Anda di halaman 1dari 8

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA INDONESIA

KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Oleh:

S. Akbar
R. Karim P.
M. F. Nur A.
R. H. Putra
M. Z. Rizqi
R. Andreas

FAKULTAS HUKUM

1
Sejarah Lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

22 Januari 1991, merupakan suatu peristiwa sejarah tonggaknya wujud


nyata dan cita – cita bangsa Indonesia untuk ikut serta, aktif, serta ikutandil dalam
menjaga kebebasan hidup setiap individu, menghargai hak asasi setiap manusia.
Tonggak wujud nyata ini diawali dengan adanya lokakarya yang diprakarsai oleh
pihak Bangsa Indonesia melalui Departmen Luar Negeri Bersama dengan
Perserikatan Bangsa – Bangsa atau PBB yang pada saat itu mengadakan suatu
lokakarya tentang hak asasi manusia.

Dengan ini, Indonesia menyatakan keikutsertaannya dalam aktif dalam


kasus hak asasi manusia. Oleh karena itulah, Presiden yang ketika itu menjabat
yaitu Presiden Soeharto, mengeluarkan keputusan presiden atau Keppres nomor
50 tahun 1993 pada tanggal 7 Juni tahun 1993, yang berisikan membuat suatu
Lembaga baru berbentuk komisi yang memiliki tujuan untuk menjaga adanya
perlindungan hak asasi manusia, yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau
yang selanjutnya disebut sebagai Komnas HAM. Selanjutnya Presiden Soeharto
melalui Keppres nomor 455/M tahun 1993 yang dikeluarkan pada tanggal 7
Desember 1993 tentang pengisi jabatan structural dalam lembaga Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia yang berisikan 25 nama yang di antaranya:
Hj. Aisyah Amini, S.H., Dr. Albert Hasibuan, S.H., Ali Said, S.H., Asmara
Nababan, S.H., Prof. Dr. Baharudin Lopa, S.H., Drs. Bambang W. Soeharto, Dr.
H. A.A. Baramuli, S.H., Clementino Dos Reis Amaral, Ig. Djoko Moelyono, H.R.
Djoko Soegianto, SH., Gani Djemat, S.H., Prof. Dr. A. Hamid S. Attamimi, S.H.,
K.H. Hasan Basri, Prof. Dr. Ch. Himawan, S.H., B.N. Marbun, S.H., Marzuki
Darusman, S.H., Prof Miriam Budiardjo, M.A., Prof. Dr. Mulaid, S.H., Munawir
Sjadzali, S.H., Dr. Nurcholis Madjid., Dra. Roekimini Koesoemo Astoeti, Prof.
Dr. Satjipto Rahardjo, S.H., Soegiri, S.H., Prof. Dr. Soetandyo Wignjosoebroto,
M.P.A, Prof. Dr. H.R. Sri Soemantri Margosoewignjo, S.H.
Komnas HAM yang secara structural dalam kelembagaan negara, merupakan
suatu badan hukum yang berbentuk komisi yang berarti Lembaga independen atau
mandiri atau yang oleh Prof Mahfud MD, disebut sebagai Lembaga non structural
yang lahir karena suatu produk hukum.

2
Komnas HAM pun status quonya sebagai badan hukum melalui keppres
mulai kuat kedudukannya setelah hierarki yang diatas Keppres yaitu dalam bentuk
undang – undang yang tepatnya UU nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang dimana di asal 1 angka 7 dalam UU tersebut disebutkan bahwa
kedudukan Komnas HAM adalah Lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat
dengan Lembaga negara lainnya yang tugasnya dan fungsinya untuk melakukan
kajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi setiap perihal yang
menyangkut hak asasi manusia.

Komnas HAM pun juga diperkuat dengan adanya UUD 1945 beserta hasil
amandemennya yang membahas tentang Hak Asasi Manusia yang menunjukan
bahwa Komnas HAM betul – betul diberikan kewenangan untuk menjaga hak
asasi negara dan masyarakat Indonesia serta oleh UU no 40 tahun 2008 bahwa
Komnas pun memiliki fungsi baru untuk melakukan pengawasan terhadap
pemerintah akan kebijakannya yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia.

Susunan dan kedudukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

Organisasi Komnas HAM dilengkapi dengan 2 (dua) badan kelengkapan,


yakni Sidang Paripurna dan Subkomisi. Sidang paripurna merupakan kekuasaan
tertinggi Komnas HAM dan terdiri dari seluruh anggota Komnas HAM. Dalam
forum ini ditetapkan program kerja, mekanisme kerja, dan peraturan tata tertib
Komnas HAM. Sedangkan subkomisi terdiri atas Subkomisi Pendidikan dan
Penyuluhan, Subkomisi Pengkajian dan Penelitian, Subkomisi Pemantauan dan
Subkomisi Mediasi. Setiap subkomisi terdiri paling banyak 9 (sembilan) orang
yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota yang dibantu oleh staf
pendukung kerja subkomisi. Untuk mendukung kegiatan organisasinya, Komnas
HAM dilengkapi dengan Sekretaris Jenderal sebagai unsur pelaksana dan
pelayanan kerja Komnas HAM dimana Sekretaris Jenderal ini membawahi 4
(empat), yaitu Biro Perencanaan, Pengawasan Internal dan Kerja Sama, Biro
Umum, Biro Dukungan Penegakan HAM, dan Biro Dukungan Pemajuan HAM.

3
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993, Anggota Komnas
HAM berjumlah 25 (dua puluh lima) orang dan untuk pertama kalinya mereka
diangkat oleh Presiden. Namun berdasarkan Pasal 83 Ayat (1) UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM, Anggota Komnas HAM (Komisioner) berjumlah 35 (tiga
puluh lima) orang yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan Komnas HAM dan
diresmikan oleh Presiden selaku Kepala Negara. Adapun masa jabatan komisioner
Komnas HAM adalah 5 (lima) tahun. Jika mekanisme rekrutmen tersebut
mengacu kepada UU No. 39 Tahun 1999, maka Komnas HAM akan menjadi
lembaga representative dan jauh akan lebih independen dibandingkan dengan
penunjukkan dan pengangkatan oleh Presiden.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut dengan Komnas
HAM) adalah lembaga mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan,
pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Komnas HAM merupakan lembaga
negara yang mandiri, tetapi lembaga ini juga memiliki tanggung jawab terhadap
Presiden dan DPR serta memiliki sebagian dari fungsi peradilan (semi judicial)
sehingga berada di bawah Mahkamah Agung. Pembentukan Komnas HAM
sebagai lembaga independen, berlandasakan Pasal 28I Ayat (4) UUD NRI Tahun
1945 yang menegaskan bahwa: perlindungan, pemajuan, penegakan dan
pemenuhan hak asasi adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
Pemerintah dalam hal ini adalah Presiden Republik Indonesia yang telah
mengesahkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(sebagai dasar hukum pembentukan Komnas HAM).
Pada awalnya, Komnas HAM dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor
50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan kemudian
dipertegas dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Adapun tujuan pembentukan komisi ini adalah (a) mengembangkan
kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, UUD NRI 1945, dan Piagam PBB Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia dan (b) meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
Indonesia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuan berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui Undang-

4
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ini dapat diketahui
bahwa kedudukan Komnas HAM adalah sebagai lembaga independen yang
membantu pemerintah mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan
hak asasi manusia di Indonesia, maka kedudukannya (status) dalam struktur
ketatanegaraan berada dalam lembaga yang membentuknya yakni Presiden dan
DPR.
Komnas HAM diposisikan sebagai lembaga negara mandiri berkedudukan
setingkat dengan lembaga negara lain yang dalam menjalankan fungsi dan
kewenangannya berdiri sejajar dengan lembaga-lembaga negara lain yang
kewenangannya diberikan oleh UUD NRI Tahun 1945. Meskipun secara vertikal
mempunyai posisi sejajar dengan lembaga-lembaga negara lain, tetapi dalam
pelaksanaan fungsi, tugas dan kewenangannya komisi ini harus memberikan
laporan kepada Presiden dan DPR. Hal ini disebabkan karena Komnas HAM
merupakan lembaga yang awalnya dibentuk oleh Presiden dan dilegitimasi oleh
Undang-Undang.
Sementara itu, dilihat dari fungsi lain yang dijalankannya, Komnas HAM
bertugas dan berwenang melakukan pemberian pendapat berdasarkan persetujuan
Ketua Pengadilan terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan,
bilamana dalam perkara tersebut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam
masalah publik dan acara pemeriksaan oleh pengadilan yang kemudian pendapat
Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.
Dari fungsi tersebut, Komnas HAM melakukan sebagian dari fungsi
pengadilan (semi judicial) sehingga berada di bawah pengawasan Mahkamah
Agung. Karena itu, Komnas HAM berkedudukan sebagai komisi pembantu
negara (state auxiliary agency).

Tugas dan Fungsi Komisi Nasinoal Hak Asasi Manusia

Komnas HAM memiliki beberapa tugas dan fungsi, antara lain:

1. Pengkajian dan penelitian mengenai instrument HAM internasional

Komnas HAM memiliki fungsi salah satunya dalam melakukan proses


pengkajian dan juga penelitian mengenai instrument HAM secara internasional.

5
Hal ini disebabkan karena instrument HAM international dibuat berdasarkan
perkembangan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terus
berkembang dan bertambah, sehingga Komnas HAM perlu untuk ikut mengkaji
instrument HAM secara internasional.

2. Pengkajian dan penelitian peraturan perundang-undangan

Penelitian dan pengkajian terhadap perundang-undangan lokal juga perlu


untuk dilaukan, guna untuk membantu memperjelas makna dari berbagai macam
peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan mengkaji apa saja dampak yang
muncul dan pengaruh terhadap hak asasi manusia yang ada.

3. Studi kepustakaan, lapangan dan perbandingan mengenai Hak Asasi Manusia

Studi kepustakaan dan juga penelitian lapangan dilakukan untuk mencari


tahu mengenai dampak jenis-jenis pelanggaran HAM, serta apa saja pelanggaran
HAM yang marak terjadi. Hal ini nantinya akan sangat membantu Komnas HAM
dalam menentukan regulasi dan juga instrument HAM yang berlaku di Indonesia.

4. Pembahasan mengenai Hak Asasi Manusia

Pembahasan mengenai HAM dilakukan untuk menentukan faktor-faktor


apa saja yang harus dikedepankan untuk memajukan hak asasi manusia. Hal ini
juga dilakukan agar pelanggaran tehadap hak asasi manusia tidak bertambah.

5. Penyuluhan dan juga penyebarluasan mengenai Hak Asasi Manusia

Penyuluhan dan penyebarluasan mengenai hak asasi manusia dilakukan


oleh Komnas HAM untuk memberikan edukasi kepada masyarakat luas, betapa
pentingnya hak asasi manusia sebagai suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan
dari diri manusia, sehingga merupakan sebuah kesalahan besar apabila hak asasi
manusia tersebut dilanggar. Hal ini juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
individu mengenai pentingnya hak asasi manusia itu sendiri.

6. Penanganan kasus Hak Asasi Manusia baik ringan hingga berat

6
Fungsi Komnas HAM yang satu ini merupakan fungsi dan juga tugas dari
Komnas HAM yang paling penting. Komnas HAM memiliki kewajiban untuk
melakukan penanganan terhadap kasus yang menyeret apapun mengenai hak asasi
manusia. Melalui fungsi dan juga kewenangan ini, maka Komnas HAM
merupakan salah satu lembaga Negara yang memang benar-benar mampu untuk
menjaga martabat manusia yang memilki hak asasi.

Keterkaitan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan Teori Lembaga


Negara

Menurut Georg Jellinek, alat kelengkapan negara dibagi menjadi dua,


yaitu :

• Unmittelbare Organe (Alat Kelengkapan Negara Langsung) :


mendapatkan kewenangan langsung dari sumber kekuasaan tertinggi.

• Mittelbare Organe (Alat Kelengkapan Negara yang Tidak Langsung) :


mendapatkan kewenangan dari alat kelengkapan negara langsung.

Bila melihat pembagian alat kelengkapan negara menurut Georg Jellinek,


maka Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau yang biasa disebut dengan
KOMNAS HAM merupakan mittelbare organe atau alat kelengkapan negara yang
tidak langsung karena, KOMNAS HAM tidak mendapatkan kewenangan
langsung dari sumber kekuasaan tertinggi melainkan melalui unmittelbare organe
atau alat kelengkapan negara langsung dalam hal ini, Dewan Perwakilan Rakyat
melalui Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia.

Hal ini sama dengan teori lembaga negara berdasarkan norma sumber
legitimasi yang dikemukakan oleh Prof.Jimly Asshiddiqie yang membagi lembaga
negara menjadi tiga, yaitu :

 Lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UUD yang diatur


dan ditentukan lebih lanjut dalam atau dengan undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan keputusan presiden.

7
 Lembaga negara yang dibentuk berdasarkan undang-undang
yang diatur dan ditentukan lebih lanjut dalam atau dengan
peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan keputusan presiden.
 Lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah
atau peraturan presiden yang ditentukan lebih lanjut dengan
keputusan presiden.

Selain membagi lembaga negara berdasarkan norma sumber legitimasinya,


Prof Jimly Asshiddiqie juga membagi lembaga negara berdasarkan hierarki nya
yang dibagi menjadi tiga yaitu :

 Organ lapis pertama yang merupakan lembaga tinggi negara


seperti Presiden, DPR, MA, dan BPK.
 Organ lapis kedua yang merupakan lembaga negara seperti KPPU,
OMBUDSMAN, dan KOMNAS HAM itu sendiri.
 Organ lapis ketiga yang merupakan lembaga daerah seperti DPRD
kabupaten. Walaupun DPRD kabupaten sebenarnya merupakan
lembaga negara, namun karena DPRD kabupaten berada di daerah
lebih baik disebut sebagai lembaga daerah

Menurut pembagian lembaga negara oleh Prof. Jimly Asshiddiqie,


KOMNAS HAM merupakan organ lapis kedua secara hierarkis dan merupakan
lembaga negara yang mendapatkan kewenangannya berdasarkan undang-undang.

Namun, menurut Prof. Jimly Asshiddiqie dalam bukunya yang berjudul


perkembangan dan konsolidalisi lembaga negara pasca reformasi,Prof. Jimly
menyatakan bahwa walaupun KOMNAS HAM merupakan organ negara lapis
kedua namun, KOMNAS HAM memiliki constitutional importance seperti halnya
kejaksaan dan kepolisian karena, pada dasarnya KOMNAS HAM menjalankan
tugas konstitusi, tugas UUD NRI 1945 untuk memajukan dan melindungi hak
asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai