Anda di halaman 1dari 10

Wanaraksa Vol. 9 No.

2 September 2015

STRUKTUR POPULASI DAN SEBARAN SERTA KARAKTERISTIK


HABITAT
HURU SINTOK (Cinnamomum sintocBl) DI RESORT CILIMUS
TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

Agus Yadi Ismail, Iing Nasihin, Didin Juhendar


Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan
Jl. Cut Nyak Dhien 36 A, Kuningan, Jawa Barat

ABSTRAK
Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada
di Propinsi Jawa Barat.Kawasan konservasi memiliki fungsi utama sebagai perlindungan
keanekaragaman hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktut populasi, sebaran
spasial dan karakteristik habitat Huru Sintok di kawasan Resort Cilimus, Taman Nasional
Gunung Ciremai.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2015. Data yang digunakan
berupa sekunder meliputi kondisi umum lokasi dan data primer meliputi data titik koordinat,
analisis vegetasi, nama spesies, jumlah individu setiap spesies, diameter batang, tinggi pohon,
kelerengan, ketinggian tempat, dan suhu lokasi pengamatan. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Dominansi (C), Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Indeks Kekayaan Jenis
(R).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur populasi Huru Sintok berbentuk piramida
dengan dasar yang luas artinya banyaknya pohon paling banyak dijumpai pada kelas umur
rendah dan semakin menurun dengan bertambahnya kelas diameter, hasil ini menunjukkan
bahwa Huru Sintok dapat beregenerasi dengan baik yang terlihat dengan jumlah semai yang
melimpah. Sebaran Huru Sintok cenderung individual dan jarang ditemukan mengelompok.
Adanya pohon Huru Sintok yang ditemukan di kawasan penelitian diduga karena Huru Sintok
dapat beradaptasi dengan baik di habitat pada kawasan hutan Resort Cilimus yang masih kaya
akan unsur organik karena hutan tersebut merupakan kawasan konservasi. Karakteristik habitat
Huru Sintok dijumpai dengan ketinggian 500-1100 m dpl, dengan kelerengan mulai dari 10-45
%, suhu mulai dari 19-26°C dan vegetasi penyusun Huru Sintok didominasi oleh famili
Lauraceae dan Euphorbiaceae.

Kata Kunci : Huru Sintok, Struktur Populasi, Sebaran Spasial, Karakteristik Habitat.

PENDAHULUAN kawasan konservasi juga memiliki fungsi


sampingan seperti menjaga tata air,
Latar Belakang
kawasan lindungdan sebagai kawasan
Taman Nasional Gunung Ciremai
wisata alam.
merupakan salah satu kawasan konservasi
Pengelolaan kawasan konservasi
yang berada di Propinsi Jawa Barat.
harus dilakukan supaya fungsi utama
Kawasan konservasi memiliki fungsi
sebagai perlindungan keanekaragaman
utama sebagai perlindungan
hayati tetap berlangsung lestari. Namun
keanekaragaman hayati. Selain sebagai
dalam kenyataannya pengelolaan kawasan
perlindungan keanekaragaman hayati,

20
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

konservasi tidaklah mudah karena adanya Habitat Huru Sintok (Cinnamomum sintoc)
gangguan-gangguan baik dari dalam di Resort Cilimus Taman Nasional Gunung
maupun dari luar. Gangguan dari luar Ciremai Kuningan Jawa Barat.
seperti adanya pencurian kayu dan
penebangan liar, serta pemburuan satwa Rumusan Masalah
yang dilindungi. Berdasarkan uraian dalam latar
Penebangan pohon Huru Sintok yang belakang, maka yang menjadi masalah
secara sembarangan dapat menyebabkan adalah belum adanya data mengenai
populasi pohon Huru Sintok berkurang gambaran susunan populasi dan posisi
bahkan musnah. Sehingga dengan geografis dari Huru Sintok (Cinnamomum
berkurangnya populasi Huru Sintok sintoc) di Resort Cilimus Taman Nasional
(Cinnamomum sintoc) dapat berdampak Gunung Ciremai sehingga belum diketahui
buruk terhadap kestabilan ekosistem. komposisi populasi dari huru tersebut
Sintok umumnya tumbuh di hutan-hutan secara kuantitatif. Oleh karena itu
pada ketinggian sampai dengan 1.700 m penelitian mengenai struktur dan sebaran
diatas permukaan laut. Biasanya ditemukan serta karakteristik habitat Huru Sintok di
di antara perdu dan semak hutan-hutan Resort Cilimus Taman Nasional Gunung
sekunder, pada daerah yang tidak ternaungi Ciremai perlu dilakukan guna memberikan
atau terbuka. Tanaman ini cenderung data terkini dari gambaran populasi huru
individual, jarang ditemukan tersebut. Gambaran mengenai huru ini
mengelompok. Selain sebagai penghasil dapat menjadi acuan dasar dalam
minyak atsiri, sintok sering digunakan mengontrol dan memprediksi dinamika
sebagai bahan kayu bakar dan bahan populasi yang akan terjadi.
bangunan, selain itu juga kayu sintok juga
digunakan sebagai bahan obat untuk Tujuan
menyembuhkan sakit encok dan digigit Tujuan dari penelitian ini adalah:
serangga, disentri, sariawan dan cacingan. 1. Mengetahui struktur populasi Huru
Kulit kayunya juga digemari sebagai obat, Sintok di Resort Cilimus Taman
baunya yang khas berasal dari minyak Nasional Gunung Ciremai.
eugenol yang dapat digunakan sebagai 2. Mengetahui sebaran Huru Sintok di
bahan kosmetik. Minyak atsiri yang Resort Cilimus Taman Nasional
terkandung dalam kayunya dapat memberi Gunung Ciremai
wangi dan juga mempunyai sifat anti 3. Mengetahui Karakteristik Habitat Huru
bakteri (Dzulkarnain dan Wahjoedi, 1996). Sintok di Resort Cililmus Taman
Selain memiliki potensi Nasional Gunung Ciremai.
keanekaragaman hayati tinggi, kawasan
Resort Cilimus juga merupakan daerah Manfaat
resapan air bagi kawasan di sekitarnya, Manfaat dari penelitian ini adalah :
selain itu juga merupakan habitat bagi 1. Memberikan informasi mengenai
Huru Sintok. Dalam upaya konservasi gambaran susunan populasi Huru
sintok, maka perlu dilakukan studi untuk Sintok di Resort Cililmus Taman
mengetahui struktur dan sebaran serta Nasional Gunung Ciremai.
karakteristik Habitat Huru Sintok di Resort 2. Memberikan informasi mengenai
Cilimus Taman Nasional Gunung Ciremai. sebaran Huru Sintok di Resort
Olehkarena hal itu penulis tertarik untuk Cililmus Taman Nasional Gunung
mengadakan penelitian tentang Struktur Ciremai.
Populasi dan Sebaran Serta Karakteristik

21
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

3. Dapat mengetahui spot-spot yang berbeda pada waktu tertentu (Smith,


keberadaan Huru Sintok di Resort 1986). Untuk penyebutan selanjutnya
Cililmus Taman Nasional Gunung cukup digunakan struktur populasi saja.
Ciremai berdasarkan data sebaran
spasialnya, sehingga lebih Sistem Informasi Geografis
mempermudah dalam melakukan Aronoff (1989) yang diacu dalam
kontrol populasinya. Prahasta (2002) Sistem Informasi
Geografis (SIG) didefinisikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA sistem yang berbasiskan komputer yang
Struktur populasi digunakan untuk menyimpan dan
Populasi meupakan suatu kelompok memanipulasi informasi- informasi
individu darispesies yang sama yang geografi. SIG dirancang untuk
menempati suatu area tertentu dan pada mengumpulkan, menyimpan dan
waktu tetentu (Michael, 1995). Menurut menganalisis objek- objek dan fenomena di
Browzer dan Zar (1977) populasi mana lokasi geografi merupakan
merupakan kumpulan dari individu- karakteristik yang penting atau kritis untuk
individu sejenis yang hidup pada suatu area dianalisis. Dengan demikian, SIG
dan memiliki cici-ciri struktur tertentu merupakan sistem komputer yang memiliki
yang tidak ditemukan pada individu- empat kemampuan berikut dalam
individu penyusunnya. Populasi dapat juga menangani data yang bereferensi geografi:
diartikan sebagai kumpulan organisme a) masukan, (b) manajemen data
dengan sejumlah karakteristik umum, (penyimpanan dan pemanggilan data), (c)
ditemukan pada suatu area yang sama, analisis dan manipulasi data, (d) keluaran.
tidak terdapat penghalang yang mencegah
individu anggota untuk mengadakan kawin Sebaran Populasi
silang atau interbreeding secara bebas atau Sebaran adalah pengaturan individu-
dengan yang lainnya ketika individu individu populasi secara horizontal dalam
heteroseksual ditemukan bersama sebuah habitat. Pengetahuan tentang
(Boughey, 1973). persebaran populasi ini penting karena
Populasi hewan maupun tumbuhan derajat pengelompokannya mempunyai
sangat bervariasi dalam proporsi individu pengaruh yang lebih besar dalam populasi
berumur muda dan tua. Unit waktu, seperti dari pada nilai rata-rata per unit area
minggu, bulan atau tahun digunakan untuk (Brower dan Zar,1977; Greg-Smith, 1983;
menentukan umur atau dapat juga Ludwig dan Reynolds, 1988). Menurut
ditentukan dengan kelas kelas umur secara Odum (1993), sebaran atau distribusi
kualitatif seperti tetasan, muda, agak individu didalam populasi mengikuti salah
dewasa,dan dewasa. Untuk tumbuhan satu dari tiga pola penyebaran yang ada,
biasanya digunakan tingkat pertumbuhan yaitu distribusi acak, seragam dan
pohon untuk untuk membagi tingkat hidup, mengelompok.
seperti semai, sapihan, tiang, dan
pohon.Proporsi individu pada kelompok- Huru Sintok (Cinnamomum sintoc)
kelompok umur yang berbeda secara Huru Sintok dikenal dengan nama
kolektif dinamakan dengan struktur umur Sintok umumnya tumbuh di hutan-hutan
atau struktur populasi secara vertikal pada ketinggian 700 – 1.700 m diatas
(Browzer dan Zar,1977). Struktur umur permukaan laut. Biasanya ditemukan di
populasi ditunjukan oleh proporsi setiap antara perdu dan semak hutan-hutan
distribusi umur atau tingkat pertumbuhan sekunder, pada daerah yang tidak ternaungi

22
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

atau terbuka (Backer and van de Brink, 2015. Pengambilan data dilakukan di
1963). Tanaman ini cenderung individual, kawasan hutan Resort Cilimus Taman
jarang ditemukan mengelompok. Hidayat Nasional Gunung Ciremai, Kuningan Jawa
(2006) menyebutkan terdapat kesenjangan Barat.
antara jumlah pohon sintok dan anakannya,
sehingga diduga tanaman ini menemui Alat dan Bahan
kesulitan dalam regenerasinya di alam. Bahan yang digunakan dalam
Dilaporkan bahwa keberadaan sintok di P. penelitian ini berupa sampel tumbuhan
Jawa jumlahnya semakin sedikit, bahkan Huru Sintok (Cinnamomum sintoc). Alat
Rifai et. al. (1992) menyebutkan sintok yang digunakan antara lain : roll meter,
termasuk sebagai tumbuhan obat di Jawa pita meter, GPS, kompas, kamera, tally
yang berstatus terkikis. sheet, tali rapia, alat tulis, termometer
Tinggi pohon sampai 35 m dan suhu, golok dan plastik spesimen.
diameter 70 cm, tumbuh tersebar antara
700 – 1.700 mdpl, batang bengkok, banyak Jenis Data
banir, bulat dengan tajuk agak tinggi. Data Primer
Kayunya ringan, lunak, agak padat dan Data yang dikumpulkan meliputi
struktur halus, warna coklat merah gading nama spesies, jumlah individu setiap
dengan semu perak coklat keabu-abuan. spesies, diameter batang, tinggi pohon,
Berbau menyerupai adas dan lada, tetapi kelerengan, ketinggian tempat, dan suhu
baunya cepat hilang. Kayu kurang awet lokasi pengamatan.
jarang digunakan untuk bahan bangunan. Data Sekunder
Kulit yang tebalnya 3 – 6 mm mempunyai Data sekunder merupakan data yang
bau dan rasa cengkeh, rapuh, tidak rata, diperoleh dari studi pustaka/literatur
tidak banyak retak, di luar berwarna kelabu maupun gambaran umum lokasi penelitian.
tua di tengah dan di dalam putih
kemerahmerahan, setelah kena udara Metode Pengambilan Data
berubah menjadi orange, digunakan Analisis Vegetasi
sebagai obat. Obat terhadap serangan Pengambian data di lapangan
hewan beracun, menghilangkan sakit menggunakan teknik Purposive sampling,
kejang, murus dan penyakit kelamin. yaitu dilakukan dengan cara mencari
Pohon sintok dapat mencapai tinggi 20 – pohon Huru Sintok yang tumbuh kemudian
30 m, batangnya coklat kehitaman, dengan membuat petak contoh. Kondisi jalur
diameter 70 cm, sedangkan kayunya tersebut dibagi 20 x 20m untuk pohon, 10
berwarna coklat kemerahan, berbau harum x 10m untuk tiang, 5 x 5m untuk pancang
seperti cengkih. Daun sintok melonjong dan 2 x 2m untuk semai.Lokasi
dengan ukuran panjang 7 – 17,5 cm dan pengamatan terdiri dari tiga lokasi yaitu
lebar 2,5 – 5,5 cm, tulang daun menjari Blok Cibeureum, Jalur Pendakian
tiga, daun muda berwarna merah-ungu Linggarjati dan Jalur Pendakian
kehijauan, permukaan daunnya mengkilat. Linggasana.
Pohon ini memiliki perbungaan yang Data Sebaran
berbentuk malai (Anonimous, 2008). Pengambilan data sebaran populasi
dilakukan dengan menggunakan GPS. Di
METODOLOGI PENELITIAN lokasi yang ditemui keberadaan populasi
Lokasi dan Waktu huru ditandai koordinatnya menggunakan
Pengambilan data dilaksanakan GPS. Setelah koordinat didapatkan
Bulan Maret 2015 sampai Bulan April

23
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

selanjutnya diolah dengan menggunakan g. Indexs Nilai Penting (INP)


software Arc. GIS. Tingkat semai, pancang dan tumbuhan
bawah
Data Karakteristik Habitat INP = KR + FR
Pengambilan data karakteristik habitat Tingkat tiang dan pohon :
meliputi ketinggian, kelerengan, suhu, INP = KR + FR + DR
tanah dan jenis vegetasi.
Indeks Dominansi (C)
Analisis Data Untuk menentukan Indeks Dominansi
Indeks Nilai Penting (INP) Jenis digunakan rumus sebagai berikut
Kelimpahan jenis vegetasi diketahui (Simpson, 1949 dalam Misra, 1980):
berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP). 𝑛𝑖
C = ∑[ ]²
Indeks Nilai Penting suatu jenis dalam 𝑁
Dimana :
komunitas tumbuhan memperlihatkan
C = Indeks dominansi
tingkat peranan jenis-jenis tersebut dalam
N = Total nilai penting
suatu komunitas. Indeks Nilai Penting
ni = Nilai penting masing-masing jenis
ditentukan menggunakan tiga parameter
kuantitatif yang akan memberikan
Nilai indeks dominansi jenis akan
gambaran komposisi tumbuhan yaitu
bernilai satu atau mendekati satu apabila
Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif dan
dominansi dipusatkan pada satu atau
Dominansi Relatif.
sedikit jenis. Sebaliknya, komunitas hutan
Rumusan Indeks Nilai Penting
yang diamati didominasi oleh banyak jenis,
berdasarkan Indrianto (2005), adalah
maka nilai indeks dominansi jenisnya akan
sebagai berikut:
bernilai rendah atau bahkan mendekati nol.
a. Kerapatan (K)
Jumlah individu Indeks Keanekaragaman Shannon-
= Wiener (H’)
Luas petak ukur
Untuk menganalisis keanekaragaman
b. Kerapatan relatif (KR) vegetasi suatu areal menggunakan Indeks
=
Kerapatan suatu jenis x 100% Shannon-Wiener, dengan
Kerapatan seluruh jenis mempertimbangkan jumlah jenis dan
jumlah masing-masing individu per jenis
c. Frekwensi (F) yang ditemukan. Persamaan yang
Jumlah petak penemuan suatu jenis
= digunakan yaitu :
Jumlah seluruh petak
H’ = -∑(Pi Ln Pi)
𝐧𝐢
d. Frekwensi relatif (FR) Pi =
𝐍
Frekwensi suatu jenis x 100 Keterangan :
=
Frekwensi seluruh jenis
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
Pi = Perbandingan jumlah suatu jenis
e. Dominansi (D) terhadap jumlah seluruh jenis
Luas bidang dasar
= ni = Jumlah individu jenis
Luas petak ukur
N = Jumlah individu semua jenis
f. Dominansi relatif (DR) Nilai indeks keanekaragaman jenis
Dominansi suatu jenis x 100 dapat diklasifikasikan dalam beberapa
=
Dominansi seluruh jenis tingkatan. Umumnya para ahli ekologi
membuat peringkat nilai keragaman tinggi

24
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

jika nilai H’ > 3,0. Sedang jika nilai H’


adalah 2-3 dan rendah jika nilai H’ < 2. Data Primer

Indeks Kemerataan (E) Software Arc GIS 10.0


Nilai kemerataan/Evenness dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut
Layer  Spot Huru
(Southwood and Henderson, 2000): Sintok
𝐇
E=
𝐋𝐨𝐠 (𝐒)
 Jalan
Overlay Peta Resort
Dimana :  Sungai
E = Indeks kemerataan (evenness)  Kontur
Layout Peta
H = Indeks Shanon-Wiener
S = Jumlah jenis (spesies)
Konsep kemerataan ini menunjukkan Peta Sebaran Huru
derajat kemerataan atau kelimpahan Sintok
individu pada setiap jenis. Jika jumlah Gambar 1. Proses pembuatan peta
individu tumbuhan yang ditemukan
tersebar merata pada setiap jenis, maka Data yang dihasilkan nantinya berupa
nilai E akan mendekati satu, tetapi jika point-point koordinat/letak dimana terdapat
individu yang ada tersebar tidak merata populasi Huru Sintok didalam peta
pada setiap jenis, maka nilai E akan kawasan Resort Cilmus Taman Nasional
mendekati nol. Gunung Ciremai.
Indeks Kekayaan Jenis (R)
Untuk mengukur nilai kekayaan HASIL DAN PEMBAHASAN
jenis digunakan rumus Margalef dalam Struktur Populasi Huru Sintok
Odum (1959) dalam Misra (1980): Untuk melihat perbandingan
𝐒−𝟏
jumlah dari tiap-tiap tingkat pertumbuhan
R= Huru Sintok dapat dilihat pada diagram
𝐥𝐨𝐠(𝐍)
Dimana : batang berikut :
R = Indeks Margalef 400 333.33
Kerapatan (Ind/Ha)

S = Jumlah jenis (spesies) 300


N = Jumlah total individu
200 107
Kekayaan jenis menunjukkan
100 20 13.33
banyaknya jenis dan banyaknya individu
pada setiap jenis, semakin tinggi jumlah 0
jenis dan jumlah individu setiap jenis, Jumlah
maka nilai R akan semakin tinggi. Individu

Analisis Data Sebaran Gambar 2. Grafik perbandingan jumlah


Analisis data mengenai sebaran spasial dari tiap-tiap tingkat pertumbuhan Huru
Huru Sintok dilakukan dengan Sintok
menggunakan software Arc.GIS 10.0.
Koordinat Sistem UTM (Universal Tranper Hasil pengamatan pada diagram
Mercatum) Zona 49.S. Proses pembuatan batang diatas terlihat jumlah semai 333
peta seperti yang tercantum dibawah ini pohon/ ha, yang mempunyai jumlah yang
lebih besar dibandingkan dengan pancang

25
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

yang berjumlah 107 individu/ ha, berada pada tingkat semai, diikuti tingkat
sementara untuk jumlah tiang sekitar 20 tiang dan pohon, sedangkan jumlah jenis
tiang/ha dan pohon berjumlah 13 pohon/ terendah pada tingkat pancang.
ha. Banyaknya semai daripada pohon Berdasarkan penghitungan Indeks
diduga karena pertumbuhan semai yang Nilai Penting (INP) untuk semua jalur telah
baik meningkatkan tingkat pertumbuhan diketahui urutan jenis tumbuhan yang
pohon Huru Sintok. Dalam keadaan normal mempunyai nilai INP tertinggi sampai
suatu populasi yang lebih besar jumlah terendah. Empat jenis tumbuhan yang
semai, kemudian sapihan, kemudian tiang mempunyai urutan INP tertinggidiketahui
lalu pohon, ini menunjukkan bahwa bahwa pada tingkat semai jenis yang
populasi Huru Sintok adalah populasi yang dominan berdasarkan nilai INP adalah
sedang berkembang. Huru Dapung (Actinodaphne glomerata)
Dari gambaran diagram tersebut dengan indeks nilai penting sebesar
membentuk struktur tegakan normal hutan 18,36%, pada tingkat pancang jenis yang
tidak seumur, yaitu banyaknya pohon dominan adalah Huru Meuhmal (Litsea
paling banyak pada kelas umur rendah dan tomentosa) dengan indeks nilai penting
semakin menurun dengan bertambahnya sebesar 20,27%, pada tingkat tiang jenis
kelas diameter, hasil ini menunjukkan yang dominan adalah Beunying (Ficus
bahwa Huru Sintok dapat beregenerasi Fistulosa) dengan indeks nilai penting
dengan baik yang terlihat dengan jumlah sebesar 33,15%, sedangkan pada tingkat
semai yang melimpah. pohon jenis yang dominan adalah Hantap
Menurut Barbour dkk (1987) (Sterculia cordata) dengan indeks nilai
menyatakan bahwa di alam tumbuhan tidak penting sebesar 37,04 %.
tersebar begitu saja. Perbedaan kondisi Sementara untuk jenis Huru Sintok
lingkungan, ketersediaan daya dukung atau pada tingkat semai berada pada urutan 12
sumber daya untuk bertahan hidup, dari 26 jenis, pada tingkat pancang berada
ekosistem dan gangguan yang muncul pada urutan 5 dari 28 jenis, pada tingkat
hanyalah beberapa faktor yang tiang berada pada urutan 8 dari 20 jenis,
mempengaruhi jumlah populasi dan pola sedangkan pada tingkat pohon berada pada
penyebarannya. Kondisi lingkungan yang urutan 2 dari 30 jenis. Dengan demikian
berbeda tidak cuma mengubah penyebaran tampak bahwa jenis Huru Sintok bukan
dan keberadaan suatu species tumbuhan merupakan jenis dominan di lokasi
saja tetapi juga tingkat pertumbuhan penelitian, namun semakin tinggi tingkat
kesuburan, kelebatan, percabangan, pertumbuhan jenis Huru Sintok maka
sebaran daun, jangkauan akar dan ukuran semakin meningkat tingkat dominasinya
individu sendiri. terhadap jenis lain.

Komposisi Jenis Keanekaragaman Jenis


Berdasarkan hasil analisis vegetasi Hasil perhitungan indeks
pada seluruh jalur pengamatan ditemukan keanekaragaman jenis tumbuhan di lokasi
sekitar 54 jenis yang tergolong kedalam 22 penelitian yang meliputi jumlah jenis, nilai
famili. Untuk tumbuhan tingkat semai indeks dominansi (C), nilai kemerataan
ditemukan sebanyak 30 jenis, tingkat jenis (E), nilai indeks keragaman jenis (Hꞌ)
pancang sebanyak 20 jenis, tingkat tiang dan nilai indeks kekayaan (R) pada ketiga
sebanyak 28 jenis dan tingkat pohon jalur pengamatan.
sebanyak 26 jenis.Dari data tersebut Besarnya nilai indeks dominansi jenis
menunjukkan jumlah jenis paling tinggi pada berbagai tingkat pertumbuhan tidak

26
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

berbeda jauh bahkan hampir sama yaitu lingkungan, ketersediaan daya dukung atau
sebesar 0,05 – 0,07 (C < 1), dengan sumber daya untuk bertahan hidup,
demikian dapat dikatakan bahwa ekosistem dan gangguan yang muncul
komunitas hutan yang diteliti didominasi hanyalah beberapa faktor yang
oleh banyak jenis terutama pada tingkat mempengaruhi jumlah populasi dan pola
semai dan pancang. penyebarannya. Kondisi lingkungan yang
Nilai kekayaan (R) dalam komunitas berbeda tidak cuma mengubah penyebaran
hutan dilokasi penelitian sebesar 19,73 – dan keberadaan suatu species tumbuhan
29,76. Nilai R tertinggi pada tingkat pada saja tetapi juga tingkat pertumbuhan
tingkat pohon, diikuti tingkat pancang dan kesuburan, kelebatan, percabangan,
semai. Sedangkan pada tingkat tiang sebaran daun, jangkauan akar dan ukuran
memiliki nilai terendah. Hasil tersebut individu sendiri. Sebaran Huru Sintok
menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan dapat dlihat pada peta dibawah ini.
yang mempunyai jumlah individu tertinggi Sebaran Huru Sintok pada lokasi
akan mempunyai nilai kekayaan jenis penelitian cenderung indivual dan jarang
tertinggi pula. ditemukan mengelompok. Jumlah individu
Kemerataan jenis pada semua tingkat pada keseluruhan jalur ditemukan 16
pertumbuhan mendekati 1, yaitu > 0,91, individu Huru Sintok. Pada Blok
dengan demikian jumlah individu Cibeureum jumlah individu yang
tumbuhan yang ditemukan pada lokasi ditemukan yaitu 8 individu, masing-masing
penelitian tersebar merata pada setiap jenis. ditemukan individual. Pada kawasan
Nilai kemerataan tingkat semai dan tiang gunung Ciremai yaitu Jalur Pendakian
memiliki nilai yang sama, yaitu 0,94 dan Linggarjati ditemukan 5 individu,
lebih tinggi dibandingkan tingkat sedangkan pada jalur Linggasana
pertumbuhan yang lain. Nilai kemerataan ditemukan 3 individu, pada kedua jalur ini
(E) akan berbanding terbalik dengan nilai Huru Sintok ditemukan individual.
Dominasi (C), jika nilai E tinggi, maka Lokasi pengamatan penelitian
nilai C akan rendah demikian sebaliknya, merupakan suatu kawasan hutan yang
karena dengan meratanya sebaran individu berada pada lereng gunung. Pada kawasan
pada setiap jenis menunjukkan tidak ini masih terdapat banyak tumbuhan lain
adanya jenis yang paling mendominasi. yang ditemukan dan mendominasi kawasan
Keanekaragaman (Hꞌ) untuk semua tersebut. Adanya pohon Huru Sintok yang
tingkat pertumbuhan memiliki ditemukan di kawasan penelitian diduga
keanekaragaman yang berbeda-beda. Dari karena Huru Sintok dapat beradaptasi
hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Hꞌ dengan baik di habitat di kawasan hutan
di lokasi penelitian berkisar antara 2,80 – Resort Cilimus yang masih kaya akan
3,11. Nilai Hꞌ tertinggi pada tingkat unsur organik karena hutan tersebut
pancang dan pohon (3,11) dan terendah merupakan kawasan konservasi.
pada tingkat tiang (2,80’). Dari data
tersebut menunjukkan bahwa tingkat Karakteristik Habitat Huru Sintok
keanekaragaman jenis di lokasi penelitian Berdasarkan hasil analisis vegetasi
tergolong sedang sampai tinggi. pada seluruh jalur pengamatan dilapangan
yang terdiri dari tiga lokasi pengamatan
Sebaran Huru Sintok yaitu Resort Ciberem, Jalur Pendakian
Menurut Barbour dkk (1987) Linggarjati dan Jalur Pendakian
menyatakan bahwa di alam tumbuhan tidak Linggasana ditemukan sekitar 54 jenis
tersebar begitu saja. Perbedaan kondisi yang tergolong kedalam 22 famili. Untuk

27
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

tumbuhan tingkat semai ditemukan Sintok dijumpai pada kelerengan mulai


sebanyak 30 jenis, tingkat pancang dari 0 - < 8% (Datar), sedangkan pada
sebanyak 20 jenis, tingkat tiang sebanyak wilayah Gunung Ciremai dijumpai pada
28 jenis dan tingkat pohon sebanyak 26 kelerengan 0 - < 8% (Datar), 8 - < 15%
jenis. Famili yang banyak dijumpai yaitu (Landai) dan 15 - < 25% (Bergelombang).
Lauraceae (7 Jenis), Euphorbiaceae (5 Berdasarkan pengukuran suhu atau
Jenis) dan Moraceae (5 Jenis). Huru Sintok kelembaban habitat Huru Sintok dijumpai
dijumpai dengan karakteristik habitat yang pada suhu mulai dari 19-26˚ C, pada Blok
beragam. Cibeureum suhu disekitar Huru Sintok 24-
Berdasarkan pengukuran ketinggian 26˚ C, sedangkan pada wilayah Gunung
tempat dilapangan, kelimpahan jenis pohon Ciremai didapat suhu sekitar 19-22˚ C.
Huru Sintok mulai hadir pada ketinggian Semakin tinggi suatu ketinggian tempat
555-1095 m dpl. Diatas ketinggian 1095 m menunjukkan semakin rendah pula suhu di
dpl tidak ditemukan lagi jenis Huru Sintok tempat tersebut.
didalam petak pengamatan maupun diluar Jenis vegetasi penyusun Huru Sintok
petak pengamatan. Pada ketinggian 555- yang ditemukan pada Kawasan Resort
583 m dpl ditemukan sebanyak 8 individu Cilimus memiliki keanekaragaman jenis
dan pada ketinggian 969-1095 m dpl yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari
ditemukan juga sebanyak 8 individu. Hal jumlah jenis dan familinya, Dari hasil
tersebut menunjukkan bahwa Huru Sintok analisis vegetasi telah didapatkan sekitar
di lokasi kajian paling banyak ditemukan 22 famili. Spesies dari famili Lauraceae
sampai ketinggian 1095 m dpl, meskipun dan Euphorbiaceae yang paling banyak
lokasi kajian sampai ketinggian 1200 m dijumpai didalam kawasan dibandingkan
dpl. dengan famili lainnya.
Berdasarkan pengukuran kelerengan
tempat dilapangan, kelimpahan jenis Huru KESIMPULAN DAN SARAN
Sintok mulai hadir pada daerah yang
Kesimpulan
berkelerengan 0 - < 8% sampai 15 - <
1. Struktur populasi Huru Sintok di
25%. Untuk melihat pengaruh kelerengan
terhadap keberadaan jenis Huru Sintok ini, Kawasan Resort Cilimus berbentuk
maka kelerengan diklasifikasikan kelas piramida dengan dasar yang luas yaitu
kemiringan kelerengan kehutanan banyaknya pohon paling banyak pada
Indonesia, dengan ketentuan sebagai tingkat pertumbuhan semai hasil ini
berikut : menunjukkan bahwa Huru Sintok
dapat beregenerasi dengan baik yang
Tabel1. Kelas-kelas Kemiringan Lapangan
Kelas Kemiringan Keterangan
terlihat dengan jumlah semai yang
1 0– <8 Datar melimpah.
2 8 - < 15 Landai 2. Sebaran Huru Sintok cenderung
3 15 - < 25 Bergelombang individual dan jarang ditemukan
4 25 - < 40 Curam mengelompok.
5 > 45 Sangat Curam 3. Karakteristik habitat Huru Sintok
Untuk melihat kelerengan pada dijumpai dengan ketinggian 555 m dpl
keberadaan Huru Sintok, maka dibagi sampai dengan 1100 m dpl, dengan
menjadi 2 lokasi pengamatan yaitu pada kelerengan sampai dengan 25 % dan
Blok Cibeureum dan wilayah Gunung suhu sampai dengan 26°C serta jenis
Ciremai, pada Blok Cibeureum Huru vegetasi penyusun Huru Sintok

28
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015

didominasi oleh family Lauraceae dan Internet.http://gisindonesiablog.wordpress.


Euphorbiaceae. com/2012/09/27/sistem-informasi-
geografis/Diakses Tanggal 10 Juni
Saran 2014
1. Perlu pengelolaan jenis secara intensif Kellman,C.M.1980. Plant Geography.
agar jenis yang sudah ada di kawasan Methuen and Co.Ltd.New Fetter
Taman Nasional Gunung Ciremai Lane. London.
dapat dipertahankan kelestariannya. Ludwig, A. J. dan F. J. Reynolds. 1988.
2. Perlu terus dikembangkan teknik Statistical Ecology. John Wiley and
budidaya dan penanaman Huru Sintok Sons. New York.
Michael, P. 1995. Ekologi untuk
untuk pengembangan atau penanaman
Penyelidikan di Ladang dan
Huru Sintok pada kawasan Laboratorium. UI Pess : Jakarta.
rehabilitasi. Misra, K.C. 1980. Manual of plant
ecology. 2nd Edition. Oxford and
DAFTAR PUSTAKA IBH Publishing Co. New Delhi.
Odum, E. H. L. M. 1993. Dasar-Dasar
Boughy,A.S.1973. Ecologyof Populations, Ekologi. Terjemahan Oleh Tjahjono
Second Edition. Macmillan Samingan dari buku Fundamentale of
Publishing Co.: New York. Ecology.Gadjah Mada University
Brower, E.J. dan H,J.Zar 1977. Field and Press : Yogyakart.
Laboratory Methods For General Smith,L.R. 1986. Element of Ecology.
Ecology. Nm.C.Brown Company Harper and Row Publisher: New
Publisher. Dubuque,Iowa. York.
Greig-Smith,P.1983. Quintitative Plant Southwood, T.R.E. and P.A. Henderson.
ecology. Blackwell Scientific 2000. Ecological methods. 3rd Edition.
Publication. Oxford, Blackwell Science Ltd. Oxford.
Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Bumi London
Aksara. Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai