Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“PENENTUAN HARGA PELAYANAN PUBLIK”

Tugas ini bertujuan untuk memenuhi penilaian dalam perkuliahan Akuntansi Sektor Publik
Dosen Pengampu : Dr. Wahyu Widarjo, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Dyah Ayu Arum W. (S432008008)


Rafie Akbar Sumarno (S432008022)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual
Pemerintah dapat menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung ataupun
tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Contoh pelayanan publik yang
dibebankan tarif pelayanannya yaitu penyediaan air bersih, transportasi publik, jasa pos
dan transportasi, energi dan listrik, perumahan rakyat, fasilitas rekreasi, pendidikan, jalan
tol, irigasi, jasa pemadam kebakaran, pelayanan kesehatan, dan pengolahan sampah atau
limbah. Ada beberapa alasan pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen, yaitu :
1. Adanya barang privat dan barang publik
Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat
barang atau jasa hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya,
sedangkan yang tidak membeli tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut. Contoh
barang privat adalah listrik dan telepon. Barang publik adalah barang-barang
kebutuhan masyarakat yang manfaat barang dan jasa tersebut dinikmati oleh
seluruh masyarakat secara bersama-sama. Contoh barang publik adalah pertahanan
nasional dan jasa polisi. Selain itu terdapat beberapa barang dan jasa yang
merupakan campuran antara barang privat dan barang publik. Adanya barang
campuran antara barang privat dan publik disebabkan karena meskipun dikonsumsi
secara individual, seringkali masyarakat umum juga membutuhkan barang atau jasa
tersebut. Contohnya adalah pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik,
dan air bersih. Barang-barang campuran antara barang privat dan barang publik
disebut juga “merit good” karena semua orang membutuhkannya akan tetapi tidak
semua orang bisa mendapatkan barang dan jasa tersebut. Dalam pemenuhan
kebutuhan barang tersebut pemerintah melakukan berbagai cara yaitu pemerintah
menyediakan secara langsung barang tersebut (direct public provision),
memberikan subsidi, atau mengontrakan ke pihak swasta. Akan tetapi ada beberapa
kesulitan dalam membedakan barang publik dengan barang privat :
a. Batasan keduanya sulit ditentukan
b. Barang atau jasa publik tapi ada pembebanan langsung
c. Kecenderungan membebankan tarif pelayanan daripada membebankan pada
pajak
Ada anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran (mixed
economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta (privat market)
dan barang publik lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang
dibiayai melalui pajak. Namun tidak menutup kemungkinan pemerintah
meyerahkan peyediaan barang publik kepada sektor swasta melalui regulasi,
subsidi, atau sistem kontrak. Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu
diperhatikan adalah :
a. identifikasi barang atau jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat,
b. siapa yang lebih kompeten untuk meyediakan kebutuhan publik tersebut,
c. dapatkah peyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor
swasta dan sektor ketiga,
d. pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah
namun dapat ditangani oleh swasta.

Hubungan Sektor Publik, Sektor Swasta, dan Sektor Ketiga

Unit Bisnis Pemerintah Unit-unit Pelayanan


(BUMN/BUMD) Pemerintah Pemerintah

Pelayanan
Publik

Nonpemerintah :
Swasta, Voluntary, LSM, Gabungan (kontrak dan kerjasama)

2. Efisiensi ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan berapa banyak barang atau jasa yang
mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki peran penting dalam
mengalokasikan sumber daya melalui:
a. pendistribusian permintaan
b. pemberian insentif untuk menghindari pemborosan
c. pemberian intensif pada suplier Indonesia berkaitan dengan sekala
produksi
d. penyediaan sumber daya pada suplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan penyediaan jasa
Tanpa adanya suatu mekanisme harga, permintaan dan penawaran tidak
mungkin menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya menjadi tidak
efisien. Akan tetapi pada kenyataannya pasar sering kali tidak sempurna. Dalam
banyak hal pemerintah mungkin menjadi suplier namun tidak boleh memanfaatkan
situasi ini untuk memaksimalkan keuntungan, seperti penyediaan air dan obat-
obatan. Tetapi dalam kondisi tertentu ketika barang dan jasamengandung sifat
public goods pemerintah lebih baik menetapkan harga dibawah harga normalnya
atau bahkan dipugut biaya. Mekanisme pembebanan tarif pelayanan merupakan
salah satu cara untuk menciptakan keadilan dalam distribusi pelayanan publik.
3. Prinsip keuntungan
Pembebanan tarif pelayanan publik pada dasarnya juga menguntungkan
pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan
pemerintah. Hanya saja pemerintah tidak boleh melakukan maksimasi keuntungan,
bahkan lebih baik harga dibawah full cost, memberikan subsidi, atau
memberikannya secara gratis. Charging for service berbeda dengan fee. Fee adalah
biaya atas perijinan atau lisensi yang diberikan pemerintah.

Argumen Terhadap Pebebanan Tarif Pelayanan Publik


Pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan karena alasan-alasan
sebagai berikut :
1. Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun privat, mungkin tidak dapat
diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya dibebankan
kepada semua masyarakat melalui pajak.
2. Suatu pelayanan mungkin membutuhkan jasa yang mahal atau langka sehingga
konsumsi publik harus didisiplinkan/dihemat.
3. Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan
pilihan daripada kebutuhan.
4. Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersil yang menguntungkan
dan untuk memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun industrial.
5. Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan
publik atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat
ditentukan secara tegas.

Ada beberapa argumen yang menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu :


1. Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan
pengukuran yang handal. Hal tersebut dapat meningkatkan biaya penyediaan
layanan.
2. Yang miskin tidak mampu membayar
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang menyebabkan orang miskin tidak
mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dan bahkan makanan sehat.
Masalah lain muncul yaitu kita tidak dapat membuat daftar kebutuhan dasar secara
objektif. Karena yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang lain,
sehingga skala prioritas dan pilihan individu berbeda-beda. Pilihan yang berbeda-
beda tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda pula, sehingga pembebanan
tarif pelayanan dipandang sesuai dengan pilihan kebutuhan seseorang. Pelayanan
publik dapat juga diberikan gratis oleh pemeritah. Akan tetapi pelayanan gratis atau
subsidi mungkin menjadi sia-sia dan kurang efektif karena subsidi belum tentu
dinikmati bagi yang miskin, subsidi menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh
birokrasi, atau malah mensubsidi yang kaya.
Prinsip Dan Praktik Pembebanan Tarif Pelayanan Publik
Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan
pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat, semakin
sesuai barang tersebut dengan tarif. Namun batasan identifikasi barang privat dan publik
sulit dan harus dilakukan dengan dasar per pelayanan. Dalam praktiknya permasalahan
administrasi dan pertimbangan social dan politik memiliki prioritas yang lebih besar
dibandingkan pertimbangan efisiensi ekonomi. Tetapi perlu diperhatikan bahwa kesalahan
dalam menetapkan tarif pelayanan publik merupakan peyebab utama defisit anggaran di
banyak Negara berkembang. Pelayanan yang gratis secara nominal seringkali sulit
dijumpai. Pelayanan gratis meyebabkan insentif rendah, sehingga kadang kualitas menjadi
rendah.

Kegunaan Pebebanan Tarif Pelayanan Publik


Charging for service merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah
daerah. Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit dibandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik Negara.
Penetapan Harga Pelayanan Publik
Jika pemerintah tidak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya, maka
pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar atau dengan kata lain
berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan. Aturan yang biasa dipakai adalah bahwa
beban (charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan tersebut (full
cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total tersebut terdapat beberapa
kesulitan, karena :
1. Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga
dapat mengindentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun
tidak boleh terjadi pencampuradukan biaya untuk pelayanan yang berbeda atau
harus ada prinsip different costs for different purposes. Biaya overhead harus
dibebankan secara proporsional terhadap berbagai pelayanan. Selain itu juga harus
diidentifikasi adanya biaya-biaya tersembunyi (hidden costs) dalam penyediaan
pelayanan publik. Hidden costs juga terkait dengan biaya birokrasi (costs of
bureaucracy).
2. Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi. Karena jumlah biaya untuk
melayani satu orang dengan orang lain berbeda-beda, maka diperlukan pembedaan
pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh tarif bus kota jarak jauh maupun dekat
dikenai tarif sama. Jika hal ini dilakukan maka akan terlihat tidak adil. Namun yang
jelas, pada prinsipnya pembebanan harus merefleksikan biaya total (full cost) untuk
menyediakan pelayanan tersebut.
3. Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
Jika orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital,
maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau
diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.
4. Biaya apa saja yang harus diperhitungkan, apakah hanya biaya operasi langsung
(currnt operation costs), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital costs).
Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan saja biaya operasi
dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah
usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut
marginal costs pricing.
Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal costs
pricing, yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani
konsumen tambahan (costs of serving the marginal consumer). Marginal costs pricing
mengacu pada harga pasar yang paling efisien (economically efficient price), karena
pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan manfaat ekonomi
dan penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan memperoleh peningkatan
output dari barang atau jasa sampai titik dimana marginal costs sama dengan harga.
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,
setidaknya harus memperhitungkan :
1. Operasi biaya variabel (variable operating cost)
2. Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan
untuk memberikan pelayanan.
3. Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalan penyediaan
pelayanan.
4. Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.

Permasalahan Marginal Cost Pricing


Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain :
1. Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu, dalam
praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti
meskipun hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Juga terdapat
masalah pengukuran dan pengumpulan data biaya yang membuat marginal cost
sulit diimplementasikan.
2. Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short
run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost).
3. Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital cost tidak
mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika sumber daya yang
terbatas, kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan adanya penghematan yang
dikorbankan (opportunity loss) dalam pemakaian alternative sumber daya tersebut.
Kerugian tersebut harus diukur dengan efisiensi yang dikorbankan (efficiency loss)
yang berasal dari penaikan harga di atas marginal cost.
4. Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan :
- Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
- Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut.
5. Ekternalitas konsumsi
6. Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih.

Kompleksitas Strategi Harga


1. Two-part tariffs : banyak kepentingan public (seperti listrik) dipungut dengan two-
part tariffs, yaitu fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya
infrastruktur dan variable charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
2. Peak-load tariffs : pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi.
Permasalahannya adalah beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang
disediakan, tarif tertinggi untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher
marginal cost (seperti telepon dan transportasi umum).
3. Diskriminasi harga. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan
pertimbangan keadilan (equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok
dengan pendapatan berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang
berbeda, pelayanan yang diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi.
Hal tersebut tergantung dari kemampuan mencegah orang kaya menggunakan
pelayanan yang dimaksudkan untuk orang miskin.
4. Full cost recovery. Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total
untuk menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan
publik untuk membayar.
5. Harga diatas marginal cost. Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas
marginal cost, seperti tarif parkir mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau
licence fee.
Taksiran Biaya
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
1. Opportunity cost
2. Opportunity cost of capital
3. Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to
society (opportunity cost)
4. Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
5. Cadangan inflasi

Anda mungkin juga menyukai