Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI ISLAM

ALOKASI DAN DISTRIBUSI SUMBER


DAYA DALAM ISLAM

DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK II
ASRI NUR FADHILLAH (190202001)
DWI NOVIA AMELIA (190202050)
FACHRUL RAZY (190202040)
DOSEN PEMBIMBING : MASTURA ZIKRI

UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA


2020/2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................................3
KATA PENGANTAR......................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
LATAR BELAKANG......................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................3
ALOKASI DAN DISTRIBUSI SUMBER DAYA DALAM ISLAM............................................3
A. PRINSIP — PRINSIP ALOKASI SUMBER DAYA DALAM ISLAM............................5
B. TUJUAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM ISLAM..............................................9
C. INSTRUMEN ALOKASI SUMBER DAYA DALAM ISLAM.......................................11
BAB III...........................................................................................................................................15
KESIMPULAN..............................................................................................................................15

2
BAB I

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ekonomi Islam dengan judul “Alokasi dan Distribusi
Sumber Daya Dalam Islam”.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Mastura Zikri yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menydari, makalah yang
saya tulis masi jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

3
PENDAHULUAN

Ekonomi Islam pada zaman modern ini berkembang cukup pesat, begitupun dengan Negara
Indonesia. Berdasarkan perkembangan perekonomian di Indonesia tidak hanya berkembang
dalam segi keuangan Islam saja, melainkan sudah menjurus ke berbagai aspek perekonomian.

Kemudian, ciri lain berkembangnya perekonomian Islam ditandai dengan mulai bermunculan para
cendekiawan muslim yang mengkaji lebih dalam mengenai ekonomi Islam berdasarkan dalam Al-
Quran dan Hadits. Hal ini dilakukan karena masih banyak teori-teori.

Distribusi merupakan salah satu aktivitas perekonomian manusia, di samping produksi dan
konsumsi. Dorongan al-Qur'an pada sektor distribusi telah dijelaskan secara eksplisit. Ajaran Islam
menuntun kepada manusia untuk menyebarkan hartanya agar kekayaan tidak menumpuk pada
segolongan kecil masyarakat. Dalam pandangan Islam, pendistribusian harta yang tidak adil dan
merata akan membuat orang yang kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin miskin.

Sebagai salah satu aktivitas perekonomian, distribusi menjadi bidang kajian terpenting dalam
perekonomian. Distribusi menjadi posisi penting dari teori mikro dan makro Islam sebab
pembahasan dalam bidang distribusi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi belaka
tetapi juga aspek sosial dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi
Islam dan konvensional sampai saat ini.

Distribusi ekonomi merupakan alat untuk menjamin adanya keseimbangan penguasaan aset
dan harta kekayaan. Namun ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi masih menjadi persoalan
serius. Kemiskinan adalah dampak dari ketidakadilan sistem distribusi ekonomi. Menurut data dari
Badan Pusat Statistik, penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan hingga
September 2015 mencapai 28,51 juta atau 11,13% dari total penduduk Indonesia. Berbanding
periode September tahun sebelumnya, angka ini mengalami peningkatan. Program-program
pembangunan yang dilaksanakan selama ini telah memberikan perhatian besar terhadap upaya
pengentasan ketidakadilan distribusi. Berbagai kebijakan yang diambil pemerintah untuk
menciptakan keadilan distribusi pada kenyataannya tidak dapat berjalan dengan baik karena adanya
penyimpangan atau ketidakmatangan dalam tataran aplikasinya.

Dalam Ekonomi Islam, sistem distribusi pendapatan dan pemenuhan kebutuhan ada skala
prioritasnya. Indikator kebutuhan dan batasan yang mendasari distribusi dibingkai dalam lima
kemaslahatan pokok, yaitu perlindungan keimanan, keluhuran jiwa, keturunan yang baik, akal
yang sehat, dan jaminan kepemilikan harta kekayaan. Maqashid Syariah adalah rumusan tujuan
ekonomi Islam yang sesuai dengan syariat Islam. Jika kita menganut kepada Maqashid Syariah
sebagai tujuan dari perekonomian, maka kesejahteraan yang diidam-idamkan sebagai keberhasilan
perekonomian senantiasa akan tercapai.

4
LATAR BELAKANG

Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas ideologi yang memberikan landasan dan tujuannya, di satu
pihak, dan prinsip- prinsipnya, di lain pihak. Sistem ekonomi adalah satu kesatuan mekanisme dan
lembaga pengambilan keputusan yang mengimplementasikan keputusan terhadap produksi, distribusi dan
konsumsi dalam suatu daerah atau wilayah. Terdapat banyak faktor yang membentuk suatu sistem
ekonomi, seperti ideologi, nilai-nilai yang dianut, kebudayaan, sistem politik, keadaan alam, sejarah, dan
lain-lain. Pada umumnya, sistem ekonomi juga didasarkan pada pemikiran, konsep, atau teori-teori
ekonomi tertentu yang diyakini kebenarannya.

