Anda di halaman 1dari 22

Luluhnya

Hati Sang Singa


MUHAMMAD THE MESSENGER

D
I seantero Mekah, tidak ada sesuatu pun yang mampu
melunakkan hati Umar bin Khattab dari sikap dan
tindakan­nya. Umar dikenal sebagai laki-laki yang
mudah naik pitam dan garang. Dia tidak dapat diluluh­kan oleh
para gadis penghibur tatkala dia mendatangi pintu-pintu penjual
minuman khamar, para penjaga malam yang suka bergerombol
di sebagian pelataran rumah, atau pun para penabuh rebana di
rumah-rumah hiburan. Semuanya tidak mampu melunakkan
kekerasan hatinya yang mudah terbakar emosi sehingga
menyebabkan dia bertindak garang dan menyeramkan.
Berita tentang konfrontasi antara Hamzah dan Abu Jahal
telah dia dengar. Hati Umar cukup takjub atas keberanian
Hamzah berkonfrontasi sekaligus menaklukkan­ Abu Jahal. Ada
dugaan kuat di hati Umar bahwa para bangsawan Quraisy yang
biasa takut pada Hamzah akan bertambah takut sejak hari itu dan
selama Hamzah mampu menaklukkan para penunggang kuda
Quraisy yang gagah berani lainnya. Jelas hal ini akan membuat
pengikut Muhammad besar kepala dan mengagung­-agungkan
dan membela Hamzah.
Terbakarlah amarah Umar. Dia bersumpah akan mendatangi
rumah Hamzah. Dia mengambil sebilah pedang yang sangat tajam
dan beberapa senjata lainnya. Bergegas dia pergi menuju Darul
Arqam di Bukit Shafa. Maksud kedatangannya tidak lain ingin

130
Luluhnya Hati Sang Singa

mengobrak-abrik rumah yang menjadi pusat aktivitas pengikut


Muhammad dan menyembelih Muhammad bin Abdullah di
depan mata Hamzah. Terbunuhnya Muhammad sudah tentu
akan membuat Mekah senang dan tenang.
Kini telah tiba saatnya untuk beradu kekuatan dengan
temannya sendiri. Umar bin Khattab akan terlibat konfrontasi
fisik langsung dengan teman dekatnya sesama singa padang
pasir, Hamzah bin Abdul Muthalib.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Muhammad, hati
kecil Umar selalu berbisik. Timbul pula pertanyaan di hatinya
mengapa Muhammad melakukan semua ini, padahal dia
mencintai mereka dan sangat memedulikan kesulitan-kesulitan
mereka? Mengapa dia datang kepada mereka dengan ajaran-
ajarannya yang telah menyebabkan seorang teman menghunus
pedang di wajah temannya sendiri? Dia telah mencerai-beraikan
kesatuan kelompok, menggoblok-goblokkan berbagai obsesi,
menimbulkan permusuhan di antara dua orang bersaudara, dan
merusak hubungan majikan dengan para budaknya.
Umar menduga Muhammad telah menghasut Hamzah
se­­hingga dia bentrok dengan saudaranya sendiri, Abu Jahal.
Bukankah suku-suku Arab lainnya mengakui kehebatan
Quraisy? Bahkan suku-suku Arab lainnya merasa iri terhadap
suku Quraisy karena memiliki jagoan-jagoan penunggang kuda
yang terkemuka. Lantas, mengapa mereka yang senantiasa
menen­­tang berbagai ancaman dari suku-suku Arab yang lain
justru akhirnya akan menghujamkan senjata pada leher teman-
teman bahkan saudaranya sendiri? Bukankah mereka telah
men­jadikan negeri ini sebagai negeri yang aman. Mereka isi
negeri ini dengan impian-impian dan kebanggaan. Di negeri ini
pulalah, mereka membangun sebuah mercusuar untuk seluruh
bangsa Arab. Semua itu mereka lakukan dengan tangan-tangan
mereka sendiri.

