Anda di halaman 1dari 8

Nama : David Pernando S Dosen : Dr. Hamidah Nayati Utami, M.

Si

NIM : 206030202111011 Tugas Individu

Progam : Magister Ilmu Adm Bisnis Mata Kuliah : Organisasi Pembelajar &
Manajemen Pengetahuan

 Buat ringkasan pokok pemikiran 6 Model Knowledge Management (Kimiz Dalkir)

Ada 6 Model Knowledge Management yang dikemukakan oleh Kimiz Dalkir dalam bukunya
Knowledge Management in Theory and Practice, diantaranya adalah:

1. The von Krogh and Roos Model of Organizational Epistemology

The von Krogh and Roos KM model (1995) membedakan antara pengetahuan individu
dan pengetahuan sosial, dan mereka mengambil pendekatan epistemologis untuk mengelola
pengetahuan organisasi: Model Epistemologi Organisasi Manajemen Pengetahuan. Sejumlah isu
yang harus dilakukan adalah:
 Bagaimana dan mengapa individu dalam sebuah organisasi harus mengetahui.
 Bagaimana dan mengapa organisasi, sebagai entitas sosial, harus mengetahui.
 Apa yang penting untuk pengetahuan individu dan organisasi.
 Apa hambatan dalam manajemen pengetahuan organisasi.
The Von Krogh and Roos KM model ini terdapat 2 pendekatan, yaitu pendekatan kognitif dan
pendekatan koneksi.

a) Pendekatan Kognitif

Ditujukan untuk sistem kognitif, yaitu estimasi dalam pilihan atau referensi dalam
memilih ide yang dianggap sesuai berdasarkan dari kodifikasi pengalaman, evaluasi dalam
pembentukan kepercayaan yang koheren, pembandingan, paradigma, pandangan, komprehensif
dan kenyataan. Biasanya di dalam KM, pendeketan kognitif ini didasarkan dari pengetahuan dari
seorang KM tersebut, jika di kategorikan ke dalam pengetahuan, pendeketan kognitif bisa di
golongkan ke dalam tacit knowledge (pengetahuan tacit).
b) Pendekatan Koneksi

Pendekatan koneksi ini bisa dikatakan lebih ke pendekatan holistik dimana menunjukan
hubungan antara pengetahuan dan fakta yang dilandaskan sebuah teori. Sehingga pendekatan
ini menyediakan landasan teoritis yang kuat untuk sebuah model manajemen pengetahuan.

Model KM The Von Krogh and Roos lebih menerapkan ke pendekatan koneksi,
karena pendekatan koneksi berlandaskan pada teoritis yang kuat dan menyediakan fakta bahwa
hubungan antara pengetahuan dan siapa yang “menyerap” pengetahuan itu dan memanfaatkan
pengetahuan yang dipandang sebagai suatu ikatan yang tidak terpecahkan.

2. The Nonaka and Takeuchi Knowledge Spiral Model

Nonaka and Takeuchi KM model (1995) mengemukakan bahwa alasan fundamental


mengapa perusahaan di Jepang lebih sukses, karena keterampilan dan pengalaman mereka
terdapat pada penciptaan pengetahuan organisasi. Penciptaan tersebut dicapai melalui
pengenalan hubungan sinergik antara tacit knowledge dan explicit knowledge.

Model ini sering disebut dengan model SECI. Model ini terdapat konversi pengetahuan
ke dalam empat aktivitas. Aktivitas tersebut menggambarkan cara bagaimana suatu pengetahuan
dikonversi melalui suatu interaksi antara tacit dan explicit knowledge. Adapun keempat aktivitas
tersebut sebagai berikut:

a) Proses Sosialisasi (tacit ke tacit)

Proses perubahan pengetahuan dari tacit ke tacit yang dapat dilakukan melalui pertemuan
tatap muka seperti rapat, diskusi, pertemuan bulanan, pendidikan dan pelatihan. Interaksi
antara sumber daya manusia atau model insani di dalam organisasi yang dilakukan
dengan adanya pertemuan langsung. Melalui kegiatan diskusi dan rapat maka setiap
anggota dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman industry yang dimilikinya sehingga
adanya pertukaran pengetahuan dan menciptakan pengetahuan yang baru bagi mereka.

b) Proses Ekternalisasi (tacit ke eksplisit)

Proses perubahan pengetahuan dari tacit ke eksplisit yang dapat terwujud melalui
kegiatan pendokumentasian notulen rapat atau hasil diskusi ke dalam bentuk elektornik
untuk kemudian disimpan dan dipublikasikan bagi yang sedang membutuhkan melalui
sistem informasi yang ada di organisasi. Hal tersebut menjadi suatu konsep yang jelas
sehingga dapat terbentuk pengetahuan eksplisit yang dapat diakses atau dipelajari oleh
semua anggota organisasi. Proses ini biasanya dilakukan ketika adanya sosialisasi.

c) Proses Kombinasi (eksplisit ke eksplisit)

Proses yang terjadi ketika adanya pertukaran dokumen kerja, intranet (forum
diskusi), database organisasi dan internet untuk memperoleh sumber eksternal dan semua
pengetahuan yang sudah terdokumentasikan ke dalam sistem manajemen pengetahuan.

d) Proses Internalisasi (eksplisit ke tacit)

Proses yang terjadi terhadap sumber pengetahuan eksplisit yang dapat diperoleh melalui
media intranet (forum diskusi) dan erat dengan learning by doing. Internalisasi
merupakan proses dimana semua data, informasi yang sudah menjadi pengetahuan
didokumentasikan dan disajikan kepada setiap anggota organisasi agar semua anggota
organisasi dapat mempelajarai semua pengetahuan yang ada. Dalam proses inilah terjadi
peningkatan pengetahuan pada anggota organisasi.

Nonaka dan Takeuchi mengatakan bahwa untuk mengelola suatu pengetahuan adalah
bagaimana organisasi menciptakan pengelolaan karyawan mereka dengan baik. Pengelolaan
tersebut dimulai dengan mengidentifikasi suatu pengetahuan yang dimiliki karyawan,
menyimpan dan membagikan pengetahuan pada setiap tim, meningkatkan dan menjadikan
invoasi.

3. The Choo Sense-making KM Model

Choo (1998) menjelaskan sebuah model knowledge management yang menekankan pada
sense making, knowledge creation, dan decision making. Model KM Choo memfokuskan diri
pada bagaimana unsur-unsur informasi dipilih dan kemudian diterapkan pada organisasi.
Tindakan organisasi dihasilkan dari konsentrasi dan penyerapan informasi dari lingkungan
eksternal ke dalam masing-masing siklus secara berturut-turut namun pengambilan keputusan
tetap berdasarkan pada konsep lain yang dibatasi rasionalitas. Adapun tahapan dalam model
dibagi kedalam tiga tahapan yaitu:
a) Sense making

Tahapan untuk memahami informasi yang mengalir dari lingkungan eksternal. Pada
tahap ini, tiap individu akan membangun interpretasi umum dari pertukaran dan
bernegosiasi dari bagian-bagian informasi yang dikombinasikan dengan pengalaman
sebelumnya.

b) Knowledge creating

Tahapan transformasi pengetahuan tiap individu melalui dialog, wacana, berbagi, dan
bercerita. Tahap ini diarahkan oleh visi pengetahuan untuk menjadi keadaan yang
diinginkan di masa depan. Penciptaan pengetahuan memperluas spectrum pilihan
potensial dalam pengambilan keputusan dengan memberikan pengetahuan baru dan
kompetensi baru. Hasilnya adalah umpan proses pengambilan keputusan dengan strategi
inovatif yang memperluas kemampuan organisasi untuk membuat informasi, keputusan
rasional.

c) Decision making

Tahapan pengambilan keputusan yang rasional untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi


alternative dengan mengolah informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan sampai saat
ini.

4. The Wiig Model for Building and Using Knowledge

Wiig (1993) KM model didasarkan pada prinsip bahwa agar pengetahuan yang
bermanfaat dan berharga, itu harus diorganisir melalui suatu bentuk jaringan semantik yang
terhubung, congruent, dan lengkap, dan bahwa telah meiliki perspektif dan tujuan. Model KM
Wiig ini memiliki beberapa dimensi yang dapat digunakan, yaitu:

a) Kelengkapan (Completeness). Dimensi yang mengacu pada seberapa banyak


pengetahuan yang relevan tersedia dari sumber yang diberikan. Sumber ini didapat dari
pikiran manusia ke basis pengetahuan (misal pengetahuan tacit atau eksplisit). Pertama
kita perlu mengetahui bahwa pengetahuan itu berasal dari luar. Kemudian pengetahuan
tersebut mungkin lengkap dalam artian bahwa semua sudah tersedia tentang subjek yang
ada disana, tetapi jika tida ada yang tahu ketersediaannya, mereka tidak dapat
menggunakan pengetahuan yang didapat.
b) Keterhubungan (Connectedness). Dimensi yang mengacu pada hubungan yang dipahami
dengan baik dan didefinisikan dengan baik antara berbagai objek pengetahuan yang
berbeda. Sebagian besar objek tersebut saling terhubung satu sama lain. Apabila semakin
banyak basis pengetahuan yang terkoneksi maka semakin banyak konten yang koheren
dan semakin besar nilainya.
c) Kesesuaian (Congruency). Dimensi ini mengacu pada basis pengetahuan yang dapat
dikatakan sudah memiliki kesesuaian ketika semua fakta, konsep, perspektif, nilai-nilai,
dan hubungan asosiatif dan relasional antara objek pengetahuan yang konsisten dan tidak
ada nilai-nilai yang saling bertentangan antar pengetahuan tersebut.
d) Perspektif dan Tujuan (Perspective and Purpose). Merupakan dimensi yang merujuk
pada fenomera yang kita ketahui sesuatu tetapi seringkali dari sudut pandang tertentu atau
untuk tujuan tertentu. Maka setiap pengetahuan harus memiliki tujuan yang terarah atau
jelas, sehingga dapat memberikan manfaat yang memadai bagi para penggunanya.

5. The Boisot I-Space KM Model

Boisot KM model (1998) didasarkan kepada konsep penting dari “information


goods” yang berbeda dari aset fisik. Boisot berpendapat bahwa informasi adalah apa yang akan
diambil oleh pengamat dari data sebagai fungsi dari ekspektasi atau prior knowledge. Pergerakan
“information goods” sangat bergantung pada pengirim dan penerima yang saling berbagi bahasa
atau skema coding yang sama. Model ini lebih menekankan bahwa pengetahuan dapat
digeneralisasikan ke situasi yang berbeda. Pada model ini terdapat skema yang lebih baik untuk
memungkinkan terjadinya aliran transformasi pengetahuan agar dapat dianalisa secara lebih
rinci. Boisot mengajukan dua hal penting yaitu:

a) Data yang lebih mudah dapat terstuktur dan diubah menjadi informasi, maka semakin
mudah untuk disebarkan.

b) Semakin sedikit data yang telah terstruktur sehingga memerlukan konteks pembagian
untuk penyebarannya, maka akan menjadi mudah disebarkan.
Model ini dapat dilihat sebagai tiga dimensi kubus sebagai berikut:

a) Dari yang tidak dapat dikodifikasi menjadi dapat dikodifikasikan.


b) Dari yang berwujud menjadi abstrak.
c) Dari yang tidak dapat disebar menjadi dapat disebarkan.

Adapun tahapan yang dapat digunakan sebagai aliran pengetahuan dinamis menggunakan I-
space model ini yaitu:

a) Pemindaian: wawasan yang umumnya diperoleh dari data yang ada.


b) Pengatasan masalah: masalah ini diselesaikan memberikan struktur dan koherensi kepada
wawasan pengetahuan ini menjadi dikodifikasikan
c) Abstraksi: wawasan yang baru dikodifikasi digeneralisasikan ke berbagai situasi.
d) Difusi: wawasan baru dibagi dengan populasi sasaran dalam bentuk yang dikodifikasi
dan abstrak.
e) Penyerapan: penyerapan wawasan yang baru dikodifikasikan diterapkan pada berbagai
situasi yang menghasilkan pengalaman belajar baru (pengetahuan diserap dan
menghasilkan perilaku belajar sehingga menjadi tidak dikodifikasi atau ‘diam’.
f) Dampak: pengetahuan abstrak menjadi tertanam dalam praktik konkrit, misalnya dalam
artefak, aturan atau pola perilaku (pengetahuan menjadi konkret).