Suatu sistem ekonomi kemungkinan memiliki kebijakan fiskal yang berbeda-beda, demikian pula dalam
teori ekonomi Islam. Menurut Adiwarman A. Karim sebenarnya kebijakan fiskal telah sejak lama dikenal
dalam teori ekonomi Islam, yaitu sejak zaman Rasulullah dan Khulafa al-Rasyidin, dan kemudian
dikembangkan oleh para ulama. Di zaman Rasulullah SAW., sisi penerimaan APBN terdiri atas kharaj
(sejenis pajak tanah), zakat, jizyah (sejenis pajak atas badan orang nonmuslim), dan penerimaan
lain-lain (di antaranya kaffarah/denda). Di sisi pengeluaran, terdiri atas pengeluaran untuk kepentingan
dakwah, pendidikan dan kebudayaan, iptek, hankam, kesejahteraan sosial, dan belanja pegawai.

Dalam sistem ekonomi konvensional, salah satu indikator pertumbuhan dan meratanya distribusi
pendapatan adalah Pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) bagi suatu negara atau Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) bagi suatu wilayah daerah. Dengan indikator tersebut maka pertumbuhan
ekonomi akan memperbesar tingkat pendapatan masyarakat sebingga setiap orang akan memperoleh lebih
banyak kesempatan kerja dan pertambahan kekayaan dan kesejahteraan. Oleh karenanya “pertumbuhan
ekonomi” merupakan nilai utama dalam sistem kapitalis karena akan berpengaruh pada pertambahan nilai
ekonomi suatu bangsa atau masyarakat dengan mengenyampingkan aspek-aspek lain seperti aspek
sosial, budaya dan spiritual. Karena dalam sistem ekonomi pasar persaingan dalam memperebutkan
sumber daya tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai diluarnya termasuk nilai agama dan spiritualitas.

Dari sinilah ”pertumbuhan Ekonomi” yang seharusnya memberi makna sosial, budaya dan agama malah
akan memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin, dan menggerogoti nilai-nilai dalam
hubungan keluarga dan masyarakat. Semakin terpusatnya kekuasaan yang semakin hebat di tangan
korporasi global dan lembaga-lembaga keuangan telah melucuti pemerintah dan kemampuannya untuk
menempatkan prioritas ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan dalam kerangka kepentingan umum yang
lebih luas termasuk berkurangnya penghargaan terhadap kerja produktif yang dilakukan untuk diri
sendiri, meskipun bermanfaat bagi kesejahteraan.
BAB II

ALOKASI DAN DISTRIBUSI SUMBER DAYA DALAM ISLAM

Alokasi Dalam Islam


Alokasi Sumber Daya adalah penyaluran atau distribusi sumber daya (biasanya keuangan) antara
kelompok yang bersaing orang atau program. Dalam upaya mencapai kesejahtraan manusia menghadapi
masalah, yaitu kesenjangan antara sumber daya yang ada dengan kebutuhan manusia. Allah menciptakan
alam semesta ini dengan berbagai sumber daya yang memadai untuk mencukupi kebutuhan manusia. 

Dalam sistem ekonomi Islam terdapat sistem keuangan yang memfasilitasi alokasi sumber daya seperti
barang fisik dan sumber daya keuangan. Dalam mengalokasikan sumber daya ini, sistem Islam
menekankan pada kegiatan yang mendasarinya yang harus nyata dan produktif.

Teori ekonomi mikro berusaha untuk menjelaskan apakah masalah kelangkaan dan alokasi sumber daya
yang telah ditentukan yang efisien. Ekonomi efisiensi melibatkan (1) efisiensi dalam konsumsi (2)
efisiensi dalam produksi dan distribusi dan (3) atas segala efisiensi ekonomi. 

Mengingat sumber daya ekonomi bersifat langka, pengalokasiannya harus memberi manfaat bagi
manusia, yaitu diantaranya.

1. Sumber daya alam


Ada dua jenis sumber daya alam, yaitu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui. Semua kekayaan alam yang tersedia tersebut harus dimanfaatkan dan
dikelola dengan baik sehingga memberi manfaat besar bagi kemakmuran rakyat

2. Sumber daya modal


Sumber daya modal atau kapital memberi kontribusi bagi kegiatan produksi maupun pendukung sarana
sosial dan ekonomi. Uang, mesin, peralatan industri, gedung, kendaraan, jalan raya, dan jembatan
merupakan contoh modal. Modal ini digunakan untuk meningkatkan produksi dan pembangunan
ekonomi. Pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya modal tersebut harus dilakukan secara merata dan
efisien. Selain itu, sumber daya modal juga harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Salah satu caranya
dengan merawat agar tahan lama.
3. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses produksi dan pembangunan. Hal tersebut
karena manusia itu sendiri adalah pelaksana utama dalam seluruh proses pembangunan maupun produksi.
Dalam proses produksi ada dua unsur dari sumber daya manusia, yaitu tenaga kerja dan kewirausahaan.

Terdapat beberapa alasan yang melandasi adanya intervensi pemerintah dalam pengalokasian sumber
daya sebagai dikemukakan berikut ini :

1. Ekonomi kompetitif yang sempurna dengan asumsi-asumsi tertentu bahwa akan menjamin
alokasi sumberdaya secara optimal. Disini bila kejadiannya berbeda dengan asumsi, misalnya
pasar jauh dari persaingan sempurna maka pemerintah akan turut campur tangan dalam
pengalokasian sumberdaya.
2. Dalam hal produksi atau konsumsi sesuatu barang dan jasa menimbulkan biaya atau memberikan
keuntungan eksternal terhadap produsen atau konsumen lain maka pemerintah akan turut campur
tangan dengan mengatur pajak dan subsidi terhadap barang-barang tersebut, dan mengatur tingkat
produksi eksternal dengan cara lain.

Ada kecenderungan bahwa pemerintah mendorong konsumsi barang-barang yang dikonsumsi dalam
jumlah banyak (merit) melalui penyediaan dengan subsidi, harga nol atau dengan memberikan
perangsang kepada pihak swasta untuk penyediaannya. Sebaliknya pemerintah juga cenderung
menghambat konsumsi barang-barang yang dikonsumsi dalam jumlah sedikit (demirit) melalui
kebijaksanaan pajak.

Distribusi Dalam Islam

Secara lebih eksplisit, telah dijelaskan dalam al-Qur'an akan maksud distribusi,
sebagaimana firman Allah, yang artinya (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (AI-
Baqarah : 3).

Apa saja harta rampasan (Fa'i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-
kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan. Supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja
diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-
Nya. (AI-Hasyr: 7)
Selain itu dikemukakan pula bahwa segala apa yang ada dilangit , ataupun dibumi adalah milik Allah
SWT, akan tetapi kesemuanya kembali pada bagaimana manusia mengelola "sumberdaya" tersebut, lebih
jauh lagi yang dimaksudkan ialah bagaimana sebuah negara mampu mengelolanya untuk selanjutnya
mendistribusikannya kembali pada masyarakat. Hal diatas, sesuai dengan firman Allah dalam surat al-
Hud ayat 61, yang artinya : "Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan ksmu
pemakmurnya". Kiranya jelas, bahwa disamping adanya partisipasi dari masyarakat untuk mengelola
sumberdaya yang ada, maka negarapun merniliki peranan yang penting mengalokasi dan
mendislribusi pendapatan yang ada pada masyarakatnya.

Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian integral dari agama
Islam. Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk mengalokasikan dan
mengelola sumber daya untuk mencapai falah berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai- nilai al-Quran
dan as-Sunnah. Dengan demikian, sangat jelas bahwa ekonomi Islam terkait dan memiliki hubungan yang
erat dengan agama, yang membedakannya dari sistem ekonomi kapitalis.

A. PRINSIP — PRINSIP ALOKASI SUMBER DAYA DALAM ISLAM

Berikut ini akan diuraikan prinsip prinsip ekonomi Islam, yaitu:

1) Tauhid

Akidah mempunyai peranan yang peting dalam kehidupan manusia. Ia mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap cara berpikir dan bertindak seseorang. Begitu kuatnya peran akidah
sehingga dapat mengendalikan manusia agar tunduk dan mengikuti ajaran yang dibawanya. Prinsip
tauhid ini dikembangkan dari adanya keyakinan, bahwa seluruh sumber daya yang ada di bumi
adalah ciptaan dan milik Allah Swt., sedangkan manusia hanya diberi amanah untuk merniliki,
mengelola, dan memanfaatkannya untuk semen tara. Prinsip ini juga dikembangkan dari keyakinan,
bahwa seluruh aktivitas manusia termasuk aktivitas ekonominya diawasi oleh Allah Swt. dan
akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat kelak.

