Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Razak Tuara

Nim : 1107121084
Jurusan : Teknik Mesin S1
Email : Razaktuara1992@gmail.com

“Resume jurnal”

Analisa performance mesin dengan menerapkan total productive maintenance

Menggunakan metoda overall equipment effectiveness

Abstrak

Mesin/peralatan yang digunakan perlu dijaga kondisinya agar terhindar dari kerusakan paling
tidak mengurangi waktu kerusakan. Namun dalam pelaksanaannya masih belum optimal yang
dilihat dari tidak tercapainya target produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur nilai
efektivitas peralatan, mencari akar penyebab masalah dan memberikan usulan perbaikan. Konsep
total productive maintenance merupakan salah satu cara perbaikan kinerja perusahaan untuk
lebih stabil. Konsep total productive maintenance terdiri dari tiga komponen penting yaitu
pendekatan total (total approach), upaya–upaya produktif; (productive action) dan pemeliharaan
(maintenance). Dari tiga komponen dapat dijelaskan dengan menggunakan metode overall
equipment Effectiveness dan konsep autonomous maintenance.

Kata kunci : Total Productive maintenance, total apporoach, productive action dan overall
equipment effectiveness
Pendahuluan

Salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu industri manufaktur ditentukan oleh kelancaran
proses produksi. Sehingga bila proses produksi lancar, penggunaan mesin dan peralatan produksi
yang efektif akan menghasilkan produk berkualitas, waktu penyelesaian pembuatan yang tepat
dan ongkos produksi yang murah. Proses tersebut tergantung dari kondisi sumber daya yang
dimiliki seperti manusia, mesin ataupun sarana penunjang lainnya, dimana kondisi yang
dimaksud adalah kondisi siap pakai untuk menjalankan operasi produksinya, baik ketelitian,
kemampuan ataupun kapasitasnya. Mesin/peralatan yang digunakan perlu dijaga kondisinya agar
terhindar dari kerusakan paling tidak mengurangi waktu kerusakan. Terdapat enam faktor
kerugian besar yang akan dialami perusahaan akibat kerusakan mesin (six big losses).
Perusahaan tidak menyadari bahwa kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi pada mesin dapat
mempengaruhi kegiatan produksi. Oleh sebab itu, perusahaan memerlukan perencanaan
perawatan yang baik dan tepat terhadap mesin produksi yang dimiliki.

Pembahasan

1. Jurnal : (Dyah Ika Rinawati, Nadia Cynthia Dewi)


Judul : (ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)
MENGGUNAKAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG
LOSSES PADA MESIN CAVITEC DI PT. ESSENTRA SURABAYA)

Tujuan :

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melakukan analisis dalam penerapan TPM
di PT. Essentra Surabaya, mengetahui nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) yang
didasarkan pada faktor availability, performance dan rate of quality. Kedua, mengetahui
faktorfaktor yang menjadi penyebab menurunnya efektivitas melalui pengukuran six big losses
dan mengidentifikasikan faktor-faktor dominan dari enam faktor six big losses serta melakukan
analisis terhadap faktor yang memberikan kontribusi paling besar menggunakan diagram
fishbone. Dan terakhir, memberikan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan utama dari
keenam faktor six big losses.

Metoda :

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu survei langsung ke lapangan dan merekap
data laporan harian mesin Cavitec VD-02 PT. Essentra Surabaya selama 6 bulan terakhir. Data
yang diperlukan untuk menghitung nilai OEE (Overall Equipment Effectiveness) yaitu data
breakdown mesin, stand by mesin, dan maintenance terencana pada mesin ini, data waktu
operasi, jumlah produksi dan jumlah cacat. Data didapat dari laporan harian mulai dari bulan
Agustus 2013 sampai Januari 2014. Data yang didapat dari rekap data harian PT Essentra
Surabaya yaitu waktu gangguan mesin termasuk durasinya, jenis gangguan mesin, dan penyebab
kerusakan setiap harinya.

Hasil :

Berdasarkan hasil perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) pada mesin Cavitec VD-
02 PT. Essentra Surabaya selama periode Agustus 2013-Januari 2014 diperoleh nilai Overall
Equipment Effectiveness (OEE) berkisar antara 12,7074541% sampai 44,327957 %. Nilai
efektivitas ini tergolong sangat rendah karena standar nilai OEE untuk perusahaan kelas dunia
idealnya adalah 85%. Kerugian dominan yang menyebabkan rendahnya nilai OEE pada mesin
Cavitec VD-02 selama periode Agustus 2013-Januari 2014 adalah idling and minor stoppages
loss, dengan total time losses 952,99 jam atau 41,077 % dari keenam faktor six big losses.

2. Jurnal (ULFI NURFAIZAH, R. HARI ADIANTO, HENDRO PRASSETIYO)


Judul : RANCANGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI
BAGIAN PRESS II
Tujuan :

Dari beberapa metode mengenai sistem perawatan, Total Productive Maintenance (TPM)
merupakan salah satu sistem perawatan yang dapat digunakan dalam mencegah terjadinya
kerusakan mesin. Sistem perawatan ini digunakan karena dapat melibatkan seluruh bagian yang
terlibat dalam suatu kegiatan produksi. Selain itu, dalam perawatannya pun dapat dilakukan
secara langsung oleh pengguna mesin (operator). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat
rancangan implementasi TPM berdasarkan tahapan TPM. Data yang digunakan menggunakan
data kerusakan yang terjadi selama periode 1 tahun Agustus 2013-Juli 2014.

Metoda :

-Perawatan atau maintenance menurut Ebeling (1997) adalah aktivitas agar suatu komponen atau
sistem yang rusak akan dikembalikan atau diperbaiki dalam suatu kondisi tertentu pada periode
tertentu.
-Menurut Ebeling (1997), keandalan atau reliability adalah suatu sistem probabilistik dimana
ketika operasi berada pada suatu kondisi lingkungan, sistem akan menunjukkan fungsi yang
dimaksud dengan sesuai dalam selang waktu tertentu. Tempat fungsi yang dapat
menggambarkan keandalan suatu komponen atau sistem yaitu fungsi keandalan, fungsi distribusi
kumulatif, fungsi kepadatan probabilitas, dan fungsi laju kerusakan.
-Untuk menentukan frekuensi pemeriksaan, perhitungan menggunakan realibility under
preventive maintenance Ebeling (1997).
-Untuk memperoleh ekspektasi downtime yang terjadi pada saat dilakukannya perawatan, dapat
dengan menggunakan perhitungan optimal inspection frequency (minimization downtime)
menurut Jardine (1973).
-The six big losses merupakan enam kerugian besar yang terjadi, yang menjadi bagian dari
tindakan TPM untuk menghilangkan enam kerugian tersebut. Enam kerugian besar tersebut
dapat dikalkulasikan dalam perhitungan OEE menurut Nakajima (1984).
-Menurut Nakajima (1984) Vice Chairman of the Japan Institute of Plant Mintenance
mendefinisikan TPM sebagai suatu pendekatan yang inovatif dalam maintenance dengan cara
mengoptimasi keefektifan peralatan, mengurangi menghilangkan kerusakan mendadak
(breakdown), dan melakukan autonomous operator maintenance.

Hasil :

Dari semua hasil beberapa metoda yang di gunakan maka di dapatkan hasilnya berupa
penjadwalan perawatan dilakukan untuk mesin yang memiliki frekuensi kerusakan tertinggi yaitu
mesin Dobby 50 No.4 , ISIS 40 No.1, dan mesin Komatsu 80. Interval waktu perawatan (T) pada
jadwal perawatan, untuk ketiga mesin tersebut memiliki nilai T=1, 3, 3 hari. Six big losses
tertinggi pada ketiga mesin tersebut adalah akibat idling & minor stoppages sebesar 49,91%,
reduced yield sebesar 43,81%, dan idling & minor stoppages sebesar 38,19%. Rata-rata nilai
OEE saat ini untuk ketiga mesin tersebut sebesar 45,55%, 63,81%, dan 54,04%. Rancangan TPM
melalui 12 tahapan, dengan rencana penerapan pada bulan Agustus 2014. Perencanaan
penerapan terdapat pada master plan dan gantchart. Adanya usulan check sheet untuk membantu
dalam mendokumentasikan data perawatan.

3. Jurnal : (Achmad Said, Joko Susetyo)


Judul : ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE
PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA
MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

Tujuan :

Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah :

1. Menghitung Overall Equipment Effectiveness pada mesin bubut dan membandingkan hasil
dari OEE perusahaan dengan standar OEE world class.
2. Menganalisis keterkaitan antara konsep Autonomous Maintenance dengan metode overall
Equipment Effectiveness, sehingga dapat melihat hubungan antara Autonomous Maintenance
dengan Overall Equipment Effectiveness, yang pada akhirnya dapat diketahui seberapa
pengaruhnya hubungan keduanya.
3. Menentukan solusi yang terbaik untuk memperbaiki kinerja perusahaan, guna dijadikan
masukan bagi perusahaan untuk melakukan konsep total productive maintenance.

Metoda :

Pada penelitian ini menggunakan beberapa metoda untuk mendapatkan analisa dari penelitian
tersebut yang mencakup 1.Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan efektivitas
peralatan secara keseluruhan untuk mengevaluasi seberapa capaian performance dan reliability
peralatan. OEE juga digunakan sebagai kesempatan untuk memperbaiki produktivitas sebuah
perusahaan uang pada akhirnya sebagai langkah pengambilan keputusan. 2. Autonomous
maintenance merupakan elemen yang terpenting dalam total productive maintenance yang
menjelaskan bagaimana sebuah operator tidak hanya menjalankan kegiatan produksi, tetapi juga
dilibatkan dalam kegiatan perawatan sederhana, dengan demikian gejala kerusakan dapat
dideteksi sedini mungkin, sehingga kerusakan dapat dicegah secara total. 3. Maintenance
Menurut Benyamin S Blanchard (1995), Perawatan (maintenance) merupakan suatu kegiatan
yang diarahkan pada tujuan menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga
dari sistem itu dapat diharapkan menghasilkan output sesuai dengan yang dikehendaki.

Hasil :

Dari hasil analisis dan pembahasan mesin bubut pada tahun 2006 dan 2007 mengalami
penurunan nilai OEE perusahaan dari 87,75 % menjadi 74,58 %, penurunannya di bawah standar
OEE world class. Penurunan tersebut disebabkan nilai Availability yang rendah. Keterkaitan
antara Autonomous Maintenance dengan Overall Equipment Effectiveness adalah pada
perawatan dini yang dilakukan operator terhadap mesin, agar mesin tersebut bisa berfungsi
dengan baik. Dengan kata lain autonomous maintenance merupakan langkah awal yang
diharuskan oleh operator dengan cara melakukan pengecekan mesin sebelum mesin tersebut
dioperasikan, sehingga dapat mengurangi six big losses dari mesin.

4. jurnal : Darminto Pujotomo, Heppy Septiawan


Judul : ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE
PADA LINE 8/CARBONATED SOFT DRINK
PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA CENTRAL JAVA

Tujuan :

Berdasarkan jurnal ini ada beberapa permaslahan yaitu perlunya menganalisa berbagai penyebab
breakdown pada Line 8/Carbonated Soft Drink dengan menggunakan konsep Total Productive
Maintenance, dan perlu dilakukan penanggulangan lebih lanjut. Dimana pada line tersebut akan
dianalisis 3 mesin yang paling sering mengalami breakdown, yaitu conveyor, filler machine, dan
bottle washer machine serta menghitung Performansi Maintenance Line 8.
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan secara lebih rinci memiliki tujuan:
1. Mengetahui sistem maintenance yang diterapkan di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Central
Java.
2. Menganalisa terjadinya breakdown mesin pada Line 8/Carbonated Soft Drink, khususnya pada
conveyor, filler machine, dan bottle washer machine dengan menggunakan konsep Total
Productive Maintenance.

Metoda :

Adapun metoda yang di gunakan yaitu menggunakan metoda TPM sebagai suatu pendekatan
yang inovatif dalam maintenance dengan cara mengoptimasi keefektifan peralatan serta
mengurangi/ menghilangkan kerusakan mendadak (breakdown) dengan melakukan identifikasi
terlebih dahulu. Dengan kata lain Total Productive Maintenance sering didefinisikan sebagai
productive maintenance yang dilaksanakan oleh seluruh pegawai, didasarkan pada prinsip bahwa
peningkatan kemampuan peralatan harus melibatkan setiap orang di dalam organisasi, dari
lapisan bawah sampai manajemen puncak. Dan satu lagi metoda yang di gunakan yaitu
performance maintenance yang terdiri dari 3 bagian yaitu Reliability, Maintainability,
Availability

Anda mungkin juga menyukai