1049 2088 1 SM
1049 2088 1 SM
2 September 2015
ABSTRAK
Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada
di Propinsi Jawa Barat.Kawasan konservasi memiliki fungsi utama sebagai perlindungan
keanekaragaman hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktut populasi, sebaran
spasial dan karakteristik habitat Huru Sintok di kawasan Resort Cilimus, Taman Nasional
Gunung Ciremai.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2015. Data yang digunakan
berupa sekunder meliputi kondisi umum lokasi dan data primer meliputi data titik koordinat,
analisis vegetasi, nama spesies, jumlah individu setiap spesies, diameter batang, tinggi pohon,
kelerengan, ketinggian tempat, dan suhu lokasi pengamatan. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Dominansi (C), Indeks
Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Indeks Kekayaan Jenis
(R).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur populasi Huru Sintok berbentuk piramida
dengan dasar yang luas artinya banyaknya pohon paling banyak dijumpai pada kelas umur
rendah dan semakin menurun dengan bertambahnya kelas diameter, hasil ini menunjukkan
bahwa Huru Sintok dapat beregenerasi dengan baik yang terlihat dengan jumlah semai yang
melimpah. Sebaran Huru Sintok cenderung individual dan jarang ditemukan mengelompok.
Adanya pohon Huru Sintok yang ditemukan di kawasan penelitian diduga karena Huru Sintok
dapat beradaptasi dengan baik di habitat pada kawasan hutan Resort Cilimus yang masih kaya
akan unsur organik karena hutan tersebut merupakan kawasan konservasi. Karakteristik habitat
Huru Sintok dijumpai dengan ketinggian 500-1100 m dpl, dengan kelerengan mulai dari 10-45
%, suhu mulai dari 19-26°C dan vegetasi penyusun Huru Sintok didominasi oleh famili
Lauraceae dan Euphorbiaceae.
Kata Kunci : Huru Sintok, Struktur Populasi, Sebaran Spasial, Karakteristik Habitat.
20
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
konservasi tidaklah mudah karena adanya Habitat Huru Sintok (Cinnamomum sintoc)
gangguan-gangguan baik dari dalam di Resort Cilimus Taman Nasional Gunung
maupun dari luar. Gangguan dari luar Ciremai Kuningan Jawa Barat.
seperti adanya pencurian kayu dan
penebangan liar, serta pemburuan satwa Rumusan Masalah
yang dilindungi. Berdasarkan uraian dalam latar
Penebangan pohon Huru Sintok yang belakang, maka yang menjadi masalah
secara sembarangan dapat menyebabkan adalah belum adanya data mengenai
populasi pohon Huru Sintok berkurang gambaran susunan populasi dan posisi
bahkan musnah. Sehingga dengan geografis dari Huru Sintok (Cinnamomum
berkurangnya populasi Huru Sintok sintoc) di Resort Cilimus Taman Nasional
(Cinnamomum sintoc) dapat berdampak Gunung Ciremai sehingga belum diketahui
buruk terhadap kestabilan ekosistem. komposisi populasi dari huru tersebut
Sintok umumnya tumbuh di hutan-hutan secara kuantitatif. Oleh karena itu
pada ketinggian sampai dengan 1.700 m penelitian mengenai struktur dan sebaran
diatas permukaan laut. Biasanya ditemukan serta karakteristik habitat Huru Sintok di
di antara perdu dan semak hutan-hutan Resort Cilimus Taman Nasional Gunung
sekunder, pada daerah yang tidak ternaungi Ciremai perlu dilakukan guna memberikan
atau terbuka. Tanaman ini cenderung data terkini dari gambaran populasi huru
individual, jarang ditemukan tersebut. Gambaran mengenai huru ini
mengelompok. Selain sebagai penghasil dapat menjadi acuan dasar dalam
minyak atsiri, sintok sering digunakan mengontrol dan memprediksi dinamika
sebagai bahan kayu bakar dan bahan populasi yang akan terjadi.
bangunan, selain itu juga kayu sintok juga
digunakan sebagai bahan obat untuk Tujuan
menyembuhkan sakit encok dan digigit Tujuan dari penelitian ini adalah:
serangga, disentri, sariawan dan cacingan. 1. Mengetahui struktur populasi Huru
Kulit kayunya juga digemari sebagai obat, Sintok di Resort Cilimus Taman
baunya yang khas berasal dari minyak Nasional Gunung Ciremai.
eugenol yang dapat digunakan sebagai 2. Mengetahui sebaran Huru Sintok di
bahan kosmetik. Minyak atsiri yang Resort Cilimus Taman Nasional
terkandung dalam kayunya dapat memberi Gunung Ciremai
wangi dan juga mempunyai sifat anti 3. Mengetahui Karakteristik Habitat Huru
bakteri (Dzulkarnain dan Wahjoedi, 1996). Sintok di Resort Cililmus Taman
Selain memiliki potensi Nasional Gunung Ciremai.
keanekaragaman hayati tinggi, kawasan
Resort Cilimus juga merupakan daerah Manfaat
resapan air bagi kawasan di sekitarnya, Manfaat dari penelitian ini adalah :
selain itu juga merupakan habitat bagi 1. Memberikan informasi mengenai
Huru Sintok. Dalam upaya konservasi gambaran susunan populasi Huru
sintok, maka perlu dilakukan studi untuk Sintok di Resort Cililmus Taman
mengetahui struktur dan sebaran serta Nasional Gunung Ciremai.
karakteristik Habitat Huru Sintok di Resort 2. Memberikan informasi mengenai
Cilimus Taman Nasional Gunung Ciremai. sebaran Huru Sintok di Resort
Olehkarena hal itu penulis tertarik untuk Cililmus Taman Nasional Gunung
mengadakan penelitian tentang Struktur Ciremai.
Populasi dan Sebaran Serta Karakteristik
21
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
22
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
atau terbuka (Backer and van de Brink, 2015. Pengambilan data dilakukan di
1963). Tanaman ini cenderung individual, kawasan hutan Resort Cilimus Taman
jarang ditemukan mengelompok. Hidayat Nasional Gunung Ciremai, Kuningan Jawa
(2006) menyebutkan terdapat kesenjangan Barat.
antara jumlah pohon sintok dan anakannya,
sehingga diduga tanaman ini menemui Alat dan Bahan
kesulitan dalam regenerasinya di alam. Bahan yang digunakan dalam
Dilaporkan bahwa keberadaan sintok di P. penelitian ini berupa sampel tumbuhan
Jawa jumlahnya semakin sedikit, bahkan Huru Sintok (Cinnamomum sintoc). Alat
Rifai et. al. (1992) menyebutkan sintok yang digunakan antara lain : roll meter,
termasuk sebagai tumbuhan obat di Jawa pita meter, GPS, kompas, kamera, tally
yang berstatus terkikis. sheet, tali rapia, alat tulis, termometer
Tinggi pohon sampai 35 m dan suhu, golok dan plastik spesimen.
diameter 70 cm, tumbuh tersebar antara
700 – 1.700 mdpl, batang bengkok, banyak Jenis Data
banir, bulat dengan tajuk agak tinggi. Data Primer
Kayunya ringan, lunak, agak padat dan Data yang dikumpulkan meliputi
struktur halus, warna coklat merah gading nama spesies, jumlah individu setiap
dengan semu perak coklat keabu-abuan. spesies, diameter batang, tinggi pohon,
Berbau menyerupai adas dan lada, tetapi kelerengan, ketinggian tempat, dan suhu
baunya cepat hilang. Kayu kurang awet lokasi pengamatan.
jarang digunakan untuk bahan bangunan. Data Sekunder
Kulit yang tebalnya 3 – 6 mm mempunyai Data sekunder merupakan data yang
bau dan rasa cengkeh, rapuh, tidak rata, diperoleh dari studi pustaka/literatur
tidak banyak retak, di luar berwarna kelabu maupun gambaran umum lokasi penelitian.
tua di tengah dan di dalam putih
kemerahmerahan, setelah kena udara Metode Pengambilan Data
berubah menjadi orange, digunakan Analisis Vegetasi
sebagai obat. Obat terhadap serangan Pengambian data di lapangan
hewan beracun, menghilangkan sakit menggunakan teknik Purposive sampling,
kejang, murus dan penyakit kelamin. yaitu dilakukan dengan cara mencari
Pohon sintok dapat mencapai tinggi 20 – pohon Huru Sintok yang tumbuh kemudian
30 m, batangnya coklat kehitaman, dengan membuat petak contoh. Kondisi jalur
diameter 70 cm, sedangkan kayunya tersebut dibagi 20 x 20m untuk pohon, 10
berwarna coklat kemerahan, berbau harum x 10m untuk tiang, 5 x 5m untuk pancang
seperti cengkih. Daun sintok melonjong dan 2 x 2m untuk semai.Lokasi
dengan ukuran panjang 7 – 17,5 cm dan pengamatan terdiri dari tiga lokasi yaitu
lebar 2,5 – 5,5 cm, tulang daun menjari Blok Cibeureum, Jalur Pendakian
tiga, daun muda berwarna merah-ungu Linggarjati dan Jalur Pendakian
kehijauan, permukaan daunnya mengkilat. Linggasana.
Pohon ini memiliki perbungaan yang Data Sebaran
berbentuk malai (Anonimous, 2008). Pengambilan data sebaran populasi
dilakukan dengan menggunakan GPS. Di
METODOLOGI PENELITIAN lokasi yang ditemui keberadaan populasi
Lokasi dan Waktu huru ditandai koordinatnya menggunakan
Pengambilan data dilaksanakan GPS. Setelah koordinat didapatkan
Bulan Maret 2015 sampai Bulan April
23
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
24
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
25
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
yang berjumlah 107 individu/ ha, berada pada tingkat semai, diikuti tingkat
sementara untuk jumlah tiang sekitar 20 tiang dan pohon, sedangkan jumlah jenis
tiang/ha dan pohon berjumlah 13 pohon/ terendah pada tingkat pancang.
ha. Banyaknya semai daripada pohon Berdasarkan penghitungan Indeks
diduga karena pertumbuhan semai yang Nilai Penting (INP) untuk semua jalur telah
baik meningkatkan tingkat pertumbuhan diketahui urutan jenis tumbuhan yang
pohon Huru Sintok. Dalam keadaan normal mempunyai nilai INP tertinggi sampai
suatu populasi yang lebih besar jumlah terendah. Empat jenis tumbuhan yang
semai, kemudian sapihan, kemudian tiang mempunyai urutan INP tertinggidiketahui
lalu pohon, ini menunjukkan bahwa bahwa pada tingkat semai jenis yang
populasi Huru Sintok adalah populasi yang dominan berdasarkan nilai INP adalah
sedang berkembang. Huru Dapung (Actinodaphne glomerata)
Dari gambaran diagram tersebut dengan indeks nilai penting sebesar
membentuk struktur tegakan normal hutan 18,36%, pada tingkat pancang jenis yang
tidak seumur, yaitu banyaknya pohon dominan adalah Huru Meuhmal (Litsea
paling banyak pada kelas umur rendah dan tomentosa) dengan indeks nilai penting
semakin menurun dengan bertambahnya sebesar 20,27%, pada tingkat tiang jenis
kelas diameter, hasil ini menunjukkan yang dominan adalah Beunying (Ficus
bahwa Huru Sintok dapat beregenerasi Fistulosa) dengan indeks nilai penting
dengan baik yang terlihat dengan jumlah sebesar 33,15%, sedangkan pada tingkat
semai yang melimpah. pohon jenis yang dominan adalah Hantap
Menurut Barbour dkk (1987) (Sterculia cordata) dengan indeks nilai
menyatakan bahwa di alam tumbuhan tidak penting sebesar 37,04 %.
tersebar begitu saja. Perbedaan kondisi Sementara untuk jenis Huru Sintok
lingkungan, ketersediaan daya dukung atau pada tingkat semai berada pada urutan 12
sumber daya untuk bertahan hidup, dari 26 jenis, pada tingkat pancang berada
ekosistem dan gangguan yang muncul pada urutan 5 dari 28 jenis, pada tingkat
hanyalah beberapa faktor yang tiang berada pada urutan 8 dari 20 jenis,
mempengaruhi jumlah populasi dan pola sedangkan pada tingkat pohon berada pada
penyebarannya. Kondisi lingkungan yang urutan 2 dari 30 jenis. Dengan demikian
berbeda tidak cuma mengubah penyebaran tampak bahwa jenis Huru Sintok bukan
dan keberadaan suatu species tumbuhan merupakan jenis dominan di lokasi
saja tetapi juga tingkat pertumbuhan penelitian, namun semakin tinggi tingkat
kesuburan, kelebatan, percabangan, pertumbuhan jenis Huru Sintok maka
sebaran daun, jangkauan akar dan ukuran semakin meningkat tingkat dominasinya
individu sendiri. terhadap jenis lain.
26
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
berbeda jauh bahkan hampir sama yaitu lingkungan, ketersediaan daya dukung atau
sebesar 0,05 – 0,07 (C < 1), dengan sumber daya untuk bertahan hidup,
demikian dapat dikatakan bahwa ekosistem dan gangguan yang muncul
komunitas hutan yang diteliti didominasi hanyalah beberapa faktor yang
oleh banyak jenis terutama pada tingkat mempengaruhi jumlah populasi dan pola
semai dan pancang. penyebarannya. Kondisi lingkungan yang
Nilai kekayaan (R) dalam komunitas berbeda tidak cuma mengubah penyebaran
hutan dilokasi penelitian sebesar 19,73 – dan keberadaan suatu species tumbuhan
29,76. Nilai R tertinggi pada tingkat pada saja tetapi juga tingkat pertumbuhan
tingkat pohon, diikuti tingkat pancang dan kesuburan, kelebatan, percabangan,
semai. Sedangkan pada tingkat tiang sebaran daun, jangkauan akar dan ukuran
memiliki nilai terendah. Hasil tersebut individu sendiri. Sebaran Huru Sintok
menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan dapat dlihat pada peta dibawah ini.
yang mempunyai jumlah individu tertinggi Sebaran Huru Sintok pada lokasi
akan mempunyai nilai kekayaan jenis penelitian cenderung indivual dan jarang
tertinggi pula. ditemukan mengelompok. Jumlah individu
Kemerataan jenis pada semua tingkat pada keseluruhan jalur ditemukan 16
pertumbuhan mendekati 1, yaitu > 0,91, individu Huru Sintok. Pada Blok
dengan demikian jumlah individu Cibeureum jumlah individu yang
tumbuhan yang ditemukan pada lokasi ditemukan yaitu 8 individu, masing-masing
penelitian tersebar merata pada setiap jenis. ditemukan individual. Pada kawasan
Nilai kemerataan tingkat semai dan tiang gunung Ciremai yaitu Jalur Pendakian
memiliki nilai yang sama, yaitu 0,94 dan Linggarjati ditemukan 5 individu,
lebih tinggi dibandingkan tingkat sedangkan pada jalur Linggasana
pertumbuhan yang lain. Nilai kemerataan ditemukan 3 individu, pada kedua jalur ini
(E) akan berbanding terbalik dengan nilai Huru Sintok ditemukan individual.
Dominasi (C), jika nilai E tinggi, maka Lokasi pengamatan penelitian
nilai C akan rendah demikian sebaliknya, merupakan suatu kawasan hutan yang
karena dengan meratanya sebaran individu berada pada lereng gunung. Pada kawasan
pada setiap jenis menunjukkan tidak ini masih terdapat banyak tumbuhan lain
adanya jenis yang paling mendominasi. yang ditemukan dan mendominasi kawasan
Keanekaragaman (Hꞌ) untuk semua tersebut. Adanya pohon Huru Sintok yang
tingkat pertumbuhan memiliki ditemukan di kawasan penelitian diduga
keanekaragaman yang berbeda-beda. Dari karena Huru Sintok dapat beradaptasi
hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Hꞌ dengan baik di habitat di kawasan hutan
di lokasi penelitian berkisar antara 2,80 – Resort Cilimus yang masih kaya akan
3,11. Nilai Hꞌ tertinggi pada tingkat unsur organik karena hutan tersebut
pancang dan pohon (3,11) dan terendah merupakan kawasan konservasi.
pada tingkat tiang (2,80’). Dari data
tersebut menunjukkan bahwa tingkat Karakteristik Habitat Huru Sintok
keanekaragaman jenis di lokasi penelitian Berdasarkan hasil analisis vegetasi
tergolong sedang sampai tinggi. pada seluruh jalur pengamatan dilapangan
yang terdiri dari tiga lokasi pengamatan
Sebaran Huru Sintok yaitu Resort Ciberem, Jalur Pendakian
Menurut Barbour dkk (1987) Linggarjati dan Jalur Pendakian
menyatakan bahwa di alam tumbuhan tidak Linggasana ditemukan sekitar 54 jenis
tersebar begitu saja. Perbedaan kondisi yang tergolong kedalam 22 famili. Untuk
27
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
28
Wanaraksa Vol. 9 No.2 September 2015
29