Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang pada neonatus secara klinis dapat diartikan sebagai perubahan paroksimal dari fungsi
neurologik seperti perubahan perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom sistem saraf yang
terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari. Angka kejadian kejang neonatus yang sebenarnya
tidak diketahui secara pasti karena sulitnya mengelai tanda bangkitan kejang pada neonatus.
gambaran klinis kejang sangat bervariasi bahkan sangat sulit membedakan gerakan normal bayi itu
sendiri. Meskipun demikian, angka kejadian di Amerika Serikat berkisar antara 0,8-1,2 setiap 1000
bayi lahir hidup setiap tahunnya.
Kejang pada bayi baru lahir 85% terjadi pada 15 hari pertama kehidupan dan 65% terjadi
pada hari kedua dan kelima kehidupan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Harris County,
Texas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu kelahiran antara September 1992 sampai Agustus
1994 tercatat sebanyak 207 neonatus dari 116.048 kelahiran hidup terdiagnosis secara klinis
mengalami kejang neonatus. Penelitian serupa dilakukan di California, USA didapatkan 2.332.803
kelahiran hidup dalam rentang waktu 1 Januari 1992 hingga 31 Desember 2002 dan 2213
diantaranya mengalami kejang saat lahir.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas makalah Gadar Maternal Dan Neonatal dengan pokok bahasan tentang
Kejang Neonatus.
2. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang Kejang Neonatus.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis :Sebagai media untuk memberikan informasi atau wawasan dan meningkatkan
pengetahuan tentang Kejang Neonatus.
2. Bagi Pembaca :Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai  bahan bacaan dan
untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang Kejang Neonatus.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kejang pda bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah
lahir (Buku Kesehatan Anak).
Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma serebral.
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun
fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal
Emergensi Dasar).
Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau
sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya penyakit
lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap di
kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting
dari  kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit
penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang
tersebut dengan obat antikonvulsan.
Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-
tiba menangis melengking. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan kesadaran,
gerakan yang tidak menentu (involuntary movements) nistagmus atau mata mengedip-edip
proksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan. Oleh karena itu Manifestasi klinik yang
berbeda-beda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang
belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan kemungkinan Manifestasi
kejang.

B. Etiologi
Menemukan etiologi dari kejang neonatus sangatlah penting. Hal ini berguna untuk melakukan
penanganan secara spesifik dan juga untuk mengetahui prognosis. Berdasarkan literatur,
didapatkan beberapa etiologi dari kejang neonatus yaitu:
 Kejang bayi dengan asfiksia disertai oleh hipoglikemia, hipokalsemia, perdarahan
intracranial, edema otak
 Pada bayi cukup bualn penyebab kejang yang terjadi
- 48 jam pertama : asfiksia, trauma lahir, hipoglikemia

2
- Antara hari ke 5-ke 7 : hipokalsemia yang terjadi bukan karena komplikasi
- Antara hari ke 7-ke 10 : infeksi, kelainan genetik

1. Metabolik
Gangguan metabolik yang menyebabkan kejang pada bayi baru lahir adalah gangguan
metabolisme glukosa, kalsium, magnenisum, elektrolit, dan asam amino. Gangguan
metabolik ini terdapat pada 73% bayi baru lahir dengan kerusakan otak. Berkurangnya level
glukosa dari nilai normal merupakan keadaan tersering penyebab gangguan metabolik pada
bayi baru lahir.
Berbagai keadaan gangguan metabolik yang berhubungan dengan kejang pada neonatus
adalah:
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia pada bayi baru lahir adalah bila dalam tiga hari pertama sesudah lahir,
kadar gula darah kurang dari 20mg% pada bayi kurang bulan atau kurang dari 30mg%
pada bayi cukup bulan pada pemeriksaan kadar gula darah 2 kali berturut-turut, dan
kurang dari 40mg% pada bayi berumur lebih dari 3 hari. Hipoglikemia sering terjadi
pada bayi kecil masa kehamilan, bayi dari ibu penderita diabetes, atau bayi dengan
penyakit berat seperti asfiksia dan sepsis.
Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa serangan apnea, kejang
sianosis, minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan lahir rendah, bayi
kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus, asfiksia.
b) Hipokalsemia
Yaitu keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 8
mg/100 ml atau kurang dari 4 MEq/L. Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus
berkurang, kejang dan diantara dua serangan bayi dalam keadaan baik.
Hipokalsemia jarang menjadi penyebab tunggal kejang pada neonatus. biasanya
hipokalsemia disertai dengan gangguan lain, misalnya hipoglikemia,
hipomagnersemia, atau hipofosfatemia. Diagnosis hipokalsemia adalah bila kadar
kalsium dalam darah kurang dari 7 mg%. Hipokalsemia terjadi pada masa dini
dijumpai pada bayi berat lahir rendah, ensefalopati hipoksik-iskemik, bayi dari ibu
dengan diabetes melitus, bayi yang lahir akibat komplikasi berat terutama karena
asfiksia.
c) Hipomagnesemia

3
Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat
bersama-sama dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain. Gejala kejang yang
tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat sembuh dengan pengobatan
yang adekuat.
d) Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya adalah
kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang
biasanya disebabkan oleh karena trombosis vena atau adanya petekis dalam otak.
e) Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang yang hebat dan
tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain.
Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin
f) Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke janin.
Asfiksia perinatal menyebabkan terjadinya ensefalopati hipoksik-iskemik dan
merupakan masalah neurologis yang penting pada masa neonatal, dan menimbulkan
gejala sisa neurologis di kemudian hari. Asfiksia intrauterin adalah penyebab
terbanyak ensefalopati hipoksik-iskemik. Hal ini karena terjadi hipoksemia,
kurangnya kadar oksigen ke jaringan otak. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi
secara bersama-sama, yang satu dapat lebih dominan tetapi faktor iskemia merupaka
faktor yang paling penting dibandingkan hipoksemia.
2. Perdarahan intracranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin K,
trombositopenia.  Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid, intraventrikulus dan
intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia. Diagnosis yang tepat sukar
ditetapkan, fungsi lumbal dan offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis. Terapi :
pemberian obat anti kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada.
Trauma dan perdarahan intrakranial biasanya terjadi pada bayi yang besar yang dilahirkan
oleh ibu dengan kehamilan primipara. Hal ini terjadi pada partus lama, persalinan yang sulit
disebabkan oleh kelainan kedudukan janin dalam rahim atau kelahiran presipitatus sebelum
serviks uteri membuka cukup lebar. Pada bayi berat lahir rendah dengan berat badan <1500
gram biasanya perdarahan terjadi didahului oleh keadaan asfiksia. Perdarahan intrakranial
dapat terjadi di ruang subarachnoid, subdural, dan intraventrikular atau parenkim otak.

4
3. Infeksi
infeksi dapat terjadi di dalam rahim, selama persalinan, atau segera sesudah lahir. Infeksi
dalam rahim terjadi karena infeksi primer dari ibu seperti toxoplasmosis, rubella,
sitomegalovirus, dan herpes. Selama persalinan atau segera sesudah lahir, bayi dapat
terinfeksi oleh virus herpes simpleks, virus Coxsackie, E. Colli, dan Streptococcus Byang
dapat menyebabkan ensefalitis, meningitis dan tetanus.
4. Gangguan Elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit terutama natrium menyebabkan hiponatremia ataupun
hipernatremia yang kedua-duanya merupakan penyebab kejang. Hiponatremia dapat terjadi
bila ada gangguan sekresi dari anti diuretik hormon (ADH) yang tidak sempurna. Hal ini
sering terjadi bersamaan dengan meningitis, meningoensefalitis, sepsis, dan perdarahan
intrakranial. Hiponatremia dapat terjadi pada diare akibat pengeluaran natrium berlebuham,
kesalahan pemberian cairan pada bayi, dan akibat pengeluaran keringat berlebihan.
Hipernatremia terjadi bila pemberian natrium bikarbonat berlebihan pada koreksi asidosis
dengan dehidrasi.
5. Genetik/kelainan bawaan
6. Penyebab lain
a) Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta, transfuse dari
bayi kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan kadar hemoktrokit di
atas 65%
b) Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya
berikan oksigen untuk sianosisnya
c) Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene

C. Patogenesis
Kejang pada neonatus seringkali tidak dikenali kerena bentuknya yang berbeda dengan
kejang orang dewasa dan anak-anak. Penyelidikan sinemotografi dan EEG menunjukkan bahwa
kelainan pada EGG sesuai dengan twitching dari muka, kedipan muka, menguap, kaku tiba-tiba
dan sebagainya. Oleh karena itu, kejang pada bayi baru lahir tidak spesifikasi dan lebih banyak
digunakan istilah “fit” atau “seizure”.

5
Manifestasi yang berbeda-beda ini disebabkan morfologi dan organisasi dari korteks serebri
yang belum terbentuk sempurna pada neonatus (Froeman, 1975). Demikian pula pembentukan
dendrit, synopsis dan mielinasasi. Susunan syarat pusat pada neonatus terutama berfungsi pada
medulla spinalis dan batang orak. Kelainan lokal pada neuron tidak disalurkan kepada jaringan
berikutnya sehingga kejang umum jarang terjadi.
Batang otak berhubungan dengan gerakan-gerakan seperti menghisap, gerakan bola mata,
pernafasan dan sebagainya, sedangkan fleksi umum atau kekakuan secara fokal atau umum
adalah gejala medula spinalis.

D. Klasifikasi Kejang
Volve (1977)membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1. Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat (Subtle) yang sering tidak di insafi sebagai
kejang. Terbanyak di dapat pada neonatus berupa :
a) Deviasi horizontal bola mata
b) Getaran dari kelopak mata (berkedip-kedip)
c) Gerakan pipi dan mulut seperti menghisap, mengunyah, mengecap, dan menguap
d) Opnu berulang
e) Gerakan tonik tungkai
2. Kejang klonik multifokal (miogratory)
Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke yang lain secara tidak
teratur, kadang-kadang kejang yang satu dengan yang lain dapat menyerupai kejang
umum.
3. Kejang tonik
Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadang dengan flexi kedua lengan menyerupai
dekortikasi/deserebrasi.
4. Kejang miokolik
Berupa gerakan flexi seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada neonatus
5. Kejang umum
Kejang seluruh badan, sianosis, kesadaran menurun
6. Kejang fokal
Gerakan ritmik 2-3 x/detik. Sentakan yang dimulai dari salah satu kaki, tangan atau muka
(gerakan mata yang berputar-putar, menguap, mata berkedip-kedip, nistagmus, tangis
dengan nada tinggi).

6
E. Manifestasi
1) Kejang tersamar
- Hampir tidak terlihat
- Menggambarkan perubahan tingkah laku
2) Bentuk kejang :
- Otot muka, mulut, lidah menunjukan gerakan menyeringai
- Gerakan terkejut-kejut pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap, mengunyah,
menelan, menguap
- Gerakan bola mata ; deviasi bola mata secara horisontal, kelopak mata berkedip-
kedip, gerakan cepat dari bola mata
- Gerakan pada ekstremitas : pergerakan seperti berenang, mangayuh pada anggota
gerak atas dan bawa
- Pernafasan apnea, BBLR hiperpnea
- Untuk memastikan : pemeriksaan EEG
3) Kejang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai
a) Kejang klonik
- Berlangsung selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan
kesadaran
- Dapat disebabkan trauma fokal
- BBL dengan kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala untuk
mengetahui adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri
- Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan dengan
BB>2500 gram
- Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-
pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri diikuti kejang
klonik tungkai bawah kanan
b) Kejang tonik
- Terdapat pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi dengan
komplikasi perinatal berat
- Bentuk kejang : berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, pergerakan tonik umum
dengan ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau ekstensi
tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi
c) Kejang mioklonik

7
- Gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan
terjadinya cepat, gerakan menyerupai refleks moro
4) Gemetar
- Sering membingungkan
- Kadang terdapat pada bayi normal yang dalam keadaan lapar (hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperiritabilitas neuromuscular)
- Gerakan tremor cepat
- Tidak disertai gerakan cara melihatabnormal atau gerakan bola mata
- Dapat timbul dengan merangsang bayi, sedangkan kejang tidak timbul dengan
perangsangan
- Gerakan dominan adalah gerakan tremor
- Pergerakan ritmik anggota gerak pada gemetar dihentikan dengan melakukan fleksi
anggota gerak
5) Apnea
- Pada BBLR pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti nafas 3-6 detik, sering
diikuti dengan hiperapnea 10-15 detik
- Berhentinya pernafasan tidak disertai perubahan denyut jantung, tekanan darah, suhu
badan, warna kulit
- Bentuk pernafasan disebut pernafasan periodik disebabkan belum sempurnanya pusat
pernafasan di batang otak
- Serangan apnea tiba-tiba disertai kesadaran menurun pada BBLR dicurigai adanya
perdarahan intracranial
- Perlu pemeriksaan USG

Manifestasikejang pada BBL


- Tremor/gemetar
- Hiperaktif
- Kejang-kejang
- Tiba-tiba menangis melengking
- Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya kesadaran
- Pergerakan tidak terkendali
- Nistagmus atau mata mengedip ngedip paroksismal

F. Diagnosis

8
1) Anamnesa
a) Anemnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil
b) Obat yang di minum oleh ibu saat hamil
c) Obat yang diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan
d) Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan lain-lain.
e) Riwayat persalinan: bayi lahir prematus, lahir dengan tindakan, penolong persalinan,
asfiksia neontorum
f) Riwayat immunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan
g) Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional
h) Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah,
ekstremitas
i) Riwayat spasme atau kekakukan pada ekstremitas, otot mulut dan perut
j) Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan
k) Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum normal
l) Adanya faktor resiko infeksi
m) Riwayat ibu mendapatkan obat, misal: heroin, metadon, propoxypen, alkohol
n) Riwayat perubahan warna kulit (kuning)
o) Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang
2) Pemeriksaan fisik
a) Kejang
 Gerakan normal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas
 Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata
berkedip berputar, juling
 Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti
 Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar menonjol, suhu
tidak normal
b) Spasme
 Bayi tetap sadar, menangis kesakitan
 Trismus, kekakuan otot mulut pada ekstremitas, perut, kontraksi otot, tidak
terkendali dipicu oleh kebisingan, cahaya atau prosedur diagnostik
 Infeksi tali pusat
3) Pemeriksaan laboratorium

9
Gula darah, kalsium, fospor, magnesium, natrium, bilirubin, fungsi lumbal, darah tepi,
dan kalau mungkin biakan darah dan cairan serebrospinal foto kepala dan EEG,
pemeriksaan sedapat mungkin terarah.

G. Prognosis
Tergantung dari cepat lambatnya timbul kejang (makin dini timbulnya kejang, makin tinggi
angka kematian dan gejala usia) beratnya penyakit, fasilitas laboratorium, cepat lambatnya
mendapat pengobatan yang adekuat dan baik tidaknya perawatan.
H. Pemeriksaan Diagnosik
Pemeriksaan gula darah, elektrolit darah, AGD, darah tepi, lumbal pungsi
 EKG
 EEG
 Biakan darah
 Titer untuk toksoplasmosis, rubela, citomegalovirus, herpes
 Foto rontgen kepala
 USG kepala

I. Penanganan
1. Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
 Menjaga jalan nafas tetap bebas
 Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang
 Mengobati penyebab kejang
2. Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
 Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang-kejang  (Misal : diazepam,
fenobarbital, fenotin/dilantin)
 Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi
 Mencari faktor penyebab kejang
 Mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia dan lain-lain)
3. Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002)
a) Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan perlahan-lahan sampai kejang hilang atau
berhenti. Dapat diulangi pada kejang beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan
pada dosis pemeliharaan

10
b) Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi dalam 5-
10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB IV
pada hari pertama di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral
dalam 2 dosis.
4. Penanganan kejang pada bayi baru lahir (Buku Acuan Nasional Maternal dan Neonatal,
2002)
a) Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu
dipertahankan 36,5oC - 37oC
b) Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisap lendir di seputar mulut, hidung
sampai nasofaring
c) Bila bayi apnea dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu balon
dan sungkup, diberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter/menit
d) Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer di tangan, kaki, atau
kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetesmiletus dilakukan
pemasangan infus melalui vena umbilikostis
e) Bila infus sudah terpasang di beri obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg supositoria IM
setiap 2 menit sampai kejang teratasi, kemudian di tambah luminal (fenobarbital 30 mg
IM/IV)
f) Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada
g) Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg
BB/hari
h) Dilakukan anamnesis  mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang
 Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit DM
 Apakah kemungkinan bayi prematur
 Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia
 Apakah kemungkinan ibu bayi mengidap/menggunakan narkotika
i) Bila sudah teratasi di ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor
penyebab kejang, misalnya :
 Darah tepi
 Elektrolit darah
 Gula darah
 Kimia darah (kalsium, magnesium)

11
j) Bila kecurigaan kearah pepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal
k) Obat diberikan sesuai dengan hasil penelitian ulang
l) Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.

12
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari
sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak). Kejang pada neonatus secara klinis dapat diartikan sebagai
perubahan paroksimal dari fungsi neurologik seperti perubahan perilaku, sensorik, motorik, dan
fungsi autonom sistem saraf yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari.
Angka kejadian kejang neonatus yang sebenarnya tidak diketahui secara pasti karena sulitnya
mengelai tanda bangkitan kejang pada neonatus. gambaran klinis kejang sangat bervariasi bahkan
sangat sulit membedakan gerakan normal bayi itu sendiri.
Penelitian dilakukan di California, USA didapatkan 2.332.803 kelahiran hidup dalam rentang
waktu 1 Januari 1992 hingga 31 Desember 2002 dan 2213 diantaranya mengalami kejang saat lahir.

B. Saran
Diharapkan saran yang membangun dari pembaca dalam pembuatan makalah ini, agar dapat
memberi dorongan dan motifasi yang positif bagi pembuat makalah.

13

Anda mungkin juga menyukai