2) Akhlak

Prinsip ini merupakan bentuk dari pengamalan sifat-sifat utama yang dimiliki oleh nabi dan
rasul-Nya dalam seluruh kegiatan ekonorni, yaitu shidiq (benar), tabligh (menyampaikan
kebenaran), amanah (dapat dipercaya) dan fathanah (intelek). Semua sifat ini dipopulerkan dengan
istilah STAF.
Berikut ini akan dijelas urgensi dari masing-masing sifat nabi dan rasul ini dalam kegiatan ekonomi.

a) Shidiq (benar)

Sifat benar dan jujur harus menjadi visi kehidupan seorang Muslim. Dari sifat jujur dan benar ini akan
memunculkan efektivitas dan efisiensi kerja seseorang. Seorang Muslim akan berusaha mencapai target
dari setiap pekerjaannya dengan baik dan tepat. Disamping itu, dalam melakukan setiap kegiatannya
dengan benar yakni menggunakan teknik dan metode yang efektif.

b) Tabligh (menyampaikan kebenaran)

Dalam kehidupan, setiap Muslim mengemban tanggung jawab menyeru dan menyampaikan amar maruf
nahi munkar. Dalam kegiatan ekonomi sifat tabligh ini juga dapat diimplementasikan dalam bentuk
transparansi, iklim keterbukaan, dan saling menasehati dengan kebenaran.

c) Amanah (dapat dipercaya)

Amanah merupakan sifat yang harus menjadi misi kehidupan seorang Muslim. Sifat ini akan membentuk
kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu Muslim. Sifat amanah
memainkan peranan yang fundamental dalam kegiatan ekonomi dan bisnis sehingga kehidupan
ekonomi dapat berjalan dengan baik. Apabila setiap pelaku ekonomi mengemban amanah yang
diserahkan kepadanya dengan baik, maka korupsi, penipuan, spekulasi, dan penyakit ekonomi lainnya
tidak akan terjadi.

d) Fathanah (intelek)

Fathanah, cerdik, bijaksana dan intelek harus dimiliki oleh setiap Muslim. Setiap Muslim, dalam
melakukan setiap aktivitas kehidupannya harus dengan ilmu. Agar setiap pekerjaan yang dilakukan
efektif, dan efisien, serta terhindar dari penipuan maka ia harus mengoptimalkan potensi akal yang
dianugerahkan Allah kepadanya.

3) Keseimbangan

Allah telah menyediakan apa yang ada di langit dan di bumi untuk kebahagian hidup manusia dengan
batas-batas tertentu, seperti tidak boleh melakukan perbuatan yang membahayakan keselamatan lahir, dan
batin, diri sendiri, ataupun orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Keseimbangan merupakan nilai dasar
yang memengaruhi berbagai aspek tingkah laku ekonomi seorang Muslim. Asas keseimbangan dalam
ekonomi ini terwujud dalam kesederhanaan, hemat dan menjauhi pemborosan serta tidak bakhil (QS Al-
Furqaan [25]: 67). Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,
dan tidak (pula) kikir.

Prinsip keseimbangan ini tidak hanya diarahkan untuk dunia dan akhirat saja, tetapi juga berkaitan dengan
kepentingan perorangan dan kepentingan umum serta keseimbangan Antara hak dan kewajiban.
Selanjutnya, azas ini juga berhubungan erat dengan pengaturan hak milik individu, hak milik kelompok
yang didalamnya terdapat keseimbangan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan individu.
Apabila keseimbangan mulai bergeser yang menyebabkan terjadinya ketimpanganketimpangan sosial
ekonomi dalam masyarakat, maka harus ada tindakan untuk mengembalikan keseimbangan tersebut baik
dilakukan oleh individu ataupun pihak penguasa.

4) Kebebasan Individu

Kebebasan ekonomi adalah tiang utama dalam struktur ekonomi Islam, karena kebebasan ekonomi bagi
setiap individu akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian yang bersendikan keadilan.
Kebebasan dalam ekonomi merupakan implikasi dari prinsip tanggung jawab individu terhadap aktivitas
kehidupannya termasuk aktivitas ekonomi. Karena tanpa adanya kebebasan tersebut seorang Muslim
tidak dapat melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan."

5) Keadilan

Kata-kata keadilan sering diulang dalam Al-Qur'an setelah kata Allah dan al-rna'rifah (ilmu pengetahuan)
lebih kurang seribu kali. 17 Kenyataan ini menunjukkan, bahwa keadilan mempunyai makna yang dalam
dan urgen dalam Islam serta menyangkut seluruh aspek kehidupan. Karena itu, keadilan merupakan
dasar, sekaligus tujuan semua tindakan manusia dalam kehidupan. Salah satu sumbangan terbesar Islam
kepada umat manusia adalah prinsip keadilan dan pelaksanaannya dalamsetiap aspek kehidupan. Islam
mendidik umat manusia bertanggung jawab kepada keluarga, kepada fakir miskin, negara, bahkan seluruh
makhluk dimuka bumi. Islam memberikan suatu solusi yang praktis terhadap masalah perekonomian
modern. Memperbaikinya dengan jalan perbaikan akhlak semaksimal mungkin, dengan campur tangan
pernerintah, serta kekuatan undang-undang."

Penerapan prinsip keadilan dalam semua kegiatan ekonomi dapat dilihat pada uraian dibawah ini:

a. Dalam bidang produksi, penerapan prinsip keadilan dapat dilihat dari ajaran Islam yang melarang
umatnya berbuat zalim terhadap orang lain, atau menggunakan aturan yang tidak adil dalam
mencari harta, tetapi Islam meligitimasi tata cara yang adil dan jujur dalam mendapatkan harta
kekayaan. Islam menghendaki kesamaan dikalangan manusia dalam berusaha untuk mendapatkan
harta kekayaan tanpa memandang perbedaan ras, kepercayaan, dan warna kulit. Setiap orang
boleh mendapatkan harta secara bebas menurut kemampuan dan usaha mereka. Karena tujuan
ekonomi dalam Islam menurut Afzalur Rahman adalah memberikan peluang yang sama kepada
setiap orang dalam mendapatkan harta tanpa memandang status social.

b. Dalam bidang konsumsi, prinsip keadilan berkaitan dengan cara penggunaan harta.
Penggunaan harta yang dibenarkan Islam ialah pemenuhan kebutuhan hidup dengan cara yang
sederhana, seperti keperluan yang wajar dan halal. Satu hal yang tidak diragukan lagi, Islam
mengakui hak setiap orang untuk memiliki semua harta benda yang diperoleh dengan cara yang
halal. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penggunaan harta dengan cara semena-mena. Islam
dalam hal ini telah menetapkan berbagai batas dan ikatan yang ketat.

Menurut Abu al-A'la al-Maududi terdapat tiga cara penggunaan harta, yaitu pertama, dibelanjakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Kedua, diinvestasikan untuk pengembangan usaha yang produktif seperti
perdagangan. Ketiga, disimpan, Islam menutup semua jalan bagi manusia untuk membelanjakan hartanya
dengan mengikuti hawa nafsu, semua cara penggunaan harta yang mengakibatkan kerusakan akhlak
dalam masyarakat seperti judi, mabuk-mabukkan, diskotik dan sebagainya. Jika terdapat kelebihan harta,
Islam menganjurkan supaya digunakan untuk amal kebajikan dan keadilan. Perbuatan ini dipandang
dalam Islam sebagai akhlak yang mulia dan teladan yang dianjurkan untuk mengikutinya. Jika suatu
masyarakat telah menghiasi dirinya dengan akhlak, niscaya kerakusan, korupsi, kolusi, kecurangan, kikir,
dan penyakit ekonomi lainnya dikalangan masyarakat bisa dibersihkan. Ajaran ini perlu diaplikasikan
dalam memecahkan persoalan krisis perekeonomian suatu bangsa.

c. Prinsip keadilan dan kasih sayang terdapat dalam distribusi kekayaan. Prinsip ini bertujuan agar
kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat tapi selalu beredar ditengah
masyarakat dan berbagai hasil produksi dibagi secara adil untuk kemakmuran masyarakat. Oleh
karena itu, pendidikan akhlak menduduki posisi yang penting karena akhlak akan membentuk
rasa tanggung jawab didalam masyarakat, akan menimbulkan rasa senasib sepenanggungan,
kebutuhan saudara seagama yang sama pentingnya dengan kebutuhan pribadi. Merelakan
sebagian harta untuk memenuhi kebutuhan orang yang kurang mampu, seperti yang dinyatakan
dalam (QS Adz-Dzariyaat [51]:19). Yang artinya “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang miskin dan yang meminta minta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (tidak
meminta).”
Prinsip yang terkandung dalam ayat ini bahwa Islam menghendaki agar kelebihan harta didistribusikan
kepada masyarakat yang tidak mampu untuk mencukupi keperIuan mereka sehingga harta kekayaan
selalu tersebar diseluruh lapisan masyarakat. Disamping pendidikan akhlak, undang-undang
perekonomian Islam menurut Afzalur Rahman juga berperan untuk memastikan distribusi harta secara
berkesinambungan dalam masyarakat dan mencegah terjadinya penumpukan harta oleh seseorang atau
kelompok tertentu. Akan tetapi, sekalipun telah ada pendidikan akhlak, undang-undang perekonomian
Islam yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat ternyata tidak dapat diabaikan begitu saja.
Pemerintah berhak dan berkewajiban untuk menstabilkan dan mengembalikan keseimbangan serta
menegakkan keadilan ditengah masyarakat. Kekuasaan itu penting, karena Islam menolak ketidakadilan
dan menghukum siapapun yang melakukan tindakan tersebut dengan sanksi yang berat.

d. Prinsip keadilan di bidang sirkulasi dengan tegas telah ditetapkan dan dicontohkan Rasulullah
dalam perdagangan dan berbagai jenis transaksi lainnya. Rasulullah melegitimasi semua bentuk
perdagangan yang berdimensi keadilan dan persamaan bagi semua pihak dan melarang semua
bentuk perdagangan yang tidak adil yang memicu pertengkaran dan keribuatan. Seperti jual beli
yang mengandung tipuan (bai' al-garar), menimbun bahan makanan, serta memonopoli harga
barang yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Tindakan tersebut dilakukan untuk
membersihkan sirkulasi harta dari unsur-unsur yang menyengsarakan umat serta mengantisipasi
berbagai kemungkinan yang akan memicu konflik ditengah masyarakat. Tujuan dari ketentuan
yang ditetapkan dalam syariat Islam dibidang sirkulasi ini adalah membawa seluruh aktivitas
perdagangan maupun berbagai jenis transaksi dalam perekonomian kepada prinsip keadilan dan
persamaan. Melalui tindakan tersebut, pemerintah (Islam) harus terus berusaha menerapkan
prinsip keadilan dalam berbagai aspek kehidupan dengan cara menghapus seluruh unsur yang
tidak sesuai dengan prinsip Islam.

B. TUJUAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM ISLAM

Distribusi pendapatan merupakan proses peredaran atau penyaluran harta dari yang empunya kepada
pihak yang berhak menerimanya baik melalui proses distribusi secara komersial maupun melalui proses
yang menekankan pada aspek keadilan sosial. Tujuannya adalah agar harta benarbenar terdistribusi
dengan adil dan merata, (Q.s. al-Hasyr [59]:7) dan untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap individu
muslim maupun untuk meningkatkan kesejahteraannya, human falah. Pengertian ini berangkat dari
prinsip bahwa kebutuhan dasar setiap individu harus terpenuhi dan pada kekayaan seseorang itu terdapat
hak orang miskin, “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian (tidak meminta)”. (Q.s. al-Dzariyat [51]: 19).

Distribusi pendapatan dan kekayaan dalam ekonomi Islam berkaitan erat dengan nilai moral Islam,
sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan akhirat (falah). Untuk itu merupakan kewajiban
kita sebagai hamba Allah agar memprioritaskan dan menjadikan distribusi pendapatan dan kekayaan yang
bertujuan pada pemerataan menjadi sangat urgen dalam perekonomian Islam, karena diharapkan setiap
manusia dapat menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah tanpa harus dihalangi oleh hambatan
yang ada di luar kemampuannya.

Ekonomi Islam datang dengan sistem distribusi yang merealisasikan beragam tujuan yang mencakup
berbagai bidang kehidupan, dimana tujuan distribusi dalam ekonomi Islam ini dapat di kelompokkan
kepada:

a. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah dalam distribusi pendapatan dapat dilihat dari penyaluran zakat. Misalnya, penyaluran
zakat kepada para muallaf. Ia memiliki tujuan dakwah untuk orang kafir yang diharapkan
keIslamannya dan mencegah keburukannya, atau orang Islam yang diharapkan bertambah kuat iman dan
keIslamannya. Begitu juga terhadap para muzakki, dengan menyerahkan sebagian hartanya karena
Allah Taala berarti mereka meneguhkan jiwa mereka kepada iman dan ibadah.

b. Tujuan Pendidikan

Secara umum, tujuan yang terkandung pada distribusi pendapatan dalam perspektif ekonomi Islam adalah
pendidikan akhlak al karimah seperti suka memberi, berderma, dan mengutamakan orang lain, serta
mensucikan diri dari akhlak al mazmumah seperti pelit, riba dan mementingkan diri sendiri.

c. Tujuan sosial

Tujuan sosial terpenting dalam distribusi pendapatan adalah; Pertama, memenuhi kebutuhan kelompok
yang membutuhkan dan menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim. Kedua,
mengutamakan ikatan cinta dan kasih sayang di antara individu dan masyarakat. Ketiga, mengikis sebab
sebab kebencian dalam masyarakat sehingga keamanan dan ketentraman masyarakat dapat direalisasikan
karena distribusi kekayaan yang tidak adil akan berdampak pada kemiskinan dan meningkatkan
kriminalitas. Keempat, mewujudkan keadilan di tengah masyarakat.

d. Tujuan ekonomi
Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan yaitu: Pertama, pengembangan dan pembersihan harta,
baik dalam bentuk infak sunah maupun infak wajib. Hal ini mendorong pelakunya untuk selalu
menginvestasikan hartanya dalam bentuk kebaikan. Kedua, memberdayakan sumber daya manusia yang
menganggur dengan terpenuhinya kebutuhan modal usaha mereka. Hal ini akan mendorong setiap orang
untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas kerja mereka. Ketiga, memberi andil dalam
merealisasikan kesejahteraan ekonomi karena tingkat kesejahteraan ekonomi sangat berkaitan dengan
tingkat konsumsi. Kemudian tingkat konsumsi tidak hanya berkaitan dengan pemasukan saja, namun,
juga berkaitan dengan cara pendistribusiannya di antara anggota masyarakat. Keempat, penggunaan
terbaik dari sumber sumber ekonomi.

