Anda di halaman 1dari 5

BAB II SISTEM ENDOKRIN

2.1 TUJUAN PRAKTIKUM


a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kelenjar endokrin pada alat peraga.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan hormon-hormon yang dihasilkan setiap kelenjar
beserta kegunaannya.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh insulin endogen dalam mengembalikan
homeostasis tubuh terhadap glukosa.

2.2 GAMBARAN UMUM


Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin yang mensekresi bahan-bahan
yang disebut hormon. Kelenjar endokrin merupakan organ yang menghasilkan hormon yang
tidak memiliki duktus/saluran/pembuluh sehingga hormon yang dihasilkan didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hormon merupakan zat perantara kimiawi dalam darah
yang biasanya terletak jauh dari kelenjar endokrin tersebut. Walaupun mampu mencapai semua
jaringan melalui darah, hormon hanya menimbulkan pengaruhnya di sel-sel sasaran karena
hanya sel-sel itu saja yang memiliki reseptor untuk mengikat hormon. Pada umumnya, sistem
endokrin dan hormonnya membantu mengatur pertumbuhan dan perkembangan tubuh,
ketahanan terhadap stress, pH cairan tubuh dan keseimbangan cairan dan reproduksi. Mengatur
produksi sel darah merah, bersama dengan sistem saraf otonom mengontrol dan menyatukan
baik sirkulasi dan pencernaan, serta absorpsi makanan/penggunaan makanan untuk
memproduksi energy.

Kelenjar endokrin terdiri dari kelenjar endokrin sentral dan kelenjar endokrin perifer.
Kelenjar endokrin sentral yang mencakup hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Hipotalamus,
bagian dari otak, serta kelenjar hipofisis posterior yang bekerja sebagai satu kesatuan untuk
mengeluarkan berbagai hormon untuk mempertahankan keseimbangan air serta untuk proses
melahirkan dan menyusui. Hipotalamus juga mengeluarkan hormon yang mengontrol keluaran
kelenjar hipofisis anterior. Kelenjar hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon, yang
mengontrol keluaran hormonal beberapa kelenjar endokrin perifer. Hormon-hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior adalah hormon pertumbuhan (GH), Thyroid-
stimulating hormone (TSH), hormon adrenokortikotropik (ACTH), Follicle-stimulating
hormone (FSH), Luteinizing hormone
3
(LH), prolaktin (PRL). Kelenjar endokrin perifer yang mencakup kelenjar tiroid, yang
mengontrol laju metabolism basal tubuh, kelenjar adrenal, yang mengeluarkan hormon-hormon
yang penting dalam metabolism molekul nutrient, adaptasi terhadap stress, dan pemeliharaan
keseimbangan garam; pancreas endokrin, yang mengeluarkan berbagai hormon yang penting
dalam metabolism molekul nutrient; dan kelenjar paratiroid, yang mengeluarkan suatu hormon
yang penting dalam metabolism Ca++.

Hormon secara kimiawi diklasifikasikan menjadi :

1. Amin : molekul hormon paling sederhana, modifikasi dari senyawa asam amino tyrosin.
Contoh : hormon thyroid dan medulla adrenal (katekolamin/epinefrin/norepinefrin).
2. Peptide dan protein : molekulnya tersusun dari rantai asam amino. Contoh : oksitosin,
kalsitonin, hormon paratiroid dan insulin.
3. Steroid : molekulnya tersusun dari kolesterol yang disekresikan oleh korteks adrenal, gonad
dan sebagian besar hormon plasenta. Contoh : aldosteron, kortisol, estrogen, progesterone
dan testosterone.
Mekanisme Kerja Hormon
Mekanisme kerja hormon pada sel target organ adalah dengan cara berikatan dengan
reseptor. Satu reseptor spesifik untuk satu jenis hormon. Berdasarkan mekanisme kerja dan letak
reseptornya, hormon dibagi menjadi dua, yaitu hormon steroid dan hormon nonsteroid.

Hormon steroid : hormon steroid mudah melewati membran sel dan reseptornya di
sitoplasma. Kompleks hormon dan reseptornya memasuki intisel, mengaktivasi DNA pada
kromatin untuk transkripsi mRNA. mRNA akan ditranslasi dalam ribosom untuk menghasilkan
protein atau enzim.

Hormon nonsteroid : bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor pada membrane sel.
Hormon (first messenger) selanjutnya akan mengaktifkan second messenger (cAMP). Second
messanger akan mengaktifkan protein kinase yang menyebabkan berbagai aktivitas sel (sintesa
enzim, sintesa protein atau perubahan permebilitas membran sel.

Pemeliharaan dalam organ dari sistem endokrin tidak berfungsi dengan bebas. Aktivitas
dari satu kelenjar endokrin adalah sering dikoordinasi dengan aktivitas dari kelenjar lainnya.
Tidak satupun sistem memiliki fungsi secara bebas dari sistem lainnya. Untuk beberapa alasan,
sistem akan menekan mekanisme arus balik dan bagaimana sistem dapat digunakan untuk
memprediksi, menjelaskan dan mengerti efek hormon.

Pemberian yang sangat kuat mempengaruhi hormon dalam homostatis, mekanisme arus
balik negatif adalah penting dalam regulasi sekresi hormon, sintesis dan efektivitas sel target.
Arus balik negatif menjamin jika tubuh membutuhkan hormon particular, hormon ini akan
dihasilkan hingga cukup dalam tubuh. Ketika hormon ini telah cukup, pelepasannya akan
dihambat.

Tubuh jarang mengatur hormon melalui arus balik positif. Pelepasan oxytocin dari
hipofisis posterior adalah satu dari contoh diatas. Oxytocin adalah hormon yang menyebabkan
lapisan otot dari uterus, disebut myometrium, berkontraksi selama kelahiran. Kontraksi dari
myometrium menyebabkan penambahan oxytocin dilepaskan selama kontraksi sangat kuat.
Tidak seperti yang terjadi pada mekanisme arus balik negatif, peningkatan tingkat sirkulasi dari
oxytocin tidak menghambat sekresi oxytocin.

Beberapa metode percobaan dapat dibedakan untuk menjelaskan fungsi dari kelenjar
endokrin metode ini termasuk pemindahan kelenjar ke hewan dan selanjutnya diinjeksi,
implantasi atau pemberian ekstrak grandular kedalam hewan normal atau hewan yang
dihilangkan kelenjarnya selama percobaan. Latihan ini akan digunakan ketika metode lebih
menguntungkan dari fungsi dan regulasi dari beberapa kelenjar endokrin.

2.3 ALAT DAN BAHAN


1. Torso manusia
2. Glukosa meter Accutrend GCT
3. Kit glukosa
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Sukrosa/glukosa
2.4 METODE KERJA
A. Identifikasi Organ Endokrin
1. Dengan menggunakan Gambar 2.1 pada hasil percobaan identifikasi nama organ, jenis
hormon yang dihasilkan beserta fungsinya
2. Hasil pengamatan dihapalkan lalu dilakukan verifikasi pada model torso manusia
B. Pengaruh Insulin terhadap Hemeostasis Tubuh
1. Praktikan yang akan dijadikan probandus, diminta untuk berpuasa selama 8 jam
2. Pengambilan darah dilakukan untuk menentukan kadar glukosa puasa
3. Jari probandus dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70% kemudian ditusuk
dengan lancet. Tetesan darah pertama dibersihkan, diambil tetes darah kedua
4. Sampel darah diteteskan pada strip kemudian dipasang pada alat, glukosa meter dan
ditunggu selama 12 detik, hingga terbaca kadar glukosa darah pada alat
5. Praktikan kemudian diminta untuk mengkonsumsi sukrosa/glukosa
6. Setelah diinduksi, darah diambil kembali untuk menentukan kadar glukosa awasl (t0)
7. Pengambilan darah dilakukan pada menit 30, 60, 90 dan 120, terhitung dari awal
pemberian glukosa
8. Tentukan kadar glukosa darah menggunakan strip test glukosa

2.5 LEMBAR KERJA

A. Hasil Percobaan Identifikasi Organ Endokrin  Hasil Pengamatan

Gambar 2.1 Anatomi Organ Endokrin

Tabel 2.1 Identifikasi Organ Endokrin


No Nama Organ Hormon yang Fungsi hormon
dihasilkan

B. Hasil Percobaan Pengaruh Insulin terhadap Hemeostasis Tubuh

Tabel 2.2 Kadar glukosa darah


Probandus Kadar glukosa (mg/dL)
Puasa t=0 t = 30 t = 60 t = 90 t = 120

Anda mungkin juga menyukai