6. Complex Adaptive System Models of KM

Complex Adaptive System (ICAS) KM sendiri terdiri dari beberapa agen independen yang
saling berinteraksi satu sama lain secara lokal yang kemudian menggabungkan perilaku
atau behavior mereka yang diatur oleh Complex Adaptive System itu sendiri yang biasa disebut
dengan self-organized dan kemudian menghasilkan keseluruhan pola dari complex behavior.

Kunci dari proses ICAS sendiri antara lain:


a) Understanding: mengerti.
b) Creating new ideas: menciptakan ide baru.
c) Solving problems: menyelesaikan masalah.
d) Making decisions: membuat keputusan.
e) Taking actions to achieve desired results: mengambil tindakan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Pada intinya ada empat langkah utama yang mana dijelaskan model ICAS dalam manajemen
pengetahuan organisasional, yaitu:
a) Creativity
b) Problem solving
c) Decision making
d) Implementation

 Model KM mana yang anda nilai paling tepat untuk masa pandemic
Dalam masa pandemi covid-19, pemerintah mewajibkan pekerja untuk dapat bekerja
dirumah atau yang disebut dengan WFH (work from home). Dengan bekerja dirumah, pekerja
dapat mengurangi aktifitas diluar rumah secara physical distancing. Dalam upaya untuk
meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam organisasi. KM adalah cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, KM memang didorong untuk bisa menciptakan
new knowledge. Dalam konteks ini tentu saja bisa membuat pengetahuan baru di tengah
pandemic COVID-19.

Model KM yang tepat dilakukan di masa pandemic adalah model KM Nonaka dan
Takeuchi (1995) dimana disebutkan bahwa knowledge terdiri dari dua jenis yakni explicit
knowledge sebagai pengetahuan yang terdokumentasikan (misalnya: paper, laporan penelitian,
buku, artikel, manuskrip, paten dan software). Kemudian yang kedua adalah tacit knowledge
sebagai pengetahuan yang berada dalam diri individu namun sulit dikomunikasikan ataupun
dibagikan dengan orang lain. Wawasan, intuisi, firasat dan pengalaman seseorang termasuk
dalam kategori tacit knowledge. Terdapat empat cara konversi pengetahuan, yaitu:

a) Dari tacit to tacit, disebut proses sosialisasi. Proses sosialisasi dapat dilakukan melalui
diskusi atau seminar namun dengan metode daring/webinar tanpa perlu bertemu langsung
dengan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan.

b) Dari tacit to explicit, disebut proses eksternalisasi. Proses eksternalisasi ini membutuhkan
pendokumentasian seperti notulen rapat/seminar disertai perekaman video visual kedalam
bentuk elektronik yang nantinya dapat dipublikasikan kepada yang berkepentingan yang
membutuhkan pengetahuan.

c) Dari eksplisit ke eksplisit, disebut proses kombinasi. Proses ini mengkombinasikan


berbagai eksplisit knowledge yang berbeda untuk disusun ke dalam sistem KM. Hal ini
dapat dilakukan melalui pembentukan sebuah system atau aplikasi berbasis KM yang
nantinya dapat diakses oleh siapapun yang membutuhkan pengetahuan.

d) Dari eksplisit ke tacit, disebut proses internalisasi. Proses ini merupakan proses dimana
semua data, informasi yang sudah menjadi pengetahuan didokumentasikan dan disajikan
kepada setiap anggota organisasi agar semua anggota organisasi dapat mempelajarai
semua pengetahuan yang ada tanpa harus melakukan pertemuan langsung.

Semua data dan informasi terkait knowledge yang telah melalui empat proses sebelumnya dapat
didiseminasikan ke pihak-pihak yang berkepentingan dan kemudian terjadilah pengetahuan baru
atau minimal peningkatan pengetahuan. Sehingga proses dalam manajemen pengetahuan tetap
berjalan dengan baik dan tetap mematuhi protocol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai