Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN


KEUANGAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Akuntansi
Keuangan

Dosen Mata Kuliah:


Prof. Dr. Hj. Winwin Yadiati, S.E., M.Si., Ak
Evita Puspitasari, S.E., M.Si., Ak

Disusun Oleh:
Dyah Sisca Putri Pramesti 120620200510
Aldhy Guntara Rismayudha 120620200525

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu,


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Seminar Akuntansi Keuangan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar
makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Bandung, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Penyajian Laporan Keuangan..................................................................3
2.1.1. Tujuan......................................................................................................3
2.1.2. Komponen Laporan Keuangan................................................................3
2.1.3. Karakteristik Umum................................................................................7
2.1.4. Ketentuan Penyajian..............................................................................10
2.1.5. Perubahan Kebijakan Akuntansi, Penyajian Kembali, Retrospektif atau
Reklasifikasi..........................................................................................10
2.2. Pengungkapan Laporan Keuangan........................................................11
2.2.1. Tujuan Pengungkapan...........................................................................11
2.2.2. Tingkat Pengungkapan..........................................................................12
2.2.3. Tingkat Reliabilitas Pengungkapan.......................................................13
2.2.4. Standarisasi Pengungkapan vs Pengungkapan Sukarela.......................13
2.2.5. Jenis Disclosure.....................................................................................14
2.2.6. Metode Disclosure.................................................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Menurut PSAK 1 Revisi 2013. laporan keuangan merupakan suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Laporan keuangan dapat bermanfaat bagi sebagian besar pengguna apabila
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami,
relevan, handal, dan dapat diperbandingkan. Secara umum, laporan keuangan
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan (Peraturan Bapepam No.
SE-02/PM/2002, 2002). Pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan
publik dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian dan
pengungkapan yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip
pengungkapan penuh (full disclosure) sehingga dapat memberikan kualitas
penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi pengguna informasi yang
disajikan dalam pelaporan keuangan emiten atau perusahaan publik. Prinsip
pengungkapan penuh mengakui bahwa penyajian jumlah dan sifat informasi
dalam laporan keuangan harus memenuhi kaidah keseimbangan antara biaya dan
manfaat (Peraturan Bapepam No. SE-02/PM/2002, 2002). Pengungkapan
informasi dalam laporan tahunan merupakan alat strategis yang dapat
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan modal dengan biaya
serendah mungkin. Selain itu, dalam mempersiapkan pengungkapan sukarela juga
membantu untuk mengurangi masalah keagenan dan membuat ekonomi lebih
efisien.
Produk dari suatu sistem akuntansi merupakan informasi akuntansi atau
informasi keuangan. Dalam praktiknya, akuntansi telah mengalami sejarah yang
panjang, mulai dari pencatatan sederhana jaman kuno berupa pencatatan
persediaan, pencatatan keluar masuk kas, sampai penyusunan laporan keuangan
yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi beserta dengan tuntutan untuk
meningkatkan penggunaan catatan kaki untuk memberikan pemahaman yang
2

lebih baik atas laporan keuangan di jaman berkembangnya pasar modal setelah
stock market crash di Amerika tahun 1930-an. Ketika saat sekarang catatan kaki
sudah tidak lagi memadai untuk memberikan pengungkapan yang sepenuhnya
mengenai kondisi perusahaan, informasi dituangkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Sebelum laporan arus kas menjadi laporan yang wajib dibuat, banyak
perusahaan memberikan laporan perubahan modal sebagai laporan tambahan
selain dari laporan neraca dan laporan laba rugi.

1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan penyajian laporan keuangan?
2. Apa yang dimaksud dengan pengungkapan laporan keuangan?

1. 3. Maksud dan Tujuan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka maksud dantujuan pembuatan
makalah ini adalah:
1. Menjelaskan maksud dari penyajian laporan keuangan.
2. Menjelaskan maksud dari pengungkapan laporan keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Penyajian Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Penerapan PSAK 1 Revisi 2013 digunakan
untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang bertujuan umum
(general purpose financial statement). PSAK 1 Revisi 2013 ini tidak berlaku
untuk penyusunan laporan keuangan entitas Syariah.

2.1.1. Tujuan
Tujuan laporan keuangan berdasarkan PSAK 1 Revisi 2013 diantaranya
adalah:
1. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
2. Menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
1. Aset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik
6. Arus kas.

2.1.2. Komponen Laporan Keuangan


Komponen laporan keuangan menurut PSAK 1 Revisi 2013 diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Laporan Posisi Keuangan pada Akhir Periode
4

Laporan posisi keuangan dapat disusun dengan menyajikan current asset


dan current liabilities dengan tujuan memudahkan kreditur melihat kemampuan
perusahaan membayar utang jangka pendek. Namun bisa juga disajikan ekuitas
terlebih dahulu bersamaan dengan aset tetap atau intangible asset (productive
assets), dengan tujuan menunjukkan operasi perusahaan. Laporan posisi keuangan
minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut:
a. Aset tetap
b. Properti investasi
c. Aset tidak berwujud
d. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan)
e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
f. Persediaan
g. Piutang dagang dan piutang lainnya
h. Kas dan setara kas
i. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan
aset yang termasuk dalam kelompok lepas yang diklasifikasikan sebagai
yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
j. Utang dagang dan utang lainnya
k. Provisi
l. Liabilitas keuangan
m. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK
46
n. Liabilitas dan aset untuk pajak tangguhan sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46
o. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
p. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
q. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk.
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Selama Periode
5

Entitas dapat menyajikan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif


lain dengan 2 metode, yaitu:
a. Laporan tunggal
Bagian tersebut disajikan bersama dengan bagian laba rugi disajikan
pertama kali mengikuti secara langsung dengan bagian penghasilan
komprehensif lain.
b. Laporan terpisah
Laporan laba rugi mendahului laporan yang menyajikan penghasilan
komprehensif. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain akan
dimulai dengan laba rugi.
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain minimal harus
mencakup hal-hal berikut:
a. Pendapatan
b. Biaya keuangan
c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas
d. Beban pajak
e. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:
 Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan
 Keuntungan atau jerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau
kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan.
Penghasilan komprehensif lain adalah perubahan aset atau liabilitas yang
tidak mempengaruhi laba pada periode berjalan seperti revaluasi aset tetap,
perubahan nilai investasi tersedia untuk dijual, dan dampak translasi laporan
keuangan.
Bagian penghasilan komprehensif lain menyajikan pos-pos untuk jumlah
penghasilan komprehensif lain dalam periode berjalan diklasifikasikan
berdasarkan sifat (termasuk bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas
asosiasi dan ventura bersama yang dicatat menggunakan metode ekuitas) dan
6

dikelompokan sesuai dengan PSAK/ISAK lainnya tidak akan direklasifikasi lebih


lanjut ke laba rugi ketika kondisi tertentu terpenuhi.
Entitas dapat menyajikan komponen penghasilan komprehensif lains ecara
neto dari dampak pajak terkait atau sebelum dampak pajak terkait disertai dengan
total pajak penghasilan yang terkait dengan pos tersebut. Jika entitas memilih
alternatif sebelum dampak pajak terkait, maka entitas mengalokasikan pajak pada
pos-pos yang mungkin direklasifikasi selanjutnya ke bagian laba rugi dan yang
tidak akan direklasifikasi selanjutnya ke bagian laba rugi. Entitas mengungkapkan
penyesuaian reklasifikasi yang terkait dengan komponen penghasilan
komprehensif lain.
3. Laporan Perubahan Ekuitas Selama Periode
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas dengan memuat informasi
sebagai berikut:
a. Menunjukan total laba rugi komprehensif selama suatu periode yang
diatribusikan kepada pemilik entitas infuk dan pihak nonpengendali
b. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif
c. Rekonsiliasi antara saldo awak dan akhir periode yang timbul dari laba, pos
pendapatan komprehensif dan transaksi dengan pemilik
d. Jumlah dividen yang diatribusikan kepada pemilik dan nilai dividen per
saham, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Penyesuaian retrospektif dan penyajian kembali secara retrospektif bukan
merupakan perubahan dalam ekuitas tetapi merupakan penyesuaian atas saldo laba
kecuali jika suatu PSAK mensyaratkan penyesuaian retrospektif terhadap
komponen ekuitas lain.
4. Laporan Arus Kas Selama Periode
Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan
untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. Laporan arus kas dapat
disusun dengan metode langsung dan metode tidak langsung.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Struktur catatan atas laporan keuangan diantaranya:
7

