PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
a. Mengumpulkan data yang komprehensif untuk menilai kondisi dan masalah pada pasien.
b. Memahami pelayanan apa yang dicari pasien.
c. Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien.
d. Menetapkan diagnosa awal
e. Memahami respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya.
1.3 MANFAAT
a. Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan secara tepat, cepat, dan berkesinambungan oleh
petugas yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Petugas dapat dengan mudah menemukan kembali hasil asesmen sebelumnya didalam
rekam medis.
1
BAB II
RUANG LINGKUP
2
i. Kebidanan
Adalah seluruh rangkaian proses asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien
yang berkesinambungan yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha
memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal
j. Fisioterapi
Adalah seluruh rangkaian proses rehabilitasi medik untuk menghindari cacat fisik
melalui serangkaian penilaian, diagnosa, perlakuan, dan aktivitas pencegahan
k. Asesmen Rencana Pemulangan Pasien Rawat Inap
Adalah proses penyusunan suatu rencana asuhan yang dilakukan maksimal kurang
dari 48 jam setelah pasien masuk rawat inap yang bertujuan memelihara dan meningkatkan
taraf kesehatan pasien pasca dirawat di rumah sakit. Untuk pasien dengan rencana
pemulangan kritis harus memiliki kriteria di bawah ini:
a. Usia lanjut (60 tahun atau lebih)
b. Hambatan mobilisasi
c. Membutuhkan pelayanan medis dan perawatan berkelanjutan
d. Tergantung dengan orang lain dalam aktivitas harian
3
BAB III
TATA LAKSANA
2. Asesmen Awal
Asesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang
mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilisasi leher dan tulang belakang,
menjaga patensi jalan napas, pernapasan,dan sirkulasi.
Asesmen awal harus dilakukan pada saat kontak pertama dengan pasien. Asesmen awal
hendaknya dilakukan dengan cepat dan hanya memerlukan waktu beberapa detik hingga satu
menit. Asesmen awal yang cepat dan tepat akan menghasilkan diagnosa awal yang dapat
digunakan untuk menentukan penanganan yang diperlukan oleh pasien.
Asesmen awal dan diagnosa awal menentukan apakah pasien membutuhkan pelayanan
segera-gawat darurat. Selain itu, asesmen awal dapat membantu menentukan apakah kondisi
pasien kritis, tidak stabil, berpotensi tidak stabil atau stabil. Asesmen awal dapat membantu
menentukan apakah pasien membutuhkan pelayanan kesehatan gawat darurat, rawat jalan
ataupun rawat inap.
4
2.1 Asesmen Awal Medis
DPJP secara menyeluruh dan sistematis mengidentifikasi masalah kesehatan pasien
dengan melakukan :
A. ANAMNESA
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit dalam keluarga
e. Riwayat pekerjaan
f. Riwayat tumbuh kembang
B. PEMERIKSAAN FISIK/PRA BEDAH
I. Vital sign:
a. Keadaan umum
b. Kesadaran/GCS
c. TD
d. Nadi
e. RR
f. Suhu
g. BB
h. Makan minum terahir jam
II. Generalis
a. Kepala
b. Mata
c. THT
d. Leher
e. Mulut
f. Jantung dan pembuluh darah
g. Thoraks, Paru-paru, dan Payudara
h. Abdomen
i. Kulit dan System Limfatik
j. Tulang belakang dan anggota tubuh
k. Sistem saraf
l. Genetalia, anus, dan rectum
III. Diskripsi Status Lokasi (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
IV. Pemriksaan penunjang
V. Diagnosa masuk
VI. Therapi
5
VII. Rencana Tindakan ( Khusus Pasien Pra Bedah)
C. Skrining Nyeri
Semua pasien yang masuk ke rawat inap harus dilakukan skrining nyeri. (lihat Panduan
Manajemen Nyeri)
6
2.3 ASESMEN AWAL NYERI
I. Intensitas Nyeri Numeric Rating Scale, untuk anak 3 tahun dan dewasa.
1) NRS/VA
2) Wong Baker Face Scale
II. Skala Nyeri Flacc untuk anak <3th
III. Management nyeri
Pada pasien geriatri seringkali dijumpai denyut nadi yang irreguler. Hal ini jarang
sekali berbahaya. Akan tetapi frekuensi nadi, baik itu takikardi (terlalu cepat) maupun
bradikardi (terlalu lambat) dapat mengancam nyaw.
Pada asesmen awal ini, apabila teridentifikasi kebutuhan tambahan asesmen
khusus, pasien dirujuk kedalam atau keluar rumah sakit.
Kriteria pasien yang perlu dirujuk ke dalam rumah sakit (di konsultasikan ke
Dokter Spesialis lain), yaitu yang memerlukan pemeriksaan dan penanganan dokter
spesialis lain
Kriteria pasien yang harus dirujuk ke luar rumah sakit:
7
3. Asesmen Ulang
Asesmen ulang didokumentasikan pada lembar CPPT untuk medis yang berisi SOAP
(Subjektif, Objektif, Asesmen, Planning).
a. Bagian subyektif (S), berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi yang
diberikan oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting, atau yang merawat.
Jenis informasi dalam bagian ini meliputi:
1) Keluhan/gejala-gejala atau alasan utama pasien datang ke rumah sakit,
menggunakan kata-katanya sendiri (keluhan utama).
2) Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat penyakit
saat ini).
3) Riwayat penyakit dahulu (pada masa lampau).
4) Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping (dari pasien, bukan
dari profil obat yang terkomputerisasi).
5) Alergi.
6) Riwayat sosial dan/atau keluarga.
7) Tinjauan/ulasan sistem organ
b. Bagian Objektif (O), berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes-tes diagnostik
dan laboratorium dan terapi obat
c. Bagian Aesmen (A), menilai kondisi pasien untuk diterapi
d. Bagian Plan (P), berisi rencana pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan, rencana
terapi yang akan diberikan dan rencana pemantauan khusus yang akan dilakukan
untuk menilai perkembangan kondisi pasien..
Semua pasien di asesmen ulang berdasar interval tertentu sesuai kondisi dan pengobatan
yang diterimanya untuk mengetahui respon pasien terhadap pengobatan, perencanaan pengobatan
lanjutan, atau pemulangan pasien. Asesmen ulang keperawatan dilakukan tiap 15 menit untuk
pasien akut dan tiap 8 jam untuk pasien nonakut, sedangkan asesmen ulang medis dilakukan
setiap hari sekali.
Kriteria pasien akut:
a. Semua pasien gawat darurat
b. Pasien dengan penyakit yang mengancam nyawa yang dapat menimbulkan kematian dalam
beberapa menit.
Kriteria pasien nonakut:
a. Pasien yang tidak gawat darurat.
b. Pasien dengan penyakit yang tidak mengancam nyawa.
8
.
9
4. Asesmen Kebidanan
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap pemeriksaan akan
dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasi masalah kebidanan pada pasien, antara lain:
a. Identitas pasien
b. Permintaan Visum et Repertum
c. Diagnosa
d. Tindak lanjut
e. Identitas suami
I. Data Subyektif
1. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh ibu yang menyebabkan
adanya gangguan, diantaranya adalah
1) After pain (mules-mules pada perut)
2) Masalah pengeluaran pengeluaran lochea
3) Nyeri pada bekas jahitan
4) Nyeri dan tegang payudara karena bendungan ASI
10
5) Cemas karena belum bisa bertemu bayinya
2. Riwayat Keluhan
Apa saja yang pernah dirasakan oleh ibu
3. Riwayat Menstruasi
1) Menarche
2) Siklus
3) Teratur
4) Tidak teratur
5) Lama
6) Volume
7) Keluhan saat haid
4. Riwayat Perkawinan
1) Status
2) Berapa kali
3) Umur menikah
4) Tahun menikah
5) cerai
5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
1) Kehamilan keberapa
2) Umur kehamilan
3) Jenis persalinan
4) Penolong
5) BBL
6) Keadaaan anak sekarang
7) Menyusui
6. Riwayat KB
1) Kapan
2) Jenis
3) Lamanya
7. Riwayat Hamil Ini
ANC yang sudah dilakukan, keluhan serta tindakan apa yang sudah didapatkan
8. Riwayat Penyakit yang Lalu
Penyakit apa yang pernah diderita oleh ibu dan mendukung dengan keadaannya
sekarang
9. Riwayat Alergi
Apakah pernah mengalami alergi
10. Riwayat Ginekologi
11
Apakah pernah mengalami gangguan kesehatan reproduksi
11. Kebutuhan Bio-psiko-sosial
1) Pola makan
2) Pola minum
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat
5) Psikologi
6) Dukungan sosial
7) Spiritual
II. Data Obyektif
1. Keadaaan umum
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, temperatur, pernafasan,
keadaan umum pada setiap kasus. Tekanan darah dan nadi harus diukur setiap
seperempat jam pada periode pemulihan sesaat pasca operasi. Suhu harus
diukur setiap 2 jam (Myles, 2009). Suhu yang melebihi 380C pasca pembedahan
hari ke 2 harus dicari penyebabnya. Yakinkan pasien bebas demam selama 24
jam keluar dari rumah sakit. Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan
antibiotika sampai bebas demam selama 48 jam (Sarwono, 2008).
Kesadaraan, kaji kesadaran pasien saat melakukan pemeriksaan meliputi
komposmentis, sopporus, letargik, semi koma, somnolent, koma. Kaji skala
nyeri yang dirasakan pasien.
2. Pemeriksaan fisik
Dilakukan secara fokus sesuai dengan kasus yang dikerjakan. Pemeriksaan
yang dilakukan pada kasus kebidanan mulai dari abdomen, genetalia, dan
ekstermitas.
III. Pengkajian Resiko
Infeksi Apakah mengalami infeksi: MRSA, TB, dll dan tindakan apa yang sudah
dilakukan.
IV. Pemeriksaan Penunjang
ECG, Radiologi, Laboraterium
V. Kebutuhan Edukasi
VI. Kebutuhan Edukasi
VII. Assement
VIII. Terapi
IX. Kondisi Pasien Saat Pindah/ Pulang dari IGD
X. Lembar Catatan Persalinan
12
8. Asesmen Pasien Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang
cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama
perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar
pengkajian pasien atau asesmen yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya.
Prosedur dan pedoman asesmen pasien IGD adalah sebagai berikut:
a. Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat harus mendapatkan pelayanan yang cepat
dan tepat. Pada pasien-pasien dilakukan asesmen berikut secara berurutan
1) Asesmen awal.
Asesmen ini dilakukan sesuai dengan fungsi memberikan respons yang sesuai dengan
keadaan pasien yang bersangkutan.
2) Asesmen ulang
b. Intervensi medis dilakukan sesuai dengan hasil asesmen yang diperoleh. Intervensi medis
harus dilakukan secara cepat dan tepat
c. Setelah keadaan gawat daruratnya diatasi, pasien ditentukan apakah bisa menjalani
perawatan rawat jalan atau harus mendapatkan pelayanan rawat inap
13
b. Dokter melakukan asesmen awal dan menentukan apakah pasien bisa dilayani di Instalasi
Rawat Jalan atau seharusnya mendapatkan pelayanan segera di Instalasi Gawat Darurat.
Pasien yang harus mendapatkan pelayanan segera ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
c. Dokter melakukan asesmen terfokus kasus medis atau trauma sesuai dengan kondisi
pasien.
d. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan atau meminta pasien untuk
menceritakan keluhan yang dirasakan sehingga membuat pasien datang untuk berobat.
e. Dokter menambahkan atau memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan pasien sehingga keluhan pasien menjadi lebih lengkap dan terperinci
f. Dokter menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat alergi atau
pemakaian obat sebelumnya.
g. Perawat melakukan pengukuran tanda-tanda vital: kesadaran, tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi pernapasan dan suhu badan serta berat badan, terutama untuk pasien anak-
anak. Apabila perawat atau dokter meragukan hasil pemeriksaan yang dilakukan maka
dokter akan melakukan sendiri pemeriksaannya.
h. Dokter melakukan asesmen menyeluruh dan terarah sesuai dengan keluhan pasien.
i. Perawat mengkaji status nyeri dan status psikologis pada setiap pasien rawat jalan.
Pengkajian status nyeri dilakukan berdasarkan asesmen status nyeri yang telah ditetapkan.
j. Apabila diperlukan, dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang baik
laboratorium atau radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti patalogi anatomi
dan lain-lain untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit pasien secara lebih pasti.
k. Dokter membuat kesimpulan dari semua informasi yang diperoleh selama proses rawat
jalan berupa diagnosa sementara dan differensial diagnosa.
l. Dokter memberikan pengobatan dan/atau rencana pelayananan selanjutnya seperti rawat
inap, konsultasi spesialisasi lain atau tindakan lainnya. Untuk rawat inap, pasien dan
keluarga diarahkan ke prosedur pasien rawat inap. Konsultasi spesialisasi harus dilakukan
secara tertulis melalui lembaran konsultasi dan hasil konsultasi dicatat dalam rekam
medis.
m. Tindakan dilakukan setelah adanya persetujuan tindakan medis (informed consent) dari
pasien atau keluarga pasien.
n. Semua informasi diatas wajib diperoleh dari pasien dan/atau keluarga pasien dan harus
dicatat secara lengkap dan terperinci dalam status rawat jalan dan didokumentasikan
dalam rekam medis.
o. Untuk pelayanan kesehatan gigi di Klinik Gigi ditambahkan odontogram dalam rekam
medisnya.
14
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/III/2008 tentang Rekam Medis bahwa isi rekam medis untuk pasien rawat
jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
Isi minimal asesmen pasien rawat jalan adalah informasi atau data minimal yang harus
dikaji dari pasien rawat jalan. Isi minimal asesmen pasien rawat jalan rs. Rahman Rahim
mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/III/2008
dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah sebagai berikut
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit, status
psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau alergi obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik serta skala nyeri
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
Berikut, isi minimal asesmen pada masing-masing disiplin klinis di rawat jalan:
a. SMF Penyakit Dalam
i) Anamnesa
ii) Pemeriksaan Fisik
iii) Pemeriksaan Penunjang
15
ii) Riwayat Persalinan
iii) Riwayat menstruasi : a. HPHT
b. KB
iv) Kesadaran: a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Respiratory Rate
d. Berat Badan
e. Tinggi Badan
v) Pemeriksaan Fisik: a. Obstetri : 1) Payudara
2) Abdomen
3) TFU
4) VT
b. Gynaecologi: 1) V/V
2) Portio
3) CU
4) AP
5) CD
vi) Pemeriksaan penunjang: a. Laboratorium
b. USG
c. SMF Anak
i) Anamnesa
ii) Pemeriksaan Fisik
iii) Pemeriksaan: a. Hasil Laboratorium
b. Radiologi
d. SMF Bedah
i) Anamnesa
ii) Pemeriksaan Fisik
iv) Pemeriksaan Penunjang
16
b. Status Lokalis: Look, Feel, Movement
iii) Pemeriksaan: a. Laboratorium
b. Radiologi
c. Aspirasi
d. Culture & Sensitivity Test
e. Patologi Anatomi
g. SMF Syaraf
i) Anamnesa
ii) Pemeriksaan Fisik: a. Status General
b. Status Neurologis
iii) Pemeriksaan Penunjang
h. SMF Mata
i) Anamnesa
ii) Pemeriksaan: a. Visus OD, Visus OS
b. Slit lamp
c. Tonometri TOD, Tonometri TOS
d. Funduscopy ODS FOD, Funduscopy ODS FOS
17
Rawat inap merupakan kelanjutan dari pelayanan kesehatan rawat jalan atau pelayanan
gawat darurat. Pelayanan rawat inap bertujuan untuk melakukan pemantauan lebih lanjut
terhadap kondisi pasien terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif atau pasien yang
kondisinya masih belum stabil sehingga masih memerlukan tindakan-tindakan yang paling baik
dilakukan di dalam rumah sakit.
Rawat inap bertujuan agar segala pelayanan medis yang diperlukan dapat diberikan secara
komprehensif dan optimal agar pasien memperoleh kesembuhan dalam waktu yang lebih cepat.
Untuk itu, diperlukan pengkajian dan pengamatan yang lebih menyeluruh dan terperinci serta
berulang-ulang terhadap setiap perubahan kondisi pasien yang mungkin saja terjadi selama
perawatan.
Prosedur dan panduan asesmen pasien rawat inap RS. RAHMAN RAHIM adalah sebagai
berikut :
a. Identitas pasien rawat inap harus selalu dikonfirmasi pada awal pemberian pelayanan
kesehatan.
b. DPJP melakukan asesmen sesuai dengan kondisi pasien saat diperiksa, berupa asesmen
awal dan asesmen ulang.
c. Berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan, DPJP memberikan pengobatan dan
merencanakan pelayanan selanjutnya atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.
d. DPJP dapat melakukan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lainnya bila diperlukan.
e. DPJP memberikan penjelasan mengenai semua hal yang berkaitan dengan kondisi pasien
meliputi keadaan penyakit, pengobatan yang diberikan, pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yang dilakukan, rencana pelayanan dan tindakan selanjutnya, perkiraan lama
rawatan dan rencana pemulangan (discharge planning) kepada pasien dan keluarganya.
f. DPJP juga memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
pasien dan atau keluarga.
g. DPJP dapat melakukan konsultasi ataupun perawatan bersama dengan dokter bidang
spesialisasi lainnya bila diperlukan dengan mengisi lembaran konsultasi yang telah ada.
h. DPJP melakukan asesmen ulang setiap hari dengan melakukan visite dan menjelaskan
perkembangan keadaan penyakit pasien dan rencana pengobatan kepada pasien dan
keluarga atau penanggung jawab pasien.
i. Perawat menjalankan pelayanan sesuai dengan rencana pengobatan yang diinstruksikan
oleh DPJP.
j. Perawat melakukan asesmen keperawatan sesuai dengan pedoman dan panduan yang
telah ditetapkan.
k. Perawat melakukan asesmen nyeri dan asesmen resiko jatuh pada setiap pasien rawat inap
sesuai dengan pedoman dan panduan yang ada
18
l. Pengkajian ulang pasien dilakukan sesuai dengan perubahan kondisi pasien yang bisa
terjadi secara tiba-tiba. Setiap perubahan dan perkembangan dari kondisi pasien harus
diketahui dan dilaporkan kepada DPJP
m. Setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien harus mendapat persetujuan dari pasien
atau keluarga/penanggung jawab. Tindakan dilakukan setelah adanya persetujuan
(informed consent)
n. Seluruh informasi yang diperoleh dan tindakan pengobatan serta pelayanan yang
diberikan kepada pasien harus didokumentasikan secara terintegrasi dalam rekam medis
dan dapat diakses sewaktu-waktu apabila diperlukan.
o. DPJP membuat resume medis berupa ringkasan dari seluruh pelayanan kesehatan yang
telah diberikan selama perawatan saat pemulangan pasien.
Isi minimal asesmen pasien rawat inap RS. Rahman Rahim mengikuti Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/III/2008 dan pedoman Standar
Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) adalah sebagai berikut:
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
19
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit, status
psikologis dan ekonomi serta riwayat pemakaian atau alergi obat sebelumnya
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e. Hasil skrining gizi, nyeri, dan status fungsional (termasuk resiko jatuh)
f. Diagnosis
g. Rencana penatalaksanaan dan rencana pulang (discharge planning)
h. Pengobatan dan atau tindakan
i. Catatan observasi klinis yang terintegrasi dan hasil pengobatan
j. Discharge planning
k. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (informasi mengenai penyakit, edukasi
kepada keluarga)
l. Persetujuan tindakan bila diperlukan
m. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan
20
c. Langkah 3: adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan berikan
skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami penyakit
akut dan sangat sedikit/tidak terdapat asupan makanan > 5 hari, diberikan skor 2
d. Langkah 4: tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk menilai
adanya risiko malnutrisi:
a) Skor 0 = risiko rendah
b) Skor 1 = risiko sedang
c) Skor ≥ 2 = risiko tinggi
e. Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan
berikut ini :
a) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien dirumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan)
b) Risiko sedang
Observasi: Catat asupan makanan selama 3 hari.
Jika asupan adekuat, ulangi skrining: pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan).
Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningkatan asupan
nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi secara teratur
c) Risiko tinggi
Tatalaksana: rujuk ke ahli gizi, perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi, pantau dan
kaji ulang program pemberian nutrisi. Pada pasien di rumah sakit (tiap minggu),
pada pasien rawat jalan (tiap bulan).
d) Untuk semua kategori:
Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis makanan,
catat katagori risiko malnutrisi, catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti
kebijakan setempat
12. Asesmen Gizi Pasien Anak
a. Asesmen Gizi Pasien Anak > Lima Tahun Menggunakan grafik CDC dengan rumus: %
IBW = (BB Aktual/BB Ideal) x 100 % Klasifikasi % IBW :
1) Obesitas: > 120 % BB Ideal
2) Overweight: > 110 % - 120 % BB Ideal
3) Gizi Normal: 90 % - 110 % BB ideal
4) Gizi Kurang: 70 % - 90 % BB Ideal
5) Gizi Buruk: < 70 % BB Ideal
21
b. Asesmen Gizi Pasien Anak < Lima Tahun Dengan melihat grafik Z – Score WHO 2005:
BB/TB, BB/U, TB/U. Usia O – 2 tahun laki-laki warna biru dan perempuan warna merah
muda. Usia 2 – 5 tahun laki-laki warna biru dan perempuan warna merah muda.
Penilaian skala nyeri dilakukan sesuai dengan usia dan keadaan pasien:
a. NIPS (Neonatus Infant Pain Scale)
Merupakan alat ukur tingkah laku untuk mengukur rasa nyeri pada neonatus kurang bulan
dan cukup bulan.Untuk mengukurnya bisa dibantu dengan alat monitor sebelum, selama dan
sesudah suatu rangsangan nyeri.Ini dikembangkan oleh Rumah Sakit Anak di Ontario Timur.
Parameter ada enam dengan skor 0 (terendah) sampai dengan 7 (tujuh). Nilai 0-2 untuk
tidak nyeri atau nyeri ringan, 3-4 untuk nyeri ringan sampai moderat, >4 untuk nyeri berat.
Keterbatasan skala ini bisa terjadi false skala yang rendah apabila dilakukan pengukuran pada
bayi yang terlalu sakit untuk merespon rangsangan atau mendapat obat pelumpuh otot.
22
Lengan Santai/Tenang 0
Fleksi/Ekstensi 1
Kaki Santai/Tenang 0
Fleksi/Ekstensi 1
Keadaan Bayi Tidur/Bangun 0
Rewel 1
23
Posisi tubuh meringkuk kaku/ 2
spasme/menyentak
Cry/ menangis Tdk menangis 0
Merintih, merengek 1
Menangis tersedu-sedu, terisak-isak, menjerit 2
Consolability/ Senang/rileks 0
Dapat ditenangkan dg sentuhan, 1
kemampuan
pelukan/berbicara, dapat dialihkan
ditenangkan
Sulit/tdk dapat ditenangkan dg pelukan, 2
sentuhan/distraksi
Cara menggunakan skor FLACC:
1) Pada pasien yang sadar/bangun: pengamatan pasien dilakukan selama 1-5 menit atau
lebih. Bagian yang diamati adalah tungkai dan tubuh yang terbuka/terlihat, perubahan posisi
dan aktivitas, kemudian pemeriksa meraba tubuh pasien untuk menilai ketegangan otot, dan
melakukan intervensi atau konseling jika diperlukan.
2) Bila pasien tertidur: pengamatan dilakukan selama 5 menit atau lebih. Bagian yang
diamati adalah tubuh dan tungkai yang terbuka/terlihat. Jika memungkinkan rubah posisi
pasien, raba tubuh pasien, serta nilai ketegangan otot.
Interpretasi hasil skala FLACC :
Relaks/Tidak Nyeri :0
Nyeri Ringan : 1-3
Nyeri Sedang : 4-6
Nyeri Berat : 7-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
24
None Mild Moderate Severe
Skala ini menggunakan garis mendatar atau tegak lurus yang memiliki ukuran (1cm) untuk
menggambarkan kualitas nyeri. Ujung akhir dari garis itu adalah penjelasan verbal terhadap nyeri
yang paling hebat. Peneliti merekomendasikan skala ini untuk anak diatas 8 tahun s/d dewasa
16. Asesmen Pasien dengan Infeksi atau Penyakit Menular
Asesmen pasien dengan infeksi atau penyakit menular dilakukan dengan
mengidentifikasi:
a. Diagnosa medis sementara
b. Cara penularan penyakit
c. Dalam pengobatan penyakit tersebut atau tidak, kalau “Ya”, jelaskan nama penyakit
beserta obat yang dikonsumsi dan dosisnya
d. Adakah keluarga yang menderita penyakit yang sama?
e. Apakah pasien termasuk pasien immunosuppressed?
f. Kebutuhan ruang isolasi
25
Asesmen yang dilakukan pada pasien korban kekerasan atau penelantaran dengan
mengidentifikasi:
a. Jenis kasus (Kekerasan Fisik/Seksual/Psikis/Pelantaran)
b. Identitas korban
c. Riwayat kejadian
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
f. Pemberian terapi
g. Follow up/Tindak lanjut ke Dokter Spesialis jika diperlukan
26
hari dan ada perubahan kondisi pasien yang signifikan, maka asesmen dinilai ulang. Semua
asesmen tersebut didokumentasikan ke dalam rekam medis oleh petugas yang kompeten.
BAB IV
DOKUMENTASI
27
28
4.1. Standar AP 1.1
29
30
4.2. Standar AP 1.2
31
32
4.3. Standar AP 1.3
33
34
35
4.4. Standar Ap 1.4
36
37
4.5. Standar AP 1.5
38
4.6. Standar AP 1.6
39
BAB V
PENUTUP
Asesmen lengkap pada pasien yang dilakukan baik oleh tenaga medis, keperawatan serta
tenaga kesehatan lainnya sangat diperlukan guna memulai atau menentukan rencana pengobatan
atau pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Lucas Country Emergency Medical Services. Tab 600: pre-hospitalpatient assessment. Oleh :
Toledo; 2010.
San Mateo Country EMS Agency. Patient assesment, routine medicalcare, primary and secondary
survey; 2009.
National Instute of Health warren Grant Magnuson Clinical Center,Pain intensity instruments:
numeric rating scale; 2003.
Craig P, Dolan P, Drew K, Pejakovich P, Nursing assesment, plain ofcare, and patient education:
the foundation of patient care. USA:HCPro, Inc; 2006
41