C. INSTRUMEN ALOKASI SUMBER DAYA DALAM ISLAM

Dalam sistem ekonomi Islam, terdapat lima nilai instrumental strategis yang memengaruhi tingkah laku
ekonomi seorang Muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Nilai-nilai
instrumental tersebut adalah zakat, larangan riba, kerja sama, jaminan sosial dan peranan negara.

1. Zakat

Zakat adalah kewajiban keagamaan yang dibebankan atas harta kekayaan yang dimilik seseorang menurut
aturan tertentu yang harus didistribusikan kepada delapan kelompok sasaran (asnaf). Dasarnya adalah
(Q.S. al-Taubah: 60). Perintah zakat selalu dirangkaikan dengan perintah salat. Hal ini menunjukkan
pentingnya salat dan zakat sekaligus dalam membentuk kehidupan masyarakat yang harmonis. Perlu
ditambahkan di sini bahwa zakat bukanlah pajak yang merupakan sumber pendapatan negara. Oleh
karena itu, orang yang berkewajiban membayar zakat, bukan berarti bebas membayar pajak negara.

2. Larangan Riba

Di dalam al-Quran maupun hadis, banyak sekali disebut tentang larangan riba, di antaranya dalam QS. al-
Baqarah: 275, 276, 278. Riba berarti bertambah atau mengembang. Menurut istilah, riba adalah tambahan
dalam pembayaran utangg sebagai imbalan jangka waktu selama utangg tersebut belum terbayar. Ada
beberapa jenis riba, yaitu riba fadhal, qardhi, yadh dan nasiah.

3. Kerjasama Ekonomi
Kerjasama ekonomi merupakan watak masyarakat ekonomi menurut Islam. Kerjasama ekonomi harus
dilaksanakan dalam semua tingkat kegiatan ekonomi, produksi, distribusi barang maupun jasa. Salah satu
bentuk kerjasama ekonomi yang sesuai dengan ajaran Islam adalah qiradh. Qiradh adalah kerjasama
antara pemilik modal dengan pengusaha yang memiliki keahlian dalam melaksanakan unit-unit ekonomi.
Dalam dunia ekonomi, qiradh dikenal dengan penyertaan modal (participatory loan) tanpa bunga yang
didasarkan pada bagi hasil (profit loss sharing) atas usaha yang disepakati.

4. Jaminan Sosial

Di dalam al-Quran banyak dijumpai ajaran yang mengatur kehidupan sosial masyarakat, termasuk ajaran
yang bertujuan untuk menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum bagi seluruh masyarakat.

5. Peranan Negara

Campur tangan negara sebagai pemilik manfaat sumber-sumber daya, produsen, distributor dan sebagai
lembaga pengawasan kehidupan ekonomi melalui lembaga hisbah (pengawasan). Peranan negara
diperlukan dalam instrumentasi dan fungsionalisasi nilai-nilai ekonomi Islam dalam aspek legal,
perencanaan dan pengawasannya dalam pengalokasian sumber-sumber daya maupun dana, pemerataan
pendapatan dan kekayaan, serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Menurut Ruslan Abdul Ghofur Noor instrumen distribusi dalam sistem ekonomi Islam terdiri dari zakat
sebagai model distribusi wajib individu, wakaf sebagai instrumen distribusi individu untuk masyarakat,
waris sebagai instrumen distribusi dalam keluarga, infak dan sedekah sebagai instrumen distribusi di
masyarakat.

1. Zakat sebagai model distribusi wajib individu

Zakat sejalan dengan prinsip utama tentang distribusi dalam ajaran Islam yakni "agar harta tidak hanya
beredar di kalangan orang-orang kaya diantara kamu". Prinsip tersebut, menjadi aturan main yang harus
dijalankankarena jika diabaikan, akan menimbulkan jurang yang dalam antara simiskin dan si kaya, serta
tidak tercipta keadilan ekonomi di masyarakat.Manusia sebagai wakil Allah di muka bumi yang
telah ditugaskan untuk mengelola dan meningkatkan kualitas kehidupan bagi seluruh penghuninya,
memiliki tanggung jawab besar dalam mewujudkan tugas tersebut. Namun realitas yang ada, kesadaran
untuk menjalankan kewajiban zakat dan menciptakan kesejahteraan di muka bumi hanya terdapat
pada sebagian orang. Doktrin khalifah sebagaimana dilukiskan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat
30.
2. Wakaf sebagai instrumen distribusi individu untuk masyarakat

Perwakafan atau wakaf merupakan pranata dalam keagamaan Islam yang sudah mapan. Dalam hukum
Islam, wakaf termasuk ke dalam kategori ibadah sosial (ibadah ijtimaiyyah). Secara bahasa wakaf berasal
dari kata waqafa yang artinya al-habs (menahan). Dalam pengertian istilah, wakaf adalah menahan atau
menghentikan harta yang dapat diambil manfaatnya guna kepentingan kebaikan untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Menurut Sayyid Sabiq wakaf berarti menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan
Allah. Menurut Muhammad Jawad Mughniyah, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya
dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal, lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Wakaf
adalah menghentikan pengalihan hak atas suatu harta dan menggunakan hasilnya bagi kepentingan umum
sebagai pendekatan diri kepada Allah.