a. Menyajikan informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan


akuntansi (dasar pengukuran, kebijakan yang relevan, asumsi dalam
estimasi)
b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan
dibagian mana pun dalam laporan keuangan
c. Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian mana pun dalam
laporan keuangan tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami
laporan keuangan (pengelolaan modal)
Entitas umumnya menyajikan catatan atas laporan keuangan untuk
membantu pengguna memahami dan membandingkan dengan laporan keuangan
entitas lain dengan urutan sebagai berikut:
a. Pernyataan kepatuhan terhadap SAK
b. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
c. Informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan
perubahan ekuitas, dan laproan arus kas sesuai dengan urutan penyajian
laporan dan penyajian masing-masing pos
d. Pengungkapan lain, termasuk liabilitas kontijensi dan komitmen kontraktual
yang belum diakui dan pengungkapan informasi nonkeuangan seperti tujuan
dan kebijakan manajemen risiko keuangan.
6. Informasi komparatif untuk mematuhi periode sebelumnya sebagaimana
ditentukan dalam paragraf 38 dan 38A
7. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif sebelumnya yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara
retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan,
atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya
sesuai dengan paragraf 40A-40D

2.1.3. Karakteristik Umum


Penyajian laporan keuangna memiliki karakteristik umum diantaranya:
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK
8

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi ekuangan, kinerja


keuangan, dan arus kas entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian
secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa lain, dan kondisi sesuai dengan
definisi dan kriteria pengakuan asset, liabilitas, penghasilan, dan beban yang
diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK). Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK
membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan
terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak dapat
menyebutkan bahwa laporan keuangan terlah patuh terhadap SAK kecuali
laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap seluruh persyaratan dalam
SAK.
2. Kelangsungan usaha
Penyajian laporan keuangan harus disusun berdasar asumsi kelangsungan
usaha. Dalam mempertimbangkan kelangsungan usaha, manajemen
memperhatikan informasi masa depan paling sedikit namu tidak dibatasi
untuk 12 bulan dan akhir periode pelaporan. Jika terdapat ketidakpastian
mengenai kelangsungan usaha entitas harus mengungkapkan ketidakpastian
tersebut, dasar penyajian laporan keuangan, dan alasannya.
3. Dasar akrual
Entitas Menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus
kas. Aset, liabilitas, ekuitas, dan pendapatan diakui ketika memenuhi
definisi dan kriteria pengakuan di kerangka dasar (framework).
4. Materialitas dan penggabungan
Pengelompokan secara terpisah berdasar sifat atau fungsi. Jika nilainya
tidak material, penyajian bisa digabung dengan pos lain yang sejenis dalam
laporan keuangan atau disajikan terpisah dalam catatan atas laporan
keuangan. Entitas tidak perlu menyediakan pengungkapan yang spesifik
yang disyaratkan oleh suatu PSAK jika informasi tersebut tidak material.
5. Saling hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas asset dan liabilitas atau
pendapatan dan beban kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh PSAK.
9

6. Frekuensi pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap setidaknya secara tahunan.
Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan disajikan
untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek daripada 1 tahun,
entitas harus mengungkapkan alasan penggunaan periode tersebut dan fakta
bahwa jumlah yang disajikan di laporan keuangan tidak dapat dibandingkan
secara keseluruhan.
7. Informasi komparatif
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode
sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan
periode berjalan kecuali dinyatakan lain oleh PSAK/ISAK. Informasi
komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan
periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan. Informasi komparatif ini dapat terdiri
dari satu atau lebih laporan keuangan, namun tidak terdiri dari laporan
keuangan lengkap. Ketika hal ini terjadi, entitas menyajikan catatan
informasi yang berhubungan dengan laporan tambahan tersebut. Misalnya,
entitas dapat menyajikan tiga laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain (sehingga menyajikan periode berjalan, periode
sebelumnya, dan satu periode komparatif tambahan). Entitas tidak
disyaratkan untuk menyajikan tiga laporan posisi keuangan, tiga laporan
arus kas, atau tiga laporan perubahan ekuitas (yaitu laporan keuangan
komparatif tambahan). Entitas disyaratkan menyajikan, dalam catatan atas
laporan keuangan, informasi komparatif yang terkait dengan laporan
tambahan atas laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
8. Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antarperiode
dilakukan secara konsisten, kecuali setelah terjadi perubahan yang
signifikan terhadap sifat operasi entitas atau kajian ulang atas laporan
keuangan.
10

2.1.4. Ketentuan Penyajian


Entitas dapat menyajikan suatu laporan tunggal laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, dengan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain disajikan
dalam dua bagian. Bagian tersebut disajikan bersama, dengan bagian laba rugi
disajikan terlebih dahulu dikuti secara langsung dengan bagian penghasilan
komprehensif lain. Entitas dapat menyajikan bagian laba rugi dalam suatu laporan
laba rugi terpisah. Jika demikian, laporan laba rugi terpisah tersebut akan
langsung mendahului laporan yang menyajikan penghasilan komprehensif, yang
dimulai dengan laba rugi.

2.1.5. Perubahan Kebijakan Akuntansi, Penyajian Kembali, Retrospektif


atau Reklasifikasi
Entitas menyajikan laporan posisi keuangan ketiga pada posisi awal periode
sebelumnya sebagai tambahan atas laporan keuangan komparatif minimum jika:
1. Entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif,
membuat penyajian kembali retrospektif atas pos-pos dalam laporan
keuangan atau reklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan
2. Penerapan retrospektif, penyajian kembali retropsektif atau
reklasifikasi memiliki dampak material atas informasi dalam laporan posisi
keuangan pada awal periode sebelumnya.
Entitas menyajikan tiga laporan posisi keuangan pada:
1. Akhir periode berjalan
2. Akhir periode sebelumnya
3. Awal periode
Entitas tidak perlu menyajikan catatan yang terkait dengan laporan posisi
keuangan awal periode sebelumnya. Jika entitas mengubah penyajian atau
pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas mereklasifikasi
jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis untuk dilakukan.
Jikan entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka entitas mengungkapkan:
1. Sifat reklasifikasi
11

2. Jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi


3. Alasan reklasifikasi.
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka
entitas mengungkapkan:
1. Alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut
2. Sifat penyesuaian yang dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi.

2.2. Pengungkapan Laporan Keuangan


Pada dasarnya dalam upaya menyajikan pengungkapan yang memadai, ada
pertanyaan yang perlu dipertimbangkan, yakni:
1. Untuk siapa dan apa tujuan informasi tersebut disajikan?
2. Seberapa banyak informasi harus diungkapkan?

2.2.1. Tujuan Pengungkapan


Mengutip dari FASB, pelaporan keuangan harus menyediakan informasi
yang berguna bagi investor dan kreditur yang ada maupun yang potensial, dan
pengguna lainnya, dalam melakukan keputusan invetasi, keputusan kredit dan
keputusan lain yang serupa. Artinya semua pengguna yang lain dianggap
memiliki kesamaan kebutuhan dengan investor dan kreditur.
Namun saat ini pengungkapan informasi tidak hanya dituntut oleh dua pihak
utama tersebut, juga tidak hanya bertalian dengan masalah investasi atau kredit.
Pihak yang membutuhkan informasi keuangan saat ini diistilahkan dengan
stakeholders (pemangku kepentingan) yang terdiri dari beragam pihak dengan
kebutuhan yang juga bervariasi. Stakeholder adalah pegawai perusahaan yang
membutuhkan informasi mengenai keamanan kerja, proteksi, training dan kondisi
kerja lainnya. Masyarakat yang berkepentingan atas perusahaan berkaitan dengan
polusi yang disebabkan oleh keberadaan perusahaan, pemerintah, dan masih
banyak lagi.
Jika perusahaan akan memenuhi semua kepentingan masing-masing
stakeholders maka laporan keuangan bisa jadi akan sangat tebal atau menjadi
sangat banyak ragamnya. Namun tujuan pengungkapan informasi keuangan yang
12

dibuat akuntan adalah general purpose statement. Artinya akuntan hanya


menyediakan satu set pengungkapan informasi keuangan yang ditujukan untuk
kepentingan umum.

2.2.2. Tingkat Pengungkapan


Disclosure atau pengungkapan pada dasarnya artinya adalah pelepasan
informasi. Bagi akuntan istilah ini menjadi lebih spesifik, karena yang dimaksud
dengan disclosure adalah pelepasan informasi keuangan mengenai suatu
perusahaan dalam suatu laporan keuangan, umumnya berupa laporan tahunan.
Pengungkapan keuangan pada lingkup yang paling kecil berupa laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif lainnya, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas. Sampai pada lingkup yang paling luas, yakni
semua informasi yang dianggap relevan untuk pengambilan keputusan.
Banyaknya informasi yang harus diungkapkan tergantung pada kemampuan
pembaca untuk menerima dan mengolah informasi tersebut. FASB menyatakan
bahwa laporan keuangan harus dapat dipahami oleh mereka yang memiliki
pemahaman bisnis dan aktivitas ekonomi yang wajar, serta mau mempelajari
informasi tersebut dengan ketekunan yang wajar.
Secara teoritis terdapat 3 konsep mengenai luasnya pengungkapan, yakni:
1. Adequate disclosure
2. Fair disclosure
3. Full disclosure
Dari ketiga konsep tersebut, adequate disclosure memiliki konotasi yang
agak negatif, karena konsep pengungkapan ini adalah memberikan pengungkapan
minimal hanya semata-mata agar pelaporan keuangan yang disajikan tidak sampai
menyesatkan bagi pembaca.
Konsep fair dan full disclosure lebih berkonotasi positif. Fair disclosure
mengimplikasikan tujuan secara etis dalam menyediakan pengungkapan dengan
memberikan perlakuan yang sama rata kepada semua pembaca potensial.
Sedangkan full disclosure maksudnya adalah pengungkapan atas semua
informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan. Full disclosure tidak
13

diterjemahkan atau diartikan keseluruhan informasi, melainkan informasi terpilih


yang dianggap akan berpotensi mengubah pengambilan keputusan jika dibaca
oleh user.

2.2.3. Tingkat Reliabilitas Pengungkapan


Informasi keuangan yang disajikan oleh akuntansi terdiri dari data yang
kuantitatif maupun data yang kualitatif. Meskipun merupakan data kuantitatif,
namun jika dilihat dari sudut pandang reliabilitasnya, data kuantitatif yang
disajikan oleh akuntan memiliki tingkat reliabilitas yang berbeda. Misalnya, data
kuantitatif berupa pos kas dan bank, bisa dikatakan angka yang disajikan
merupakan angka yang sangat reliabel karena merupakan angka yang akurat. Pos
persediaan barang dagangan nilainya tidak sama reliabel dengan kas atau bank,
karena nilai persediaan tersebut bisa berbeda dengan metode pencatatan yang
berbeda (FIFO, LIFO, Average – jika at cost, atau fair value/replacement cost).
Contoh lainnya adalah goodwill, yang nilainya sebenarnya kurang reliabel, apalagi
jika merupakan hasil impairment yang dilakukan manajemen.
Selain data kuantitatif, akuntan juga menyediakan informasi kualitatif.
Terdapat kecenderungan bahwa untuk mengkompensasi data kuantitatif yang
kurang reliabilitasnya maka ada tuntutan agar kecukupan pengungkapan tersebut
disupport dengan data kualitatif yang lebih banyak atau lebih baik. Data kualitatif
dalam akunting bukan merupakan data sekunder atau lebih rendah tingkatannya
dibandingkan dengan data kuantitatif. Sesuatu yang secara kuantitatif tidak
material bisa jadi merupakan informasi yang signifikan di mata user jika ada
informasi kualitatif yang menyertainya. Misalnya, kerugian atas kehilangan
dengan jumlah yang kecil akibat pencurian pihak luar perusahaan akan dianggap
tidak terlalu material atau signifikan, namun jika yang melakukannya adalah pihak
manajemen, maka hal tersebut akan menjadi material karena kenyataan adanya
manajemen yang fraud.

2.2.4. Standarisasi Pengungkapan vs Pengungkapan Sukarela


14

Secara ideal, akuntansi harus menyajikan informasi keuangan secara full


disclosure, namun pengungkapan mungkin akan memberatkan bagi perusahaan
kecil. Selain itu terdapat juga kendala cost vs benefit, dimana informasi akuntansi
harus dibuat dengan memperhatikan berapa besar benefit yang akan diterima
pembaca dibandingkan dengan biaya penyusunannya. Untuk perusahaan skala
kecil mungkin tidak memiliki sistem informasi dengan database yang baik,
sehingga untuk membuat pengungkapan yang ideal akan meningkatkan biaya
penyusunan laporan secara signifikan. Berbeda dengan perusahaan besar dengan
database lengkap akan lebih mudah mencari dan menyajikan data apapun yang
diperlukan dalam pelaporan keuangan.
Semakin banyak pengungkapan yang diminta oleh standar internasional
menyebabkan perusahaan skala menengah ke bawah menjadi kesulitan untuk
memenuhinya. Karenanya ada pro dan kontra mengenai standarisasi
pengungkapan informasi keuangan dalam akuntansi.
Namun ada juga perusahaan yang memberikan disclosure secara sukarela.
Umumnya penyajian disclosure sukarela akan dilakukan oleh perusahaan disaat
ada informasi yang ingin disampaikan yang akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Sebaliknya, meskipun diharuskan oleh standar, namun jika informasi
tersebut dianggap akan merugikan perusahaan maka perusahaan akan berupaya
untuk tidak menyjikannya, atau menimbang mana yang akan memberikan
kerugian lebih kecil yaitu dikenai sanksi karena tidak menyampaikan informasi
atau menyajikan informasi merugikan tersebut.

2.2.5. Jenis Disclosure


Jenis pengungkapan pertama merupakan laporan keuangan inti. Selain itu
terdapat jenis disclosure yang lain diantaranya adalah:
1. Financial Forecast
Laporan keuangan akuntansi merupakan review atas kejadian di masa lalu,
namun pembaca laporan sesungguhnya lebih tertarik pada prospek perusahaan di
masa depan. Ada yang berpendapat bahwa akuntan cukup hanya menyajikan
informasi masa lalu dan masa kini saja dan investor membuat prediksinya sendiri
15

mengenai masa depan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa manajemen
perusahaan yang memiliki akses atas sumber informasi yang lebih baik mengenai
keuangan perusahaan, sehingga manajemen merupakan pihak yang lebih tepat
untuk membuat peramalan mengenai keuangan perusahaan di masa depan.
Laporan keuangan proyeksi sering dibuatkan oleh manajemen untuk
membantu pembaca dalam melihat prospek perusahaan di masa depan. Laporan
proyeksi ini bisa berupa laporan keuangan yang menyajikan trend angka di masa
depan, atau hanya berupa proyeksi atas angka-angka penting saja, misalnya angka
untuk revenue, laba bersih, dan aset perusahaan.
2. Kebijakan Akuntansi
Dengan beragamnya prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan-
perusahaan, bahkan di dalam satu perusahaan, mengakibatkan untuk secara
langsung membandingkan laporan keuangan satu sama lain menjadi lebih sulit.
Selama keseragaman secara rigid tidak dapat diterapkan, maka menjadi penting
bagi perusahaan untuk mengungkapkan berbagai kebijakan akuntansi yang
diterapkan atas pos-pos yang signifikan nilainya.
Pos yang signifikan nilainya berlainan antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain. Di suatu perusahaan manufaktur, aset tetap akan merupakan pos
yang signifikan nilainya sehingga metode apa yang digunakan untuk penyusutan,
berapa nilai impairment dan bagaimana dasar perhitungannya, akan menjadi hal
yang penting untuk diungkapkan dalam pemaparan kebijakan akuntansi
perusahaan. Di perusahaan jasa mungkin kebijakan metode penyusutan tidak
penting apabila aset tetap yang dimiliki tidak material nilainya. Namun satu pos
yang sudah pasti penting dan material adalah pos revenue. Kebijakan mengenai
pengakuan revenue menjadi hal yang penting.
3. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Perubahan kebijakan akuntansi kadang dilakukan oleh manajemen. Pada
dasarnya perubahan kebijakan tidak diperkenankan, dengan asumsi bahwa semua
kebijakan yang diterapkan sudah melalui pertimbangan yang baik yang akan
menghasilkan nilai yang paling mencerminkan kondisi yang sesungguhnya dari
pos-pos yang dilaporkan. Namun jika perubahan kebijakan akuntansi memang
16

harus dilakukan, misalnya karena diwajibkan oleh standar, atau karena


pertimbangan bahwa telah terjadi perubahan kondisi sehingga dianggap kebijakan
yang baru akan dapat menghasilkan nilai yang lebih relevan, maka perubahan
kebijakan tersebut harus diungkapkan.
Pengungkapan atas perubahan kebijakan akuntansi mencakup pembahasan
mengenai signifikansi perubahan jumlah yang dilaporkan antara kebijakan lama
dibandingkan dengan kebijakan yang baru, juga harus diungkapkan mengenai
alasan perubahan kebijakan tersebut.
4. Kejadian Setelah Tanggal Pelaporan
Dalam penyusunan laporan keuangan tahunan, ada periode waktu antara
tanggal laporan dengan tanggal selesainya penyusunan laporan tersebut. Jika
laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik, maka periode antara tanggal
laporan dengan tanggal diselesaikannya audit merupakan periode dimana banyak
kemungkinan yang bisa terjadi, yang mempengaruhi laporan keuangan yang
sedang disusun.
Pada dasarnya kejadian setelah tanggal laporan dapat diklasifikasikan
menjadi 2 jenis, yakni:
a. Kejadian yang secara langsung mempengaruhi jumlah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan. Contohnya adalah bangkrutnya pelanggan utama
perusahaan, dimana perusahaan sedang memiliki piutang yang signifikan
kepada pelanggan tersebut. Kejadian ini akan mempengaruhi jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan. Meskipun memang kejadian tersebut
tidak akan mengubah angka yang disajikan, namun informasi tersebut akan
dikaitkan langsung dengan nilai piutang yang dilaporkan.
b. Kejadian yang secara material akan mengubah pandangan pembaca
mengenai nilai perusahaan. Misalnya perusahaan mengumumkan share
option yang akan diberikan kepada direksi dengan cara menerbitkan saham
baru. Pengumuman tersebut tidak secara langsung berkaitan dengan jumlah
yang dilaporkan dalam laporan keuangan, namun akan mempengaruhi
kondisi kepemilikan perusahaan di masa depan.
17

Kejadian setelah tanggal laporan yang signifikan harus diungkapkan dalam


laporan keuangan.
5. Pelaporan Segmen
Perusahaan besar masa kini umumnya merupakan gabungan dari beberapa
entitas. Ada perusahaan yang merupakan gabungan dari beberapa entitas dengan
jenis industri yang berbeda di suatu daerah atau negara, ada juga yang terdiri dari
entitas dengan jenis industri yang sama tetapi berada di regional atau negara yang
berbeda, atau gabungan dari kedua kondisi tersebut.
Meskipun menurut azas substansi mengungguli bentuk, perusahaan
menyusun laporan konsolidasian untuk menunjukkan kesatuan substansi
ekonomis, namun diperlukan juga analisis atas segmen-segmen penting di suatu
perusahaan untuk lebih dapat memahami kondisi masing-masing segmen.
Pemilahan ini dianggap penting karena risiko dan peluang bisnis untuk setiap
jenis industri akan berbeda. Selain itu meskipun perusahaan dengan anak
perusahaan yang memiliki jenis industri yang sama namun jika berada pada lokasi
yang berlainan, maka risiko dan peluang bisnis juga bisa berbeda.
6. Laporan Auditor
Laporan auditor atau opini audit juga merupakan bagian dari disclosure atas
pelaporan keuangan. Dari opini yang diterima dari pihak independen, pembaca
laporan akan memperoleh penilaian yang obyektif mengenai kondisi keuangan
perusahaan.
7. Suplementary Statements
Terkadang perusahaan diminta untuk menyertakan pengungkapan tambahan
tertentu, bisa untuk perusahaan secara keseluruhan, bisa juga untuk industri-
industri tertentu saja. Misalnya dalam kondisi ekonomi yang tidak biasa, terjadi
inflasi yang sangat tinggi di suatu negara, maka bisa saja perusahaan diminta
untuk mengungkapkan dampak kejadian tersebut terhadap keuangannya. Atau
misalnya untuk industri minyak dan gas bumi wajib untuk memberikan
pengungkapan mengenai sumber minyak yang masih tersedia dan prospeknya di
masa depan.
8. Pembahasan dan Analisis Manajemen dan Surat Direktur
18

Manajemen seringkali menyediakan berbagai angka rasio keuangan dan


review lainnya atas laporan yang disajikan beserta dengan pembahasannya. Surat
Direktur berisi pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan, apa hasilnya,
serta rencana ke depan.
2.2.6. Metode Disclosure
Beberapa cara dalam melakukan pengungkapan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk dan susunan laporan formal
Laporan formal dapat disusun dengan cara berbeda dengan tujuan yang
berbeda pula. Laporan formal terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan
b. Laporan laba rugi
c. Laporan arus kas
2. Terminologi
Istilah-istilah yang khusus akuntansi seringkali harus diungkapkan dan
dijelaskan apa yang dimaksud, sesuai dengan standar yang digunakan. Misalnya
istilah transaksi pihak berelasi perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan pihak
berelasi dan bagaimana transaksi yang dimaksud.
3. Informasi parenthesis
Informasi parenthesis merupakan keterangan yang langsung disajikan
setelah pos yang dilaporkan. Contohnya di neraca dilaporkan ordinary share, di
sampingnya akan dituliskan berapa nominal, jumlah lembar yang terbit dan
beredar, setelah itu baru angkanya. Contoh lainnya adalah ketika menyajikan pos
aset tetap, kemudian diberi keterangan “setelah dikurangi akumulasi penyusutan
senilai…”
4. Catatan kaki (Footnotes)
Catatan kaki bisa berupa tanda bintang atau huruf yang dicantumkan pada
suatu pos, kemudian diberi keterangan di bawah. Misalnya di neraca, pos
inventory diberi tanda bintang. Di bagian bawah neraca, tanda bintang tersebut
diberi penjelasan misalnya: “dijadikan jaminan utang bank”.
19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan Informasi yang telah di sampaikan di atas kami menyimpulkan
bahwa Penyajian Laporan keuangan memberikan manfaat untuk pengguna
Laporan Keuangan tersebut, Baik dari pihak Eksternal Perusahaan yang
nantinya digunakan Untuk membuat Kebijakan Maupun Pihak Ekstersnal
Yang nantinya akan bekerja sama dengan perusahaan dalam memberikan
Modal Usaha atau Tujuan Investasi. Karena Semua Aktivitas Perusahaan
berupa Informasi Yang berkaitan dengan Informasi Keuangan telah di
Sajikan Dalam Laporan tersebut sehingga Dapat di katakan Manajemen
telah menyampaikan Tanggungjawab nya dalam pengelolaan Sumber daya
yang terdapat di perusahaan selama periode Ekonomi berlangsung.
2. Dari data yang diperoleh, Kami menyimpulkan bahwa Pengungkapan
Dalam Laporan Keuangan merupakan Penyampaian informasi tentang
keadaan keuangan suatu perusahaan, dalam laporan keuangan yang biasanya
ada pada laporan keuangan tahunan. Pengungkapan informasi dapat
disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain pos laporan
keuangan, catatan atas laporan keuangan, penggunaan istilah teknis
(terminologi), penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam
laporan auditor, dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau
pernyataan resmi. Menurut kami Penting rasanya pengungkapan dalam
laporan keuangan agar reabilitas dan trasnparansi keadaan yang sebenarnya
dalam posisi Keuangan perusahaan dapat dilihat Karena pada dasarnya
perushaan melakukan pengungkapan untuk memenuhi kebutuhan para
pemangku kepentingan atau (Stakeholder).
DAFTAR PUSTAKA

Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2014. Intermediate


Accounting, 2nd Edition, IFRS Edition. Wiley.
Hendriksen, Eldon S., Michael F. van Breda. 1992. Accounting Theory, 5th
Edition. Irwin-Homewood.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2020. Standar Keuangan Per Efektif 1 Januari 2020:
PSAK 1. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia.
Widiastuti, Harjati. 2002. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan
Tahunan terhadap Earning Response Coefficient (ERC).

Anda mungkin juga menyukai