Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM 2

Osmosis dan Potensial Air Tanaman

DISUSUN OLEH :
PUTRI NABILA SURYA
NPM 195001516046

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL 2020

Jl. Sawo Manila, RT.14/RW.3, Ps. Minggu, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12520
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osmosis berarti gerakan cairan lewat membran berpori yang berpindah dari larutan
dengan konsentrasi lebih rendah ke larutan dengan konsentrasi lebih tinggi. Boleh dikatakan
osmosis merupakan peristiwa difusi hanya saja berdifusi melalui membran seperti misalnya
kertas saring dan dinding sel. Masuknya air ke dalam sel ditentukan oleh dua hal yaitu
gradient potensial air dan permeabilitas membran terhadap air. Pada sel yang mengalami
pertumbuhan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel terhadap air akibat aktivitas zat
pengatur tumbuh dan enzim. Sementara sintesis zat-zat masuknya unsur atau ion penyusun
zat organik menambah gradient potensial air antara di dalam dengan di luar sel pada tanaman
yang sedang mengalami pertumbuhan.

Pada percobaan ini digunakan larutan sukrosa karena membran sel tanaman relatif
permeabel terhadap sukrosa. Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan hipertonis maka
cairan sel akan berosmosis ke luar sehingga protoplas akan mengkerut. Hal ini menyebabkan
tekanan hidrostatik internal protoplas menurun. Jika potensial air larutan sukrosa cukup
negatif maka potensial air sel menjadi nol atau negatif menyebabkan protoplas terlepas dari
dinding sel. Peristiwa ini disebut plasmolisis. Sebaliknya apabila sel yang mengalami
plasmolisis dimasukkan ke dalam larutan hipotonis maka sitoplasma kembali mengembang,
peristiwa ini disebut deplasmolisis.

B. Tujuan Praktikum

1.Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis

2.Untuk menentukan potensial air sel pada jaringan

3.Menentukan turgiditas dan defisit air dari jaringan tanaman


BAB II : Metode Pelaksanaan

A. Bahan dan Alat

-Daun Rhoeo discolor - Gelas benda

-Umbi kentang (Solarium tuberosum) - Glas penutup

-Pacar air - Silet

-Aquades - Cutter

-Sukrosa - Glas piala

-Tisu - Penggaris

-Mikroskop - Pisau

-Tabung reaksi - Bak plastik

-Timbangan
B. Cara kerja

A. Tekanan Osmosis Cairan Sel

1. Buat larutan sukrosa konsentrasi 0,14: 0,16; 0,18; 0,20; 0,22; 0,24; 0,26; dan

0,28 M

2. Siapkan 8 buah tabung reaksi dan isikan larutan sukrosa masing-masing 5 ml dan beri
label konsentrasi larutan pada masing-masing tabung
3. Sayat daun Rhoeo discolor pada bagian yang berwarna setipis mungkin (satu lapis sel)
dengan menggunakan silet
4. Amati di bawah mikroskop hasil sayatan untuk memastikan bahwa hasil sayatan telah
memperlihatkan struktur sel tanaman
5. Masukkan hasil sayatan ke dalam masing-masing larutan dan catat waktu dimulai
perendaman
6. Setelah 30 menit sayatan yang direndam kemudian diambil dan diamati di bawah
mikroskop
7. Hitung jumlah sel dalam satu bidang pandang yang mengalami plasmolisis

dianggap mempunyai tekanan osmosis sama dengan cairan sel


22,4 x M x T
8. Tekanan osmosis sel TO =
273
Keterangan : TO = Tekanan Osmosis
M = Konsentrasi Larutan
T = Waktu
B. Penentuan Potensial Air Sel Tanaman
1. Buat irisan silinder umbi kentang sepanjang 4 cm
2. Buat larutan sukrosa dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,25; 0,50 dan 1,0 M
3. Masukkan irisan umbi kentang ke dalam larutan sukrosa kemudian inkubasikan
selama satu jam
4. Setelah direndam selama satu jam umbi diukur kembali panjangnya
5. Tentukan potensial air sel dalam jaringan
III. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

% perubahan =
Konsentrasi Berat Berat berat akhir−berat awal
Jenis Larutan x
(M) Awal Akhir berat awal
100 %
Aquades 0 1,89 2,21 16,9
Larutan Gula 0,05 1,99 2,29 15,1
Larutan Gula 0,15 1,73 1,91 10,4
Larutan Gula 0,30 1,90 2,03 6,8
Larutan Gula 0,45 1,88 1,93 3,7
Larutan Gula 0,60 1,71 1,67 -2,3

