Anda di halaman 1dari 5

Keutamaan kalimat tauhid

Pengantar

ُ‫أَ ْشهَ ُد أَ َّن الَ إِ ٰلهَ إِالَّ هللا َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬
Kalimat ini merupakan dua kalimat yang sangat agung yang merupakan pembeda antara
seorang muslim dan seorang kafir, serta pembeda antara ahli surga dan ahli neraka. Dan bagian
kebaikan yang didapatkan oleh seorang muslim adalah sesuai dengan sejauh mana ia berusaha untuk
mewujudkan pemahaman dan pengamalan dua kalimat ini dalam kehidupannya.

#ٰٓ ‫ك بِِۦه َويَ ۡغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذلِكَ لِ َمن يَ َشٓا ۚ ُء َو َمن ي ُۡش ِر ۡك بِٱهَّلل ِ فَقَ ِد ۡٱفتَ َر‬
‫ى إِ ۡث ًما َع ِظي ًما‬ َ ‫إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ۡغفِ ُر أَن ي ُۡش َر‬
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Allah Ta’ala berfirman,

ُ ‫فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا‬

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah.”
(QS. Muhammad [47] : 19)

ٓ
‫وا ۡٱل ِع ۡل ِم قَٓائِ ۢ َما بِ ۡٱلقِ ۡس ِۚط ٓاَل إِ ٰلَهَ إِاَّل ه َُو ۡٱل َع ِزي ُز ۡٱل َح ِكي ُم‬
#ْ ُ‫َش ِه َد ٱهَّلل ُ أَنَّ ۥهُ ٓاَل إِ ٰلَهَ إِاَّل ه َُو َو ۡٱل َم ٰلَئِ َكةُ َوأُوْ ل‬

18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian
itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.

Allah Ta’ala  berfirman dalam Al Qur’an yang mulia:

َ‫َولَقَ ۡد أُو ِح َي إِلَ ۡيكَ َوإِلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ۡبلِكَ لَئِ ۡن أَ ۡش َر ۡكتَ لَيَ ۡحبَطَ َّن َع َملُكَ َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ۡٱل ٰخَ ِس ِرين‬
65. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu.
"Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah  menyebutkan sebab turunnya ayat ini: “para salaf menyebutkan
sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan lainnya, dari Ibnu
‘Abbas radhiallahu’anhu: bahwasanya kaum Musyrikin dengan kejahilan mereka, mengajak
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk beribadah kepada sesembahan mereka bersama mereka”
(Tafsir Ibnu Katsir, 7/113).

Inti : Keutamaan Lailaha ilaha Ilallah


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

َ ‫َم ْن َكانَ آ ِخ ُر كَاَل ِم ِه اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َدخَ َل‬


َ‫الجنَّة‬

”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia
akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul
Mashobih no. 1621)

‫ك أَ َّن‬ #ٍ ##ِ‫ أَنَسُ بْنُ َمال‬#‫ل َح َّدثَنَا‬#َ ‫ ع َْن قَتَا َدةَ قَا‬#‫ أَبِي‬#‫ل َح َّدثَنِي‬#َ ‫ذ بْنُ ِه َش ٍام قَا‬#ُ ‫ ُم َعا‬#‫م قَا َل َح َّدثَنَا‬#َ ‫ق بْنُ إِ ْب َرا ِهي‬ #ُ ‫ إِ ْس َحا‬#‫َح َّدثَنَا‬
ِ ‫ل هَّللا‬#َ ‫و‬#‫ َر ُس‬#‫ا‬#َ‫ك ي‬ #َ #‫ل لَبَّ ْي‬#َ ‫ا‬##َ‫ل ق‬#ٍ #َ‫ذ ْبنَ َجب‬#َ ‫ا‬##‫ا ُم َع‬##َ‫ل ي‬#َ ‫ا‬##َ‫ل ق‬#ِ #ْ‫هُ َعلَى الرَّح‬#ُ‫ذ َر ِديف‬#ٌ ‫ا‬##‫م َو ُمع‬#َ َّ‫ل‬#‫ ِه َو َس‬#‫ هَّللا ُ َعلَ ْي‬#‫صلَّى‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫النَّب‬
‫هَ إِاَّل هَّللا ُ َوأَ َّن‬#َ‫د أَ ْن اَل إِل‬#ُ َ‫ه‬#‫د يَ ْش‬#ٍ #‫ ِم ْن أَ َح‬#‫ ا‬#‫ا َل َم‬##َ‫ ق‬#‫ا‬#ً‫ك ثَاَل ث‬ #َ ‫ل هَّللا ِ َو َس ْع َد ْي‬#َ ‫ك يَا َرسُو‬ َ ‫ل لَبَّ ْي‬#َ ‫ذ قَا‬#ُ ‫ل يَا ُم َعا‬#َ ‫ك قَا‬ #َ ‫َو َس ْع َد ْي‬
‫اس‬ ُ
َ َّ‫ ِه الن‬##ِ‫ر ب‬#ُ ##ِ‫ل هَّللا ِ أَفَاَل أ ْخب‬#َ ‫و‬##‫ا َر ُس‬##َ‫ا َل ي‬##َ‫ار ق‬ #ِ َّ‫ هُ هَّللا ُ َعلَى الن‬##‫ه إِاَّل َح َّر َم‬#ِ ##ِ‫ ِم ْن قَ ْلب‬#‫ ْدقًا‬##‫ص‬ ِ ِ ‫ل هَّللا‬#ُ ‫و‬##‫ َر ُس‬#‫ُم َح َّم ًدا‬
#‫د َموْ تِ ِه تَأَثُّ ًما‬#َ ‫اذ ِع ْن‬#ٌ ‫ ُم َع‬#‫ر بِهَا‬#َ َ‫ َوأَ ْخب‬#‫ل إِ ًذا يَتَّ ِكلُوا‬#َ ‫ قَا‬#‫وا‬#‫فَيَ ْستَ ْب ِش ُر‬
Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim] berkata, telah menceritakan kepada
kami [Mu'adz bin Hisyam] berkata, telah menceritakan kepadaku [Bapakku] dari [Qatadah] berkata,
telah menceritakan kepada kami [Anas bin Malik] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menunggang kendaraan sementara Mu'adz membonceng di belakangnya. Beliau lalu bersabda:
"Wahai Mu'adz bin Jabal!" Mu'adz menjawab, "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Beliau
memanggil kembali: "Wahai Mu'adz!" Mu'adz menjawab, "Wahai Rasulullah, aku penuhi
panggilanmu." Hal itu hingga terulang tiga kali, beliau lantas bersabda: "Tidaklah seseorang
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah
Rasulullah, tulus dari dalam hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan baginya neraka." Mu'adz
lalu bertanya, "Apakah boleh aku memberitahukan hal itu kepada orang, sehingga mereka
bergembira dengannya?" Beliau menjawab: "Nanti mereka jadi malas (untuk beramal)." Mu'adz lalu
menyampaikan hadits itu ketika dirinya akan meninggal karena takut dari dosa."

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٍّ‫ ِجل‬# ‫لُّ ِس‬##‫ًّ ُك‬#g‫ ِجًال‬# ‫عُونَ ِس‬# ‫ق فَيُ ْن َش ُر لَهُ ِت ْس َعةٌ َوتِ ْس‬ ِ ‫ُصا ُح ِب َرج ٍُل ِم ْن أُ َّمتِى يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َعلَى ُر ُء‬
ِ ِ‫وس ْالخَ الَئ‬ َ ‫ي‬
‫كَ َكتَبَتِى‬#‫و ُل أَظَلَ َم ْت‬#ُ‫ا َربِّ فَيَق‬#َ‫و ُل الَ ي‬#ُ‫ ْيئًا فَيَق‬#‫ َذا َش‬#َ‫ ُر ِم ْن ه‬#‫لْ تُ ْن ِك‬#َ‫ َّل ه‬#‫ َّز َو َج‬#َ‫و ُل هَّللا ُ ع‬#ُ‫ ِر ثُ َّم يَق‬#‫ص‬ َ َ‫َم َّد ْالب‬
ُ‫ت َوإِنَّه‬ ٍ ‫ فَيَقُو ُل بَلَى إِ َّن لَكَ ِع ْن َدنَا َح َسنَا‬.َ‫ْال َحافِظُونَ ثُ َّم يَقُو ُل أَلَكَ ُع ْذ ٌر أَلَكَ َح َسنَةٌ فَيُهَابُ ال َّر ُج ُل فَيَقُو ُل ال‬
َ #َ‫الَ ظُ ْل َم َعلَ ْيكَ ْاليَوْ َم فَتُ ْخ َر ُج لَهُ ِبطَاقَةٌ فِيهَا أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ ق‬
‫و ُل‬##ُ‫ال فَيَق‬#
‫ةُ فِى‬##َ‫ت فِى ِكفَّ ٍة َو ْالبِطَاق‬ ُ َّ‫وض ُع الس ِِّجال‬ َ ُ‫ فَت‬.‫ظلَ ُم‬ ْ ُ‫ت فَيَقُو ُل إِنَّكَ الَ ت‬ ِ َّ‫يَا َربِّ َما هَ ِذ ِه ْالبِطَاقَةُ َم َع هَ ِذ ِه الس ِِّجال‬
ُ‫ت ْالبِطَاقَة‬ِ َ‫ت َوثَقُل‬ُ َّ‫ت الس ِِّجال‬ ِ ‫ِكفَّ ٍة فَطَا َش‬
“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu,
lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan
sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari
sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi,
“Apakah yang mencatat hal ini berbuat zholim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau
punya uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.”
Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Dan sungguh tidak
akan ada kezaliman atasmu hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu sakti) yang
bertuliskan syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh’. Lalu ia bertanya,
“Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata
padanya, “Sesungguhnya engkau tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu
daun timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan lainnya.Ternyata daun
timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi.
(HR. Ibnu Majah no. 4300, Tirmidzi no. 2639 dan Ahmad 2: 213. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan
bahwa sanad hadits ini shahih. Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy yaitu
kuat dan perowinya tsiqoh termasuk perowi kitab shahih selain Ibrahim bin Ishaq Ath Thoqoni.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

‫ث ع َْن ْال ُح َس ْي ِن ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ب َُر ْي َدةَ ع َْن يَحْ يَى ْب ِن يَ ْع َم َر َح َّدثَهُ أَ َّن‬ ِ ‫ح َّدثَنَا أَبُو َم ْع َم ٍر َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َو‬
ِ ‫ار‬
ٌ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَ ْي ِه ثَوْ ب‬َ ‫ي‬ ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َح َّدثَهُ قَا َل أَتَي‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬ ِ ‫ي َح َّدثَهُ أَ َّن أَبَا َذ ٍّر َر‬ َّ ِ‫أَبَا اأْل َس َْو ِد ال ُّدؤَ ل‬
ُ ‫ال اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ ثُ َّم َماتَ َعلَى َذلِكَ إِاَّل َدخَ َل ْال َجنَّةَ قُ ْل‬
‫ت‬ َ َ‫أَ ْبيَضُ َوه َُو نَائِ ٌم ثُ َّم أَتَ ْيتُهُ َوقَ ْد ا ْستَ ْيقَظَ فَقَا َل َما ِم ْن َع ْب ٍد ق‬
‫ت َوإِ ْن‬ ُ ‫ق قُ ْل‬ َ ‫ال َوإِ ْن زَ نَى َوإِ ْن َس َر‬ َ َ‫ق ق‬َ ‫ت َوإِ ْن َزنَى َوإِ ْن َس َر‬ ُ ‫ق قُ ْل‬
َ ‫ق قَا َل َوإِ ْن زَ نَى َوإِ ْن َس َر‬ َ ‫َوإِ ْن َزنَى َوإِ ْن َس َر‬
‫ال َوإِ ْن َر ِغ َم‬ َ َ‫ث بِهَ َذا ق‬ َ ‫ف أَبِي َذ ٍّر َو َكانَ أَبُو َذرٍّ إِ َذا َح َّد‬ ِ ‫ق َعلَى َر ْغ ِم أَ ْن‬ َ ‫ال َوإِ ْن زَ نَى َوإِ ْن َس َر‬ َ َ‫ق ق‬ َ ‫زَ نَى َوإِ ْن َس َر‬
ُ‫ال اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ ُغفِ َر لَه‬ َ ‫ت أَوْ قَ ْبلَهُ إِ َذا ت‬
َ َ‫َاب َونَ ِد َم َوق‬ ِ ْ‫أَ ْنفُ أَبِي َذرٍّ قَا َل أَبُو َعبْد هَّللا ِ هَ َذا ِع ْن َد ْال َمو‬

Telah menceritakan kepada kami [Abu Ma'mar] telah menceritakan kepada kami [Abdul
Warits] dari [Al Husain] dari [Abdullah bin Buraidah] dari [Yahya bin Ya'mar] dia menceritakan
kepadanya bahwa [Abu Aswad Ad Du`ali] telah menceritakan kepadanya bahwa [Abu Dzar]
radliallahu 'anhu telah menceritakan kepadanya, dia berkata; "Saya pernah menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam sementara beliau sedang tidur sambil mengenakan baju putih, lalu aku
datang menemuinya dan beliau pun terbangun, beliau bersabda: "Tidaklah seorang hamba yang
mengucapkan "LA ILAAHA ILLALLAH" kemudian mati karena itu melainkan ia akan masuk surga."
Tanyaku selanjutnya; "Walaupun dia berzina dan mencuri?" beliau menimpali: "Walaupun dia
pernah berzina dan mencuri." Tanyaku lagi; "Walaupun dia pernah berzina dan mencuri?" beliau
menjawab: "Walaupun dia pernah berzina dan mencuri." Tanyaku lagi; 'Walaupun dia pernah
berzina dan mencuri?" beliau menjawab: "Walaupun dia pernah berzina dan mencuri." -walaupun
sepertinya Abu Dzar kurang puas- Apabila Abu Dzar menceritakan hal ini, maka dia akan
mengatakan; "Walaupun" sepertinya Abu Dzar kurang puas. Abu Abdullah mengatakan; "Hal ini jika
terjadi ketika seorang hamba itu meninggal atau sebelum dia meninggal lalu bertaubat dan
menyesali perbuatannya serta mengucapkan "LAA ILAAHA ILLALLAH", maka dosa-dosanya akan
terampuni."
Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah Kunci 8 Pintu Surga, orang yang
mengucapkannya bisa masuk lewat pintu mana saja yang dia sukai

Dari ’Ubadah bin Shomit radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

‫ك لَهُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ َوأَ َّن ِعي َسى َع ْب ُد هَّللا ِ َوابْنُ أَ َمتِ ِه‬ َ ‫ال أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري‬
َ َ‫َم ْن ق‬
‫ب ْال َجنَّ ِة الثَّ َمانِيَ ِة َشا َء‬ ِ ‫ق أَدْخَ لَهُ هَّللا ُ ِم ْن أَىِّ أَ ْب َوا‬ َ َّ‫ق َوأَ َّن الن‬
ٌّ ‫ار َح‬ ٌّ ‫ح ِم ْنهُ َوأَ َّن ْال َجنَّةَ َح‬#ٌ ‫َو َكلِ َمتُهُ أَ ْلقَاهَا إِلَى َمرْ يَ َم َورُو‬

”Barangsiapa mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang


berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya,
Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa adalah
hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada
Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga adalah benar adanya dan
neraka pun benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dari
delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 149)

Penutup

Setelah kita mendengarakn keutamaan kalimat tauhid, maka saatnya kita


mengamalkannya dan mengikhlaskannya. Menjadikan kalimat tauhid sebagai manhaj al
hayah, hidup dengan tauhid dan mati dengan tauhid.

Sebagaimana terdapat dalam shohihain (Bukhari-Muslim) dari Abu Hurairoh radhiyallahu


’anhu, dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, beliau bersabda,

‫ ىِف ي َ ْو ٍم‬. ‫ َوه َُو عَىَل لُك ِ ّ ىَش ْ ٍء قَ ِد ٌير‬، ُ‫ َوهَل ُ الْ َح ْمد‬، ُ ‫ هَل ُ الْ ُمكْل‬، ُ ‫يك هَل‬ َ ِ ‫« َم ْن قَا َل َال هَل َ الَّ اهَّلل ُ َو ْحدَ ُه َال رَش‬
‫ِإ ِإ‬
ُ ‫ َواَك ن َْت هَل‬، ‫ َو ُم ِح َي ْت َع ْن ُه ِمائ َ ُة َس ِي ّئَ ٍة‬، ‫ َو ُك ِتبَ ْت هَل ُ ِمائ َ ُة َح َسنَ ٍة‬، ‫ اَك ن َْت هَل ُ عَدْ َل َعرْش ِ ِرقَ ٍاب‬، ‫ِمائ َ َة َم َّر ٍة‬
‫ الَّ َأ َح ٌد مَع ِ َل َأ ْكرَث َ ِم ْن‬، ‫ َولَ ْم يَْأ ِت َأ َح ٌد ِبَأفْضَ َل ِم َّما َج َاء ِب ِه‬، َ ‫الش ْي َط ِان ي َ ْو َم ُه َذكِل َ َحىَّت يُ ْمىِس‬ َّ ‫ِح ْر ًزا ِم َن‬
‫ِإ‬
. » َ ‫َذكِل‬
”Barangsiapa mengucapkan ’laa il aha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa
lahul hamdu wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’ [tidak ada sesembahan yang berhak
disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan
dan segala pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam sehari
sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak (yang dimerdekakan,
pen), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan dia akan
terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih utama
darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu.” (HR. Bukhari no. 3293
dan HR. Muslim no. 7018)
DOA AGAR TERHINDAR DARI PERBUATAN SYIRIK

َ ‫ُوذ ِب َك ِمنْ أَنْ ُن ْش ِر َك ِب َك َش ْي ًئا َنعْ َل ُم ُه َو َنسْ َت ْغفِر‬


‫ُك لِ َما الَ َنعْ َل ُم ُه‬ ُ ‫اللَّ ُه َّم إِ َّنا َنع‬

Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu


dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada-Mu atas apa
yang tidak kami ketahui. HR Imam Ahmad, IV/403, dan yang lainnya dari Abu Mûsâ
al-‘Asy’arî. Lihat juga Shahîh at-Targhîb, 1/121-122, no. 3

Anda mungkin juga menyukai