3. Waris sebagai instrumen distribusi dalam keluarga.

Menurut Wahbah al-Zuhaili sebagaimana dikutip oleh Athoilah, waris atau warisan (mirats) sama
dengan makna tirkah yaitu segala sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang sesudah wafat, baik berupa
harta maupun hak-hak yang bersifat materi dan nonmateri.

Hukum waris merupakan suatu aturan yang sangat penting dalam mengurangi ketidakadilan distribusi
kekayaan. Hukum waris merupakan alat penimbang yang sangat kuat dan efektif untuk mencegah
pengumpulan kekayaan dikalangan tertentu dan pengembangannya dalam kelompok - kelompok besar
dalam masyarakat.

Menurut hukum waris Islam, harta milik orang lain yang telah meninggal dibagi pada keluarga terdekat,
yaitu anak laki-laki/perempuan, saudara, ibu/bapak, suami/istri dan lain-lain. Jika seseorang
tidakmempunyai keluarga dekat sama sekali, maka harta bendanya diambil alih oleh Negara. Dengan
demikian waris bertujuan untuk menyebarkan luaskan pembagian kekayaan dan mencegah
penimbunan harta dalam bentuk apapun.

Dalam bidang distribusi warisan dalam syariat Islam termasuk sarana untuk menyebarkan harta
benda kepada orang banyak yaitu pemindahan harta benda dari milik seeorang kepada beberapa
orang.Islam membiarkan sentralisasi harta warisan pada seorang atau dua orang saja, sebaliknya Islam
membagi-bagikan kepada orang yang berhak menerimanya baik ahli waris yang pertama maupun
ashobah. Adapun kaum kerabat yang tidak mendapatkan warisan dan fakir miskin yang membutuhkan
harta yanghadir sewaktu dilakukan pembagian warisan bisa memperoleh bagian tersebut, sebagimana
firman Allah dalam QS: an-Nisa ayat 8.
4. Infak dan sedekah sebagai instrumen distribusi di masyarakat

Instrumen infak dan sedekah sebagai amal kebajikan individu terhadap masyarakat, akan mendukung
terciptanya para profesional yang dengan ikhlas mau berderma baik harta maupun keahliannya untuk
mengisi tenaga profesional pada lembaga-lembaga yang telah terbentuk dari hasrat wakaf di atas. Infak
dan sedekah akan menciptakan jaminan sosial yang menyeluruh bagi segenap lapisan masyarakat tanpa
memberatkan masyarakat dengan pajak yang tinggi sebagaimana yang terjadi pada welfare state (negara
kesejahteraan).

BAB III
KESIMPULAN

Alokasi Sumber Daya adalah penyaluran atau distribusi sumber daya (biasanya keuangan) antara
kelompok yang bersaing orang atau program. Dalam upaya mencapai kesejahtraan manusia menghadapi
masalah, yaitu kesenjangan antara sumber daya yang ada dengan kebutuhan manusia. Allah menciptakan
alam semesta ini dengan berbagai sumber daya yang memadai untuk mencukupi kebutuhan
manusia. Prinsip alokasi dalam ekonomi islam ialah tauhid, akhlak, keseimbangan, kebebasan indvidu,
dan keadilan.

Distribusi pendapatan merupakan proses peredaran atau penyaluran harta dari yang empunya kepada
pihak yang berhak menerimanya baik melalui proses distribusi secara komersial maupun melalui proses
yang menekankan pada aspek keadilan sosial. Tujuannya adalah agar harta benarbenar terdistribusi
dengan adil dan merata,dan untuk memenuhi kebutuhan hidup tiap individu muslim maupun untuk
meningkatkan kesejahteraannya, human falah.

Ekonomi Islam datang dengan sistem distribusi yang merealisasikan beragam tujuan yang mencakup
berbagai bidang kehidupan, dimana tujuan distribusi dalam ekonomi Islam ini dapat di kelompokkan
kepada tujuan dakwah,tujuan pendidikan, tujuan sosial,dan tujuan ekonomi.

Dalam sistem ekonomi Islam, terdapat lima nilai instrumental strategis yang memengaruhi tingkah laku
ekonomi seorang Muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Nilai-nilai
instrumental tersebut adalah zakat, larangan riba, kerja sama, jaminan sosial dan peranan negara.

Anda mungkin juga menyukai