. Penyembuhan luka terganggu
7. Infeksi sekunder
8. Hipertensi
9. Infeksi
10. Renal osteodystrophy (hypocalcaemia)
o Ekstraksi gigi pada pasien dengan gangguan ginjal :
Progression to CRF menyebabkan kebutuhan untuk dialysis dan kemungkinan
transplantasi
Perawatan dental sebaiknya dilakukan sehari setelah dialysis
Pasien CRF dapat sedang mengkonsumsi kortikosteroid dan obat-obatan
immunosupresi lainnya meningkatkan kerentanan infeksi antibiotik
profilaksis
Anastesi lokal aman kecuali ada kecenderungan perdarahan yang parah
profilaksis hemostatic sebelum pembedahan
Mencegah obat-obatan yang bergantung pada metabolisme ginjal, seperti :
Tetracycline (antibiotik aminoglycoside) harus dicegah pada gagal ginjal
kronis
Aspirin dan NSAIDs
Kodein dan dyhydrocodein lebih dipilih sebagai analgesic
Acetaminophen dapat digunakan sebagai analgesic dan diazepam sebagai
sedasi
Apabila GA dibutuhkan, pasien dapat diberikan cairan IV sebelum tindakan untuk
mencegah dehidrasi dan deplesi garam
Risiko fraktur mandibula selama ekstraksi oleh akibat renal bone disease (renal
osteodystrophy)
o Dialysis
Respon imun menurun administrasi antibiotik
Administrasi heparin dapat menyebabkan komplikasi selama ekstraksi dan
bedah mulut
Ekstraksi gigi sebaiknya dilakukan sehari setelah dialysis ketika antikoagulan
minimal dan keuntungan dialysis maksimal
GA dapat bersifat hazardous bagi pasien karena berhubungan dengan hipertensi,
arterioscelorsis, dan anemia
Asthma Bronchial
o Obstruksi keseluruhan jalan napas yang pada taham awal bersifat paroxysmal dan
reversible kontraksi otot bronchial, pembengkakan mukosa dan peningkatan
produksi mukus wheezing
o Implikasi medis :
Fungsi paru-paru terbatas
Dyspnea
Risiko terjadinya acute respiratory distress
Hypoxaemia kronis
o Ekstraksi gigi pada pasien asthma bronchial
Mencegah kecemasan, waktu kunjungan yang lama, dan pemicu asthma
Penggunaan anastesi umum atau regional harus didiskusikan dengan dokter umum
Pilihan perawatan ditunda pada pasien asthma yang parah hingga mereka berada
pada keadaan yang lebih baik
Pasien sebaiknya tidak ditangani ketika sedang sakit, contoh : gejala flu
Mencegah penggunaan anastesi lokal yang mengandung vasokonstriktor
Mencegah penggunaan aspirin dan NSAIDs
Mencegah penggunaan antihistamin seperti promethazine dan diphenhydramine
efek kering eksaserbasi pembentukan mukus tenacious pada serangan akut
Vigilant preventive regimen steroid prophylaxis as indicated (salbutamol,
inhaled steroid, or systemic steroid)
Gangguan Liver
o Komplikasi potensial :
Detoksikasi obat yang terganggu
Gangguan perdarahan
Transmisi virus hepatitis
Edema sekunder akibat hypoalbuminemia
o Ekstraksi gigi pada pasien dengan gangguan liver :
Gangguan perdarahan cek PT, PTT, INR, jumlah platelet
Oleh karena :
Thrombocytopenia
Penurunan faktor pembekuan
Fibrinolysis yang berlebihan
Absorpsi vitamin K terganggu
Edema sekunder akibat hypoalbuminemia penyembuhan terganggu
Kegagalan metabolisme berbagai obat mencegah obat-obatan hepatotoxic
Antimikroba seperti penicillin, cephalexin dan cefazolin dapat dengan aman
digunakan pada dosis normal
Acetaminophen dapat digunakan untuk analgesia dengan dosis dibawah normal
Aspirin dan NSAIDs sebaiknya dicegah karena memiliki resiko perdarahan
lambung
Obat antifungal miconazole dikontraindikasikan apabila terjadi gangguan hepar dan
fluconazole membutuhkan pengurangan dosis
Anastesi lokal lidocaine, mepicaine, prilocaine atau articaine lebih baik
digunakan daripada lidocaine
Hipertensi
o Sistolik ≥ 140 mmHg dan/atau diastolik ≥ 90 mmHg
o Faktor risiko stroke, penyakit arteri coroner, penyakit ginjal kronis
