S3 2015 278272 Chapter1
S3 2015 278272 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
payudara pada tahun 2012, dan 6,3 juta perempuan dengan kanker payudara
setelah kanker serviks uteri. Diperkirakan terdapat 212. 000 kasus baru
(Lemone & Burke, 2008). Pada tahun 2007, di USA diperkirakan 26% kasus
karena kanker. Selama tahun 2007, terjadi penurunan angka kematian akibat
penyakit kanker payudara hingga 40.910 orang. Hal ini diakibatkan karena
Society, 2008).
per 100.000 perempuan (Sutandyo, 2006), dan di Jepang hanya 8,6 per
negara Amerika dan Eropa, akan tetapi satu hal yang harus menjadi perhatian
payudara sebesar 12,9%, dari keseluruhan jenis kanker yang ada. Bila
kanker leher rahim merupakan kanker tertinggi pada pasien kanker rawat
kanker leher rahim 10,3%, kanker hati 8,2%, leukemia 7,3%, dan Lymphoma
6,5% (SIRS, 2009). Data dari registrasi kanker berbasis populasi di DKI
kedua kanker leher rahim 17,6, per 100.000 perempuan (Riskesdas, 2007).
baru serta jumlah kematian akibat kanker tersebut terus meningkat (Rekam
genetika, usia, mentruasi dini, menopause lebih lama, minum alkohol, tidak
memiliki keturunan, terapi hormonal, obesitas dan faktor lain yang belum
atas usia 50 tahun, namun pada usia lebih muda kemungkinan perempuan
perempuan terkena kanker payudara berbeda di antara berbagai ras. Ras kulit
putih mempunyai risiko lebih tinggi jika dibandingkan dengan ras Asia
Indonesia (Azamris, 2005). Hal ini sangat jauh berbeda dengan kenyataan di
negara maju seperti di Jepang, yaitu kanker payudara ditemukan pada stadium
yang masih sangat dini dengan angka kesembuhan yang cukup tinggi
penanganan multi disiplin secara terpadu pada fase paliatif adalah terjadinya
komplikasi berupa metastase, yaitu penjalaran sel kanker ke organ tubuh lain.
Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening, ketiak atau di atas tulang
4
belikat (Piggin & Jones, 2009). Selain itu, sel-sel kanker juga bisa
bermetastase ke tulang, paru-paru, hati, kulit dan otak (Piggin & Jones, 2009;
Barton, 2001).
infiltrasi sel kanker ke daerah epitelium, kelenjer limfa dan pembuluh darah,
Nielsen et al., 2005). Penjalaran sel kanker selanjutnya akan merusak daerah
pada daerah sekitar kulit payudara, kepala dan leher. Diperkirakan, 62%
luka kanker terjadi pada daerah payudara, 24% pada daerah kepala dan leher
(Haisefield-Wolfe & Rund, 1997; Naylor, 2002) dan 14% pada area lain
daerah wajah, daerah genetalia / anal, kelenjer limfa sekitar lipat paha dan
bahwa 5-10% pasien kanker yang sudah mengalami metastase disertai dengan
luka kanker (malignant fungating wound). Dari hasil survei perawat Hospice
di Inggris, yang dilakukan Thomas pada tahun 1992 (dalam Naylor, 2002)
dilaporkan 295 dari 2417 kasus (12,2%) subjek penelitian menderita luka
kanker.
5
luka kanker yang pasti. Namun, dari hasil survei perawat paliatif Rumah
Sakit Kanker Dharmais pada tahun 2005 ditemukan 21% pasien dengan luka
dan Stoma RS. Kanker Dharmais, pada periode 2008-2012, lebih dari 70%
pasien yang menjalani perawatan luka adalah pasien luka kanker payudara
2013).
kanker payudara dengan luka, bukan saja terkait dengan masalah fisik /
salah satu ciri-ciri seks sekunder yang mempunyai arti penting bagi wanita,
tidak saja sebagai salah satu identitas bahwa ia seorang wanita, melainkan
(William, 2001) karena luka kanker sulit untuk sembuh, akibat sel-sel
kanker yang terus bertambah (Manus, 2007) serta menimbulkan gejala yang
sulit untuk ditangani, terkait dengan malodor, eksudat dan infeksi (Laverty,
payudara adalah masalah luka kanker yang identik dengan bau yang kurang
timbulnya rasa nyeri sekitar luka serta bentuk luka yang tidak beraturan
bakteri aerob dan anaerob pada area jaringan nekrotik (Mc. Murray, 2007).
Lesi pada luka kanker pada umumnya mempunyai prognosis buruk, sehingga
utama. Pada kondisi ini, tujuan pengobatan bukan lagi untuk mencari
tersendiri bagi pasien (Grocott, 2002; Piggin & Jones, 2007; Hampton, 2004).
Dikatakan bahwa seorang suami tidak dapat tidur bersama istri yang
mengalami malodor.
perasaan malu, menarik diri, menurunnya selera makan, gangguan pola tidur,
merasa terisolasi dari lingkungan, malu dan merasa tidak pantas lagi memakai
psikologis lain yang juga bisa dialami pasien adalah reaksi cemas,
penolakan (denial) gangguan gambaran diri (body image), rasa takut, dan
yang mungkin hanya tinggal beberapa minggu sampai beberapa bulan lagi.
Tujuan utama perawatan pasien kanker payudara pada fase paliatif adalah
Jones., 2007).
saat ini sudah saatnya di Indonesia dilaksanakan perawatan secara total care,
pasien terkait dengan malodor yang timbul dari luka kanker, dengan tidak
mengontrol bau luka kanker (Mc. Murray, 2007). Hasil penelitian Kuge et al.
mengontrol bau setelah penggunaan 2-5 hari. Blinding studi yang dilakukan
yang signifikan antara penilaian yang diberikan pasien dan perawat dengan
9
menggunakan alat ukur visual analog scale (VAS), dengan p < 0,001. Di
selama ini digunakan, dirasakan masih belum optimal dalam mengurangi bau
masalah utama yang dapat menganggu kualitas hidup pasien, baik terkait
hal ini Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai pusat rujukan nasional untuk
kanker. Pada studi ini, Tim Perawatan Luka (focus interest group / FIG
Perawatan Luka) bekerja sama dengan bagian Farmasi Klinik Rumah Sakit
luka kanker, terutama mengurangi bau luka kanker. Zink oksid memegang
anti mikrobial ringan, anti fungal dan merangsang granulasi jaringan serta
10
Watters & Tredget, 2002; Cooper & Gray, 2001). Pengalaman klinik
mengurangi bau (malodor) 49,4%, mengurangi nyeri saat ganti balutan 70%,
33% (Wahidi & Anjarwati, 2008). Dari hasil studi kasus ini terlihat manfaat
FTI cukup besar bagi pasien luka kanker. Sebaliknya, perawatan luka
tunggal, yang telah digunakan selama ini, memiliki efek mengurangi bau
minimal, dan periode waktu berkurangnya bau lebih lama, serta cara
2001 di Rumah Sakit Kanker Dharmais, tetapi sampai saat ini belum
dilakukan uji klinik secara ilmiah dan belum dipasarkan secara luas serta
memperoleh metode yang paling efektif dan tepat dalam mengatasi respon
antara kedua jenis formula (FTI dan FTS) yang lebih efektif terhadap
B. Rumusan Masalah
menggunakan agen topikal yang tepat merupakan salah satu faktor dalam
yang lama dan kurang optimal. Diperlukan terapi tambahan yang dapat
efektif. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian yang menfokuskan pada
topikal inovatif (FTI) lebih efektif mengurangi jumlah TPC (total plate
(FTS)?
pertanyaan berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan jumlah TPC dan jenis bakteri pada perawatan
FTS?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
ini juga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun clinical pathway
keputusan untuk memilih metode yang tepat dalam perawatan luka kanker
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan sebagai data dasar
dalam pengembangan riset uji klinis dalam bidang perawatan luka kronik
lainnya.
E. Orisinalitas Penelitian
kanker payudara dan tingkat kenyamanan pasien serta dari sisi manajemen
pasien datang sudah dalam stadium lanjut, dan disertai dengan luka kanker
penggunaan 2-5 hari pada 80% subjek penelitian, tetapi jumlah sampel
pasien kanker lanjut dengan luka,di satu pusat penelitian / satu rumah
nonequivalent pre dan post test control group design, dengan jumlah
rating scale (NRS) dari 6,0 sebelum intervensi menjadi 2,1 setelah
peningkatan jumlah eksudat dari 44,5 gr menjadi 51,1 gr. Hasil uji t
equivalent pre and post test control group design. Rancangan penelitian
ini adalah uji klinis acak terkontrol (randomized controlled trial / RCT),
sedangkan pada penelitian ini fokus pada pasien luka kanker payudara
belum dilakukan secara objektif, tetapi hanya diukur secara subjektif oleh
pasien dan perawat yang merawat luka, sehingga bias penelitian tidak
seorang perawat khusus dan anggota keluarga, yang tidak terlibat dalam
6. Kajian penelitian terdahulu hanya fokus pada respon pasien dan aspek
malodor, sedangkan pada penelitian ini, aspek kajian lebih luas yang
penurunan skor persepsi malodor oleh perawat dan oleh keluarga, dan
payudara.
19