Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH HUKUM LEMBAGA KEUANGAN

KAJIAN METODOLOGIS ASURANSI MENURUT PANDANGAN ISLAM

Nama Ketua Kelompok : Meita Maria Pramesti (C100190206)

Nama Anggota Kelompok : Sarah Camila Octaviani (C100190147)

Enora Aulia Purbayang (C100190149)

Fadlilah Nailul Inayah (C100190186)

Nalarastri Driyastara (C100190207)

Kelas : Hukum Lembaga Keuangan D

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021
ABSTRAK

Asuransi merupakan perjanjian atas kesepakatan antara penanggung dan tertanggung,


maka tertanggung wajib membayar premi asuransi sebagai kompensasi atas risiko kerugian,
kerusakan, kematian atau hilangnya keuntungan akibat kecelakaan. Asuransi di Indonesia
memiliki berbagai macam jenisnya dan menurut islam terdapat pandangan tersendiri
mengenai asuransi. Hal inilah yang melatarbelakangi kami untuk membuat makalah
mengenai kajian metodologis asuransi menurut pandangan islam, makalah ini bertujuan
untuk mengetahui berapa jenis asuransi di Indonesia dan bagaimana pandangan islam
terhadap asuransi.

Metode studi kepustakaan yang digunakan dalam makalah ini, metode studi
kepustakaan yaitu dengan cara pengumpulan data dengan meneliti buku, dokumen, catatan
dan laporan terkait masalah yang akan dipecahkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam
studi kepustakaan, kami dapat menyimpulkan bahwa jenis asuransi di Indonesia terdapat
dua jenis yaitu asuransi kerugian dan asuransi kejiwaan. Dalam pandangan Islam, asuransi
memiliki unsur bentuk perlindungan atas hal yang belum dapat diprediksi guna untuk
melindungi nyawa dan harta secara finansial dimana risikonya belum dapat diprediksi,
selain itu terdapat pula unsur-unsur tolong menolong untuk sejumlah orang atau pihak
dalam berinvestasi dalam bentuk asset atau tabarru’ untuk mencapai kesepakatan yang
mana kesepakatan tersebut sesuai dengan ajaran Islam dengan memberikan cara
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu.

Kata Kunci : asuransi, metode studi kepustakaan, jenis asuransi dan asuransi syariah

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup seorang diri. Terlebih
tentang kehidupan, manusia tidak dapat menebak apa yang akan dia alami kelak di masa
depan. Ancaman, kehancuran, dan kehilangan merupakan suatu resiko yang akan
dijumpai oleh manusia terlepas dia mampu untuk melaluinya atau tidak. Ancaman
bahaya tersebut menjadi rintangan yang harus dihadapi manusia. Namun hal tersebut
menjadi kemungkinan bagi perusahaan asuransi, perusahaan asuransi yang kerjanya
adalah mengalihtugaskan resiko tersebut dari setiap tindakan yang dilakukan oleh
manusia.

Beberapa tahun kebelakang, asuransi di Indonesia memperlihatkan angka


pertumbuhan yang cukup baik. Perusahaan asuransi mampu menampakkan
perkembangan dalam usaha yang tengah dijalankan, yang semakin lama meningkatkan
minat pengguna yang memakai layanan asuransi di dalam kehidupan mereka. Salah satu
alasan meningkatnya pengguna asuransi dikarenakan masyarakat yang semakin sadar
akan pentingnya pengamanan atas berbagai bahaya yang dapat terjadi pada diri mereka
kapanpun itu. Alasan tersebut memberikan keuntungan bagi perusahaan asuransi yaitu
dengan meluasnya pasar sebagai sarana penjualan produk yang mereka miliki.
Perusahaan asuransi memberikan beragam produk misalnya asuransi jiwa, asuransi
kebakaran, asuransi Kesehatan, asuransi Pendidikan.

Asuransi bermula dari bahasa inggris insurance yang berarti jaminan. Menurut
Wiryono Prodjodikoro asuransi merupakan suatu perjanjian antara pihak yang
menjamin dan berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang
premi sebagai pergantian kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin
karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas (Ali,2008: 1)

1
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang Perasuransian memuat
pengertian asuransi yaitu :
(1) Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
asuransi sebagai imbalan untuk :
a. Memberikan pergantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;atau
b. Memberikan pembayaran didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Awal mula pertumbuhan asuransi pada sejarah islam sudah tumbuh sejak lama.
Pelaksanaan asuransi pertama kali diawali pada masa Nabi Yusuf as. Waktu itu beliau
mengartikan mimpi dari seorang Raja Fir’aun. Dari arti mimpi tersebut, Nabi Yusuf
mengatakan kalau Mesir akan menghadapi masa 7 panen yang membeludak dan
disusul dengan masa 7 tahun paceklik. Maka dari itu, Nabi Yusuf mengusulkan untuk
menyisakan Sebagian dari hasil panen pada 7 tahun pertama. Usul dari Nabi Yusuf
tersebut diterima oleh Raja Fir’aun dan akhirnya masa panceklik bisa dilalui.

Pada Masa Rasulullah SAW asuransi telah disebut dengan Al-Aqila. Waktu itu
suku arab terdiri dari berbagai suku besar dan kecil. Rasulullah merupakan keturunan
dari suku Quraisy. Menurut distionary of Islam karangan Thomas Patrick, apabila salah
satu penduduk suku terbunuh oleh suku lain, sebagai ganti rugi, keluarga terdekat si
pembunuh harus memberi sejumlah diyat kepada keluarga korban.

Al-aql yaitu kompensasi sedangkan arti dari al-aqil merupakan seorang yang
membayar kompensasi. Sistem Aqilah adalah komponen dari asuransi sosial yang
dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam piagam Madinah, merupakan hukum

2
pertama didunia setelah Rasulullah hijrah ke Madinah. Dalam pasal tiga hukum
Madinah, Rasulullah merealisasikan kebijakan mengenai penyelematan jiwa para
tahanan. Kebijakan tersebut berisi tentang apabila tahanan tertahan oleh musuh
diakibatkan oleh perang, pihak dari tahanan harus memberi tebusan pada musuh untuk
membebaskannya. (Salim,2007: 1-2)

Asuransi dalam bahasa arab disebut at-ta’min, penjamin disebut mu’ammin atau
mu’amman, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-
ta’min berasal dari kata amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa
aman dan bebas dari rasa takut (Widyaningsih, 2005:177)

Musthafa Ahmad az-Zarqa mengartikan asuransi merupakan salah satu cara


untuk menunjang hidup manusia dalam meminimalisir resiko bahaya yang akan terjadi
di dalam hidupnya. Ia beragumen bahwa asuransi adalah sistem ta’awun dan tadhamun
yang bermaksud sebagai penyokong kesusahan atas peristiwa atau musibah dari
sekelompok tertanggung kepada orang yang terkena musibah tersebut. (Widyaningsih,
2005:177)

Sedangkan, dalam fatwa No.21/DSN-MUI/X/2001 mengatakan bahwa asuransi


Syariah merupakan upaya saling menjaga dan membantu diantara banyak orang
dengan cara berinvestasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan solusi
untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai Syariah. Akad pada
asuransi syariah berarti stuatu tindakan yang tidak mengandung ghafar (penipuan),
maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiyaan), risywah (suap), barang haram dan
maksiat. Dalam asuransi syariah terdapat 2 akad yaitu akad tijarah (akad yang
bertujuan komersil) dan akad tabarru’ (akad yang bertujuan untuk kebajikan).
Pengguna asuransi syariah diwajibkan untuk membayar premi sesuai perjanjian yang
telah disepakati saat akad. Sedangkan perusahaan asuransi wajib memberikan klaim
karena merupakan hak pengguna asuransi sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati dalam akad.

3
Asuransi syariah meupakan suatu kesepakatan yang berlandaskan kaidah islam
antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam
mengatur dan mengurus dana nasabah melalui kegiatan investasi yang dilakukan sesuai
kaidah islam. Asuransi syariah dalam pelaksanaannya mengacu pada Al-Quran dan As-
sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Ada berapa jenis asuransi di Indonesia?
2. Bagaimana perspektif islam terhadap asuransi ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami berapa jenis asuransi di Indonesia.
2. Untuk memahami pandangan islam terhadap asuransi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis asuransi di Indonesia


Pada umumnya, jenis asuransi terbagi menjadi 2 (dua) yakni : asuransi kerugian
dan asuransi jiwa.

1. Asuransi Kerugian
Yaitu suatu bentuk asuransi atas kerusakan atau kehilangan harta benda yang
disebutkan pada suatu polis asuransi ataupun kesepakatan kontrak antara
penanggung dan pihak tertanggung.

Berdasarkan Pasal 284 KUHD, Ciri dari asuransi kerugian yaitu


kepentingannya dapat dinilai dengan uang (materieel belang), dalam
menentukan ganti kerugian berlaku prinsip indemitas, dan berlaku ketentuan
tentang subrogasi.

Asuransi Kerugian meliputi:


 Asuransi Kebakaran
Asuransi kebakaran merupakan asuransi yang menanggung kerugian ataupun
kerusakan dari harta benda ataupun kepentingan yang secara langsung
diakibatkan karena petir, kebakaran, kejatuhan pesawat, serta ledakan.

Kerugian akibat kebakaran


Kerugian yang ditimbulkan sebab kecerobohan, kelalaian tertanggung,
kerugian ataupun kerusakan yang diakibatkan oleh tetangga, perampok
ataupun kebakaran yang lain, sejauh kerugian atau kerusakan tersebut tidak
dikecualikan.
Termasuk dampak mengenai :

5
a. menjalarnya api timbul sendiri (self combustion), sambungan arus pendek
(short circuit), ataupun diakibatkan oleh sifat benda tersebut.
b. Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda lain disekitarnya yang
terbakar, dengan ketentuan bahwa benda lain yang terbakar bukan
merupakan tersebut dampak dari risiko yang dikecualikan oleh polis.

Risiko yang dikecualikan mencakup :


1. Segala macam bentuk gangguan usaha;
2. Risiko cacat sendiri;
3. Gempa bumi, letusan gunung berapi;
4. Kebakaran hutan, alang – alang
Risiko yang dikecualikan ( tetapi bisa dijamin lewat tambahan premi )
mencakup:
1. Biaya pembersihan puing – puing ;
2. Kerusuhan, pemogokan, terorisme, makar, penghalangan bekerja,
sabotase / penjarahan, perbuatan jahat ;
3. Banjir, asap industri, kendaraan, angin topan / badai, genangan air,.