B. Pembahasan

Pada praktikum pengukuran tekanan osmosis cairan sel, bahan yang digunakan adalah
sel epidermis daun Rhoe discolor yang dikupas bagian lapisan epidermisnya dengan memakai
larutan sukrosa pada konsentrasi yang berbeda. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan,pada konsentrasi sukrosa 0,14M ; 0,20M ; 0,26M diperoleh bahwa perlakuan pada
larutan sukrosa 0,14M yang memiliki ± 50% sel yang terplasmolisis yang disebut plasmolisis
insipien.
Tekanan yang mendorong terjadinya difusi ini dinamakan tekanan osmosis atau
osmotic pressure. Tekanan yang menjadi penentuan dalam pencarian suatu larutan dengan
tekanan osmosis yang sama dengan cairannya disebut dengan tekanan difusi. Karena
konsentrasi larutan gula berperan dalam plasmolisis sel, maka dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak sel yang terplasmolisis. Hal tersebut dapat kita lihat dengan adanya suatu
bintik atau titik yang berada di tengah-tengah sel tanaman tersebut. Menurut Salisbury dan
Ross (1992), larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis
dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel
berada dalam keadaan tanpa tekanan.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai molaritas
larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Hal ini terbukti dengan
keberadaan senyawa antosianin berwarna keunguan yang terkandung dalam daun Rhoeo
discolor semakin turun kadarnya jika dimasukkan secara bertahap kedalam larutan sukrosa
yang berbeda-beda tingkat atau nilai molaritasnya. Akibatnya, akan semakin banyak sel yang
keriput.  Setiap kenaikan 0,02 M, maka persentase plasmolisis sel akan meningkat sebanyak
10 %. Terjadinya kekeliruan beberapa hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan literatur
bisa saja disebabkan kurang telitinya praktikan dalam membuat larutan konsentrasi sukrosa.

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah mengukur nilai potensial air pada jaringan
umbi kentang (Solarium tuberosum). Dengan proses yaitu dengan melakukan perendaman
terhadap umbi kentang yang sudah terpotong-potong sesuai prosedur kerja dan dimasukan
kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi serta dalam aquades sebagai variabel konntrol.
Setelah itu merendam umbi kentang kedalam larutan sukrosa selama masing-masing selama 2
jam.

Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan laporan sementara, aquades, memiliki


perubahan berat 16,9 %. Nilai positif ini diperoleh dari berat akhir kentang yang lebih besar
dari berat awal kentang, akibat terjadinya penambahan berat jaringan oleh air dari larutan
sukrosa. Pergerakan air dari larutan sukrosa menuju sel kentang menunjukkan bahwa
konsentrasi air dalam larutan sukrosa lebih tinggi daripada dalam sel kentang. Dengan
demikian larutan sukrosa 0,05 M, 0,15 M, 0,30 M, 0,45M disebut larutan hipotonis (larutan
dengan kandungan solute yang lebih rendah dari larutan lain). Sedangkan pada konsentrasi
0,60M perubahan berat kentang bernilai negatif. Nilai ini diperoleh dari berat akhir kentang
yang lebih kecil dari berat awal kentang, akibat terjadi penyusutan berat jaringan karena air
keluar dari sel menuju larutan sukrosa sehingga dapat disimpulkan merupakan larutan
hipertonis (kandungan solutenya lebih tinggi daripada sekelilingnya)(Listiana,2010). Hal ini
berarti telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air 
tinggi ke potensial air yang rendah. Perpindahan atau pergerakan molekul air dari potensial
air yang tinggi kepotensial air yang rendah disebut dengan osmosis.
BAB IV : Penutup

Kesimpulan

Plasmolisis adalah peristiwa lepasnya protoplasma dari dinding sel karena keluarnya
sebagian air dari vakuola. Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50%
berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini
terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Semakin tinggi nilai molaritas larutan
sukrosa, maka semakin cepat sel terplasmolis. Senyawa yang terkandung dalam daun Rhoeo
discolor adalah senyawa antosianin yang berwarna keunguan. Sel epidermis daun Rhoeo
discolor pada praktikum yang mengalami plasmolisis insipien adalah pada perlakuan 0,22 M.
Osmosis merupakan difusi air, hal ini karena terdapat ruang terpisah satu sama lain oleh
membran selektif permeabel. Apabila konsentrasi larutan tinggi dari jaringan, maka air keluar
jaringan sehingga berat jaringan berkurang, disebut jaringan dalam kondisi hipertonis. begitu
pula sebaliknya (kondisi hipotonik). Sedangkan larutan isotonis tidak terjadi perpindahan
molekul air sehingga berat jaringan tetap.
DAFTAR PUSTAKA

- Rawiniwati, Wayan. 2019. Penuntun Praktikum Fisiologi Tanaman, Universitas


Nasional Jakarta
- https://www.academia.edu/6912394/Laporan_Tekanan_Osmosis_dan_Potensial_air
- https://www.slideshare.net/EkalKurniawan/penetapan-potensial-air-jaringan
- https://www.slideshare.net/fauziahkn/laporan-fisiologi-tumbuhan-ii-difusi-dan-
osmosis-penentuan-potensial-air-jaringan-tumbuhan

Anda mungkin juga menyukai