Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Remaja
a. Pengertian
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescere” yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang
berasal dari bahasa Inggris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Proverawati
dan Misaroh, 2009,pp.1-2).
Roverawati dan Misaroh (2009,p.1) mengatakan masa remaja adalah
suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini
menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan :
biasanya mulai dari 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita.
Masa remaja atau masa puber, merupakan masa penghubung antaa masa
anak-anak dengan dewasa.
Organ-organ reproduksi pada masa puber telah mulai berfungsi.
Salah satu ciri masa puber adalah mulai terjadinya menstruasi pada
perempuan. Adapun pada laki-laki mulai mampu menghasilkn sperma
(Proverawati dan Misaroh, 2009, p.2).
b. Karakteristik masa remaja
Faktor yang mempengaruhi karakteristik remaja antara lain :
1) Jenis Kelamin
Pria dan wanita mempunyai perbedaan menghadapi permasalahan.
Wanita bisanya lebih ditekankan mencari dukungan sosial dan lebih
menekankan pada religius, sedangkan pria lebih menekankan pada
tindakan langsung unruk menyelesaikan pokok permasalahan. Hal ini
sesuai denga yang disampaikan oleh cameron (Abraham, 1997) telah
dilakukan studi tentang perbedaan jenis kelamin dalam pendidikan
ditemukan bahwa pria lebih terampil menghitung, menyesuaikan
dengan lingkungan dan lebih agresif. Sementara wanita kemampuan
bahasa verbal yang lebih baik atau wanita lebih sering menggunakan
emosinya dalam menghadapi situsasi yang penuh tekanan.
(Notoatmojo,2003)
2) Status Sosial Ekonomi
Individu yang mempunyai status sosial ekonomi rendah, lebih
sering mendapat akibat yang negatif, lebih akrab dengan kriminalitas,
sakit mental dan minuman yang mengandung alkohol (craven & Hirnle,
2000). Hal ini terjadi karena kontrol atas hidupnya tidak begitu kuat,
kurang pendidikan sehingga mereka kurang pengetahuan.
(Notoatmojo,2003).
3) Teman Sebaya
Teman sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang
mengharapkan panggung dimana, dia dapat menguji diri sendiri dan
orang lain. Pada usia remaja lebih banyak berada di luar bersama
dengan teman- teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah di
mengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap,
pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar pengaruhnya
dibandingkan keluarga (Hurlock, 2001).
c. Klasifikasi
Menurut Narendra, dkk. (2002,pp.149-163 ) Tahap-tahap masa
remaja yaitu sebagai berikut :
1) Masa remaja awal
Yang dimaksud masa remaja awal adalah periode dimana masa
anak telah lewat dan pubertas dimulai. Secara kasar masa ini dapat
dikatakan merupakan masa transisi dari stadium (Stadium Maturitas
Seks) SMS 1 ke SMS 2 sampai sebelum SMS 3 Pada anak perempuan
biasanya terjadi anatara umur 10-13 tahun sedangkan laki-laki 10,5-15
tahun.
2) Masa remaja menengah
Masa remaja menengah mencakup stadium SMS 3 dan 4 dari
Tanner. Umur kronologis tercapainya stadium ini sangat bervariasi, bisa
berkisar antara umur 11-14 tahun pada anak perempuan dan 12-15,5
tahun pada anak laki-laki. Masa ini adalah masa perubahan dan
pertumbuhan yang paling dramatis.
3) Masa remaja akhir
Masa Remaja Akhir adalah tahap terakhir dari perkembangan
pubertas yaitu SMS 5, sebelum masa dewasa. Umur kronologis
pencapaian stadium ini seperti halnya pada stadium-stadium
sebelumnya sangat bervariasi. Pada anak perempuan berkisar antara 31-
17 tahun pada anak laki-laki antara 14-16 tahun.
d. Perubahan fisik pada masa remaja
1) Munculnya tanda-tanda seks primer : yang dimaksud tanda-tanda seks
primer adalah organ seks (Widyastuti, dkk., 2009,p. 14). Terjadinya
haid yang pertama (menarche) pada remaja perempuan, dan mimpi
basah pada remaja laki-laki.
2) Munculnya tanda-tanda seks skunder yaitu:
a) Pada remaja laki-laki tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar
bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah
besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh kumis di atas bibir,
cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
b) Pada remaja perempuan; pinggul melebar, pertumbuha rahim dan
vagina, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak, payudara
membesar.
e. Perubahan kejiwaan pada masa remaja
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja
adalah (Widyastuti,dkk.,2009, pp.16-17):
1) Perubahan emosi
Perubahan tersebut berupa kondisi:
a) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering
terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau
rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah
terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa
berpikir terlebih dahulu.
c) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang
pergi bersama dengan temannya daripada tinggal dirumah.
2) Perkembangan intelegensia
Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:
a) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka
memberikan kritik.
b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul
perilaku ingin mencoba-coba.
2. Kesehatan reproduksi
a. Pengertian
Kesehatan Reproduksi menurut WHO (World Health
Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau
suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya
serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat
dan aman (Nugroho, 2010, p.4)
Menurut konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan, 1994 Kesehatan Reproduksi adalah Keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan
dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (BKKBN, 2010, p.5)
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah: suatu keadaan sehat,
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan pemikiran
kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit,
melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman
dan memuaskan sebelum dan sudah menikah (Nugroho, 2010, p.5).
Definisi kesehatan reproduksi yan ditetapkan dalam
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan
(International Conference on Population and Development/ ICPD)
adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya
tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang
berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi serta proses-
prosesnya (Ns.Tarwoto,2010,p.48)
Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan
proses sistem reproduksi, maka setiap orang (khususnya remaja) perlu
mengenal dan memahami tentang hak-hak reproduksi berikut ini.
1) Hak untuk hidup
2) Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3) Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4) Hak privasi
5) Hak kebebasan berpikir
6) Hak atas informasi dan edukasi
7) Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8) Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai anak
9) Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10) Hak atas kebebasa berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
11) Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan
(Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010, p.48).
b. Perubahan fisik yang mulai menandai kematangan reproduksi
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk
pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.
Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut.
1) Perubahan seks primer

Perubahan seks primer ditandai dengan mulai berfungsinya alat-


alat reproduksi yaitu ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi
basah pada laki-laki.

