Anda di halaman 1dari 7

NAMA : ANASTASIA NONITA HANDINI

NIM : 835487375

JURUSAN : S.1 PGSD

SEMESTER : II (DUA)

1. Bagaimana pengaruh aliran pendidikan di Indonesia? Adakah kontribusinya dalam


sistem pendidikan Indonesia, jelaskan!

Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap


Pemikiran Pendidikan di Indonesia.

Manusia merupakan makhluk yang tidak dapat ditebak dalam pemikirannya,


sehingga mampu menjelajah angkasa luar tetapi angkasa dalamnya masih belum
cukup diketahui. Sehubungan dengan kajian tentang aliran-aliran pendidikan,
perbedaan pandangan itu berawal dari perbedaan pandangan tentang perkembangan
manusia itu sendiri. Terdapat perbedaan penekanan didalam suatu teori kepribadian
tertentu tentang faktor manakah yang paling berpengaruh dalam perkembangan
kepribadian. Perkembangan kepribadian itu bisa dipengaruhi oleh lingkungan karena
dalam lingkungan sehari-hari dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, bila dalam
lingkungan memberi contoh tidak baik maka kepribadian seorang tersebut juga tidak
akan baik, seperti keluarga yang harus memberikan contoh kepada keturunannya agar
mereka lebih baik dan dapat menjadi contoh di lingkungan dimana mereka tinggal.

Teori-teori dari strategi behavioral dan strategi phenologis menekankan faktor


belajar. Kedua strategi ini menekankan faktorbelajar. Tetapi mengemukakan
pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi, akibat
perbedaan pandangan tentang hakikat manusia. Strategis behavioral tergantung pada
lingkungannya sedang strategi fenomenalogis memandang manusia sebagai makhluk
aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri.

Perbedaan pandangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia


tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap
manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai aliran-aliran itu pada umumnya
mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja, dan dengan demikian, suatu aliran
dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut
untuk mengembangkan manusia.

1. Aliran Empirisme

Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih,
artinya tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung
pada pendidikan dan lingkungan. Pendidik memegang peranan penting dengan
menyediakan lingkungan pendidikan yang akan diterima oleh anak sebagai
pengalaman guru dan orang tua paling menentukan hasil pendidikan. Pendidikan
dibentuk oleh pengalaman, bukan tergantung dari dasar diri anak. Locke
menyarankan bahwa guru dan orang tua berperan sebagai model, menunjukkan
kualitas tingakh laku yang baik. Anak-anak harus ditunjukkan tentang dunia
sebagaimana adanya, termasuk kejelekan dan bahaya sehingga akan menyadari
apa yang harus dihindari dan apa yang harus dicapai. Menurut pandangan
empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab pendidikan
kepada anak menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dna akan diterima
oelh anak sebagai pengalaman. Pengalaman itu tentunya yang sesuai dengan
tujuan pendidikan.

Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan


peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan
dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena
mempunyai bakat tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung
keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri
yang berupa kecerdasan atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan
yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya.
Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat
yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat diubah,
umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan
scientific psycology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu
menjadikan prilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap
menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
Meskipun demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga masih bervariasi
dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu
sebagai berikut:

a. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi.

b. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari


sesuatu perilaku.

c. Pandangan yang menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap


perilaku.

Seperti yang akan dikemukakan pada butir atau aliran konvergensi pada
bagian ini, beberapa pendapat dalam pandangan behavioral tersebut tidak lagi
sepenuhnya ala ”Tabula Rasa” dari J. Locke, karena telah mulai diperhatikan pula
faktor-faktor internal dari manusia.

2. Aliran Natifisme

Aliran ini ditokohi Schopen Hauwer (Jerman : 1788-1860) berpendapat


bahwa manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah jadi, sehingga
faktor pendidikan dan lingkungan tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan
anak, yang baik akan menjadi baik dan yang jelek akan menjadi jelek. Aliran ini
berpendapat sekalipun diperlukan pendidikan, pendidikan tersebut hanya
bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak
lahir. Hasil perkembangan anak tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah
diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan
dan perkembangan anak. Oleh karena itu hasih akhir pendidikan ditentukan oleh
pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Pendidikan yang
tidak sesuai dengan bakat dan perkembangan anak sendiri. Istilah nativisme dari
asal kata Native yang berarti terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada
artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan
anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai
pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat. Sebaliknya kalau anak
mempunyai pembawaan baik maka ia akan menjadi orang baik. Pembawaan
buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar.

Meskipun dalam sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya


(secara fisik) dan anak juga mewarisi bakat dan sifat dari orang tuanya. Tetapi
pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan
perkembangan. Masih banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan anak dalam menuju kedewasaan. Pandangan konvergensi akan
memberikan penjelasan tentang pentingnya kedua faktor yaitu pembawaan atau
hereditas dan lingkungan dalam perkembangan anak. Terdapat suatu pokok
pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu
terdapat suatu ’inti’ pribadi yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri,
mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang
menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.

Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman


dalam belajar. Itu ataupun penerimaan dan persepsi seorang banyak ditentukan
oleh kemampuan memberi makna kepada apa yang dialaminya itu. Pendekatan ini
sangat mementingkan pandangan holistik (menyeluruh, gestait) serta pemahaman
perilaku orang dari sudut pandang si empunya perilaku itu. Terdapat variasi
pendapat dari pendekatan phenomenologi/humanistik tersebut sebagai berikut :

1. Pendekatan aktualisasi diri atau non direktif.

2. Betapa pentingnya memahami hubungan ”transaksi” antara manusia dan


lingkungannya sebagai bekal awal memahami perilakunya.

3. Pendekatan ”gestait” baik yang klasik maupun pengembangan selanjutnya.

4. Pendekatan ”search for meaning” dengan aplikasinya sebagai logotherapy dari


viktor franki yang mengungkapkan betapa pentingnya semangat (human spirit)
untuk mengatasi berbagai tantangan masala yang dihadapi.

3. Aliran Naturalisme

tokoh aliran ini adalah JJ. Rousseau (Perancis : 1712-1778). Menurut


aliran ini manusia itu pada waktu lahir mempunyai pembawaan baik karena pada
dasarnya manusia baik karena pada dasarnya biarkan berkembang baik di
alamnya. Hukum yang mutlak bagi pendidikan masa anak-anak ialah tindakan
belajar mengajak.
Tokoh aliran ini William Sterm (Jerman 1871-1939) yang berpendapat
bahwa anak sejak lahir membawa potensi-potensi namun dalam perkembangan
selanjutnya tergantung pendidikan dan lingkunganya. Pembawaan tidak akan
berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan aturan
lingkungan. Sebaliknya pendidikan atau lingkungan tidak akan berhasil dengan
baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnya. Seorang
anak memang mempunyai potensi-potensi yang berbeda-beda pada dirinya, jika
potensi tersebut tidak dikembangkan tidak akan dapat ditunjukkan oleh seseorang
tersebut. Lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan dalam potensi-
potensi anak. J.J Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan
masyarakat yang serba dibuat-buat (artificia) sehingga kebaikan anak-anak yang
memperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara
spontan dan bebas.

4. Aliran Konvergensi

perintis aliran ini adalah William Sterm (1871-1938) seorang ahli


pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di
dunia ini sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Itu semua
tergantung pada lingkungan dan perkembangan potensi anak dalam belajar
menyikapi perilakunya agar dapat menjadi lebih baik. Tanpa adanya dukungan
lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan
yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau
memang dalam diri anak tidak dapat menghasilkan perkembangan anakyang
optimal kalau memang diri anak tidak terdapat bakat yang mengembangkan itu.
Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungna yang sama)
untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya
perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaan situasi lingkungan, biarpun
lingkungnan kedua anak tersebut menggunakan bahasa sama.

5. Pengaruh aliran klasik terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.

Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di indonesia melalui


upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah Belanda
dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda
pada masa penjajahan seperti diketahui, sistem persekolahan diperkenalkan oleh
pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, sebelum masa itu pendidikan di seluruh
masyarakat, keluarga belum dikenal.

2. Bagaimanakah implikasi karakteristik manusia Indonesia terhadap pendidikan?

 Implikasi terhadap dasar dan akar pendidikan


Pendidikan nasional harus berakar pada nilai nilai agana dan kebudayaan nasional
serta menempatkan pancasila dan UUd 1945 sebagai dasar Pendidikan nasional
 Implikasi terhadap pengelolaan pendidikan
Kebijakan pengelolaan dalam system pendidikan nasional bersifat dekontrasi yang
tercermin dalam pasal 50 UU RI N0 20 tahun 2003
 Implikasi terhadap kurikulum pendidikan
Pendidikan diselenggarakan sebagai pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik ,
Pendidkan hendaknya memuat kurikulum yang mengembangkan seluruh kemampuan
atau kecakapan hidup berbudaya dalam cakupan luas yang meliputi berbagai elemen
 Implikasi terhadap wajib belajar
Kebijakan mengenai peningkatan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi semua
anak usia pendidikan dasar dengan target utama daerah serta masyarakat miskin dan
terisolasi.Kebijakan tentang keragaman satuan pendidikan penyelenggara wajib
belajar pendidikan dasar berupa : sd biasa sd kecil,sd pamong,sd luar biasa sd terpadu,
Program kejar paket A .ujian persamaan sd. Madrasah Ibtidaiah dan pondok
pesantren.SLTP biasa,SLTP
kecil,SLTPTerbuka,program kejar paket B
 Implikasi terhadap Gerakan nasional orang tua asuh
Ada kebijakan untuk melaksanakan peranan orang tua asuh oleh lapisan masyarakat
yang berstatus sosial ekonomi tinggi sehingga dapat mengatasi kesulitan biaya
pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Dikeluarkannya Instruksi menteri dalam
neegeri no 8 tahun 1997 tentang “pembentukan lembaga gerakan nasional orang tua
asuh”
 Implikasi terhadap karakteristik kebudayaan terhadap praktek pendidikan
Pancasila dan uud 1945 sebagai dasar pendidikan kita memang perlu melestarikan
kebudayaan lama yang mapan sebalikna pula tidak menolak adanya perubahan

3. Permasalahan apa yang terjadi pada dunia pendidikan dalam satu tahun terakhir?
(Jawab pertanyaan ini, dengan menyajikan informasi tentang permasalahan dunia pendidikan
yang di muat di media massa, baik media online maupun cetak).

1. Sumber-sumber Terbatas
2. Perkembangan Ilmu dan Teknologi yang Sangat Pesat

3. Sistem yang Salah

4. Kepemimpinan Belum Mantap

https://www.google.com/search?
ei=YibpWv3lC4v_vgSnkIuwDA&q=Permasalahan+pada+dunia+pendidikan+dalam+sa
tu+tahun+terakhir
%3F&oq=Permasalahan+pada+dunia+pendidikan+dalam+satu+tahun+terakhir
%3F&gs_l=psy-ab.3...195058.198643.0.200105.17.13.0.0.0.0.615.2492.4-
3j2.5.0....0...1c.1.64.psy-ab..16.0.0....0.QuILa4ToJUI

Masalah-masalah yang di hadapi dalam dunia pendidikan yaitu :

 Masalah Penduduk

Masalah penduduk merupakan satu masalah pokok yang dihadapi seluruh bangsa
indonesia. Masalah ini sangat penting sebab bidang pendidikan dan bidang-bidang
lainnya tidak dapat diperkembangkan tanpa memperhatikan masalah kependudukan.

 Sumber-sumber Terbatas
Sumber-sumber yang kita perlukan untuk menaikan laju pertambahan biaya
pendidikan, pada analisan terakhir tergantung pada tingkat kemakmuran.
Kemakmuran tidak hanya dapat dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi saja.
Kekurangan sumber dapat dilihat pada kurangnya dana, tenaga dan fasilitas.

 Undang-undang Pendidikan Belum Lengkap

Masalah masih belum lengkapnya perundang-undangan pendidikan dan kebudayaan,


ini merupakan salah satu sebab utama masih belum lengkap dan belum sempurnanya
peraturan-peraturan serta cara-cara kerja, pada hal itu semua sangat perlu untuk
menjamin lancarnnya gerak roda pembaharuan pendidikan.

 Tingkat Kesejahteraan Tenaga-tenaga Pendidikan dan Kebudayaan

Tingkat kesejahteraan yang masih rendah merupakan hambatan besar bagi


pembaharuah pendidikan yang kita cita-citakan. Proses pembaharuan pendidikan
tidak cukup dengan meningkatkan kemantapan kemempinan pendidikan, sebab kalau
tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan petugas-petugas pelaksananya akan
lemah seluruh sendi-sendi kepemimpinan dan organisasi pembaharuan.

 Perkembangan Ilmu dan Teknologi yang Sangat Pesat

Pengetahuan manusia tentang alam semesta, dunia dan dirinya sendidi telah
bertambah banyak sekali. Pertambahan ini kian lama berjalan dengan derap yang kian
cepat. Laju pertambahan bahkan dapat kita katakan berlangsung secara geometris.
Yang perlu kita pikirkan ialah mengembangkan kemampuan dan sikap obejktif kreatif
untuk mengkontruksi pengalaman, dan penerapan prinsip-prinsip pengetahuan yang
mereka kuasai. Hal ini banyak dipengaruhi oleh mutu pendidikan : dalam
merumuskan tujuan mengajar, dalam cara-cara mengajar, dalam tehnik-tehnik
evaluasi yang betul dan relevan dengan tujuan-tujuan mengajar yang diterapkan. Soal
penting yang perlu diketahui, ialah kenyataan bahwa dalam penerapan pengetahuan
dan teknologi, bidang pendidikan biasanya ketinggalan dari misalnya bidang
perniagaan dan pertahanan.

 Sistem Komunikasi Lemah

Lemahnya sistem komunikasi, termasuk kurangnya sarana-sarana, telah membuat


masalah (problem) geografi (luas wilayah indonesia) menjadi masalah yang besar.
Besarnya masalah geografi dan komunikasi ini tampak lebih nyata jika dihubungkan
dengan masalah adminitrasi pendidikan, misalnya masalah penilaian atau pembinaan.

 Sikap Pandangan Negatif

Eratnya hubungan dengan siakp menggantungkan diri dan kurang insiatif ialah sikap
yang cenderung menyerahakan sebanyak mungkin tanggung jawab pembiayaan
pendidikan pada pemerintah. Pemerintah memang menyadari bahwa disamping
keterbatasan sumber-sumber keuangan yang ada pada pemerintah, rakyatpun sebagian
besar sangat terbatas kemampuan keuangannya untuk membiayai pendidikan, karena
itu pemerintah tidak akan menuntut hal-hal yang terlalu jauh dari kemampuan
masyarakat.
 Sistem yang Salah

Sistem yang salah, dan kepemimpianan yang belum mantap, keduanya merupakan
masalah di dalam pendidikan. Meskipun demikian dalam proses pembaharuan
pendidikan dan kebudayan, keduannya menempati kedudukan yang lain dari masalah-
masalah pendidikan pada umumnya. Pembaharuan memerlukan prasarana yang baik
dan kuat, berupa sistem dan kepemimpinan untuk mensukseskan segala upaya kita.
Tetapi justru sistem dan kepemimpinan itu sendiri perlu diperbaiki karen masih salah
atau lemah. Itulah sebabnya, dalam pembahasan ini, baik sistem yang salah maupun
kepemimpinan yang lemah, disejajarkan dengan faktor-faktor penghambat lainnya.

 Kepemimpinan Belum Mantap

Masih tampak belum mantapnya kepemimpinan dari semua komponen penyelenggara


pendidikan. Struktur organisasi dan tata kerja masih belum mencapai titik yang
memungkinkan suatu mekanisme pembaharuan dan perencanaan, pengembangan,
pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, dan komunikasi bekerja secara lancar.
Peningkatan daya kepemimpinan ini memerlukan pengalaman dan pendidikan yang
cukup lama bagi para pelaksananya di semua komponen. Kemantapan kepemimpinan,
dalam arti keahlian hubungan manusiawi, kejujuran dan dedikasi, adalah salah satu
syarat mutlak bagi berhasilnya semua rencana.

Anda mungkin juga menyukai