131
MUHAMMAD THE MESSENGER

Apakah gerangan hasutan yang telah menyebabkan Hamzah


tidak harmonis lagi dengan teman-temannya? Sejak kapankah
dia disibukkan dengan persoalan ajaran-ajaran Abul Qasim?
Apakah sebenarnya yang dikehendaki Abul Qasim? Dia telah
membuat pusing kepala orang-orang miskin, buruh-buruh kasar,
budak-budak, dan para wanita. Dia menetapkan hak-hak mereka
yang harus dipenuhi oleh para majikan mereka. Dia pula lah
yang telah melancarkan fitnah terhadap para pedagang sejak dia
menyatakan bahwa ajaran­-ajarannya tidak akan menghapuskan
aktivitas haji dan tawaf di Kakbah.
Dia mengajak umat manusia untuk melaksanakan haji
dengan satu maksud, yaitu menyembah Tuhannya, bukan un­tuk
patung-patung dan berhala-berhala. Selain itu, agar umat manu­
sia dapat merasakan secara nyata manfaat penyelenggaran haji
tersebut. Untuk maksud itu, didirikanlah pasar-pasar dan stan-
stan. Akan tetapi, semua itu harus tetap dalam garis-garis yang
telah ditentukan. Sebenarnya, pada suatu hari, Umar per­­nah
mendengar seseorang membacakan ajaran-ajaran Muhammad,
lalu dia ingin mengambil sebagian bacaannya. Namun,
Muhammad berusaha mencegah dirinya untuk pergi ke warung-
wa­rung khamar. Kemudian Umar berkata kepada Muhammad,
“Tukang sihirkah, engkau? Sejak kapan engkau belajar ilmu
sihir?”
Karena peringatan-peringatan yang telah disampaikan
Muhammad itulah, yang telah membuat para pengikutnya dari
kalangan saudagar-saudagar, secara suka rela mengorbankan
seluruh hartanya untuk kepentingan dakwahnya, seolah­-olah
me­reka berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama. Abu
Bakar memerdekakan budak perempuan dan budak laki-laki
yang seluruhnya berjumlah enam orang. Abdurrahman bin Auf

132
Luluhnya Hati Sang Singa

memerdekakan tiga puluh orang budak. Masih banyak pula yang


lainnya.
Muhammadlah yang mengajak teman-temannya untuk
berimigrasi ke bumi Ethiopia, sebuah negeri yang dia katakan di
bawah kekuasaan seorang raja yang adil dan tidak suka melakukan
penindasan kepada rakyatnya. Berimigrasilah kalangan rakyat
jelata. Mereka diikuti Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin Affan
bersama istrinya, Zubair bin Awwam, Jaf’ar bin Abu Thalib
bersama istrinya, dan Abdurrahman bin Auf. Tidak seorang pun
di antara mereka yang memedulikan masalah usaha dagang lagi
setelah mereka berimigrasi.
Wahai Abul Qasim, dengan sihir apakah engkau mem­
pengaruhi hati mereka?
Pada suatu hari, salah seorang di antara kami mendapatkan
Mekah dalam keadaan kosong. Siang malam berlalu tanpa
seorang teman. Sejak mengikuti ajaranmu, Abu Bakar tidak lagi
mau berdagang. Tidak ada lagi kebiasaan menceritakan kabar
orang-orang yang merantau.
Pada akhimya, Hamzah mengikuti ajaran Muhammad. Be­
tapa sepinya malam-malam tanpa Hamzah. Betapa remehnya
masyarakat Quraisy di mata musuh-musuh mereka setelah
Hamzah memisahkan diri dari mereka.
Bagaimana dengan Muhammad? Tidak adakah rasa belas
kasihan dalam hatinya kepada orang-orang yang berimigrasi
dari Mekah ke negeri Ethiopia?
Mereka tinggalkan tanah tumpah darah yang sangat mereka
cintai dan sanak famili yang mereka kasihi. Di antara para
pengungsi itu, sebenarnya ada buah cintanya, Ruqayah, istri
Utsman bin Affan.
Ketika Umar hampir sampai di rumahnya, seorang perem­
puan datang mencegatnya di tengah jalan. Perempuan itu

133
MUHAMMAD THE MESSENGER

menumpuk barang-barangnya di depan rumahnya sambil


menunggu putranya untuk mengungsi ke Ethiopia dengan rom­
bongan pengungsi baru yang menurut rencana akan menin­­
galkan Mekah di tengah malam buta. Dia adalah seorang
perempuan yang telah lanjut usia. Umar menaruh belas kasihan
dan rasa sayang kepadanya. Akan tetapi, sejak mengikuti ajaran
Muhammad, umar selalu mengganggunya. Karena perempuan
itu takut diamuk oleh Umar, dia bersembunyi di balik tumpukan
barang-barangnya seraya menahan napas dan debaran hatinya.
“Jadi engkau benar-benar akan berangkat, Ummi Abdillah?”
tegur Umar.
 Suara Umar tidak menampakkan amarah, sebagaimana dia
pernah bertemu sebelumnya.
“Ya. Demi Allah, engkau telah menyakitiku dan menindas­
ku. Aku akan benar-benar pergi ke bumi Allah hingga Allah
memberikan jalan keluar bagiku,” sahut perempuan tua itu.
Sesaat, Umar diam. Tetangganya juga akan pergi dari
Mekah. Sudah lama dia menaruh belas kasihan kepadanya. Ke­
beringasannya telah menumbuhkan rasa iba dan belas kasihan
kepadanya. Sesaat lagi segalanya akan sirna secara tiba-tiba.
Umar menatap raut wajah perempuan setengah tua yang akan
pergi meninggalkan segalanya untuk hidup jauh dari Mekah.
Nada-nada keibaan terdengar jelas pada suara Umar. Dengan
ucapan lirih dan lembut, terucap kata-­kata Umar, “Semoga Allah
senantiasa menyertaimu.”
Perempuan itu sangat heran melihat sikap Umar yang sa­
ngat lembut. Maka, diceritakanlah semua itu kepada putranya.
Pertemuan itu adalah pertemuan untuk terakhir kalinya di
Mekah.
“Tidakkah engkau lihat kelemah-lembutan dan kedukaan
Umar terhadap kita?” ucap perempuan itu kepada putranya.

134
Luluhnya Hati Sang Singa

Di tengah-tengah perjalanan panjang yang tidak tentu arah


dan tujuan itu, putranya berkata, “Apakah ibu berharap dia akan
memeluk Islam? Dia yang pernah ibu pandang sebagai orang
yang tidak akan pernah masuk Islam hingga keledai masuk
Islam.”

Umar bin Khattab baru saja berangkat dari rumahnya


menuju ke Darul Arqam di Bukit Shafa sambil menghunus
sebilah pedang. Tujuannya hanya satu, yaitu membunuh
Muhammad. Di mana pun dia akan bertemu Muhammad, di situ
dia akan membunuhnya. Ya, membunuh Muhammad di depan
mata para pengikutnya. Mengenai Hamzah, dia tidak peduli jika
harus bertarung setelah itu. Biarlah dia membunuh Hamzah
atau Hamzah yang akan membunuh dirinya. Itu persoalan yang
takperlu dipikirkan. Pokoknya, yang penting, dia bisa menghabisi
nyawa Muhammad bin Abdullah!
Dalam perjalanannya, pikirannya terusik oleh perbuatan-
perbuatan yang dilakukan Muhammad. Hatinya teriris-iris
dalam kepedihan yang tidak jelas. Di matanya, terbayang putra
wanita tua yang mengungsi berbaur dengan orang-orang yang
meninggalkan Mekah. Rasa duka seolah-olah mengganjal
tenggorokannya secara tiba-tiba.
Salah seorang temannya bertemu dengannya. Lalu, teman­
nya bertanya ke mana dia akan pergi dengan menghunus sebilah
pedang yang tajam.
Umar menjawab, “Aku akan menemui Muhammad. Dia
telah menukar agama nenek moyang. Dia memecah-belah masya­
rakat Quraisy. Dia memiliki obsesi-obsesi tolol. Dia mencaci
tuhan-tuhan masyarakat Quraisy. Aku akan menebas batang
lehernya.”

135
MUHAMMAD THE MESSENGER

Dalam perbincangan itu, temannya berkata, “Demi Allah,


engkau telah tertipu oleh dirimu sendiri, Umar. Apakah tindak­
anmu membunuh Muhammad akan dibiarkan saja oleh Bani
Abdi Manaf? Lebih baik engkau pulang saja. Urusi keluargamu
sendiri!”
Dengan sangat terkejut, Umar bertanya, “Keluargaku yang
mana?”
“Saudara sepupumu sendiri, Said bin Zaid bin Arm dan
saudara perempuanmu, Fatimah binti Khattab, telah mengikuti
ajaran Muhanunad. Urusi saja mereka,” demikian jawab
temannya.

Bergegas Umar pergi ke rumah saudaranya. Dia akan


bertindak pada Said bin Zaid sebagaimana bapaknya, Khattab,
bertindak pada Zaid bin Amr, ayah Said.
Setelah sampai di rumah saudara perempuannya, Umar
mengetuk pintu.
Karena mendengar bacaan yang tidak pernah didengarnya
dari seorang laki-laki yang juga terasa asing baginya, Umar
menghentikan ketukannya. Dia berdiri di depan pintu. Laki-laki
yang asing suaranya di telinga Umar itu membacakan sesuatu.
Kemudian, Fatimah dan Said mengikuti secara ber­ulang-ulang.
“Thaahaa. Tidaklah kami turunkan Al-Qur’an kepadamu
untuk menyusahkanmu, tetapi sebagai peringatan kepada orang
yang takut kepada Allah.”
Umar menunggu hingga mereka selesai, kemudian dia me­
nge­­tuk pintu. Karena mereka mendengar suara Umar, laki-laki
asing itu disembunyikan. Fatimah segera mengambil lembaran­
lembaran yang dibaca laki-laki asing itu, lalu diselipkan di bawah

136
Luluhnya Hati Sang Singa

pahanya. Kemudian, Said membuka pintu. Setelah Umar masuk,


dia bertanya kepada mereka berdua dengan nada emosi, “Suara
apa yang baru kudengar itu?”
“Ah, aku justru tidak mendengar suara apa-apa sama sekali,”
mereka berdua berkilah.
Seketika Umar berteriak. “Baik. Tapi telah kudengar bahwa
kamu berdua telah mengikuti ajaran Muhammad!”
Dengan gagang pedangnya, Umar melayangkan pukulan
pada Said. Said terluka. Darahnya mengalir. Fatimah berkata
sambil berusaha melerai saudaranya dari suaminya, namun
Umar menghajarnya hingga kepalanya cedera. Darah saudara
perempuannya juga menetes pada kedua belah tangannya.

Inilah tetesan darah saudara perempuannya yang mengalir


karena kedua belah tangannya. Darah orang yang paling dia
sayangi. Darah seorang perempuan yang masih dalam ikatan
saudara. Darah seorang perempuan yang engkau sayangi laksana
seorang ayah kepada putrinya.
Saudara perempuannya yang belum pernah mengangkat
muka di hadapannya sebelum itu tiba-tiba berubah geram sam­
bil berteriak lantang menentang, “Baiklah, lakukanlah apa yang
engkau kehendaki.”
Rupanya dia sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan
yang akan terjadi, bahkan kalau harus mati sekalipun. Dengan
kedua belah tangan yang terentang, Fatimah telah siap meng-
hadapi tikaman pedang Umar.
Karena Umar tidak kuasa melawan rasa sayang kepada adik
perempuannya, kekuatannya tiba-tiba luluh-melepuh. Ditatap-
nya dalam-dalam tetesan darah yang mengalir di kepala adik
dan saudara sepupunya yang tergeletak di lantai. Kemudian,

137
MUHAMMAD THE MESSENGER

Umar meminta saudara perempuannya agar memperlihatkan


lembaran-lembaran yang mereka baca untuk melihat ajaran
yang dibawa Muhammad. Namun, saudara perempuannya itu
menolak.
“Engkau najis,” jawab Fatimah sinis. Kekuatan apakah
gerang­an yang mendorong perempuan lemah ini berani ber­
bicara? Dengan semangat apakah dia secara lantang berani
menentang?
Umar bangkit, lalu bergegas mandi. Setelah itu, Fatimah
mengambil lembaran-lembaran itu dengan erat-erat agar tidak
sobek. Umar mulai membaca lembaran-lembaran itu. Kemudian,
dia kembalikan lagi kepada saudara perempuannya sambil
berkata, “Alangkah bagus dan agung kata-kata ini.”
Mendengar ucapan Umar, laki-laki asing yang bersembunyi
segera muncul dari tempat persembunyiannya sambil berkata,
“Umar! Aku sungguh berharap mudah-mudahan Allah
mengistimewakan dirimu sebab doa Nabi-Nya. Kemarin, aku
mendengar berliau berdoa, ‘Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan
salah seorang di antara dua Umar, Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam
atau Umar bin Khattab.”
Dengan tergesa-gesa, Umar pergi ke Darul Arqam di Bukit
Shafa. Dia langsung mengetuk pintu dengan kekuatan yang
keras. Sebelum membukakan pintu, seorang laki-laki mengintip
di celah-celah pintu. Dengan sangat terkejut, laki-laki tersebut
mengatakan, “Pengetuk pintu itu adalah Umar. Dia datang
dengan sebilah pedang terhunus.”
“Biarkan saja dia masuk. Jikad ia datang dengan maksud
baik, kita sambut dengan baik, tetapi jika dia datang dengan
maksud jahat, kita bunuh saja dia dengan pedangnya,” demikian
ucap Hamzah bin Abdul Muthalib kepada kemenakannya,
Muhammad.

138
Luluhnya Hati Sang Singa

Hamzah meraba gagang pedangnya. Dia telah siap mem­


bunuh Umar, salah seorang temannya. Namun, Muhammad
bertekad akan menghadapi sendiri dan akan membuat Umar
bertekuk-lutut di hadapannya. Dengan demikian, tidak ada lagi
orang yang dapat mengungguli kekuatan dirinya. Jika Hamzah
telah membuat Abu Jahal bertekuk lutut dihadapannya, kini
giliran Muhammad yang akan membuat Umar tidak berkutik di
hadapannya.
Umar tetap berdiri, tidak mau masuk, hingga akhirnya
Muhammad bangkit untuk menemuinya. Kemudian, Muhammad
men­cengkeram lehernya dengan cengkeraman yang kuat sambil
berkata, “Umar! Dengan maksud apakah engkau datang? Demi
Allah, aku tidak akan melihat engkau berhenti dengan sikap
dan tindakanmu terhadap hingga Allah menurunkan bencana
untukmu.”
Dengan suara lirih seakan penuh ketakutan, Umar men­
jawabnya, “Rasulullah….” Semua yang ada di Darul Arqam ter­
cengang tatkala Umar melanjutkan kata-katanya, “Aku datang
kepadamu untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Terucaplah dari mulut Muhammad sebuah kalimat kegem­
biraan dan mengagungkan kebesaran-Nya, “Allah Mahaagung.”
Kemudian, Hamzah mengikuti pula dengan ungkapan takbir.
Dalam kegembiraan yang tiada tara, Muhammad mengusap dada
Umar dan mendoakan semoga dia akan tetap dalam keimanan.

139
MUHAMMAD THE MESSENGER

Darul Arqam bergema dengan ungkapan-ungkapan kegem­


biraan yang menggetarkan persendian-persendian semua
orang. Hamzah dan Umar, jagoan penunggang kuda Quraisy
ter­­kemuka, bergabung dengan mereka dalam satu hari. Mereka
akan menuntut terwujudnya keadilan bersama-sama dan mem­
pertahankan diri bersama-sama.
Sesaat kemudian, Umar meninggalkan mereka pulang.
Dalam perjalanan pulangnya, Umar menyempatkan diri mampir
ke rumah Abu Jahal Amr bin Hisyam. Setelah dia mengetuk
pintu, Abu Jahal keluar menyambutnya dengan ucapan, “Selamat
datang, kemenakanku! Kabar apakah gerangan yang kaubawa?”
“Aku datang untuk memberitahukan kepadamu bahwa aku telah
mempercayai ajaran-ajaran Muhammad.” Dengan suara lantang
sambil menggebrak pintu, Abu Jahal berkata, “Mudah-mudahan
Allah akan mengutukmu. Betapa buruknya kabar yang engkau
bawa!” Sepanjang jalan menuju rumahnya, Umar tiada henti-
hentinya menyampaikan kabar keimanan dirinya pada ajaran­
Muhammad kepada setiap orang yang ditemui.

Keesokan harinya, Muhammad berjalan di lorong-lorong


Mekah dengan diapit oleh Hamzah di sebelah kanannya, dan
Umar sebelah kirinya. Setiap orang melihatnya dengan penuh
keheranan.
Selanjutnya, Umar pergi seorang diri menuju Kakbah. Di­
umumkanlah kepada semua orang bahwa dirinya telah ber­iman
kepada Muhammad. Mereka tidak menerima keputusan Umar
itu. Di antara mereka dan Umar akhirnya terjadilah konflik.
Mereka berusaha untuk membunuh Umar dan Umar pun ber­
usaha membunuh mereka. Demikianlah, mereka tiada henti ber­
tikai hingga matahari tenggelam di ufuk barat.

140
Luluhnya Hati Sang Singa

Hamzah dan Umar memeluk ajaran Muhammad dengan


segala kekuatan dan semangat yang dimilikinya. Sebagian
orang yang ingin menjelek-jelekkan Hamzah dan Umar
menyatakan bahwa mereka berdua telah hilang kejantanan dan
keberaniannya. Mereka berdua telah mengikuti ajaran-ajaran
yang mengharuskan manusia untuk berserah diri pada kekuatan
yang misterius dan menjauhi kesenangan hidup dengan
menganut pola kehidupan orang-orang miskin.
Hamzah dan Umar tiada henti-hentinya membaca dan
bertanya kepada Muhammad, hingga hatinya memiliki keyakin­
an yang mantap bahwa ajaran-ajaran baru itu menuntut manusia
agar tidak menggantungkan jalan kehidupannya pada tuhan-
tuhan Kakbah tetapi menghadapkan jiwanya pada Tuhan Yang
Maha Esa. Setiap orang harus melakukan ikhtiar dalam hidupnya
dan harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diketahui.
Setiap orang bebas memilih jalan kehidupan. Dia berhak atas
segala perbuatan yang dikerjakannya.
Tidak benar jika dikatakan bahwa Islam menuntut seseorang
untuk mengayunkan pedangnya. Yang benar, Islam mendorong
untuk membangun segenap spirit dalam rangka terciptanya
keadilan dan melindungi kehormatan dan hak asasi manusia
dalam kehidupan. Seseorang dituntut membebaskan orang-orang
yang tertindas, membantu orang-orang yang membutuhkan,
berbuat baik kepada keluarga dekat, menikmati barang-barang
yang halal, termasuk berhias dan memakan makanan yang halal
itu, dan beristri dengan tidak melampaui batas-batas aturan
yang telah ditentukan.
Islam tidaklah melarang perdagangan yang menjadi soko
guru perekonomian dan berkembangnya peradaban Mekah.
Islam memperbolehkan jual beli yang didasarkan atas prinsip
saling menguntungkan. Akan tetapi, Islam melarang riba yang

141
MUHAMMAD THE MESSENGER

memanfaatkan kebutuhan orang lain untuk mengeruk keun­


tungan tanpa harus berkerja susah-payah, apalagi merampas
harta orang lain dengan cara-cara yang tidak benar.
Dalam memperoleh keuntungan, Islam meletakkan nilai-
nilai cinta kasih, persaudaraan, tolong-menolong, dan keber­
samaan karena hidup ini bukanlah harta kekayaan yang melim­
pah ruah semata. Cinta kasih adalah kekayaan yang jauh lebih
mahal nilai dan harganya daripada tumpukan emas dan perak.
Islam mengajarkan untuk bertindak secara adil dan berbuat
baik. Seorang muslim bermartabat tinggi karena amalnya, bukan
karena harta kekayaan yang tidak seorang pun tahu dari mana
memperolehnya.
Perbuatan baik adalah nilai seorang laki-laki atau perempuan,
bukan depositonya di bank-bank Mekah, bukan pula gundik­-
gundik dan koneksinya dengan para pejabat pemerintah.
Kekuasaan bukanlah anugerah yang turun dengan sendi-
rinya atas dasar patung-patung. Pemegang kekuasaan adalah
orang yang dipilih oleh mayoritas rakyat.
Islam menganjurkan kepada umat manusia agar mening­
galkan konflik di antara mereka sehingga mereka bersatu sebagai
saudara, tidak berpecah-belah. Demikian penjelasan Muhammad
panjang lebar kepada Umar dan Hamzah.

Sekelompok orang dari masyarakat Quraisy merasa ke­


bingungan karena Abu Bakar telah keluar dari kelompok mereka
dan bergabung dengan Hamzah dalam barisan pengikut ajaran
Muhammad. Tidak seorang pun yang masuk Islam, kecuali akan
menyisihkan sebagian hartanya untuk membeli budak laki-
laki dan perempuan yang memeluk ajaran Islam. Budak-budak

142
Luluhnya Hati Sang Singa

itu dimerdekakan agar menjadi orang-orang yang lebih tinggi


derajatnya daripada para bangsawan dan seluruh masyarakat
Quraisy yang tidak mengikuti ajaran Muhammad. Kedudukan
mereka tidak dibatasi oleh apa pun selain perbuatan mereka
belaka.
Pada awalnya, hanya delapan orang yang telah mengungsi
ke Ethiopia. Sekarang, para pengungsi telah mencapai sekitar
delapan puluh orang. Mereka memperoleh perlakuan yang baik
dari Raja Habsyi.
Masyarakat Quraisy telah mengirim delegasi khusus kepada
Raja Habsyi untuk memberi peringatan atas keputusannya itu
karena di antara Raja Habsyi dan masyarakat Quraisy terdapat
kepentingan bersama. Namun demikian, peringatan tersebut
tidak diindahkan sama sekali. Akhirnya, delegasi khusus itu
kembali dengan membawa kegagalan yang memalukan dan
membuat orang-orang Islam mencela mereka.
Dalam rombongan delegasi khusus tersebut, di antaranya
terdapat Amr bin Ash dan Ibnul Walid, pemuda Quraisy yang
tam­pan dan pemberani yang hampir diberikan kepada Abu Thalib
sebagai ganti kemenakannya. Amr bin Ash pergi beserta istri­nya
yang baru saja dinikahinya. Istrinya adalah seorang perempuan
cantik yang mampu memikat hati Amr bin Ash. Dia sangat men­
cintai istrinya dan tidak dapat berjauhan dengannya. Ketika dalam
perjalanan menuju ke Ethiopia, istrinya melihat Ibnul Walid, lalu
mengajaknya berbincang-bincang. Namun demikian, rupanya dia
terpikat oleh ketampanan Ibnul Walid. Dia pun jatuh hati.
Pada suatu malam, dia meninggalkan Amr bin Ash secara
diam-diam dan pergi ke tempat tidur Ibnul Walid. Perempuan
cantik itu mau kembali lagi kepada Amr, kecuali dengan syarat
dia diperbolehkan tetap menjalin hubungan dengan Ibnul Walid.

143
MUHAMMAD THE MESSENGER

Kabar yang memalukan ini telah sampai terlebih dahulu


kepada Raja Habsyi dan para imigran muslim. Maka dari itu,
usaha-usaha yang dilakukan Amr bin Ash tidak membawa hasil
yang baik. Sementara itu, orang-orang Islam Quraisy mencela
Amr bin Ash dan mem­beritahukan kepadanya bahwa hanya
Islam satu-satunya yang dapat menjaga diri dan istrinya dari
kekejian seperti itu.
Kini, umat Islam kian berani menampakkan diri di pasar-
­pasar, membaca ajaran-ajaran Muhammad secara terang-
terangan, dan mengadu argumentasi dengan musuh-musuh
mereka dengan kekuatan jumlah yang terus bertambah lantaran
dua singa jantan padang pasir, yaitu Hamzah dan Umar bin
Khattab.
Masyarakat Quraisy sepakat untuk melakukan perundingan
dengan Muhammad. Mereka bermaksud akan menarik
Muhammad ke dalam kelompok mereka atau mendudukkan
Muhammad dalam jajaran pemerintahan Mekah. Langkah stra­
tegis tersebut dimaksudkan agar Muhammad menghentikan
aktivitas dakwahnya agar mereka dapat selamat dari kehancuran
total. Tidak ada langkah strategis lagi selain berunding. Untuk
itu, masyarakat Quraisy mengirim­kan utusan khusus kepada
Muhammad.
Muhammad menyambut tawaran mereka dengan rasa
gembira. Kegembiraan tersebut muncul karena di dalam benak
Muhammad tersimpan sebuah harapan agar kiranya ajaran yang
telah dipeluk oleh Hamzah dan Umar akan dipeluk pula oleh
mereka.
Pemuka-pemuka Quraisy telah berkumpul. Di antara mereka
terdapat Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, Abu
Lahab, Utbah ibn Rabi’ah, Walid bin Mughirah, dan Umayyah
bin Khalaf.

144
Luluhnya Hati Sang Singa

Salah seorang di antara mereka membuka pembicaraan,


“Telah sampai suatu kabar kepada kami bahwasanya orang yang
telah mengajarmu adalah seorang laki-laki dari daerah Yamamah
bernama Musailamah dengan gelar “Al­ Rahman”.
Kita masyarakat Quraisy, tidak akan pernah percaya se­
lamanya kepada laki-laki yang berasal dari daerah Yamamah
itu.”
Raut muka Muhammad tampak layu karena dadanya terasa
sesak. Hanya untuk inikah mereka mengundangnya?
Rupanya, salah seorang di antara mereka menangkap
perasaan tidak enak yang dirasakan Muhammad. Oleh karena itu,
sebagai cara agar perundingan tidak berakhir dengan kegagalan,
dia segera melontarkan kata-katanya dengan lemah-lembut,
“Abul Qasim, keteguhan dan kegigihanmu sungguh sangat
mengagumkan kami. Belum pernah kami temukan seorang laki-
laki yang berani membawa ajaran ke tengahtengah masyarakat
Arab sebagaimana ajaran yang engkau bawa ke tengah-tengah
masyarakatmu. Engkau caci-maki nenek moyangmu. Engkau
robek integritas masyarakatmu. Kiranya semua kenyataan yang
tidak kita inginkan ini tidak akan terus berlangsung jika engkau
mau melakukan negosiasi dengan kami. Andaikan dengan
perundingan ini engkau menginginkan harta kekayaan, kami
akan mengumpulkan harta kami untuk engkau hingga engkau
menjadi orang terkaya di antara kami. Andaikan yang engkau
inginkan adalah kekuasaan, kami akan menjadikanmu sebagai
penguasa di antara kami.”
Muhammad diam sesaat. Hanya untuk inikah para penguasa
Quraisy mengadakan pertemuan? Dia telah memenuhi keinginan
mereka untuk mengadakan perundingan dengan rasa gembira.
Di dalam hatinya, terselip berbagai harapan dan impian. Betapa
banyak yang sudah dia impikan.

145
MUHAMMAD THE MESSENGER

Muhammad menolak tawaran mereka. “Apa yang kalian


katakan sama sekali tidak pernah terlintas dalam lubuk hatiku.
Aku datang memenuhi ajakan kalian untuk mengadakan perun­
dingan. Tidak ada maksud sama sekali untuk mencari harta
kekayaan, tidak pula kemuliaan dan kekuasaan. Allah telah
meng­utus diriku sebagai utusan bagi kalian semua. Jika kalian
mau menerima ajaran-ajaran yang kubawa, hal itu merupa­kan
keber­untungan kalian di dunia dan di akhirat. Jika kalian semua
menolak, aku akan bersabar hingga Allah memutuskan persoal­
an yang terjadi di antara aku dan kalian.”
Muhammad tiada henti-hentinya berbicara tentang Tuhan­
nya, tentang akhirat, tentang ketetapan dan keputusan Allah,
dan sebagainya.
Salah seorang dari mereka mengajukan permintaan ke­pada
Muhammad untuk membuat konsensus agar dia tidak lagi me­­
leceh­kan tuhan-tuhan mereka sehingga mereka pun tidak me­
lecehkan Tuhannya.
Salah seorang di antara mereka memberanikan diri berbicara,
“Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama dalam
persoalan ini. Jika yang kami sembah lebih baik daripada yang
engkau sembah, kami akan memperoleh keuntungan darinya.
Jika yang engkau sembah lebih baik daripada yang kami sem­
bah, engkau akan memperoleh keuntungan darinya. Maka,
engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan menjalankan
perintah-perintahnya. Kami pun akan menyembah Tuhanmu
dan menjalankan perintah-Nya.”
“Tidak. Aku tidak akan menyembah apa yang kalian sembah.
Kalian pun bukanlah orang-orang yang menyembah apa yang
aku sembah. Bagi kalian agama kalian. Bagi kami agama kami,”
ucap Muhammad kepada mereka.

146
Luluhnya Hati Sang Singa

Dengan demikian, tidak ada jalan untuk mengadakan


perubahan. Para pemuka Quraisy dituntut untuk mempelajari
masalah yang dihadapi sebelum Islam menjadi besar. Suku-
suku di luar Kota Mekah sudah mulai mendengar tentang Islam.
Jika hal itu dibiarkan, akan berakibat gugurnya patung-patung
Kakbah dengan segala keuntungan dan hasil yang diperolehnya.
Jumlah orang-orang Islam terus bertambah. Para ­ budak
mulai berani mengangkat muka di hadapan majikannya, dan
berlindung kepada para pengikut Muhammad yang kaya-raya.
Jika salah seorang majikan melakukan penyiksaan kepada para
budak itu, salah seorang pengikut Muhammad akan datang dan
tanpa berat hati akan membeli dan memerdekan mereka.
Budak-budak yang telah dimerdekakan jumlahnya men­
capai ratusan. Bukan suatu hal yang mustahil lagi jika pada
akhir­nya jumlah itu akan membengkak menjadi ribuan. Apalagi
jika kemudian mereka dipersenjatai. Akan muncullah sebuah
revolusi berdarah!
Sejak Hamzah dan Umar masuk Islam, tidak ada lagi jagoan
penunggang kuda yang ditakuti dan diperhitungkan, selain
Khalid bin Walid, dan Amr bin Hisyam. Melihat kenyataan ter­
sebut, dituntut langkah-langkah strategis lain yang mampu
mendiskreditkan Muhammad dan para pengikutnya.
Abu Thalib sama sekali tidak menguntungkan mereka. Dia
tetap pada pendirian dan sikap yang melindungi dan membela
ke­menakannya. Semenjak Hamzah dan Umar bergabung dalam
barisan orang-orang Islam, mereka berjalan tanpa dihantui rasa
takut lagi. Secara terang-terangan, mereka telah berani membaca
ajaran-ajaran Muhammad.
Bani Hasyimlah yang paling bertanggung jawab dalam
masa­lah ini. Andaikan mereka merintangi Muhammad, sudah
tentu dia tidak akan melanjutkan aktivitasnya. Oleh karena

147
MUHAMMAD THE MESSENGER

itu, para pemuka Mekah perlu membuat kesepakatan dan me­


mutuskan hubungan dengan Bani Hasyim. Seluruh sektor usaha
perdagangan mereka dijegal agar mereka mati kelaparan hingga
mereka mau melepaskan Muhammad bin Abdullah!
Berkumpullah para pemuka Quraisy dan membuat ke­se­
pakatan. Termasuk di antara mereka Abu Lahab. Mereka me­
nulis suatu pengumuman yang isinya berupa larangan menjalin
pernikahan dan jual-beli dengan Bani Hasyim. Tidak dibenarkan
menikah atau dinikahi atau berjual-beli dengan salah seorang
keturunan Bani Hasyim. Pengumuman yang tertera di atas selem­
bar kertas itu mereka gantungkan pada dinding Kakbah.
Lembar pengumuman ini justru menumbuhkan solidaritas
anggota keluarga Bani Hasyim, bahkan orang-orang yang belum
beriman kepada ajaran Muhammad sekalipun. Mereka semua
tergabung di bawah pimpinan Abu Thalib dan Hamzah, dua
orang pembela Muhammad. Keputusan pemerintah Quraisy
melakukan embargo kepada Bani Hasyim adalah upaya untuk
melemahkan semangat dan kekuatan Bani Hasyim. Mulailah
pemerintah Quraisy menerapkan keputusan embargo tersebut
dengan dukungan seluruh tentaranya. Para pemuka Quraisy
pun turun tangan sendiri dalam rangka penerapan keputusan
tersebut.
Suatu ketika, Abu Jahal bertemu dengan seorang anak laki-
­laki yang membawa gandum dan makanan yang biasa dihaturkan
kepada bibinya, Khadijah, istri Muhammad. Abu Jahal memukuli
anak laki-laki itu dan merampas gandum dan makanan tersebut.
Dia bersumpah tidak akan pernah memperbolehkan makanan
apa pun masuk ke dalam rumah Muhammad.
Seorang laki-laki datang mendekat Abu Jahal, “Apakah
engkau melarang anak laki-laki ini untuk mengantarkan makanan
kepada bibinya?” Laki-laki tersebut mendesak Abu Jahal agar

148
Luluhnya Hati Sang Singa

melepaskan anak itu, namun Abu Jahal tetap tidak mau me­
lepaskannya. Pada akhirnya, berkelahilah mereka berdua hingga
hampir terjadi bunuh-membunuh.
Embargo ekonomi yang ada di sekitar rumahnya dan rumah
sanak keluarganya tidak akan pernah terlepas tanpa mengor­
bankan salah seorang di antara mereka. Untuk itu, apa pun
yang menghadang di hadapannya saat ini harus dia hadapi.
Semangatnya untuk menyebarkan ajaran-ajaran agamanya kian
bertambah. Hampir tiap hari dia berjalan ke kampung-kampung
di sekitaran Mekah dan menyeru penduduknya untuk beriman
kepadanya.
Kini, dia bergerak menemui orang-orang yang memusuhi-
nya. Dia melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya
sebelumnya. Dia mengutuk mereka. Dia pun memberikan janji
dan harapan yang membuat semua umatnya optimis, esok akan
ada hari yang lebih baik!

149
MUHAMMAD THE MESSENGER

150

Anda mungkin juga menyukai