2) Perubahan seks sekunder

Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan


vagina, payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar
kemaluan atau pubis. Pada remaja laki-laki yaitu terjadi perubahan
suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar,
terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot,
tumbuhnya kumis, cabang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.
(Depkes RI,2010).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor
yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi (dr.
Taufan,2010,p.12) yaitu:
1) Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,
tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat
tinggal yang terpencil).
2) Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu
dengan yang lain,dsb).
3) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja,
depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi).
4) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual)..
d. Tujuan kesehatan reproduksi
1) Tujuan utama (dr. Taufan,2010,p.12) yaitu:
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi
harus didahului oleh hubungan seksual, maka tujuan utama program
kesehatan reproduksi adalah meningkatkan kesadaran kemandirian
wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk
kehidupan seksualitasnya, sehingga hak- hak reproduksinya dapat
terpenuhi yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidup.
2) Tujuan khusus
a) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran
dan fungsi reproduksinya.
b) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c) Meningktnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap
akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan
dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.
d) Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan
yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan
informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.
3. Organ reproduksi
Kata “reproduksi” tersusun dari dua kata yakni kata “re” bermakna
kembali dan kata “produksi” bermakana perangkat / alat yang digunakan
untuk membuat generasi / keturunan (Yuntaq, 2009).
a. Organ reproduksi perempuan
1) Organ reproduksi eksternal perempuan
a) Mons pubis
Bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada perempuan
dewasa ditutup oleh rambut kemaluan. Berfungsi untuk melindungi
alat genetalia dari masuknya kotoran.
b) Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada laki-laki.
Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga
sangat sensitif pada saat hubungan seks.
c) Labia mayora (bibir besar)
Berasal dari mons veneris bentuknya lonjong menjurus ke
bawah dan bersatu di bagian bawah. Bagian luar labia mayor terdiri
dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian
dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian
ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitif saat
berhubungan seks. Berfungsi menutupi organ-organ genetalia di
dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima
rangsangan seksual.
d) Labia minora (bibir kecil)
Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Bagian
depanya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh
darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah.
Labia ini analog dengan kulit skrotum pada laki-laki. Berfungsi
untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya serta merupakan
daerah erotik yang mengandung pembuluh darah dan syaraf.
e) Vestibulum
Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia kanan- kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia
minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang
senggama), saluran kencing, kelenjar bartholini, dan kelenjar skene.
Berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan seksual
yang berguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama.
f) Himen (selaput dara)
Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina
luar, pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran
aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar
rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada saat
hubunganseks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah.
Setelah melahirkan himen merupakan tonjolan kecil yang disebut
karunkule mirtiformis.
2) Organ reproduksi internal perempuan
a) Vagina
Saluran musculo-membranasea (selaput otot) yang
menghubungkan rahim dengan saluran luar, bagian ototnya berasal
dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat
dikendalikan dan dilatih. Dinding depan vagina berukuran 9 cm dan
dinding belakangnya 11 cm. Berfungsi sebagai jalan lahir bagian
lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan
lendir dan darah menstruasi.
b) Rahim (uterus)
Bentuk uterus seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr.
Terletak di panggul kecil diantara rektum (bagian usus sebelum
dubur) dan di depanya terletak kandung kemih. Ruang rahim
berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya diatas. Bagian-bagian
dari rahim (uterus) yaitu servik uteri, korpus uteri, fundus uteri.
Secara histologis uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
endometrium yaitu lapisan uterus yang paling dalam yang tiap bulan
lepas sebagai darah menstruasi, miometrium yaitu lapisan tengah,
lapisan tengah ini terdiri dari otot polos, dan perimetrium merupakan
lapisan luar yang terdiri dari jaringan ikat. Fungsi rahim adalah
tempat bersarangnya atau tumbuhnya janin di dalam rahim, janin
makan melalui plasenta yang melekat pada dinding rahim, tempat
pembuatan hormon misal HCG (Human Chorionic Gonadotropin).
c) Tuba fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan
kearah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Saluran ini bukan
merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar
sehingga membedakanya menjadi empat bagian. Di ujungnya terbuka
dan mempunyai fibriae, sehingga dapat menangkap ovum saat
menjadi pelepasan ovum (telur). Saluran telur ini merupakan saluran
hasil konsepsi menuju rahim. Berfungsi sebagai saluran yang
membawa ovum yang dilepaskan ovarium ke dalam uterus, tempat
terjadinya fertilisasi, fimbria mengangkat ovum yang keluar dari
ovarium.
d) Indung telur (ovarium)
Terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke
rahim oleh ligamentum ovarii properium dan kedinding panggul oleh
ligamentum nifudibulo-pelvikum. Indung telur merupakan sumber
hormon wanita yang paling utama. Saat lahir bayi perempuan
mempunyai sel telur 750.000, umur 6-15 tahun sebanyak 439.000,
umur 16-25 tahun sebanyak 169.000, umur 26-35 tahun
sebanyak 59.000, umur 35-45 tahun sebanyak 34.000, dan masa
menopause semua telur menghilang. Berfungsi memproduksi ovum
(sel telur), sebagai organ yang menghasilkan hormon (estrogen dan
progesteron).
e) Parametrium (penyangga rahim)
Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan,
yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur.
Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.
Berfungsi untuk mengikat atau menahan organ-organ reproduksi
wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya, tidak bergerak
dan berhubungan dengan organ sekitarnya.
b. Alat reproduksi pria
a) Testis
Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi sperma yang
dibungkus oleh lipatan kulit kantung yang disebut skrotum.
Dimulai sejak masa puber, sepanjang masa hidupnya pria akan
memproduksi sperma. Selain itu, testis juga menghasilkan hormon
testosteron. Di sisi belakang masing-masing testis terdapat
epididimis, yaitu tempat sperma mengalami kematangan. Saluran
selanjutnya adalah vas deferens, saluran ini dan masuk ke vesika
seminalis sebagai tempat penampungan sperma.
b) Penis
Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mani ke
dalam vagina. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di dalam
penis ada saluran uretra. Jika ada rangsangan seksual, maka darah
di dalam penis akan terpompa. Akibatnya, penis menjadi tegang
dan mengeras, lalu cairan semen yang mengandung sperma keluar
dari vesika seminalis dan melalui uretra terpancar keluar. Proses
tersebut dikenal dengan istilah ejakulasi
4. Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan dari uterus yang keluar melalui vagina
selama 5-7 hari, dan terjadi setiap 22 atau 35 hari. Yang merangsang
menimbulkan menstruasi adalah hormon FSH dan LH, prolaktin dari daerah
otak dan hormon estrogen serta progesteron dari sel telur yang dalam
keseimbanganya menyebabkan selaput lendir rahim tumbuh dan apabila
sudah ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuai hormon estrogen dan
progesteron menurun terjadilah pelepasan selaput lendir dengan perdarahan
terjadilah menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009, pp. 58-59).
Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, yaitu:
a. Masa haid, berlangsung selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium
dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah
(minimum).
b. Masa proliferasi, sampai hari ke-14. Pada waktu itu endometrium tumbuh
kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari
ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.
c. Masa sekresi, ketika itu korpus rubrum menjadi korpus luteum yang
mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar
endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan
mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Pada akhir
masa ini stroma endometrium berubah ke arah sel-sel desidua, terutama
yang berada diseputar pembuluh- pembuluh arterial. Keadaan ini
memudahkan adanya nidasi.
5. Gizi Remaja
a. Pengertian
Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik
di masa mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya
perubahan- perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan
fisik, kognitif, dan psikososial atau tingkah laku (Adriani dan
Wirjatmadi,2013).
Menurut Prastiwi yang dikutip oleh Safitri (2011), masa remaja
merupakan masa terjadinya perubahan-perubahan untuk pertumbuhan.
Periode Adolesensia atau masa remaja ditandai dengan pertumbuhan yang
cepat (Growth Spurt) baik tinggi badannya maupun berat badannya. Pada
periode growth spurt, kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan
dengan besarnya tubuh. Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu
pada umur yang sama melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan
yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga
kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Pola hidup dan pola makan yang benar sangat mempengaruhi
pertumbuhan remaja. Budaya hidup sehat dengan rajin berolahraga dan
menjaga keseimbangan makanan sangat penting untuk dilakukan. Namun
kenyataannya banyak remaja yang tidak memenuhi gizinya karena takut
gemuk dan ada juga yang malas atau tidak berselera dengan makanan-
makanan yang bergizi. Hal ini menyebabkan masa remaja juga dikatakan
masa yang rawan akan gizi.
Padahal dengan terjadinya perubahan yang sangat menakjubkan,
baik secara fisik, mental maupun social pada diri remaja menyebabkan
mereka memerlukan makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan memadai.
b. Kebutuhan Gizi Remaja
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan
besarnya tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode
pertumbuhan yang cepat (grow spurt). Pada remaja putri grow spurt
dimulai pada umur 10-12 tahun. Pada remaja putra grow spurt terjadi pada
usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena mereka
masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan
aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat
gizi yang lebih banyak (Adriani dan Wirjatmadi, 2014). Zat-zat gizi yang
dibutuhkan remaja diantaranya adalah :
1) Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan
energi remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik
dalam kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Remaja dan
eksekutif muda yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan
asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Sejak
lahir hingga usia 10 tahun, energi yang dibutuhkan relatif sama dan
tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja
terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk laki-laki dan perempuan
karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.
Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 tentang AKG menyebutkan
angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja 13-15 tahun
adalah2125 kkal untuk perempuan, dan 2475 kkal untuk laki-laki setiap
hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber
karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah beras, terigu dan hasil
olahannya (mie, spaghetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar,
singkong), jagung, gula, dan lain-lain.

2) Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam
amino esensial, protein juga menyuplai energi jika energi yang
dihasilkan karbohidrat dan lemak terbatas. Kebutuhan protein
meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang
terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena memasuki masa
pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan
protein laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan karena perbedaan
komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 13-15 tahun adalah 72
gram untuk laki-laki dan 69 gram untuk perempuan setiap hari.
Makanan sumber protein hewani bernilai biologis lebih tinggi
dibandingkan sumber protein nabati karena komposisi asam amino
esensial yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai
sumber protein adalah daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging
putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega,
yakult), kedele dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan dan
lain-lain.
3) Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena
akselerasi muskular skeletal (kerangka) dan perkembangan endokrin
lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20 persen
pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50 persen massa tulang dewasa
dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja 13-15 tahun
adalah 1000 mg baik untuk laki-laki maupun perempuan. Sumber
kalsium diantaranya adalah ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan
lain-lain.
4) Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya
pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat
karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi
haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada
perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan
kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan
perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki.
Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan
kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi.
Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk
pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan
mereka akan zat besi. Kebutukan besi bagi remaja usia 13-15 tahun
adalah 19 mg untuk laki-laki dan 26 mg untuk perempuan.
5) Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual
remaja, terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun
adalah 17,4 mg per hari untuk laki-laki dan 15,4 untuk perempuan.
6) Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena
pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi
meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara
lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi
seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA
diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk
pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C
dan E diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel.
c. Kecukupan Energi dan Protein Remaja
1) Asupan Energi
Makanan yang bergizi dapat memberikan energi untuk melakukan
kegiatan atau aktivitas, makanan bergizi juga berfungsi untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta mengatur proses
tubuh (Almatsier, 2004).\
Energi didapatkan dari berbagai makanan sumber energi seperti
karbohidrat, lemak dan protein. Satuan energi adalah kkal (kilo kalori).
Satu gram karbohidrat dan protein dapat menghasilkan 4 kkal
sedangkan dalam satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal.
Energi berfungsi untuk metabolisme basal, untuk melakukan
aktifitas fisik dan pertumbuhan, serta untuk termogenesis atau untuk
memberikan respon terhadap makanan yang dikonsumsi (Murdiati dan
amaliah, 2013).
Kebutuhan energi setiap orang berbeda-beda tergantung dari
metabolisme basal, efek termogenik dan aktifitas fisik (Supariasa,
2008). Komponen terbesar dari keluaran energi harian adalah BMR atau
AMB atau BMK. Metabolisme basal diartikan sebagai sejumlah energi
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai proses vital ketika tubuh
tengah beristirahat. Dengan kata lain, metabolisme basal merupakan
jumlah minimal energi yang dikeluarkan untuk mempertahankan fungsi
alat pernapasan, sirkulasi darah, peristalyik usus, tonus otot, temperatur
suhu tubuh, kegiatan kelenjar, serta fungsi vegetatif lain. Angka
Metabolisme Basal umumnya dinyatakan dalam satuan kilokalori untuk
setiap kilogram berat badan per jam. (Arisman, 2004).
Menurut Sudiarti yang dikutip oleh Dwi (2011) Pengaruh usia
terhadap BMR berkaitan dengan kegiatan metabolisme sel-sel tubuh.
Nilai BMR semasa pertumbuhan sangat tinggi, karena keaktifan
pembelahan sel begitu tinggi (Arisman, 2004). Keseimbangan energi
seseorang dapat dicapai bila energi yang dikonsumsi melalui makanan
sama jumlahnya dengan energi dapat ditentukan oleh berat badan ideal
dan (IMT) Indeks Massa Tubuh.
2) Kecukupan Asupan Energi
Kekurangan energi terjadi akibat dari asupan energi yang
tidak cukup memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka
tubuh akan mengambil simpanan glikogen dalam tubuh dan diubah
menjadi energi.
Jika hal itu terus terjadi maka tubuh akan menjadi kurus, status
gizi pun akan menjadi kurang, bahkan daya tahan tubuh menjadi lemah.
Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga
berat badan berlebih atau kegemukan (Almatsier, 2005).
Pada usia anak dan remaja asupan energi harus terpenuhi karena
pada usia anak dan remaja terjadi proses pertumbuhan jasmani yang
pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh. Untuk
mengetahui angka kecukupan energi anak dan remaja laki-laki dan
perempuan berdasarkan AKG 2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Kecukupan Energi (kalori)
Umur (tahun)
Laki-laki Perempuan
10-12 2100 2000
13-15 2475 2125
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi Remaja
Sumber : Depkes RI 2013

Menurut Walker (2009) yang dikutip oleh Rachmawati (2009)


asupan energi pada makan siang setidaknya harus memenuhi 30% dari
kebutuhan sehari atau harus memberikan sepertiga kecukupan harian
yang dianjurkan (AKG).
3) Asupan Protein
Protein tersusun dari serangkaian asam amino, protein yang
tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Sedangkan
yang mengandung bahan selain asam amino seperti turunan vitamin,
lemak, dan karbohidrat disebut protein kompleks. Sumber protein
berasal dari dua sumber, yaitu protein hewani seperti telur, ikan, daging
sapi, daging ayam, susu, keju, dll. Protein nabati seperti tempe, tahu,
oncom, kacang-kacangan dan serealia (Devi, 2012).
Asupan makan pada anak perempuan lebih sedikit dari pada anak
laki-laki, termasuk asupan protein, padahal bagi remaja perempuan
membutuhkan asupan protein lebih banyak karena lebih membutuhkan
asupan zat besi yang berada di pada protein, karena pada remaja
perempuan mengalami menstruasi (Arisman, 2004).
Protein dalam tubuh harus tercukupi, karena protein memiliki peran
dalam tubuh manusia. Fungsi dari protein yaitu :
a) Pertumbuhan dan pemeliharaan
Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru, harus
tersedia semua asam amino esensial yang diperlukan dan cukup
nitrogen guna pembantukan asam-asam amino esensial yang
diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanyan mungkin
bila tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk
untuk pemeliharaan dan perbaikan.
b) Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah
protein, demikian pula berbagai enzim. Ikatan-ikatan kimia ini
bertindak sebagai katalisator atau membantu perubahan-perubahan
biokimia yang terjadi di dalam tubuh.
c) Mengatur keseimbangan air
Cairan tubuh terdapat di dalam tiga komponen yaitu
intraseluler (di dalam sel), ekstraseluler/interseluler (di antara sel)
dan intravaskular (di dalam pembuluh darah). Distribusi cairan di
dalam kompartemen-kompartemen ini harus dijaga dalam keadaan
seimbang atau homeostatis. Keseimbangan ini diperoleh melalui
sistem kompleks yang melibatkan elektrolit dan protein.
d) Memelihara netralitas tubuh
Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi
dengan asam dan basa untuk menjaga pH pada taraf konstan.
e) Pembentukan antibody
Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap
bahan-bahan racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama
terdapat dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein
kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik bahan-
bahan racun ini berkurang.
f) Mengangkut zat-zat gizi
Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat-
zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam
darah, dari darah ke jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke
dalam sel-sel. Sebagian besar yang mengangkut zat-zat gizi ini
adalah protein (Almatsier, 2005).
Jika protein dalam tubuh mengalami kekurangan maka
pertumbuhan akan terhambat. Pada masa anak-anak protein sangat
diperlukan karena untuk mencapai pertumbuhan yang optimal,
sedangkan jika kelebihan protein dapat menyebabkan obesitas, asidosis,
kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam pada bayi
(Almatsier, 2004). Angka kecukupan protein dapat dilihat dalam table
berikut :

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Protein Remaja

Kecukupan Protein
Umur
Laki-laki Perempuan
10-12 56 60
13-15 72 69
Sumber :Depkes RI 2013

Adapun kalori dari makan siang sedikitnya harus memberikan


sumbangan atau kontribusi energi dan zat gizi sebanyak 30% dari
kebutuhan sehari. Menurut Walker (2005) yang dikutip oleh
Rachmawati (2009) makan siang di sekolah harus memberikan
sepertiga kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi
maupun protein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat
besi dan kalsium.

d. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan
kebutuhan (requirement) zat gizi. Untuk menilai status gizi seseorang atau
masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Penilaian secara langsung yaitu dengan cara pemeriksaan fisik, klinis,
antropometri dan biokimia. Adapun penilaian secara tidak langsung bisa
dilakukan dengan cara melihat angka kematian, angka kelahiran dan data
statistik vital lainnya (Safitri, 2011).
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition
merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk
lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena
jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu.
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi
yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang masuk
melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk seseorang, sehingga
kelebihan zat gizi tersebut disimpan dalam bentuk lemak yang dapat
mengakibatkan seseorang menjadi gemuk (Almatsier, 2011).
e. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi adalah cara yang dilakukan untuk melihat
status gizi suatu populasi atau individu sehingga dapat diketahui yang
memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Salah satu cara
penilaian status gizi adalah antropometri. Antropometri merupakan salah
satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh
yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya
antropometri mengukur dimensi tubuh dan komposisi tubuh seseorang.
Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidak seimbangan
energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk
mengidentifikasi zat- zat gizi yang spesifik (Supariasa, 2010).
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter.
Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap
satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan
tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index
(Supariasa, 2002).
Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam
satuan kilogram dengan tinggi badan satuan meter kuadrat (Supariasa,
2010).

IMT = Berat badan (kg)


Tinggi badan (m)2

Saat ini untuk mengetahui status gizi remaja dalam dalam masa
pertumbuhan dapat menggunakan IMT untuk anak, atau IMT berdasarkan
umur. IMT/U merupakan cara atau alat untuk memantau status gizi anak
yang berusia 5 hingga 19 tahun. Nilai IMT normal untuk kelompok umur
yang berbeda tergantung nilai dari Z- score IMT nya. Untuk mengetahui
nilai IMT/U langkah pertama hitung terlebih dahulu IMT n y a kemudian
hasil perhitungannya diklasifikasikan menurut tabel IMT/U menurut Z-
score (Dwi, 2011). Menurut WHO (2007), klasifikasi IMT anak dan
remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Saat ini untuk mengetahui status gizi remaja dalam dalam masa
p e r t u m b u h a n dapat menggunakan IMT untuk anak, atau IMT
berdasarkan umur. IMT/U merupakan cara atau alat untuk memantau
status gizi anak yang berusia 5 hingga 19 tahun. Nilai IMT normal untuk
kelompok umur yang berbeda tergantung nilai dari Z- score IMT nya.
Untuk mengetahui nilai IMT/U langkah pertama hitung terlebih dahulu
IMT nya kemudian hasil perhitungannya diklasifikasikan menurut tabel
IMT/U menurut Z-score (Dwi, 2011). Menurut WHO (2007), klasifikasi
IMT anak dan remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.3 Standart Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut


Umur
Kategori Z-scor
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus ≥ -3 SD sampai ≤ -2 SD
Normal -2 SD sampai +2 SD
Overweight ≥ +2 SD sampai ≤ +3 SD
Obesitas >+3 SD
Sumber : WHO 2007

6. Anemia pada Remaja Putri


a. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi medis di mana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya
berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria anemia biasanya
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan
pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12 gram/100 ml
(Proverawati, 2011).
Anemia merupakan gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah hemoglobin (Hb) yang
levelnya kurang dari 11,5 gr/dl (Wikipedia, 2013).
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi
ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu
rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah
merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan
tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi termasuk
kelelahan dan stres pada organ tubuh (Proverawati, 2011).
Anemia terjadi karena kurangnya zat besi dan asam folat dalam tubuh.
Perempuan yang menderita anemia pada masa kehamilan berpotensi
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Disamping itu, anemia
dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayinya pada waktu
proses persalinan (Hasmi, dkk, 2005).
Perempuan lebih rentan anemia dibanding dengan laki-laki.
Kebutuhan zat besi pada perempuan adalah 3 kali lebih besar dari pada
laki-laki, perempuan setiap bulan mengalami menstruasi yang secara
otomatis mengeluarkan darah. Itulah sebabnya perempuan membutuhkan
zat besi untuk mengembalikan kondisi tubuhnya kekeadaan semula. Hal
tersebut tidak terjadi pada laki-laki. Demikian pula pada waktu kehamilan,
kebutuhan akan zat besi meningkat 3 kali dibanding dengan pada waktu
sebelum kehamilan. Ini berkaitan dengan kebutuhan perkembangan janin
yang dikandungnya.
b. Kriteria anemia
Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin,
dan tempat tinggal. Kriteria anemia menurut WHO tahun 1968 (dikutip
dari Tarwoto, 2008) adalah :
1) Laki-laki dewasa dengan jumlah hemoglobin < 13 g/dl,
2) Wanita dewasa tidak hamil hemoglobin < 12 g/dl,
3) Wanita hamil hemoglobin < 11 g/dl,
4) Anak umur 6-14 tahun hemoglobin < 12 g/dl,
5) Anak umur 6 bulan – 6 tahun hemoglobin < 11 g/dl.
Secara klinis menurut I made Bakta 2007, kriteria anemia di Indonesia
umumnya adalah hemoglobin < 10 g/dl, hematokrit < 30%, dan eritrosit <
2,8 juta/mm3 (Tarwoto, 2008).
c. Tanda-tanda Anemia
Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri
adalah:
1) Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L)
2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan
telapak tangan menjadi pucat.
Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah :
1) Mudah lelah
2) Kulit pucat
3) Sering gemetar
4) Lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5L)
5) Sering pusing dan mata berkunag-kunang
6) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, dan telapak
tangan tampak pucat, serta
7) Anemia yang parah (kurang dari 6 gr/desiliter darah) dapat
menyebabkan nyeri.