 Asuransi kendaraan bermotor


risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi kendaraan bermotor, yakni :
a. Kerugian atau kerusakan kendaraan yang dipertanggungkan disebabkan
karena beberapa hal sebagai berikut :
1) Sambaran petir.
2) Tindakan jahat orang lain.
3) tergelincir dari jalan, benturan, tabrakan, termasuk pula risiko pada
kesalahan material, konstruksi cacat dan penyebab kendaraan bermotor
terkait lainnya.
4) Pencurian, yaitu tindakan pencurian yang diawali atau diikuti atau disertai
oleh kekerasan atau ancaman menggunakan kekerasan kepada orang dan
atau kendaraan bermotor yang dipertanggungkan, dengan tujuan

6
memudahkan pencurian kendaraan bermotor atau alat kelengkapan
kendaraan bermotor yang dipertanggungkan.
5) Kebakaran, yaitu kebakaran pada benda terdekat atau kendaraan motor
lain ataupun tempat penyimpanan kendaraan bermotor yang
dipertanggungkan sesuai dengan perintah yang berwenang untuk upaya
mencegah penyebaran api.
b. Kerugian atau kerusakan yang disebakan karena kejadian-kejadian tersebut
diatas dan alasan-alasan lain sepanjang penyeberangan menggunakan kapal
feri ataupun penyeberangan resmi lainnya, berada di bawah pengawaan
Direktorat Jendral Perhubungan Darat.
c. Kerusakan roda, jika kerusakan itu menyebabkan kecelakaan hingga
menyebabkan kerusakan pada kendaraan bermotor.
d. Biaya yang normal yang dikeluarkan oleh tertanggung selama penjagaan
atau pengangkutan ke bengkel ataupun tempat lain untuk mencegah atau
memangkas kerugian atau kerusakan yang dijamin oleh polis asuransi,
hingga 0,5% dari jumlah keseluruhan yang diasuransikan, tanpa harus
menanggung risiko mereka.

 Asuransi pengangkutan
Asuransi Pengangkutan merupakan jenis asuransi yang menjamin kerugian
akibat kerusakan atau hilangnya barang dalam pengantaran melalui lokasi awal
sampai tempat tujuan. Dalam hal ini perpindahan dapat berpindah ke kota yang
sama, antarkota, antarpulau serta antarnegara.
pengangkutan dapat dilakukan lewat laut (angkutan laut), udara (angkutan
udara), atau darat (angkutan darat).
Hal yang harus dipertimbangkan di dalam menetapkan premi asuransi marine
cargo :
1. Jenis barang (Nature of Cargo).
2. Alat angkut/kapal (Transportation).
3. Rute pengiriman barang (Voyage).

7
4. Kondisi asuransi (Insurance Condition).
5. Harga barang (Insured Value).
6. Harga pertanggungan (Sum Insured).
7. Penempatan di kapal (Stowage).
8. Pengemasan (Packing).

Jenis Jaminan
a. Pengangkutan Laut (Marine Cargo)
1. Institute Cargo Clauses “A” / ICC “A”
2. Institute Cargo Clauses “B” / ICC “B”
3. Institute Cargo Clauses “C” / ICC “C”
b. Pengangkutan Udara (Air Cargo)
1. Air Cargo All Risk
2. Land And Air Cargo Cover “A”
3. Land And Air Cargo Cover “B”

c. Pengangkutan Darat (Land Transit)


1. Land Transit Cover “A”
2. Land Transit Cover “B”

Lingkup Jaminan
a. Pengangkutan Laut (Marine Cargo)
1. Institute Cargo Clauses “C” / ICC “C”
Pertanggungan yang diberikan yakni kerugian yang terbentuk sewaktu
di perjalanan diakibatkan karena :
o Kebakaran/peledakan;
o Terbalik, tergelincir alat angkut darat;
o Bahaya-bahaya pembongkaran barang di suatu pelabuhan darurat;
o Pembuangan barang ke laut (jettison);
o Tindakan penyelamatan umum (general average);

8
2. Institute Cargo Clauses “B” / ICC “B”
Pertanggungan yang diberikan yaitu kerugian yang terbentuk sewaktu
di perjalanan, ditambah dengan :
o Gempa bumi, letusan gunung api;
o Petir;
o Bongkar muat barang;
o Terlempar dari kapal (washing over board);
o Serta kerusakan akibat air atau masuknya air ke palka, peti kemas,
dan tempat penimbunan di kapal;

3. Institute Cargo Clauses “A” / ICC “A”


Pertanggungan yang diberikan yaitu cskupan yang terluas, yakni atas
seseluruh risiko pengangkatan selain yang dikecualikan, misalnya:
o Kerusakan akibat sifat-sifat alamiah barang itu sendiri;
o Kerusakan akibat tindakan teroris atau tindakan yang berlatar
belakang politik;
o Kerusakan akibat pembungkus atau packing yang kurang baik;

b. Pengangkutan Darat (Marine Cargo)


1. Land Transit Cover “A”
jaminan ini memberi ganti rugi kepada tertanggung atas kehilangan /
kerusakan pada barang dikarenakan salah satu kerugian yang
disyaratkan mencakup :
o Kebakaran;
o Banjir;
o Terguling atau tergelincirnya alat angkut;
o Tenggelamnya Feri saat dilakukan penyeberangan;
o Tabrakannya alat angkut atau barang yang diangkut dengan benda
lain;

9
2. Land Transit Cover “B”
Jaminan yang diberikan yakni semua risiko selama pengangkutan darat
berlangsung.
Dokumen klaim yang diperlukan dalam Asuransi Pengangkutan ialah
mencakup:
a. Polis/Sertifikat Asuransi yang asli;
b. Salinan (fotokopi) dari Invoice/Faktur dan Packing List;
c. Fotokopi Bill of Landing (B/L) atau kontrak pengangkutan
lainnya;
d. Tembusan dari Surat Tuntutan kepada pihak pelayaran;
e. Surat pelapporan mengenai kerusakan barang;
f. Survey report atau dokumen lain yang menunjukkan adanya
kerusakan/kerugian;
g. Dokumen-dokumen lain yang diminta oleh pihak penanggung.

 Asuransi Pemasangan Mesin


Jenis asuransi ini dapat memberikan perlindungan atas kerugian yang mungkin
timbul di saat pemasangan mesin, peralatan mekanik, dan pemasangan
pembangkit listrik. Jenis asuransi ini dapat menanggung risiko tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga, yang menimbulkan kerusakan properti dan cedera
diri.

 Asuransi Kredit
Asuransi kredit yaitu perlindungan yang diberikan perusahaan asuransi pada
bank umum / lembaga pembiayaan keuangan untuk mencegah debitur tidak
dapat membayar kredit atau pinjaman yang diberikan oleh bank umum /
lembaga pembiayaan keuangan.
a. Objek pertanggungan asuransi kredit

10
Dalam Asuransi Kredit, objek pertanggungan yaitu risiko Bank
Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan yang mengalami kerugian akibat
kredit macet debitur.

b. Subjek tertanggung pada asuransi kredit


Yang menjadi tertanggung pada asuransi kredit yaitu Bank
Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan yang telah mengajukan
permohonan asuransi kredit bukan debitur yang meminjam dana dari Bank
Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan tersebut.

c. Kriteria kredit yang bisa dijamin dalam asuransi kredit


1) Bersumber pada norma-norma perkreditan yang wajar, sehat, serta
berlaku umum.
2) Sesuai pada manual pemberian kredit sesuai Surat Edaran Bank
Indonesia.
3) Ke debitur yang mempunyai izin usaha yang ditentukan oleh pihak
yang berwenang serta tidak berlawanan dengan hukum.
4) Ke debitur yang tidak sedang dalam proses kepailitan atau sudah
dinyatakan pailit atau bubar demi hukum.
5) Ke debitur yang tidak memiliki tunggakan kredit yang digolongkan
kualitas kredit diragukan.

d. Syarat-syarat pengajuan asuransi kredit


Bank Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan yang mengajukan asuransi
kredit perlu memberikan dokumen berikut ke calon penanggung :
1) Perjanjian kerja sama antara Perusahaan Asuransi sebagai penanggung
dan Bank Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan sebagai
tertanggung.
2) Manual Pemberian Kredit yang diterbitkan oleh Bank Umum/Lembaga
Pembiayaan Keuangan tersebut.

11
3) Akta perusahaan debitur, company profile, laporan keuangan debitur 3
tahun terakhir.
4) Fotokopi/tembusan permohonan kredit dari debitur ke Bank
Umum/Lembaga Pembiayaan, memorandum persetujuan kredit dari
Bank Umum/Lembaga Pembiayaan ke debitur.

e. Risiko dalam asuransi kredit


Risiko yang bisa dijamin dalam asuransi kredit yaitu risiko yang terjadi
karena:
1) Debitur tidak melunasi kredit ketika kredit yang bersangkutan jatuh
tempo dengan ketetapan usaha debitur sudah tidah ada/tidak
berlangsung lagi.
2) Debitur melarikan diri/menghilang/tidak lagi diketahui alamatnya.
3) Risiko lain yang disetujui antara tertanggung dan penanggung
sebagaimana dimasukkan di dalam perjanjian kerjasama atau surat
kesepakatan bersama.
4) Debitur dinyatakan pailit (insolvent), oleh karena itu perlu memenuhi
salah satu dari hal-hal berikut:
- Debitur dinyatakan likuidasi bersumber pada keputusan pengadilan
yang berwenang dan untuk itu sudah ditunjuk likuidatur.
- Selama debitur tidak badan hukum ditempatkan di bawah
pengampunan.
- Pengadilan Negeri yang berwenang menyatakan debitur tersebut
pailit.

Akibat yang tidak dapat dijamin oleh asuransi kredit ialah akibat yang
terjadi sebab alasan berikut :
1. Bencana-alam.
2. Kerugian peminjam sebagai akibat dari risiko bahwa perusahaaan
asuransi harus menanggung seluruh

12
3. Kerugian yang diderita debitur disebabkan oleh risiko-risiko yang
harus ditanggung oleh asuransi kerugian menggunakan nilai penuh
atau minimum sama dengan pokok kredit.
4. Dampak dari kekeliruan/kealpaan yang dilakukan oleh Bank
Umum/Lembaga Pembiayaan Keuangan.
5. Kejadian risiko politik secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dan menyebabkan usaha debitur gagal menyelesaikan
kreditnya.

f. Hak klaim
Hak klaim pada tertanggung timbul :
1) sesudah 3 bulan terhitung dari tanggal kedaluwarsa kredit.
2) Selama periode pelaporan debitur yang menunggak, sekurang-
kurangnya tiga bulan sebelum hak klaim timbul.
3) Khusus bagi pengajuan klaim sebelum kedaluwarsa, klaim akan mulai
timbul saat sesudah kredit dikategorikan “macet” sesuai ketentuan
Surat Edaran Bank Indonesia.

g. Metode pelaksanaan hak subrogasi


Saat implementasi hak subrogasi, sesudah penanggung melunasi klaim
pada tertanggung, penanggung hendak kerja sama lewat tertanggung akan
menyelesaikan penjualan aset-aset milik debitur yang merupakan jaminan
kredit. Penanggung mendapat hasil penjualan jaminan sebanyak nilai klaim
yang dibayarkan pada tertanggung.

2. Asuransi Jiwa
Berdasarkan UU No 40 Tahun 2014 Pasal 1 angka (6), Asuransi Jiwa adalah
jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang
polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung
meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada pemegang

13
polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur
dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.

Pasal 302 KUHD, asuransi jiwa adalah sejenis perjanjian asuransi yang
mempertanggungkan jiwa seseorang yang berkepentingan, baik untuk jangka
waktu tertentu maupun untuk sepanjang hidupnya.

Asuransi Jiwa Terdiri dari:


 Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan yaitu metode untuk mengalihkan risiko (sakit) berawal pada
risiko individu ke risiko kelompok. Dengan mengubah risiko individu menjadi
risiko kelompok. Dengan mengubah risiko individu menjadi risiko kelompok,
maka beban ekonomi yang perlu ditanggung pada masing-masing peserta
asuransi tentu berkurang, namun sudah pasti karena adanya penjaminan.
Asuransi kesehatan di Indonesia biasanya tidak menanggung biaya perawatan
kesehatan, semacam pemeriksaan kesehatan maupun pembelian vitamin, yang
kebanyakan diubah untuk biaya perawatan serta pengobatan.
Asuransi kesehatan ialah asuransi yang memberikan pengalihan biaya
kesehatan, antara lain :
a) Pemeliharaan kesehatan, misalnya pembelian makanan kesehatan serta
vitamin, serta pemeriksaan kesehatan;
b) Perawatan, yakni bila sakit, sehingga perlu mengeluarkan biaya untuk ke
dokter ataupun perlu rawat inap di rumah sakit, dan operasi (rawat jalan,
rawat inap, serta operasi);
c) Pengobatan, yakni bilamana sakit serta perlu membeli obat;
Beberapa program asuransi kesehatan hanya memberikan alternatif, seperti
hanya untuk penyakit yang serius. Ada juga sebagian orang yang mengganti
biaya rawat inap atau pengobatan, tetapi sebagian orang akan diganti seluruh
biayanya jika menjalani operasi. Ada banyak versi. Di dalam asuransi

14
kesehatan, kebanyakan premi asuransi dibayarkan setiap tahun. Premi
umumnya disesuaikan pada usia, semakin tua usia anda lalu semakin mahal
premi yang perlu anda bayarkan. Mengenai situasi tersebut bisa dikatan wajar,
karena semakin tua seseorang, semakin banyak permasalahan kesehatan yang
mereka miliki serta semakin banyak pengobatan yang harus mereka terima.

Di Indonesia terdapat daftar beberapa perusahaan asuransi kesehatan, yakni:


1. Asuransi Kesehatan ASKES
2. Asuransi Kesehatan Jamsostek
3. Asuransi Kesehatan Syariah
4. Asuransi Kesehatan Allianz
5. Asuransi Kesehatan Prudential
6. Asuransi Kesehatan Asabri
7. Asuransi Kesehatan Jamkesma
8. Asuransi Kesehatan Sinar Mas
9. Asuransi Kesehatan Takaful
10. Asuransi Kesehatan Axa
11. Asuransi Kesehatan Manulife

 Asuransi Tenaga Kerja


Asuransi ketenagakerjaan ialah perlindungan yang diberikan perusahaan
pada pekerja ataupun karyawan.
Pekerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja untuk melindungi mereka dari
beragam risiko kerja, salah satunya menggunakan manfaat dari BPJS
Ketenagakerjaan. Inilah kenapa asuransi tenaga kerja disediakan bagi pekerja
tetap. BPJS Ketenagakerjaan adalah salah satu perusahaan paling terkenal di
Indonesia. Bahkan hingga kini, asuransi tenaga kerja ataupun karyawan tidak
hanya disediakan bagi pekerja formal, tetapi pula untuk pekerja informal
(semisal pekerja paruh waktu). Di dalam perkembangannya, pekerja informal
yang bekerjasama bersama perusahaan dapat menikmati premi asuransi yang

15
terjangkau. misalnya asuransi tenaga kerja juga diberikan bagi pengemudi
ojek online serta taksi online.

Rencana BPJS Ketenagakerjaan sebagai Asuransi Ketenagakerjaan


i. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Rencana BPJS Ketenagakerjaan untuk melindungi pekerja mengenai risiko
kecelakaan di tempat kerja, perjalanan ke dan dari tempat kerja, perjalanan
dinas, dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. keuntungan
yang akan didapatkan cukup lengkap. Dimulai pada fasilitas kesehatan
(perawatan serta pengobatan) dengan biaya tidak terbatas sesuai kebutuhan
medis, bantuan diberikan dalam bentuk uang untuk membantu persiapan
kembali bekerja. Dari iuran sepenuhnya ditanggung oleh perusahaaan. Serta
besar kecilnya bergantung dari tingkat risiko pekerjaan sendiri.

ii. Jaminan Hari Tua (JHT)


Setiap pekerja tentunya akan mencapai usia pensiun. Jika ini berlangsung,
seseorang yang pensiun nantinya akan dapat menikmati sepenuhnya program
Jaminan Hari Tua (JHT). JHT yaitu program penjaminan, dan
pendapatannya dalam bentuk uang tunai, yaitu pembayaran akumulatif
ditambah pendapatan pembangunan dari bunga deposito bank pemerintah.
Dengan syarat, karyawan tersebut harus berusia 56 tahun ataupun sudah
purnabakti, meninggal dunia ataupun cacat permanen.

iii. Jaminan Kematian (JKM)


karyawan juga punya hak atas Jaminan Kematian (JKM) bila tercantum
menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan kematian dapat mencegah
risiko kematian peserta yang masih aktif bekerja akibat kecelakaan kerja.

iv. Jaminan Pensiun

16
Tidak hanya Jaminan Hari Tua, terdapat pula hak menerima bantuan pada
rencana “Jaminan Pensiun” (JP), yang pula dibayar penuh oleh perusahaan.
Pada rencana Jaminan pensiun yaitu program jaminan sosial yang
bermaksud untuk menjaga taraf hidup yang mencukupi pada partisipan
ataupun ahli warisnya melalui memberi pemasukan bulanan selepas
partisipan masuk diusia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal
dunia.

Prosedur Klaim Asuransi Tenaga Kerja


Cara pengajuan klaim bila terjadi kecelakaan yaitu :
1. Partisipan yang mengalami kecelakaan wajib melaporkan kejadian tersebut
ke Dinas Ketenagakerjaan setempat pada waktu tidak lewat dari 2 x 24 jam
dari terjadinya kecelakaan
2. Bila terjadi cacat atau meninggal dunia kemudian membuat laporan dan
menyertakan surat keterangan dokter yang menyatakan :
o Surat keterangan cacat sebagian anatomis
o Karyawan tidak bisa bertugas sementara
o Surat keterangan cacat total tetap

Prosedur penyampaian klaim bila terjadi kematian :


1) Kartu asuransi
2) Fotokopi KTP
3) Surat keterangan kematian dari pejabat yang berwenang
4) Fotokopi kartu keluarga
5) Surat keterangan ahli waris dari pejabat berwenang
6) Dokumen lain yang dibutuhkan
7) Jika dokumen lengkap, ahli waris dapat mengajukan klaim dalam waktu 3
hari kerja

 Asuransi Pendidikan

17
Asuransi pendidikan merupakan salah satu jenis asuransi jiwa yang memuat
unsur investasi, yaitu di masa pendidikan anak banyak nilai tunai yang dapat
digunakan untuk membiayai pendidikan anak. Sebab, nilai tunai asuransi
pendidikan biasanya baru didapat saat masa pendidikan jatuh tempo.
Semisal, ketika harus membayar biaya masuk Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, serta Perguruan Tinggi. Pada
kemajuannya, produk asuransi pendidikan semakin beragam. Nilai tunai
tidak hanya mungkin untuk merealisasikan nilai tunai hanya ketika nilai
tunai muncul. Jika kembali konsep semula, jika sudah menginvestasikan
sebagian dari premi asuransi, maka nilai tunai memang bisa didapat.
Menurut Steven Juwono, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI), asuransi pendidikan yaitu produk asuransi. Dalam dua
hingga tiga tahun terakhir, produk tersebut mendapatkan popularitas di
kalangan publik. Hal ini sejalan dengan peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap pendidikan secara terus menerus.
Hingga kini, paling tidak terdapat tiga faktor pokok yang mendorong rakyat
untuk menggunakan asuransi menjadi instrumen investasi, yaitu pendidikan,
pensiun, serta kesehatan. Bagi yang ingin berasuransi, alasan kesehatan
masih menjadi masalah utama. Namun, ke depan, pendidikan tidak bisa
dikesampingkan sebagai alasan utama masyarakat memiliki polis asuransi.

 Asuransi Syariah
 Pengertian
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2014 Pasal 1 angka (2) Tentang
perasuransian Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri
atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan
perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan
kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan
melindungi dengan cara:

18
a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita
peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang
tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta
atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan
manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil
pengelolaan dana.

Dewan Syariah Nasional menyampaikan bahwa asuransi syariah (ta’min,


takaful atau tadhamun) merupakan upaya bersama melindungi serta tolong
- menolong di antara beberapa orang atau pihak lewat investasi pada wujud
aset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian guna menemui
risiko tersendiri lewat akad (perikatan) yang selaras pada syariah.

 Akad pada Asuransi Syariah


Pada asuransi syariah ada 2 (dua) tipe akad (ta’min, takaful, atau
tadhamun) yakni :
1. Akad Tijarah adalah seluruh wujud akad yang dilaksanakan untuk
tujuan komersial.
Kedudukan pihak pada akad tijarah, yakni :
- Di konsep akad tijarah, perusahaan berkedudukan menjadi
pengelola / mudharib, serta pihak peserta bertindak menjadi
pemegang polis atau pada konsep asuransi berperan menjadi
tertanggung.

2. Akad tabarru’ ialah seluruh wujud akad / perikatan yang dilaksanakan


bukan pada tujuan komersial, tetapi mengutamakan konsep tolong -
menolong antar sesama manusia.

19
Kedudukan pihak pada akad tabarru’, yakni :
- Dalam konsep hibah maupun pada akad tabarru’, peserta ataupun
tertanggung menyerahkan sejumlah uang yang dipakai menjadi
hibah karena maksud untuk tolong menolong peserta lain yang
tengah diterpa bencana. Dalam situasi ini, perusahaan
berkedudukan menjadi pengelola hibah tersebut.

 Model Penerapan Polis dalam Asuransi Syariah


Ada beberapa model yang mengadopsi dari berbagai macam negara
muslim, yakni :
1. Model Mudarabah
Dalam model ini, tertanggung perlu sepakat untuk berbagi profit
ataupun kerugian dengan perusahaan asuransi bilamana timbul insiden
pada masa yang akan datang. Pembagian profit serta kerugian antara
tertanggung dan penanggung sebelumnya ditentukan serta dinilai
bersumber pada bagian kemajuan beserta pencapaian perusahaan.
2. Model Wakalah
Tertanggung membayar biaya wakalah menurut nilai penanggungan.
Biaya Wakalah ditetapkan oleh penanggung ataupun perusahaan
asuransi satu tahun sebelumnya.
3. Model Wakaf
Dari dana ini bertujuan memberikan kontribusi terhadap peserta pada
kerugian yang ditentukan sesuai dengan prasyarat serta ketetapan dana
wakaf.

 Mekanisme Asuransi Syariah


Di Indonesia, pengelolaan asuransi didasarkan dari konsep
mudharabah, yang merupakan perikatan antara dua pihak yang terlibat,
pada hal ini peserta asuransi beserta perusahaan asuransi. Bersumber pada
konsep itu, di Indonesia terdapat sistem dalam mengelola asuransi syariah,

20
yaitu mengelola dana dengan unsur tabungan dan dana tanpa unsur
tabungan. prosedurnya, setiap premi yang dibayarkan akan masuk ke dua
rekening, yaitu rekening tabungan serta tabarru’ (sosial). Status
kepemilikan dana tabungan milik peserta sendiri. Pada dana di rekening
tabarru’ dimaksudkan hendak dimanfaatkan menjadi dana sosial untuk
tolong - menolong.

 Produk Asuransi Syariah


Di Indonesia, ada beberapa produk asuransi syariah yang sudah diterapkan
yaitu:
1. Asuransi Syariah Keluarga (Asuransi Jiwa)
merupakan wujud asuransi yang melindungi nasabah jika terjadi
kematian akibat kecelakaan.
Terdapat dua tipe asuransi syariah keluarga (asuransi jiwa), yakni :
a. Asuransi Syariah saving, mencakup :
- asuransi syariah berencana
- asuransi syariah dan haji
- asuransi syariah pendidikan atau dana siswa
b. Asuransi Syariah non saving, mencakup :
- asuransi syariah pembiayaan
- asuransi syariah kecelakaan diri
- asuransi syariah wisata dan perjalanan
- asuransi syariah haji dan umroh
- asuransi syariah majelis taklim

2. Asuransi Syariah Umum


yaitu asuransi yang melindungi nasabah jika mengalami musibah atau
kecelakaan atas aset peserta asuransi semacam alat transportasi motor,
rumah, serta bangunan pabrik.
Produk asuransi syariah umum yaitu :

21
- Asuransi syariah kendaraan bermotor
- Asuransi syariah kebakaran
- Asuransi syariah risiko pembangunan
- Asuransi syariah risiko mesin
- Asuransi syariah pengangkutan barang

Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional;


Keterangan Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
Akad Tolong-menolong Jual beli
(takaful)
Kepemilikan Dana Dana yang terkumpul Dana yang terkumpul
dari nasabah ( premi ) dari nasabah (premi)
merupakan milik menjadi milik
peserta, perusahaan perusahaan; perusahaan
hanya sebagai bebas menentukan
pemegang amanah investasinya
untuk mengelolanya.
Investasi Dana Berdasarkan syariah Berdasarkan bunga
melalui sistem bagi
hasil (mudharabah)
Pengawasan Dewan Adanya Dewan Tidak ada
Syariah (PDS) Pengawas Syariah,
fungsinya mengawasi
produk yang dipasarkan
dan investasi dana
Keuntungan (Profit) Dibagi antara Seluruhnya menjadi
perusahaan dan peserta milik perusahaan
sesuai prinsip bagi hasil
(al-mudharabah)

22
Pembayaran Klaim Dari rekening tabarru’ Dari rekening dana
(dana kebajikan) perusahaan
seluruh peserta; sejak
awal sudah diikhlaskan
oleh peserta untuk
keperluan tolong-
menolong bila terjadi
musibah

B. Pandangan islam tentang asuransi


Berbagai jenis asuransi asalnya haram baik asuransi jiwa, asuransi barang,
asuransi dagang, asuransi mobil, dan asuransi kecelakaan. Secara ringkas, asuransi
menjadi bermasalah karena di dalamnya terdapat riba, qimar (unsur judi), dan
ghoror (ketidak jelasan atau spekulasi tinggi).
Alasan asuransi dilarang dalam islam:

1. Akad yang terjadi dalam asuransi adalah akad keuntungan (mu’awadhot) . Kalau
dilihat lebih dalam, akad asuransinya sendiri mengandung ghoror (unsur ketidak
jelasan). Hal pertama yang belum jelas adalah kapan Nasabah akan menerima
timbal balik berupa klaim. Tidak semua orang yang menjadi pelanggan bisa
mendapatkan klaim. Ketika dia mengalami kecelakaan atau bahaya, dia bisa
menuntut ganti rugi. Meskipun kecelakaan di sini tidak pasti, tidak ada yang tahu.
Mungkin seseorang mengalami kecelakaan setiap tahun, mungkin dia tidak pernah
mengalami kecelakaan selama bertahun-tahun. Ini sisi ghoror pada waktu. Sisi
ghoror lainnya adalah dari sisi besaran klaim sebagai timbal balik yang akan
diperoleh. Tidak diketahui pula besaran klaim tersebut.

2. Asuransi juga mencakup unsur qimar atau perjudian. Nasabah mungkin tidak
mengalami kecelakaan, atau mungkin terjadi sekali, dan seterusnya. Ini berarti

23
adanya spekulasi yang besar. Perusahaan asuransi bisa mendapatkan keuntungan
dari tidak memberikan kompensasi apapun. Suatu perusahaan asuransi bisa saja
mengalami kerugian yang sangat besar akibat kecelakaan atau kecelakaan yang
melibatkan banyak orang. Dari sudut pandang nasabah, dia mungkin tidak memiliki
klaim karena dia tidak pernah mengalami kecelakaan atau tidak pernah berisiko.
Bahkan beberapa pelanggan hanya membayar beberapa premi, tetapi mereka berhak
mengklaim jumlah penuh, dan sebaliknya. Inilah perjudian yang mengandung
spekulasi tinggi. Padahal Allah jelas-jelas telah melarang judi berdasarkan
keumuman (QS. Al Maidah: 90).

3. Asuransi mengandung unsur riba fadhel (riba perniagaan karena adanya sesuatu
yang berlebih) dan riba nasi’ah (riba karena penundaan) secara bersamaan. ika
perusahaan asuransi membayar jumlah klaim yang disepakati kepada pelanggan
atau ahli warisnya, dan jumlahnya lebih besar dari nominal premi yang telah ia
terima, maka ini adalah riba fadhel. Adapun bila perusahaan membayar klaim
sebesar premi yang ia terima namun ada penundaan, maka itu adalah riba nasi’ah
(penundaan).Dalam hal ini,nasabah seolah memberikan pinjaman kepada
perusahaan asuransi. Tidak diragukan kedua riba tersebut haram menurut dalil dan
ijma’ (kesepakatan ulama).

4. Asuransi termasuk bentuk judi dengan taruhan yang terlarang. Dalam perjudian
terdapat taruhan, maka ini sama halnya dengan premi yang ditanam. Premi di sini
sama dengan taruhan dalam judi. Namun yang mendapatkan klaim atau timbal balik
tidak setiap orang, ada yang mendapatkan, ada yang tidak sama sekali.

5. Dalam asuransi terdapat bentuk memakan harta orang lain dengan jalan yang
batil. Perusahaan asuransi memperoleh properti tetapi tidak selalu memberikannya
sebagai imbalan.Dalam akad mu’awadhot (yang ada syarat mendapatkan
keuntungan) harus ada timbal balik. Jika tidak, maka termasuk dalam keumuman
firman Allah Ta’ala,

24
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An Nisa’: 29)

6. Dalam asuransi ada bentuk pemaksaan tanpa ada sebab yang syar’i. Seolah-olah
pelanggan memaksakan terjadinya kecelakaan.Meski penyebab kecelakaan tidak
berasal dari pelanggan, pelanggan juga mengajukan klaim kepada perusahaan
asuransi untuk mendapatkan ganti rugi. Pemaksaan seperti ini jelas haramnya.

25
BAB III

PENUTUP

Dari pemapran di atas maka dapat dijelaskan bahwa masalah asuransi konvensional
meupakan ijtihâdiyyah dan sekaligus khilafiyyah yang terjadi di kalangan pakar hukum
Islam kontemporer. Hal tersebut memiliki makna bahwa suatu masalah belum memiliki
ketetapan hukum secara mutlak. Menurut dua kelompok yang meiliki perbedaan
pendapat pada dasarnya sepakat untuk menyatakan bahwa riba, masyir, dan bay’garar
merupakan hal yang diharamkan sebab adanya unsur kezaliman, penipuan, serta
perjudian di dalamnya. Dengan demikian’illat dari praktik muamalah tersebut dilarang.

Akan tetapi, dalam sudut pandang lain yaitu sebagian ahli syariah menyamakan
sistem asuransi syariah dengan sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Asuransi
bersifat tolong-menolong yang dikelola oleh suatu badan yang kemudian terjadi
kesepakatan antar anggota untuk memikul kerugian yang mungkin terjadi pada
anggotanya. Untuk kepentingan tersebut masing-masing anggota membayar iuran
berkala. Kemudian, dana yang telah terkumpul akan dikembangkan sehingga
memperoleh hasil yang digunakan untuk memikul kerugian anggota, bukan untuk
kepentingan badan pengelola (asuransi syariah). Dengan kata lain, badan tersebut secara
tidak sengaja mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Sifat yang ditunjukkan oleh
badan tersebut menonjol pada kegiatan tolong-menolong seperti yang diajarkan oleh
agama Islam.

Dengan pemaparan rinci yang telah dijelaskan dapat dipahami pandangan hukum
islam melihat perbedaan asuransi konvensional dengan asuransi syariah menurut
pandangan islam. Apabila dilihat dari sisi perbedaannya, baik dari sisi ekonomi,
kemanuasiaan atau syariahnya, maka sistem asuransi syariah adalah yang terbaik dari
seluruh sistem asuransi yang ada.

26
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved April 27, 2021, from Ethess UIN Malang: http://etheses.uin-
malang.ac.id/2463/4/08220005_Bab_1.pdf

Widuri Raharja. (2014, Januari 13). Retrieved April 26, 2021, from
https://widuri.raharja.info/index.php?title=Metode_Studi_Pustaka

BUKU 4 : Perasuransian. (2019, Juli). Jakarta.

Lifepal Asuransi Karyawan. (2020, Juni 24). Retrieved April 15, 2021, from Lifepal
Tenaga Kerja: https://lifepal.co.id/media/asuransi-tenaga-kerja/

Ekowati, I. (2016). TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN ASURANSI


PENDIDIKAN MITRA IQRO PLUS DI ASURANSI JIWA BERSAMA
BUMIPUTERA SYARIAH SALATIGA. Salatiga: Perpus IAIN Salatiga.

Jurnal Justisi Ilmu Hukum ISSN 2528-2638 Vol 1,NO 1, 2016


Fauzi, Wetria. 2019. Hukum Asuransi di Indonesia. Padang: Andalas University Press.

Rastuti, Tuti. 2016. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi. Yogyakarta: Medpress digital.
Santyaningtyas, Ayu Citra. Pengantar Hukum Asuransi Indonesia. Surabaya: Scopindo
Media Pustaka.
Ali, Hasan, Asuransi dalam perpektif Hukum Islam, Cet. ke-5 Jakarta:
Prenada Media, 2006.
UU No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian

27

Anda mungkin juga menyukai