Si
Progam : Magister Ilmu Adm Bisnis Mata Kuliah : Organisasi Pembelajar &
Manajemen Pengetahuan
Ada 6 Model Knowledge Management yang dikemukakan oleh Kimiz Dalkir dalam bukunya
Knowledge Management in Theory and Practice, diantaranya adalah:
The von Krogh and Roos KM model (1995) membedakan antara pengetahuan individu
dan pengetahuan sosial, dan mereka mengambil pendekatan epistemologis untuk mengelola
pengetahuan organisasi: Model Epistemologi Organisasi Manajemen Pengetahuan. Sejumlah isu
yang harus dilakukan adalah:
Bagaimana dan mengapa individu dalam sebuah organisasi harus mengetahui.
Bagaimana dan mengapa organisasi, sebagai entitas sosial, harus mengetahui.
Apa yang penting untuk pengetahuan individu dan organisasi.
Apa hambatan dalam manajemen pengetahuan organisasi.
The Von Krogh and Roos KM model ini terdapat 2 pendekatan, yaitu pendekatan kognitif dan
pendekatan koneksi.
a) Pendekatan Kognitif
Ditujukan untuk sistem kognitif, yaitu estimasi dalam pilihan atau referensi dalam
memilih ide yang dianggap sesuai berdasarkan dari kodifikasi pengalaman, evaluasi dalam
pembentukan kepercayaan yang koheren, pembandingan, paradigma, pandangan, komprehensif
dan kenyataan. Biasanya di dalam KM, pendeketan kognitif ini didasarkan dari pengetahuan dari
seorang KM tersebut, jika di kategorikan ke dalam pengetahuan, pendeketan kognitif bisa di
golongkan ke dalam tacit knowledge (pengetahuan tacit).
b) Pendekatan Koneksi
Pendekatan koneksi ini bisa dikatakan lebih ke pendekatan holistik dimana menunjukan
hubungan antara pengetahuan dan fakta yang dilandaskan sebuah teori. Sehingga pendekatan
ini menyediakan landasan teoritis yang kuat untuk sebuah model manajemen pengetahuan.
Model KM The Von Krogh and Roos lebih menerapkan ke pendekatan koneksi,
karena pendekatan koneksi berlandaskan pada teoritis yang kuat dan menyediakan fakta bahwa
hubungan antara pengetahuan dan siapa yang “menyerap” pengetahuan itu dan memanfaatkan
pengetahuan yang dipandang sebagai suatu ikatan yang tidak terpecahkan.
Model ini sering disebut dengan model SECI. Model ini terdapat konversi pengetahuan
ke dalam empat aktivitas. Aktivitas tersebut menggambarkan cara bagaimana suatu pengetahuan
dikonversi melalui suatu interaksi antara tacit dan explicit knowledge. Adapun keempat aktivitas
tersebut sebagai berikut:
Proses perubahan pengetahuan dari tacit ke tacit yang dapat dilakukan melalui pertemuan
tatap muka seperti rapat, diskusi, pertemuan bulanan, pendidikan dan pelatihan. Interaksi
antara sumber daya manusia atau model insani di dalam organisasi yang dilakukan
dengan adanya pertemuan langsung. Melalui kegiatan diskusi dan rapat maka setiap
anggota dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman industry yang dimilikinya sehingga
adanya pertukaran pengetahuan dan menciptakan pengetahuan yang baru bagi mereka.
Proses perubahan pengetahuan dari tacit ke eksplisit yang dapat terwujud melalui
kegiatan pendokumentasian notulen rapat atau hasil diskusi ke dalam bentuk elektornik
untuk kemudian disimpan dan dipublikasikan bagi yang sedang membutuhkan melalui
sistem informasi yang ada di organisasi. Hal tersebut menjadi suatu konsep yang jelas
sehingga dapat terbentuk pengetahuan eksplisit yang dapat diakses atau dipelajari oleh
semua anggota organisasi. Proses ini biasanya dilakukan ketika adanya sosialisasi.
Proses yang terjadi ketika adanya pertukaran dokumen kerja, intranet (forum
diskusi), database organisasi dan internet untuk memperoleh sumber eksternal dan semua
pengetahuan yang sudah terdokumentasikan ke dalam sistem manajemen pengetahuan.
Proses yang terjadi terhadap sumber pengetahuan eksplisit yang dapat diperoleh melalui
media intranet (forum diskusi) dan erat dengan learning by doing. Internalisasi
merupakan proses dimana semua data, informasi yang sudah menjadi pengetahuan
didokumentasikan dan disajikan kepada setiap anggota organisasi agar semua anggota
organisasi dapat mempelajarai semua pengetahuan yang ada. Dalam proses inilah terjadi
peningkatan pengetahuan pada anggota organisasi.
Nonaka dan Takeuchi mengatakan bahwa untuk mengelola suatu pengetahuan adalah
bagaimana organisasi menciptakan pengelolaan karyawan mereka dengan baik. Pengelolaan
tersebut dimulai dengan mengidentifikasi suatu pengetahuan yang dimiliki karyawan,
menyimpan dan membagikan pengetahuan pada setiap tim, meningkatkan dan menjadikan
invoasi.
Choo (1998) menjelaskan sebuah model knowledge management yang menekankan pada
sense making, knowledge creation, dan decision making. Model KM Choo memfokuskan diri
pada bagaimana unsur-unsur informasi dipilih dan kemudian diterapkan pada organisasi.
Tindakan organisasi dihasilkan dari konsentrasi dan penyerapan informasi dari lingkungan
eksternal ke dalam masing-masing siklus secara berturut-turut namun pengambilan keputusan
tetap berdasarkan pada konsep lain yang dibatasi rasionalitas. Adapun tahapan dalam model
dibagi kedalam tiga tahapan yaitu:
a) Sense making
Tahapan untuk memahami informasi yang mengalir dari lingkungan eksternal. Pada
tahap ini, tiap individu akan membangun interpretasi umum dari pertukaran dan
bernegosiasi dari bagian-bagian informasi yang dikombinasikan dengan pengalaman
sebelumnya.
b) Knowledge creating
Tahapan transformasi pengetahuan tiap individu melalui dialog, wacana, berbagi, dan
bercerita. Tahap ini diarahkan oleh visi pengetahuan untuk menjadi keadaan yang
diinginkan di masa depan. Penciptaan pengetahuan memperluas spectrum pilihan
potensial dalam pengambilan keputusan dengan memberikan pengetahuan baru dan
kompetensi baru. Hasilnya adalah umpan proses pengambilan keputusan dengan strategi
inovatif yang memperluas kemampuan organisasi untuk membuat informasi, keputusan
rasional.
c) Decision making
Wiig (1993) KM model didasarkan pada prinsip bahwa agar pengetahuan yang
bermanfaat dan berharga, itu harus diorganisir melalui suatu bentuk jaringan semantik yang
terhubung, congruent, dan lengkap, dan bahwa telah meiliki perspektif dan tujuan. Model KM
Wiig ini memiliki beberapa dimensi yang dapat digunakan, yaitu:
a) Data yang lebih mudah dapat terstuktur dan diubah menjadi informasi, maka semakin
mudah untuk disebarkan.
b) Semakin sedikit data yang telah terstruktur sehingga memerlukan konteks pembagian
untuk penyebarannya, maka akan menjadi mudah disebarkan.
Model ini dapat dilihat sebagai tiga dimensi kubus sebagai berikut:
Adapun tahapan yang dapat digunakan sebagai aliran pengetahuan dinamis menggunakan I-
space model ini yaitu:
Complex Adaptive System (ICAS) KM sendiri terdiri dari beberapa agen independen yang
saling berinteraksi satu sama lain secara lokal yang kemudian menggabungkan perilaku
atau behavior mereka yang diatur oleh Complex Adaptive System itu sendiri yang biasa disebut
dengan self-organized dan kemudian menghasilkan keseluruhan pola dari complex behavior.
Model KM mana yang anda nilai paling tepat untuk masa pandemic
Dalam masa pandemi covid-19, pemerintah mewajibkan pekerja untuk dapat bekerja
dirumah atau yang disebut dengan WFH (work from home). Dengan bekerja dirumah, pekerja
dapat mengurangi aktifitas diluar rumah secara physical distancing. Dalam upaya untuk
meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam organisasi. KM adalah cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, KM memang didorong untuk bisa menciptakan
new knowledge. Dalam konteks ini tentu saja bisa membuat pengetahuan baru di tengah
pandemic COVID-19.
Model KM yang tepat dilakukan di masa pandemic adalah model KM Nonaka dan
Takeuchi (1995) dimana disebutkan bahwa knowledge terdiri dari dua jenis yakni explicit
knowledge sebagai pengetahuan yang terdokumentasikan (misalnya: paper, laporan penelitian,
buku, artikel, manuskrip, paten dan software). Kemudian yang kedua adalah tacit knowledge
sebagai pengetahuan yang berada dalam diri individu namun sulit dikomunikasikan ataupun
dibagikan dengan orang lain. Wawasan, intuisi, firasat dan pengalaman seseorang termasuk
dalam kategori tacit knowledge. Terdapat empat cara konversi pengetahuan, yaitu:
a) Dari tacit to tacit, disebut proses sosialisasi. Proses sosialisasi dapat dilakukan melalui
diskusi atau seminar namun dengan metode daring/webinar tanpa perlu bertemu langsung
dengan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan.
b) Dari tacit to explicit, disebut proses eksternalisasi. Proses eksternalisasi ini membutuhkan
pendokumentasian seperti notulen rapat/seminar disertai perekaman video visual kedalam
bentuk elektronik yang nantinya dapat dipublikasikan kepada yang berkepentingan yang
membutuhkan pengetahuan.
d) Dari eksplisit ke tacit, disebut proses internalisasi. Proses ini merupakan proses dimana
semua data, informasi yang sudah menjadi pengetahuan didokumentasikan dan disajikan
kepada setiap anggota organisasi agar semua anggota organisasi dapat mempelajarai
semua pengetahuan yang ada tanpa harus melakukan pertemuan langsung.
Semua data dan informasi terkait knowledge yang telah melalui empat proses sebelumnya dapat
didiseminasikan ke pihak-pihak yang berkepentingan dan kemudian terjadilah pengetahuan baru
atau minimal peningkatan pengetahuan. Sehingga proses dalam manajemen pengetahuan tetap
berjalan dengan baik dan tetap mematuhi protocol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.