d. Penyebab Anemia pada Remaja Putri


Menurut Proverawati (2012), penyebab anemia adalah :
1) Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Sel-sel darah normal
yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke
seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belum matur (muda)
dapat juga disekresi kedalam darah. Sel darah yang usianya muda
biasanya gampang pecah sehingga terjadi anemia. Penghancuran sel
darah merah yang berlebuhan dapat disebabkan oleh :
a) Masalah dengan sumsum tulang seperti
limfoma,leukemia,atau multiple myeloma
b) Masalah dengan system kekebalan tubuh.
c) Kemoterapi
d) Penyakit kronis seperti AIDS
2) Kehilangan darah
Kehilangan darah dapat disebabkan oleh :
a) Perdarahan : menstruasi, persalinan
b) Penyakit : malaria, cacingan, kanker, dan lain-lain
3) Penurunan produksi sel darah merah
Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi
kerusakan pada daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi
tidak tersedia. Penurunan produksi sel darah dapat terjadi akibat :
a) Obat-obatan/ racun
b) Diet yang rendah, vegetarian ketat
c) Gagal ginjal
d) Genetik, seperti talasemia
e) Kehamilan
Beberapa faktor kebiasaan dan sosial budaya turut memperburuk
kondisi anemia dikalangan perempuan yaitu :
a) Kurang mengkonsumsi bahan makanan hewani
b) Kebiasaan diet untuk mengurangi berat badan
c) Budaya atau kebiasaan di keluarga sering menomorduakan
perempuan dalam hal makanan
d) Pantangan tertentu yang tidak jelas kebenarannya seperti
perempuan hamil jangan makan ikan karena bayinya akan bau amis
e) Kemiskinan yang menyebabkan mereka tidak mampu
mengkonsumsi makanan yang bergizi (Hasmi, dkk, 2010).
Menurut Merryana, dkk (2012) mengatakan faktor-faktor pendorong
anemia pada remaja putri adalah :
a) Adanya penyakit infeksi yang kronis
b) Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri
c) Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan
d) Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk
Penyebab anemia menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah :
Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri)
lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan
zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani,
sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
a) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga
membatasi asupan makanan
b) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang
diekskresi, khususnya melalui feses (tinja)
c) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana
kehilangan zat besi +1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan
zat besi lebih banyak dari pada pria.
e. Dampak Anemia pada Remaja Putri
Menurut Merryana, dkk (2012), dampak anemia bagi remaja putri
adalah :
1) Menurunnya kesehatan reproduksi
2) Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan
3) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
4) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
5) Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran
6) Mengakibatkan muka pucat
f. Klasifikasi Anemia pada Remaja Putri
Berdasarkan aspek etiologinya, anemia dapat diklasifikasikan
menjadi:
1) Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam
jiwa pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel darahnya
diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi. Anemia aplastik
dapat kongenital, idiopatik (penyebabnya tidak diketahui), atau
sekunder akibat penyebab-penyebab industri atau virus (Price, 2006).
2) Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di
dunia dan terutama sering dijumpai pada perempuan usia subur,
disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan. Menurut Almatsier
(2005), anemia defisiensi besi atau anemia zat besi adalah anemia
yang disebabkan oleh kekurangan zat besi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau
karena gangguan absorbsi.

3) Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang sering disebabkan
oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan
gangguan sintesis DNA, disertai kegagalan maturasi dan pembelahan
inti. Defisiensi-defisiensi ini dapat sekunder akibat malnutrisi,
defisiensi asam folat, malabsorbsi, kehilangan faktor intrinsik (seperti
pada anemia pernisiosa danpascagastrektomi), infestasi parasit,
penyakit usus, dan keganasan, serta sebagai akibat agens-agens
kemoterapeutik (Price, 2006).
g. Diagnosis Anemia
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis juga memainkan peran penting
dalam mendiagnosis penyebab anemia. Beberapa fitur penting dalam
sejarah medis meliputi pertanyaan tentang sejarah keluarga, sejarah pribadi
sebelumnya anemia atau kondisi kronis lainnya, obat, warna tinja dan urin,
perdarahan bermasalah dan pekerjaan serta kebiasaan social (Proverawati,
2011).
h. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja putri
1) Pencegahan
Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan mengobati anemia
adalah :
a) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi
i. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari
bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur)
dan bahan mkanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, tempe).
ii. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin c (daun katuk, daun singkong,
bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat
untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
b) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum
Tablet Tambah Darah (TTD). Tablet tambah darah adalah tablet
besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Ferro Sulfat
atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Wanita dan
remaja putri perlu minum tablet tambah darah karena wanita
mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti
darah yang hilang.
Wanita mengalami hamil, menyusui, sehingga zat besinya
sangat tinggi yang perlu dipersiapkan sedini mungkin
semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu mengobati
wanita dan remaja putri yang menderita anemia,
meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan kerja dan
kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus.
Anjuran minum yaitu minumlah 1 (satu) tablet tambah
darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet
setiap hari selama haid. Minumlah tablet tambah darah
dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi
karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam
tubuh sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
c) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat
anemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
2) Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan
besi antara lain:
a) Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan
kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.
b) Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti
daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah
yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk
meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau
mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang
mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
c) Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi
Anemia di daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian
suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
d) Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi
besi tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan
yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung
phosphate dan kalsium.
e) Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit
masih merupakan pilihan untuk skrining anemia (Lubis,
2008).
i. Faktor - faktor Terjadinya Anemia Pada Remaja Putri
Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia. Di
antaranya Meliputi :
1) Menstruasi
Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus
menstruasi yang tidak normal. Kehilangan banyak darah saat
menstruasi diduga dapat menyebabkan anemia (Niken, 2013).
Hampir semua wanita pernah mengalami perdarahan
berlebih saat menstruasi, bahkan sebagian wanita harus
mengalami hal ini setiap datang bulan. Tiap wanita mempunyai
siklus menstruasi yang berlainan, normalnya dalam satu siklus
kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total
kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm (Anonymous, 2013).
Menstruasi dikatakan tidak normal saat seorang wanita
mengalami menstruasi dengan jangka waktu panjang. Di mana
umumnya wanita hanya mengalami menstruasi satu kali dalam
sebulan, tetapi pada beberapa kasus, ada yang mengalami hingga
dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah yang dikatakan
menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Niken,
2013).

2) Pola makan
Kebiasaan makan adalah cara seseorang dalam memilih dan
memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh
psikologis, fisiologi, budaya dan sosial. Kebiasaan makan adalah
suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola
makanan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam
keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara memilih
makanan.
Pola dan gaya hidup modern membuat remaja cenderung
lebih menyukai makan di luar rumah bersama kelompoknya.
Remaja putri sering mempraktikkan diet dengan cara yang
kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan,
membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk mencegah
kegemukan. Pada umumnya remaja mempunyai kebiasaan
makan yang kurang baik. Beberapa remaja khususnya remaja
putri sering mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak
seimbang dibandingkan dengan kebutuhannya karena takut
kegemukan dan menyebut makan bukan hanya dalam konteks
mengkonsumsi makanan pokok saja tetapi makanan ringan juga
dikategorikan sebagai makan (Arisman, 2004).
3) Riwayat penyakit
Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat
menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah
yang cukup. Orang yang memiliki HIV/AIDS juga dapat
mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan
untuk pengobatan penyakit (Zen, 2013).
Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan
anemia. Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui,
tetapi setiap berlangsung lama dan kondisi medis yang
berkelanjutan seperti infeksi kronis atau kanker dapat
menyebabkan anemia (Proverawati, 2011).
Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mudah terkena infeksi. Telah diketahui secara luas bahwa infeksi
merupakan faktor yang penting dalam menimbulkan kejadian
anemia, dan anemia merupakan konsekuensi dari peradangan
dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi
(Arumsari, 2009).
4) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik erat kaitannya dengan kesehatan tubuh secara
keseluruhan. Tubuh yang sehat mampu melakukan aktivitas fisik
secara optimal, sebaliknya aktivitas fisik yang dilakukan secara
rutin dalam porsi yang cukup mempunyai dampak positif bagi
kesehatan badan (Arumsari, 2008).
Pola aktivitas remaja didefinisikan sebagai kegiatan yang
biasa dilakukan oleh remaja sehari-hari sehingga akan
membentuk pola.
Aktivitas remaja dapat dilihat dari bagaimana cara remaja
mengalokasikan waktunya selama 24 jam dalam kehidupan
sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan secara rutin
dan berulang-ulang (Arumsari, 2008).
Aktivitas fisik selama 24 jam dibagi menjadi lima yaitu
aktivitas tidur, aktivitas berat (olah raga seperti jogging, sepak
bola, atletik, dan sebagainya), aktivitas sedang (belajar, naik
tangga, mencuci, mengepel, menyetrika,menyapu, dan
sebagainya), aktivitas ringan (kegiatan sambil berdiri), dan
aktivitas rileks (duduk, berbaring, dan sebagainya). Aktivitas
fisik penting untuk mengetahui apakah aktivitas tersebut dapat
mengubah status zat besi. Performa aktivitas akan menurun
sehubungan dengan terjadinya penurunan konsentrasi
hemoglobin dan jaringan yang mengandung zat besi. Zat besi
dalam hemoglobin, ketika jumlahnya berkurang, secara ekstrim
dapat mengubah aktivitas kerja dengan menurunkan transpor
oksigen (Arumsari, 2008).

B. Teori EBM
1. Menurut Penelitian Model Pembelajaran Reproduksi Sehat Melalui
Kelompok Sebaya Pada Remaja Putri.
Masalah remaja merupakan kondisi yang perlu diperhatikan
dalam pembangunan nasional di Indonesia. Masalah remaja terjadi,
karena mereka tidak dipersiapkan mengenai pengetahuan tentang aspek
yang berhubungan dengan masalah peralihan dari masa anak ke dewasa.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh remaja saat ini adalah tentang
kesehatan remaja terutama terkait dengan kesehatan reproduksi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pra
eksperimen dengan pendekatan pre – post test design, dengan tujuan
menyusun model pembelajaran reproduksi sehat melalui kelompok sebaya
di pesantren tradisional dan menganalisis aplikasi dari pembelajaran
melalui kelompok sebaya terhadap pengetahuan santriwati tentang
reproduksi sehat.
Sampel penelitian ini adalah santriwati yang ada di pesantren
Gunung Sepikul berjumlah 50 santriwati, dengan tehnik purposive
sampling. Pada Pelaksanaan penelitian, 50 sampel santriwati dibagi
menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok teridiri dari 10
santriwati. Selanjutnya tiap kelompok ditunjuksatu sebagai tutor bagi
kelompoknya. Peneliti memberikan kuesioner kepada seluruh sampel
sebelum perlakuan dan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan tutor
oleh peneliti untuk bisa menjadi tutor bagi kelompoknya. Tutor yang
dipilih adalah santriwati yang cakap, mudah bergaul,mampu
menyampaikan informasi dan mempunyai wawasan yang luas.
Selanjutnya pelaksanaan tutor sebaya tentang kesehatan reproduksi
berlangsung selama 1 bulan dengan pendampingan peneliti. Dan setelah
itu peneliti membagikan kuesioner untuk dilakukan analisis setelah
tindakan pada 50 sampel.
Hasil analisis dengan menggunakan uji Spearman’s rhodidapatkan
nilai P value 0,00 dimana nilai tersebut < lebih kecil dari 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pembelajaran reproduksi sehat
melalui kelompok sebaya terhadap pemahaman santriwati.
2. Menurut penelitian Studi Komparasi Penyuluhan Audio Visual Dan Peer
Group Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Di
Smp N 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta.
Menurut SDKI-R tahun 2007, pengetahuan remaja umur 15-24
tahun tentang kesehatan reproduksi masih rendah, 21 % remaja
perempuan tidak mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada
remaja laki-laki saat pubertas. Sementara itu pengetahuan remaja
terhadap kesehatan reproduksi masih sangat rendah (BKKBN, 2011).
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Menurut hasil kesepakatan
International Conferrence On Population and Development (ICPD) di
Kairo, terdapat upaya safe motherhood dan dapat dicapai dengan
menyediakan pelayanan kesehatan ibu yang bermutu pada semua
wanita selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. (Kusmiran,
2011).
Peer teaching merupakan suatu metode tutorial, dimana siswa yang
pintar mengajar temannya dalam kelompoknya (Anonim, 2006). Dobos
dan Susan dalam Plenari (2012), menyebutkan bahwa dalam peer group
teaching siswa mengadopsi peranan guru pada proses pembelajaran.
Dengan metode ini siswa dituntut untuk belajar lebih giat karena mereka
akan saling belajar dan mengajar dalam kelompoknya dan dilanjutkan
dengan presentasi, sehingga pada akhirnya akan terjadi pembelajaran
aktif, kreatif, enak dan menyenangkan (PAKEM).
Perspektif belajar berdasar regulasi diri menempatkan siswa
untuk bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu
siswa tidak seharusnya bergantung pada guru untuk belajar, namun
siswa seharusnya mandiri dalam belajar sepanjang hidupnya. Di sisi
lain, banyak faktor yang mempengaruhi belajar regulasi-diri, antara
lain metode pembelajaran tutor teman sebaya (Arjanggi & Suprihatin,
2011).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu
(Quasi Eksperimen Design), dengan rancangan Non Equivalent
Control Group dan pendekatan waktu Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X SMP N 1 Ngaglik Sleman sebanyak
191 siswa/ siswi yaitu terdiri dari6 kelas. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Jumlah sampel yang
digunakan 110 siswa/ siswi. Alat yang digunakan untuk mengumpulan
data dalam penelitian ini adalah kuesioner (daftar pertanyaan).
Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan Peer group didapat sebelum diberi penyuluhan didapat tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi dengan Peer group.paling banyak pada
kategori cukup sebanyak 32 responden (57,1%), sedangkan paling sedikit
pada kategori kurang sebanyak 1 responden (1,8%). Hasil penelitian
setelah diberi penyuluhan paling banyak pada kategori baik sebanyak 36
responden (64,3%) dan paling sedikit pada kategori kurang sebanyak
1 responden (1,8%).
Untuk mengetahui perbedaan pada sebelum dan sesudah
penyuluhan metode Peer group diketahui dengan uji wilxocon metode
Peer group Nilai p-value didapat 0,024 sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan Peer group.sebelum dan sesudah penyuluhan.
Menurut Arjanggi dan Suprihatin, (2011). Metode tutor sebaya
adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari
kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi teman -
temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk
memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee)
yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan
dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok
tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang
bersifat kooperatif bukan kompetitif.
3. Menurut Penelitian Pengaruh Peer Education Terhadap Perilaku Merokok
Pada Remaja Di Sman “X” Denpasar.
Remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungannya.
Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor risiko bagi
remaja dalam perilaku yang tidak sehat (Tarwoto dkk, 2012).
Remaja dengan masalah kesehatan berisiko besar untuk mengalami
pencapaian yang rendah, masalah kesehatan utama pada remaja seperti
merokok, penggunaan alkohol, penggunaan narkoba, seks pra nikah,
cedera olahraga, tawuran, pembunuhan, kebut-kebutan di jalan,
masalah mental dan emosional (Smeltzer dan Bare, 2012 ).
Salah satu upaya untuk memberikan informasi tentang bahaya
merokok pada remaja adalah melalui teman sebaya (peer group).
Dalam peer group, individu menemukan dirinya serta dapat
mengembangkan rasa sosialnya sejalan dengan perkembangan
kepribadiannya. Menurut Aricipta (2013). Terdapat suatu metode yaitu
metode peer education yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi
kelompok, yang diutamakan dalam pemberian informasi kesehatan
adalah antar kelompok sebaya. Menurut Lundy dan Janes (2009),
motode peer education menunjukkan sumber umum untuk pemberian
informasi.
Dalam motode ini, remaja dilatih untuk memimpin program
pencegahan dalam kelompok sebaya.Menurut Nurhayati (2008), remaja
memiliki kecenderungan yang sangat intensif dengan teman sebayanya
daripada dengan orang tuanya. Remaja melakukan sesuatu secara
bersama-sama dengan temannya daripada melakukannya sendiri dengan
kelompok teman sebayanya. Proses pertemanan dalam kelompok sebaya
menciptakan remaja merasa dirinya dibutuhkan. Sehingga pemberian
informasi kesehatan kepada kelompok sebaya dapat lebih mudah
diterima oleh remaja.
Dari hasil penelitian bahwa setelah diberikan peer education oleh
fasilitator, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan,
sikap dan psikomotor remaja sebelum dan setelah diberikan peer
education. hasil uji statistik terhadap pengetahuan, sikap dan psikomotor
remaja tentang perilaku merokok didapatkan p = 0,000  α = 0,05.
Sehingga Ho ditolak yang berarti ada pengaruh peer education
terhadap perilaku merokok pada remaja di SMAN “X” Denpasar.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
antara pengetauan, sikap dan psikomotor sebelum dan setelah diberikan
intervensi peer education yang artinya pengetahuan dapat dipelajari
dengan modul yang diberikan kepada kelompok sebayanya. Sikap dan
psikomotor dapat meningkat melalui proses belajar dengan cara
mempraktikkannya di kehidupan seharihari. Dalam merubah perilaku
individu diperlukannya adanya kesiapan individu untuk merubah diri
individu itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai