Dosen Pengampu
Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M. Si
Disusun Oleh
David Pernando S
206030202111011
1
1A. KERANGKA KONSEPTUAL
Budaya Organisasi
Menurut Robbins dan Coulter (2010:63) budaya organisasi merupakan sehimpunan nilai, prinsip,
tradisi, dan cara bekerja yang dianut bersama dan mempengaruhi perilaku serta tindakan para
anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai
suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir, dan merasakan masalah yang dihadapi.
Employee Engagement
Menurut Schaufeli & Bakker (2004) employee engagement merupakan keterikatan karyawan
sebagai pemikiran positif mengenai pekerjaan yang mempengaruhi dedikasi, semangat, dan
perhatian penuh karyawan.
2
2. Dedication (dedikasi): Engaged karyawan secara emosional terhadap pekerjaannya.
Dedikasi dilihat dari antusiasme karyawan ketika bekerja, membanggakan pekerjaan yang
dilakukan dan bangga dengan tempat dia bekerja, selalu terinspirasi dan tekun sampai akhir
pada perusahaan tanpa adanya rasa terancam dengan tantangan yang dihadapi kedepannya.
3. Absorption (penyerapan): Engaged karyawan digambarkan melalui dengan gerak gerik dan
perilaku karyawan yang mencurahkan perhatian secara penuh kepada pekerjaannya.
Penyerapan menunjukan mereka berkonsentrasi tinggi, serta serius dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Organizational Learning
Dalt, R.L dalam Umi Rusilowati (2013 : 61) mendefinisikan bahwa organisasi pembelajaran
(learning organization) adalah organisasi yang didalamnya semua orang berupaya mengenali dan
memecahkan masalah sehngga memungkinkan organisasi tersebut untuk senantiasa
bereksperimen, berubah dan melakukan peningkatan guna meningkatkan kemampuan
berkembang, belajar dan mencapai tujuan.
3
individu cakap dalam percakapan dan cakap dalam berfikir kolektif tersebut akan dapat
meningkatkan kecerdasan dan kemampuan organisasi.
5. Pemikiran Sistem (System Thinking): Adalah kerangka berfirikir seseorang yang
digunakan untuk membuat pola yang lebih jelas, dan untuk membantunya melihat
bagaimana mengubah mereka secara efektif.
Kinerja
Performance atau kinerja menurut Prawirosentono (2000: 1) adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenangnya dan
tanggung jawabnya masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersang-
kutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja disesuaikan dari Ivancevich dan Faustino Cardoso Gomes dalam Umi
Narimawati (2009:71), ada 8 indikator pengukuran yaitu:
1. Quantity of work yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang
ditentukan.
2. Quality of work yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan
kesiapannya
3. Job Knowledge yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.
4. Creativeness yaitu keaslian gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5. Cooperation yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain
6. Dependability yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian
pekerjaan
7. Initiative yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar
tanggung jawabnya.
8. Personal qualities yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah tamahan, dan
integrasi pribadi.
4
GAMBAR KERANGKA KONSEPTUAL
5
1B. MODEL HIPOTESIS
1. H1: Budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT Bank
Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Wilayah Malang.
2. H2: Employee engagement berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT
Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Wilayah Malang
3. H3: Organizational learning berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT
Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Wilayah Malang
BUDAYA ORGANISASI H1
H2
EMPLOYEE ENGAGEMENT KINERJA KARYAWAN
H3
ORGANIZATIONAL LEARNING
6
Referensi jurnal dalam membangun hipotesis, terlampir:
7
1C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi karyawan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Wilayah Malang dengan
kriteria :
1. Usia 20 – 40 tahun
2. Pria dan wanita
3. Masa kerja minimal 1 tahun
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor
Wilayah Malang sejumlah 941 orang. Jumlah populasi dalam penelitian ini diketahui sebanyak
941 orang, maka untuk menentukan jumlah sampel yang diambil digunakan rumus Slovin adalah
sebagai berikut (Sekaran, 2006) :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
Keterangan :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
e : Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih
dapat ditolerir atau diinginkan.
941
𝑛 = 1 +(941(0,052 = 280, 68
))
Ukuran sampel adalah 280,68 responden, maka dibulatkan menjadi 280 responden. Jadi, jumlah
sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 280 karyawan PT. Bank Negara Indonesia
(Persero), Tbk Kantor Wilayah Malang.
8
2A. PENELITIAN DI GOJEK
Jika saya akan meneliti tentang variable self efficacy, trust, perceive risk, perceived
usefulness, attitude dan usage intention kepada pengguna aplikasi Gojek maka saya akan meneliti
di 1 negara saja yaitu Indonesia. Walaupun gojek sudah berekspansi ke beberapa Negara di Asia
tenggara namun dalam hal penggunaan aplikasi itu berbeda setiap Negara seperti di Vietnam nama
aplikasi tidak menggunakan nama GoJek melainkan GoViet, sedangkan di Thailand namanya
adalah Get. Hal ini dikarenakan perusahaan Gojek ingin tetap melibatkan kearifan transportasi
lokal di wilayah setempat. Dan terkait aplikasi yang ada di Indonesia, tidak bisa digunakan di
Negara tersebut, sebab pengguna di Indonesia berbeda dengan di negara tersebut. Artinya apabila
pengguna Indonesia datang ke Negara lain itu harus mengunduh aplikasi lain kembali begitu juga
sebaliknya. Hal ini tentu menyulitkan dalam proses penelitian karena objek penelitian yang
meskipun sama tapi memiliki perbedaan dalam hal pengelolaan aplikasi sehingga akan
membutuhkan proses yang panjang dan responden yang beragam.
9
2D. KERANGKA KONSEPTUAL
Konstruk Item Notasi Sumber teori
Self efficacy Saya dapat menggunakan gojek melalui aplikasi jika ada fasilitas SE1 Luarn dan Lin (2005)
bantuan di dalamnya
Saya dapat menggunakan gojek melalui aplikasi jika saya pernah SE2
melihat orang lain menggunakannya sebelum saya mencoba
sendiri
Saya dapat menggunakan gojek melalui aplikasi jika seseorang SE3
mengajarkan saya cara untuk melakukannya terlebih dahulu
Trust Saya percaya aplikasi gojek dapat digunakan dengan aman T1 Wei dkk (2009)
Saya percaya aplikasi gojek memiliki system keamanan yang baik T2
Saya percaya informasi pribadi saya sebagai pengguna akan T3
disimpan rahasia melalui aplikasi gojek
Perceived Risk (PR) Saya merasa penggunaan transportasi melalui aplikasi gojek PR1 Wu dan Wang (2005)
memiliki potensi resiko
Saya merasa penggunaan layanan gojek lainnya memiliki potensi PR2
resiko
Saya merasa penggunaan transportasi aplikasi melalui gojek PR3
membuat data privasi saya dalam resiko
Perceived Saya merasa penggunaan layanan aplikasi mudah dilakukan PU1 Wu dan Wang (2005)
Usefulness (PU) Saya merasa penggunaan transportasi melalui aplikasi gojek PU2
dapat mengehemat waktu
Saya merasa penggunaan aplikasi layanan gojek lainnya dapat PU3
bermanfaat bagi saya
Attitude Saya menyukai ide transportasi online melalui aplikasi gojek AT1 Taylor dan Todd (1995)
Transportasi online melalui gojek adalah ide yang bijak AT2
Transportasi online melalui gojek adalah ide yang positif AT3
Usage Intention Saya berniat menggunakan aplikasi gojek I1 Davis dkk (1989)
Saya berharap saya akan menggunakan transportasi melalui I2
aplikasi gojek
Saya siap menggunakan aplikasi gojek I3
10
SELF EFFICACY (X1)
TRUST (X2)
ATTITUDE (X5)
Hipotesis 1: Self Efficacy memiliki efek positif pada niat untuk menggunakan aplikasi gojek.
Hipotesis 2: Trust memiliki efek positif pada niat untuk menggunakan aplikasi gojek.
Hipotesis 3: Perceived Risk memiliki efek negatif pada niat menggunakan aplikasi gojek.
Hipotesis 4: Perceived Usefulness memiliki efek positif pada niat menggunakan aplikasi gojek.
Hipotesis 5: Attitude berpengaruh positif pada niat menggunakan aplikasi gojek.
11
Model hipotesis
H3 (-)
PERCEIVED RISK
12
Referensi jurnal dalam membangun hipotesis, terlampir:
13
14
3A. PENELITIAN PTS DI BANDUNG – JAWA BARAT
Berdasarkan data PTS dan variable yang disajikan saya akan meneliti unit analisis
organisasinya. Peningkatan jumlah perguruan tinggi di Indonesia khususnya PTS menyebabkan
persaingan semakin ketat. Persaingan yang demikian ketat tersebut tersebut berdampak pada
makin sulitnya perguruan tinggi untuk dapat mempertahankan jumlah mahasiswa yang terdaftar
maupun perolehan mahasiswa baru dalam tiap tahunnya. Selain itu, keberadaan/kualitas dosen
yang masih rendah dan PTS diluar jawa dan Perguruan Tinggi Negeri dengan kualitas Dosen yang
lebih baik dan biaya kuliahnya yang tidak jauh berbeda/bahkan lebih murah juga menjadi faktor
penurunan jumlah perolehan mahasiswa baru. Penurunan minat mahasiswa untuk kuliah di PTS
yang terjadi saat ini ini disebabkan keberadaan/kualitas Dosennya yang masih rendah. Hal inilah
yang menjadi tantangan PTS untuk eksis dan berinovasi didalam daya saing. Jika PTS tidak
berbenah diri, maka akan ditinggalkan calon mahasiswa. Mengacu pada berbagai fenomena yang
dihadapi oleh PTS yang telah diuraikan tersebut maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian
ini adalah: “BAGAIMANA INFRASTRUKTUR PENGETAHUAN, DINAMIKA
LINGKUNGAN ORGANISASI DAN KAPASITAS PENYERAPAN PENGETAHUAN
SEBAGAI ANTESEDEN INOVASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING”
15
3C. KERANGKA KONSEPTUAL
Infrastruktur Pengetahuan
Menurut Fernandez dan Sabherwal (2009), Crane (2015), dan Cheng (2004), Knowledge
Management atau disingkat KM dapat diartikan sebagai strategi manajemen dalam hal
menemukan, menangkap, berbagi, dan menerapkan pengetahuan dengan tujuan untuk mendukung
organisasi dalam menciptakan struktur yang mampu mempertahankan, menciptakan dan
menerapkan pengetahuan yang tidak hanya untuk pemecahan masalah tetapi juga untuk mencapai
tujuan organisasi.
KM Readiness readiness adalah seperangkat kemampuan suatu organisasi atau perusahaan
untuk mencapai infrastruktur yang dibutuhkan dalam KM serta kapasitas dalam memanfaatkannya
Holt, Bartczak, Clark, dan Trent (2009).
Solusi dan Pondasi KM Menurut Fernandez dan Sabherwal (2009), KM bergantung pada
dua aspek yaitu solusi KM dan pondasi KM. Solusi KM mengacu kepada langkah langkah spesifik
KM yaitu (menemukan, menangkap, berbagi, dan menerapkan pengetahuan) yang dapat dicapai.
Adapun pondasi KM mengacu pada aspek organisasi secara keseluruhan yang mendukung KM
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Solusi KM meliputi proses KM dan sistem KM
sedangkan pondasi KM meliputi: infrastuktur KM, mekanisme KM, dan teknologi KM.
KM Enabler Menurut Lee dan Choi (2006), KM enabler sebagai mekanisme organisasi
dalam mengembangkan KM secara konsisten.
KM Critical Success Factor (KMCSF) merupakan faktor-faktor yang menjadi kunci keber-
hasilan penerapan KM pada suatu organisasi. Hal ini sebagaimana yang dipaparkan Al-Mabrouk
(2014), bahwa KMCSF telah diidentifikasi dan diakui sebagai dasar bagi keberhasilan organisasi
dan peningkatan kinerja pada berbagai bidang kegiatan.
16
Hitt, 1988). Pertanyaan tersebut mengandung arti bahwa perusahaan harus mempertimbangkan
jumlah, diversitas, dan distribusi elemen-elemen lingkungan perusahaannya ketika diformulasikan
sebuah strategi (Dess and Beard, 1984). Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa persepsi manajer
terhadap kompleksitas lingkungan memiliki hubungan yang paling kuat terhadap tingkat
keterlibatan dalam proses perencanaan strategik. Penelitian dari Ansoff (1991) dan Miller and
Friesen (1983) menyatakan bahwa hubungan antara perubahan lingkungan harus bertumpu pada
sejumlah perencanaan strategik untuk dapat mengatasi perubahan dan kondisi yang tidak dapat
diprediksi. Bird (1991) dalam Hopkins dan Hopkins (1996) juga menyatakan bahwa kompleksitas
dan perubahan lingkungan berpengaruh intensitas proses perencanaan straegik.
2. Pengaruh interaktif Lingkungan Mintzberg (1973) menyatakan bahwa manajer yang
menghadapi perubahan lingkungan yang komplek dan cepat tidak melibatkan proses perencanaan
strategic secara intensif hal ini disebabkan karena situasi / kondisi lingkungan di masa yang akan
datang yang tidak mugkin untuk diramalkan. Pandangan tersebut dapat berdampak pada
kepercayaan manajemen mengenai hubungan perencanaan kinerja.
Kapasitas Penyerapan
Konsep yang diperkenalkan oleh Cohen & Levinthal (1990) didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mengenali nilai dari informasi baru, memahaminya dan menggunakan
pengetahuan baru tersebut. Terdapat 2 dimensi untuk mengukur kapasitas penyerapan
pengetahuan, yaitu kedalaman dan keluasan (the depth and the breadth). Dalam papernya, Cohen
& Levinthal (1990) mengajukan model bahwa efektivitas kapasitas penyerapan = pengetahuan
dasar yang relevan + intensitas usaha. Dalam penelitian Kwok dan Gao (2005) diyakini, individu
membutuhkan absorptive capacity sampai tingkatan tertentu sebelum memiliki keinginan untuk
bersikap mendukung perilaku berbagi pengetahuan.
Kapasitas penyerapan pengetahuan didefinisikan sebagai efektifitas kapasitas penyerapan
pengetahuan, kemampuan untuk mengenali manfaat dari pengetahuan baru yang berasal dari luar
dirinya, mengasosiasikannya dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya, dan memanfaatkan
gabungan pengetahuan tersebut untuk mencari solusi suatu masalah; yang merupakan fungsi dari
pengetahuan dasar yang dimiliki sebelumnya dan intensitas usaha seseorang dalam menambah
kapasitas penyerapan pengetahuannya.
17
Daya Saing
Mudrajad K (2007) mendefenisikan Daya saing adalah konsep perbandingan kemampuan
dan kinerja perusahaan, sub-sektor atau negara untuk menjual dan memasok barang dan atau jasa
yang diberikan dalam pasar. Daya saing sebuah negara dapat dicapai dari akumulasi daya saing
strategis setiap perusahaan. Proses penciptaan nilai tambah (value added creation) berada pada
lingkup perusahaan.
Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung
pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau bisa kita sebut keunggulan kompetitif.
Pentingnya daya saing karena tiga hal berikut: (1) Mendorong produktivitas dan meningkatkan
kemampuan mandiri, (2) Dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional
ekonomi maupun kuantitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat, (3)
Kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi (Fred R, 2001).
INFRASTRUKTUR
PENGETAHUAN (X1)
DINAMIKA LINGKUNGAN
INOVASI DAYA SAING (Y)
ORGANISASI (X2)
KAPASITAS PENYERAPAN
PENGETAHUAN (X3)
18
H5 : Dinamika lingkungan organisasi memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan daya
saing dengan inovasi sebagai mediasi
H6 : Kapasitas penyerapan pengetahuan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan
daya saing dengan inovasi sebagai mediasi
Model Hipotesis
INFRASTRUKTUR
PENGETAHUAN H1
H4
DINAMIKA LINGKUNGAN H2 H5
INOVASI DAYA SAING
ORGANISASI
H6
H3
KAPASITAS PENYERAPAN
PENGETAHUAN
19
Referensi jurnal dalam membangun hipotesis, terlampir:
20
21