o Alasan medis paling umum untuk menunda pembedahan
o Aktivasi symphatetic selama induksi anatesi dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat hingga 20 – 30 mmHg dan denyut jantung meningkat hingga 15 – 20 denyut
per menit pada individu normotensive
o Anastesi (inhibisi saraf simpatis) hipotensi (gangguan perfusi)
o JNC VII
o Cara Mendiagnosis :
Pengambilan riwayat
Pemeriksaan fisik – sphygmomanometer
o Manajemen Perioperative
Tindakan elektif : pengendalian hipertensi selama rawat jalan (beberapa minggu)
Tindakan emergensi : antihipertensi IV (konsul)
Hipertensi ringan – sedang yang tidak mendapat resep (TDD 90 – 100 mmHg),
operasi (kecuali operasi plastic, retina, neurologi) dapat dilakukan, dan
antihipertensi segera diberikan setelah operasi
Hipertensi terkontrol obat, terapi lanjut hingga pagi jelang operasi
Infeksi
o Infeksi Human Immunodeficiency Virus / AIDS
Progresifitas penyakit HIV umumnya tidak dipengaruhi operasi
Komplikasi pasca operasi pada ODHA dikaitkan status imnnya dan infeksi
aportunistik serta komplikasi yang sudah ada serta berat ringannya operasi
Risiko berkaitan dengan jumlah CD4 dan viral load
Makin rendah CD4 (200 sel / ml) dan makin tinggi viral load (300000 kopi / cc)
makin besar risiko dapat komplikasi
Risiko komplikasi operasi berhubungan dengan rendahnya kadar albumin
praoperasi
Risiko Penularan HIV
Petugas kesehatan memiliki risiko tertular
Melalui tusukan jarum atau tergores alat tajam yang terkontaminasi darah yang
mengandung HIV
Paparan melalui mukosa atau kulit yang tidak intak
Jika terpapar, harus sesegera mungkin mendapat obat antiretroviral pencegahan
dalam waktu 36 jam pasca paparan (lapor tim AIDS RS)
CARA RASIONAL MENEGAKKAN DIAGNOSIS
Pendahuluan
Penegakan suatu diagnosis pada tingkat klinis atau laboratoris mengharuskan pemeriksaan
melalui beberapa jalur. Mendapatkan gambaran mengenai faktor lokal dan sistematis adalah
sangat penting, kemudian disertai pemeriksaan terhadap pasien serta penyusunan diagnosis
banding dan akhirnya diagnosis pasti
Pengumpulan Informasi
Anamnesis
Dari kata Yunani artinya mengingat kembali. Yaitu suatu cara pemeriksaan yang dilakukan
dengan wawancara baik langsung pada pasien (auto anamnese) atau pada orang tua atau sumber
lain (allo anamneses). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese.
Tujuan Anamnesis :
Keluhan utama : yang menyebabkan penderita datang berobat kemudian ditanya keluhan
tambahan. Keluhan utama tidak harus sejalan dengan diagnosa utama. Walaupun jika
tampaknya terdapat beberapa keluhan yang saling berhubungan erat.
Dari keluhan yang telah dikemukakan itu akan dapat diketahui :
o Apa maksud kedatangan pasien
o Apakah keluhan itu memungkinkan untuk ditanggulangi
o Apakah keluhan itu menyangkut faktor fungsional
o Apakah ada rasa sakit?
o Kalau sakit :
Sakitnya sejak kapan?
Apakah ada hubungan dengan makanan, minuman, manis dan dingin?
Apakah sakit terus menerus, sebentar sakit kemudian hilang?
Apakah spontan, atau muncul bila ada rangsangan?
Apakah masih bisa menunjuk daerah yang sakit?
Sakitnya menjalar apa tidak?
Obat yang pernah digunakan pada saat sakit apa saja?
Riwayat Perjalanan Penyakit
o Harus disusun secara kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan pasien sejak
sebelum terdapat keluhan sampai dibawa berobat
o Bila sudah berobat sebelumnya, ditanyakan kapan, dengan siapa, serta obat apa yang
telah diberikan
o Perkembangan penyakit kemungkinan terjadinya komplikasi
o Pada penyakit keturunan perlu ditanyakan apakah saudara sedarah ada yang mempunyai
penyakit alergi, dll
o Ditanyakan keadaan atau penyakit yang mungkin berkaitan dengan penyakit sekarang.
Misal : penyakit sistemik
o Keluhan dan gejala tambahan ditanyakan secara teliti
o Perlu diketahui mengenai keluhan / gejala sebagai berikut :
Lamanya keluhan berlangsung
Bagaimana sifat-sifat terjadinya gejala, apakah mendadak, perlahan-lahan, atau
terus menerus (ada hubungan dengan akut / kronis)
Untuk keluhan lokal harus dirinci lokalisasi dan sifatnya : menetap, menjalar,
menyebar
Berat ringannya keluhan apakah menetap, bertambah berat atau berkurang
Apakah keluhan tersebut baru pertama kali / sudah pernah sebelumnya
Apakah terdapat saudara sedarah yang menderita keluhan yang sama
o Riwayat penyakit sekarang : yakni sejak pasien menunjukkan gejala pertama sampai
saat dilakukan anamnesis yaitu :
Gejala yang menyertai
a. Nyeri (kualitas)
b. Disfungsi (trismus)
c. Keluhan sistemik (demam, malaise, dll)
Perubahan pada tempat keluhan
a. Ukuran
b. Kecepatan perubahan
c. Warna
Waktu ketika pembengkakan / gejala lain dirasakan saat apa
Perubahan transmisi saraf kesemutan (parastesia), mati rasa (anesthesia)
Alergi makanan, obat-obatan, kosmetik dll
Trauma pembedahan, kecelakaan
Riwayat Penyakit Sistemik
Tujuan untuk mengetahui :
o Adakah penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi kondisi oral
o Penyakit yang kemungkinan dapat menular ke operator
o Apakah sekarang masih sementara perawatan
o Penyakit sistemik yaitu : HT, DM, HIV/AIDS, Hepatitis, Asthma, TBC, dan jantung
Pemeriksaan Objektif
Keadaan Umum
o Pemeriksaan fisik harus selalu dimulai dengan penilaian keadaan umum yang
mencakup :
Kesan keadaan sakit apakah sakit ringan, sedang, berat
Lemah, lesu, letih
Kesadaran
Kesan status gizi proporsi tubuh kurus, gemuk
o Tanda-tanda vital
Nadi
Tekanan darah
Pernafasan
Suhu
A. Ekstra Oral
1. Inspeksi
Pemeriksaan klinis pembengkakan wajah. Dimulai dengan deskripsi yang akurat
(ukuran, bentuk, konsistensi). Informasi ini memberi petunjuk utama kearah diagnosis
Lokasi Anatomi
o Wajah :
Sepertiga atas (infra orbital sampai garis batas rambut)
Sepertiga tengah (bibir atas sampai infra orbital)
Sepertiga bawah (dagu sampai bibir atas)
o Kelenjar Getah Bening
1 = submental
2 = submandibular
3 = supraclavicular
4 = retropharyngeal
5 = buccal
6 = superficial cervical
7 = jugular
8 = parotid
9 = retroauricular &
occipital
2. Palpasi
Informasi klinis yang dinyatakan meliputi tekstur, suhu, konsistensi, nyeri
3. Perkusi
Jarang digunakan pada pemeriksaan klinis pembengkakan wajah
B. Intra Oral
Mukosa pipi
Pemeriksaan Tambahan
Data laboratoris meliputi hasil dari :
Pemeriksaan radiografis memperkuat temuan klinis dan dilakukan setelah pemeriksaan
klinis
a. Radiografis wajah :
o Panoramik
o Oklusal
o Periapical
b. Radiologi khusus
o Arterografi, digunakan untuk membedakan lesi vaskuler, malformasi
o Magnetic resonance imaging (MRI) untuk jaringan lunak
o Sialografi, untuk diagnosis jenis penyakit kelenjar ludah
Tes Laboratorium
a. Hitung sel darah lengkap
b. Serologi
Teknik Diagnostik Jaringan
a. Biopsy
b. Biakan dan tes sensitivitas
ASEPSIS DAN ANTISEPSIS DALAM TINDAKAN BEDAH MULUT
Streptococcus mutans
Streptococcus viridans
BAKTERI
Staphylococcus
Dypteroid
Lactobacillus
Sphyrochaeta anaerobic
Bacteriodes
Dll
Perlekatan bakteri pada sel diibaratkan dengan tangan yang selalu siap untuk menerkam
Infeksi
Mempertahankan diri,
Mengirimkan sel-sel darah
Gejala
Peradangan
Tubuh
(Tumor,
Rubor)
Ruang operasi
o Langit-langit, dinding dan lantai harus didesinfeksi secara teratur
o Ruangan harus bebas dari kontaminasi bakteri sebagus mungkin
o Orang dalam ruangan operasi harus terbatas pada personil-personil operasi
o Ruang operasi kontemporer harus dibangun dengan lantai yang kondusif
o Kanul nasal sekali pakai didesain untuk dibuang setelah sekali pakai. Masker nasal dan
pipa-pipa yang mengarahkan masker dari sumber gas sebaiknya merupakan barang
sekali pakai
Persiapan operasi
o Alas kaki yang kondusif
o Pakaian scrub
o Penutup kepala operasi
o Penutup mata
o Masker
o Teknik pencucian tangan (Teknik Scrubbing) dengan menggunakan alat dan bahan
seperti : sikat, sabun (atau deterjen hexachlorophene) dan air serta alcohol yang
digunakan untuk menggosok tangan dan lengan bawah hingga siku. Penyikatan ini
dapat dilakukan sebanyak dua kali. Kuku jari harus dibersihkan dengan baik. Setelh
digosok, dikeringkan di ruang operasi dengan handuk kecil.
o Baju operasi
o Sarung tangan
Perawatan Lapangan Operasi
Instrument harus disterilkan dan didesinfeksi dengan cara yang tepat agar bebas dari
kontaminasi yang organism easing hingga flora maksilofasial pasien. Gunakan wadah besi
untuk menaruh bungkusan instrument. Buka ujung instrument dengan cara yang steril
Menggunakan antiseptic yang cocok digunakan untuk lapangan operasi. Ujung tabung
endotrakea dan pipa-pipa anestesi harus ditutup dengan handuk operasi dalam sirkumntansi
yang normal
Sepasang handuk dengan lembar tahan air ditempatkan di bawah kepala pasien dan dilipat
melintangi wajah. Gunakan klip handuk atau penjepit handuk. Hati-hati agar tidak melukai
telinga dan mata
Lembaran steril digunakan menutupi kaki dan panggul pasien dan ditarik hingga di bawah
dagu, dijepit pada handuk di tiap sisi kepala. Gunakan dua handuk, satu ditempatkan di sisi
kepala, satu untuk melapisi sisi meja
Persiapkan area, yang belum dibutuhkan hingga menjelang operasi ditutupi dengan handuk
steril. Handuk dibuka tepat sebelum operasi dimulai.
Sebagai seseorang yang berpredikat dokter dan dokter gigi ataupun perawat, sebaiknya prinsip-
prinsip asepsis harus diperhatikan karena ini merupakan suatu tindakan yang sangat membantu
dalam penyembuhan penyakit. Dimulai dari menerapkan tata cara cuci tangan yang benar yaitu
dengan melakukan hand scrub sebelum melakukan penanganan medis, serta memperhatikan
kesterilan alat bahannya
EQUIPMENT, INSTRUMENTS, AND MATERIALS
Pendahuluan
Pencegahan infeksi dalam pembedahan adalah salah satu metode penting pencegahan untuk
mencapai kontrol infeksi di klinik
Tujuan
Definisi
Sterilisasi : proses dimana mikroorganisme patogen & non patogen, termasuk spora,
dibunuh
Desinfeksi : proses kimiawi atau fisika dari menghancurkan seluruh mikroorganisme
patogen, kecuali spora yang tahan; digunakan untuk benda mati, tetapi tidak pada jaringan
Dekontaminasi : proses atau metode dimana material yang terkontaminasi yang dapat
menyebabkan penyakit dibuang
Teknik aseptik : metode dimana kontaminasi dengan mikroorganisme dicegah
Teknik antiseptic : pencegahan dari sepsis dengan pengeluaran, pengrusakan, atau
penghambatan pertubuhan dan multiplikasi dari mikroorgansime dari jaringan dan cairan
tubuh
Latar Belakang
Sterilisasi
Teknik Sterlisasi
Fisik :
o Panas (Heat)
Kering :
Umumnya menyebabkan kerusakan
Untuk powder, oil, dan jelly
Lembab
Steam (uap)
Tekanan tinggi ↑ spora ↓
Vacuum temperature konstan
Autoclave
o Radiasi / sinar ultraviolet
o Air mendidih
o Ultrasound
Kimiawi
o Liquid
o Gas
Formaldehyde
Ethylene – oxide
β – propionolactone
o Umumnya sebagai desinfektan
o Mekanisme kerja :
Koagulasi protein
Denaturasi protein dalam sel
Lysis
o Bergantung kepada : jumlah mikroorganisme, soiling, konsentrasi, dan temperature
Larutan
S
Clean C
Transitional Zone R
Zone U Sterile
Restricted Area
B core
Semi – S
Restricted U
Area I
T
Unrestricted Area
Elevators
Koridor diluar ruang operasi
Pintu masuk
Meja resepsionis
Kamar pasien
Transitional Zone
Ruang locker
Ruang ganti baju
Clean Zone
Teknik Aseptik
Syringe
Needle
Cartridge
Syringe
Tipe syringe
1. Reusable
2. Disposable
3. Combination type
Aspirasi
Non aspirasi
Needle
Bagian-bagian needle
Shank
Bevel
Hub
Plastic syringe adaptor
Syringe end
Ukuran
Gauge
23 gauge
25 gauge
27 gauge
30 gauge
Cartridge
Dental cartridge
Isi : 1,8 ml
Kontraindikasi :
Penyakit jantung
Pasien neurologic
Pasien yang hamil
Pengguna narkotik
Penyakit epilepsy
Pasien tidak kooperatif / terlalu takut
Kelebihan :
Kekurangan :
Indikasi
Kontraindikasi
Terdapat lesi
Pasien penyakit sistemik
Keuntungan
1. Infiltrasi lokal
Larutan AL disuntikkan di sekitar ujung-ujung saraf terminal sehingga efek anestesi hanya
terbatas pada tempat difusi cairan anestesi tepat pada area yang akan dilakukan
instrumentasi. Teknik ini terbatas hanya untuk anestesi jaringan lunak
2. Field block
Field block terbatas pada jaringan yang meliputi satu atau dua gigi
3. Nerve block
Larutan anestesi disuntikkan pada atau disekitar batang saraf utma, sehingga mampu
menganestesi daerah yang luas yang mendapat innervasi dari percabangan saraf utama
tersebut.
Teknik ini sering digunakan di rongga mulut khususnya di rahang bawah. Kerugian dari
Teknik ini adalah bahwa biasanya pembuluh darah letaknya berdekatan dengan batang saraf,
maka kemungkinan terjadi penetrasi pembuluh darah cukup besar.
Nerve block biasanya meliputi daerah yang luas, seperti mandibular nerve block
Contoh : inferior alveolar nerve blok
ANESTESI INTRALIGAMENT
1. Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva dalam rubber
cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton pellet kecil
2. Masukkan jarum kedalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan bevel jarum
menjauhi gigi. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva. Gerakkan jarum ke
apical sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kira-kira 2 mm
3. Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan pada
penyuntikan dan jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak dirasakan, jarum
mungkin tidak benar posisinya dan larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam mulut.
Suntikkan perlahan-lahan 0,2 ml
4. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar. Dapat pula diberikan penyuntikan
di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan bahwa tidak lebih dari 0,1 ml larutan
disuntikkan ke tiap akar. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien
yang lain, walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan
ANESTESI TOPIKAL
Anestesi topical diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah kulit maupun
membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk memblok ujung-ujung saraf superficial.
Semua agen anestesi topical sama efektifnya sewaktu digunakan pada mukosa dan menganestesi
dengan kedalaman 3 mm dari permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat.
Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anestesi topical adalah :
Kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anestesi topical untuk
menghasilkan efek yang maksimum
Salah satu aspek yang mengatur tingkah laku anak dalam perawatan gigi adalah dengan
mengontrol rasa sakit. Pengalaman yang tidak menyenangkan membuat anak dimasa datang
phobia terhadap perawatan gigi.
Penggunaan anestesi lokal pada kedokteran gigi anak ada beberapa hal yang memerlukan
perhatian khusus yaitu variasi anatomi tulang yang jauh berbeda dengan orang dewasa, Teknik,
dan obat yang digunakan harus disesuaikan dengan berat badan.
Pengalaman yang tidak menyenangkan membuat anak dimasa datang phobia terhadap perawatan
gigi.
Periksa selalu riwayat kesehatan anak untuk meyakinkan bahwa tidak ada kontra indikasi
terhadap obat anestesi dan untuk menghindari komplikasi yang bisa saja terjadi selama dan
setelah pemberian anestesi lokal.
Target :
Landmarks :
Coronoid notch
Raphe pterygomandibular
Bidang oklusal mandibula
Posterior / premolar
Area insersi :
Komplikasi :
Trismus
Cedera saraf
Tingkat aspirasi : 10 – 15%
ANESTESI BLOK RAHANG ATAS DAN BAWAH
Posisi Operator
Operator berdiri pada jam 10 menghadap arah yang sama dengan pasien
Teknik Indirect
1. Palpasi fossa retromolar dengan jari telunjuk sehingga kuku jari menempel pada linea
obliqua (interna dan externa)
2. Dengan barrel (bagian yang berisi anestetikum) syringe terletak di antara kedua premolar
pada sisi yang berlawanan, arahkan jarum sejajar dengan dataran oklusal gigi-gigi
mandibula ke arah ramus dan jari
3. Sulcus mandibularis terletak ramus mandibulae berisi jaringan ikat longgal yang dilalui oleh
nervus alveolaris dan pembuluuh darahnya. Sebelah medialnya tertutup oleh ligament
sphenomandibularis dan M. Pterygoideus medialis
4. Raphe pterygomandibulaaris terletah tepat dibawah mukosa dan bisa diraba apabila mulut
dibuka lebar-lebar. Raphe membentang daru crista mylohyoideus pada mandibular, di
sebelah posterior molar ketiga, ke hamulus pterygoideus
5. Jarum pada apeks trigonum pterygomandibular dan teruskan gerakan jarum di antara ramus
dan ligamentum-ligamentum serta otot-otot yang menutupi facies interna ramus sampai
ujungnya berkontak pada dinding posterior sulcus mandibularis
6. Di deponirkan kurang lebih 1,5 cc anestetikum di sekitar nervus alveolaris inferior
7. Kedalaman inseris jarum rata-rata 1,5 mm, tetapi bervariasi tergantung pada ukuran
mandibula dan perubahan proporsinya sejalan dengan pertambahan umur
8. Nervus lingualis biasanya teranestesi dengan cara mendeponirkan sejumlah kecil
anestetikum pada pertengahan perjalanan masuknya jarum
9. Aspek bukal gigi-gigi molar karena gigi juga di innervasi oleh nervus buccalis lonugs.
Untuk ekstraksi, injeksi mandibular perlu ditambah dengan injeksi nervus buccalis longus
10. Begitu juga dengan nervus lingualis yang ada di sebelahnya (yang menyuplai lidah). Ini juga
membuat kita kehilangan sensasi di :
Gigi-gigi (blok nervus alveolaris inferior)
Bibir bawah dan dagu (blok nervus mentalis)
Lidah (blok nervus lingualis)
11. Biasanya perlu diberikan waktu jeda 3 – 4 menit setelah perubahan awal terjadi sebelum
anestesi operasi yang menyeluruh dapat diperoleh. Administrasi dari anestesi dekat dengan
foramen mandibula menyebabkan nervus alverolaris inferior terblok
KEGAGALAN ANASTESI LOKAL
Faktor Operator
o Anastetikum yang tidak tepat
Pada beberapa pasien yang beresiko diberikan anastetikum yang bebas adrenalin,
namun kebanyakan kasus, anastetikum dengan adrenalin merupakan standar utama
Pada pasien yang peka terhadap anastetikum lokal dengan sejumlah kecil
anastetikum dapat berdifusi dengan mudah dan memberikan efek anesthesia yang
kuat pada daerah yang luas, sedangkan pasien yang kurang peka diberikan larutan
anastetikum yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama
Penggunaan larutan anastetikum yang sudah kadaluarsa
Dosis Maksimal :
Gambar 2 Penempatan jarum yang salah. Kiri : Jarum diletakkan terlalu jauh ke
anterior (lateral) dari ramus mandibula. Kanan : Jarum diletakkan di posterior
(medial) ramus mandibula.
Kerja yang tergesa-gesa tunggu reaksi anastetikum (3 – 5 menit)
Membangun hubungan yang baik dengan pasien
Membuat pasien santai
Kegagalan aspirasi sebelum injeksi
Faktor Pasien
o Kelainan anatomi
Pada rahang atas densitas tulang lebih berpori-pori berarti anastetikum mudah
mencapai akar sedangkan pada RB densitas tulang lebih padat
Gigi dapat menerima inervasi lebih dari satu serabut saraf
Adanya nervus aksesoris
Suplai inervasi aksesoris dapat berasal dari nervus mylohyoid, nervus aurikulo
temporalis, dan nervus servikal RA.
Adanya bifid kanalis mandibula yang merupakan variasi foramen
mandibula
Frekuensi : 0,9%
Klasifikasi oleh Carter dan Keen :
o Kelainan patologi
Adanya inflamasi pulpa, atau inflamasi akut
Jaringan yang terinflamasi memiliki pH yang rendah sedangkan jaringan yang
tidak terinflamasi pH nya 7,3
Pada lingkungan yang bersifat asam anasetetikum cenderung tidak efektik
Risiko penyebaran infeksi melebihi barrier pertahanan tubuh
Trismus
Buka mulut tidak adekuat, n. alveolaris inferior kendor, jauh dari dinding
medial ramus
Buka mulut adekuat n. alveolaris inferior mengenai dinding medial ramus
o Kelainan psikologi
Seseorang yang mengalami kecemasan / ketakutan dan gelisah atau stress berat
anastesi lokal mungkin tidak dapat bekerja
Hormon yang dilepaskan pada saat cemas (seperti adrenalin dan epinefrin) dapat
mencegah anastesi lokal bekerja dengan baik.
Efeknya mungkin terhambat tidak mencukupi atau mungkin tidak bekerja sama
sekali
Pasien tidak nyaman dengan anastesi rasa takut, cemas, dan gelisah
Pada pasien seperti ini, penggunaan teknik sedative dapat bermanfaat karena
keberhasilan anastesi lebih mudah dicapai pada pasien yang santai.
KOMPLIKASI AKIBAT ANASTESI LOKAL
Pendahuluan
Komplikasi lokal anastesi didefinisikan sebagai suatu penyimpangan dari pola normal selama
sesudah terjadi regional analgesia.
Komplikasi sehubungan pemberian anastetik lokal dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu lokal
dan sistemik komplikasi
A. Lokal komplikasi
1. Patahnya Jarum
Penyebab : gerakan tiba-tiba, jarum gauge kecil, jarum yang dibengkokkan
Pencegahan : kenalilah anatomi daerah yang akan dianastesi, gunakan jarum gauge
besar, jangan masukkan jarum sampai porosnya, pakai jarum sekali saja, jangan
merubah arah jarum, beritahu pasien sebelum penyuntikkan
Penanganan : tenang, jangan panik, pasien jangan bergerak, mulut harus tetap terbuka,
kalau fragmen kelihatan angkat dengan hemostat kecil, bila jarum tidak kelihatan,
jangan diinsisi, beritahu pasien, kirim ke ahli bedah mulut
2. Rasa sakit pada injeksi
Penyebab : Teknik injeksi salah, jarum tumpul, deposit larutan cepat, jarum
mengenai periosteum
Pencegahan : penyuntikan yang benar, pakai jarum yang tajam, pakai larutan anastesi
yang steril, injeksikan jarum perlahan-lahan, hindari penyuntikan yang berulang-ulang
Penanganan : tidak perlu penanganan khusus
3. Rasa terbakar pada injeksi
Penyebab : pH larutan melampaui batas, injeksi larutan cepat, kontaminasi larutan
cartridge dengan larutan sterilisasi, larutan anastesi yang hangat
Masalah : bila terjadi iritasi jaringan, jaringan rusak
Pencegahan : gunakan anastetik lokal yang pH kira-kira 5, injeksi larutan perlahan-
lahan (1 ml / menit), cartridge disimpan dalam suhu kamar, lokal anastetik tetap steril
4. Parastesia
Penyebab : Trauma / iritasi mekanis pada nervus akibat insersi jarum atau larutan
anastetik sendiri
Masalah : Dapat terjadi selamanya, luka jaringan
Pencegahan : Injeksi yang tepat, penggunaan cartridge yang baik
Penanganan : Tenangkan pasien, pemeriksaan pasien (lamanya parastesia),
pemeriksaan ulang sampai gejala hilang, konsul ke ahli bedah mulut atau ahli neurologi
5. Trismus
Gangguan membuka mulut
Penyebab : Trauma pada otot pembuka mulut, iritasi larutan, perdarahan / infeksi
rendah pada otot
Masalah : Rasa sakit, hipomobiliti
Pencegahan : Pakai jarum suntik tajam, asepsis daerah suntikan, hindari injeksi
berulang-ulang, volume anastesi minimal
Penanganan : Terapi panas (kompres daerah trismus 15 – 20 menit setiap jam,
analgetik, obat relaksasi otot fisioterapi (buka mulut 5 – 10 menit tiap 3 jam),
mengunyah permen karet, bila ada infeksi beri antibiotik
6. Hematoma
Efusi darah kedalam ruang ekstra vascular
Penyebab : Robeknya pembuluh darah vena / arteri akibat penyuntikkan, tertusuknya
arteri / vena, efusi darah
Pencegahan : Anatomi dan cara injeksi harus diketahui dengan benar, teknik anastesi
sesuai indikasi, jumlah penetrasi jarum minimal mungkin
Penanganan : Penekanan pada pembuluh darah yang terkena, analgetik bila nyeri,
aplikasi panas pada hari berikutnya
7. Infeksi
Penyebab : Jarum dan daerah operasi tidak steril, infeksi mukosa masuk kedalam
jaringan, teknik pemakaian alat yang salah
Pencegahan : Jarum steril, aseptik, hindari injeksi berulang-ulang
Penanganan : Terapi panas, analgetik, antibiotik
8. Edema
Pembengkakan jaringan
Penyebab : Trauma selama injeksi, infeksi, alergi, perdarahan, iritasi larutan
anastetik
Pencegahan : Pemakaian alat anastesi yang betul, injeksi atraumatic, pemeriksaan teliti
pasien sebelum pemberian larutan anastetik
Penanganan : Mengurangi pembengkakan secepat mungkin, bila edema berhubungan
dengan pernapasan maka dirawat dengan epinephrine 0,3 mg IV/IM, antihistamin
IV/IM, kortikosteroid IV/IM, supinasi, berikan basic life support, tracheastomi bila
sumbat napas, evaluasi pasien
9. Bibir Tergigit
Penyebab : Pemakaian long acting anastesi lokal
Masalah : Bengkak dan sakit
Pencegahan : Pilih anastetik durasi pendek, jangan makan / minum panas, jangan
menggigit-gigit bibir
Penanganan : Analgetik, antibiotik, kumur air garam hangat, vaselin pada bibir
Pencegahan : Evaluasi pasien, seleksi obat anastesi, volume sekecil mungkin, deposit
larutan perlahan-lahan, aspirasi sebelum injeksi, gunakan vasokonstriktor
Penanganan :
Penanganan :
Reaksi kulit
o Reaksi kulit lambat
Penggunaan antihistamin IM : Dyphenhydramin HCL / Chlorphenhyframine,
konsultasi medis untuk mengetahui penyebab reaksi
o Reaksi kulit sedang
0,3 ml epinephrine 1 : 1000 IM, antihistamin 50 mg diphenhydramine,
konsultasi medis, observasi pasien 60 menit, beri oral antihistamin, evaluasi
reaksi pengobatan gigi selanjutnya
Reaksi respiratory
o Konstriksi bronchial :
Hentikan perawatan
Posisi pasien setengah tidur
Pemberian oksigen
Pemberian epinephrine
Observasi pasien 60 menit
Gunakan antihistamin
Konsultasi medis
Antihistamin oral dan evaluasi reaksi alergi
o Edema laring :
Posisi pasien telentang
0,3 ml epinephrine 1 : 1000 IV
Pulihkan jalan udara
Berikan oksigen
Gunakan obat tambahan : antihistamin IM, kortikosteroid IM
Cricothyrotomy
Reaksi anaphylaxis
o Pasien posisi telentang
o Basic life support :
a. Airway : miringkan kepala, perhatikan jalan napas, pernapasan
b. Breathing : periksa denyut nadi, ventilasi buatan, bantu oksigen
c. Circulation : periksa denyut nadi, cardiac compression
o 0,3 ml epinephrine 1 : 1000 IM atau IV
o Monitor tanda-tanda vital
3. Idiosynkrasi
Adalah istilah yang sering digunakan pada reaksi terhadap anastetikum lokal atau obat
yang tidak bisa diklasifikasikan sebagai reaksi toksik atau alergi
Idiosynkrasi tidak mempunyai hubungan dengan farmakologi obat, jenis reaksi ini
terjadi sebagai akibat pengaruh emosional
Perawatan emergensi untuk jenis reaksi ini tergantung pada gejala-gejala yang
dimanifestasikan
Airway dan oksigenasi harus diperhatikan
Tindakan pencegahan harus diberikan untuk melindungi pasien dari luka akibat
gerakan konvulsif atau reaksi lain yang hampir sama. Juga perlu mengetahui latar
belakang preanastetik atau preoperative, serta psikoterapi untuk membantu
mengurangi reaksi akibat faktor emosional
Premedikasi yang benar akan sangat menguntungkan
EKSTRAKSI NORMAL
Definisi
Bagian dari praktek bedah mulut yang berkaitan dengan ekstraksi gigi dan merupakan prosedur
bedah yang melibatkan jaringan keras & lunak dari rongga mulut
Indikasi
Pemeriksaan Radiografi
Gambaran & struktur keseluruhan dari gigi atau struktur mahkota & akar gigi
Tulang alveolar
Struktur lain yang berhubungan, seperti sinus maksilaris & kanal mandibularis
Radiografi intraoral :
o Periapical radiografi
o Bitewing
o Oklusal
Radiografi ekstraoral :
o Lateral view
o Panoramic view
o PA view