PAP SMEAR
A. Definisi
Tes Pap adalah pemeriksaan sitology dari serviks dan porsio untuk melihat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio. Untuk mengetahui
adanya tanda-tanda awal keganasan serviks (prakanker) yang ditandai dengan adanya
perubahan pada lapisan epitel serviks (dysplasia).
B. Indikasi
Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya
keganasan pada servik, pemantauan setelah tindakan pembedahan, radioterapi, atau
kemoterapi kanker serviks.
C. Teknik/Prosedur
1. Specimen dapat diambil dari sekresi vagina,secret serviks, secret endometrium,
dan fornik posterior. Instrument yang bisa digunakan adalah spatula Ayre,
Spatula Szalay, dan citobush. Tempat lokasi pengambilan yang tepat adalah pada
daerah squamo-collumer junction (SCJ).
2. Pasien tidur pada meja ginekologi secara litotomi
3. Membuka vagina secara gentle dan memasukkan speculum dengan arah vertical
setelah masuk vagina diputar 90 derajat. Bila ada mucus pada osteum atau krusta
sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu.
4. Specimen diambil dengan spatula atau citobrush. Untuk meningkatkan
ketepatan pemeriksaan disarankan mengambil dua specimen untuk tiap pasien.
5. Menghapuskan specimen pada permukaan gelas objek
6. Segera masukkan ke dalam cairan etil-alkohol 95% selama paling sedikit 30
menit atau keringkan segera dengan menggunakan hair-dryerI
7. Mengangkat gelas objek dan mengeringkan diudara terbuka
8. Untuk kasus yang dicurigai adanya keganasan disarankan untuk mengambil
sampel dari fornik posterior dengan menggunakan gelas pipet. Pada saat
pengambilan sampel pipet digerakkan ke kiri dan kanan untuk mengambil
sampel yang cukup. Sampel dari pipet kemudian disemprotkan ke gelas objek
dan difiksasi pada etil-alkohol 95% selama 30 menit kemudian dikeringkan pada
udara terbuka dan dikirimkan dalam amplop beserta blanko pemeriksaan.
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
A. Definisi
Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan
iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami dysplasia
sebagai salah satu metode skrinning kanker mulut Rahim.
B. Indikasi
Skrinning kanker mulut Rahim
C. Kontraindikasi
Tidak direkomendasikan pada wanita pascamenopause, karena daerah zona
transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan
pemeriksaan isnpikulo.
A. Pengertian Infertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa
menghamili.Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono,
2000).Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).Infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer bila pasutri
tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil. (Siswandi, 2006).
C. Pemeriksaan Infertilitas
1. Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya
dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan
adalah:Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha
mendapatkan anak selama 12 bulan.Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung
diperiksa ketika pertama kali datang.Istri pasangan infertil dengan usia 36-40
tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan
ini.Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap
penyakit.Langkah Pemeriksaan Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan
adalah dengan mencari penyebabnya. Adapun langkah
pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Umum
Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri
secara umum dan khusus.
1) Anamnesaumum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,
tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu
mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
2) Anamnesakhusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa
nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak
bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus,
infeksi genitalia).Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum
meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan).Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium
dasar secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan
ginjal serta gula darah.Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang
disini bias pemeriksaan roentgen ataupun USG.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan ovulasi
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai
pemeriksaan antaranya pelaksanaan suhu basal : kenaikan suhu basal
setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh hormone progesterone .
Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi
pada sel-sel superfisial.Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron
menyebabkan perubahan lendir serviks menjadi kental.
2) Pemeriksaan endometrium
Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan
pregnandiol.Gangguan ovulasi disebabkan :
a) Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus,
psikogen.
b) Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit
metabolis.Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.\
3) Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang
keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3
hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
a) Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta
per cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.
b) Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60
juta per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
5) Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
a) Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
b) Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk
cavum uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
c) Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba
dan ovarium.
d) Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.
6) Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi
dilakukan mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan,
maka : endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi
progesterone kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan
antibiotika bila terjadi infeksi.
PENGOBATAN
PENGOBATAN :
3. Herpes genital
PENYEBAB : Virus Herpes Simplex
MASA INKUBASI : Biasanya 2-10 hari, dapat sampai 3 minggu
GEJALA KLINIS : => diawali dengan papul – vesikel – ulkus/ erosi multipel
berkelompok, di atas dasar eritematosa, sangat nyeri, nyeri dan edema di
inguinal, limfadenopati bilateral, dan kenyal, disertai gejala sistemik =>
umumnya lesi tidak sebanyak seperti pada lesi primer, dan keluhan tidak seberat
lesi primer, timbul bila ada faktor pencetus
KOMPLIKASI: Ditumpangi oleh infeksi bakteri lain
PENCEGAHAN : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan, menggunakan
kondom, dan hindari faktor pencetus
PENGOBATAN
Pilih salah satu
Asiklovir 5 x 200 mg, oral 7 hari
Valasiklovir 2 x 500 mg, oral 7 hari
Krim asiklovir pada lesi yang ringan
Asiklovir 5 x 200 mg, oral 5 hari
Valasiklovir 2 x 500 mg, oral, 5 hari
5. Ulkus mole
Koreng jumlahnya banyak, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi bergaung,
sekitar koreng merah dan bengkak, terasa sangat nyeri. Kelenjar getah bening
lipat paha membesar, nyeri, dengan kulit kemerahan di atasnya
PENYEBAB : Haemophillus ducreyi
MASA INKUBASI : 2 – 10 hari
GEJALA KLINIS : Ulkus multipel, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi
bergaung, sekitar ulkus eritema dan edema, sangat nyeri. Kelenjar getah bening
inguinal bilateral atau unilateral membesar, nyeri, dengan eritema di atasnya,
seringkali disertai tandatanda fluktuasi, biasanya tidak disertai gejala sistemik
KOMPLIKASI: Luka terinfeksi dan menyebabkan nekrosis jaringan
PENCEGAHAN : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan, menggunakan
kondom
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Siprofloksasin 500 mg, oral, dosis tunggal
Ofloksasin 400 mg, oral, dosis tunggal
Azitromisin, 1 gram, oral, dosis tunggal
Eritromisin, 4 x 500 mg, oral, 7 hari
Seftriakson, 250 mg, injeksi IM, dosis tunggal
Trimetoprim-sulfametoksasol 2 x 80 mg - 400 mg, oral, 7 hari
6. Limfogranuloma venereum
PENYEBAB : Chlamydia trachomatis
MASA INKUBASI : 3 – 20 hari
GEJALA KLINIS : Kelainan kulit awal berupa lecet/ luka jarang terlihat.
Pembesaran kelenjar getah bening lipat paha bagian dalam, dengan tanda radang
akut
KOMPLIKASI: Elefantiasis genital atau sindroma anorektal
PENCEGAHAN : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan, menggunakan
kondom
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Tetrasiklin 4 x 500 mg/ hari, oral, 14 hari
Eritromisin 4 x 500 mg/ hari, oral, 14 hari
Doksisiklin 2 x 100 mg/ hari, oral, 14 hari
Trimetoprim-sulfametoksasol 2 x 80 - 400 mg/ hari, oral, 14 hari
7. Trikomoniasis
Duh tubuh vagina banyak, kuning-kehijauan, kadang-kadang berbusa, berbau
seperti ikan busuk, dapat disertai gatal.
PENYEBAB : Trichomonas vaginalis
MASA INKUBASI : Beberapa hari sampai 4 minggu
GEJALA KLINIS : Duh tubuh vagina banyak, kuning-kehijauan, kadang-
kadang berbusa, mukosa vagina eritema, berbau seperti ikan busuk, dapat disertai
gatal pada vulva. pH vagina > 5,0
KOMPLIKASI: Pada wanita hamil dapat menyebabkan partus prematur, bayi
berat badan lahir rendah
PENCEGAHAN : Jaga kebersihan alat kelamin Tidak berhubungan intim, setia
pada pasangan, menggunakan kondom
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Metronidazol 2 g, dosis tunggal
Metronidazol 2 x 500 mg/ hari, oral, 7 hari
9. Vaginosis bacterial
Vagina berbau amis terutama setelah berhubungan badan, duh tubuh vagina tidak
terlalu banyak, putih keabu-abuan, melekat pada dinding vagina
PENYEBAB : Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob
MASA INKUBASI : Beberapa hari sampai 4 minggu
GEJALA KLINIS : Vagina berbau amis terutama setelah senggama, duh tubuh
vagina tidak terlalu banyak, homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina, tidak ada tanda inflamasi. PH vagina >4,7; tes amin (+)
KOMPLIKASI: Pada wanita hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini,
kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah
PENCEGAHAN : Jaga kebersihan alat kelamin
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Metronidazol 2 g, dosis tunggal
Metronidazol 2 x 500 mg/ hari, oral, 7 hari
Klindamisin 2 x 300 mg/ hari, oral, 7 hari 18 18
13. HIV-AIDS
Gejala klinis
HIV menyerang dan menghancurkan system kekebalan tubuh, sehingga tubuh
tidak mampu melindungi diri dari berbagai penyakit lain seperti TBC, malaria dll.
HIV terdapat dalam cairan tubuh orang yang telah tertular, seperti dalam :
Darah
Air mani
Cairan vagina
Air susu ibu (ASI)
Penderita HIV tidak dikenali hanya dengan melihatnya secara langsung. Untuk
mengetahui apakah seseorang tertular HIV atau tidak, hanya tes darah untuk
pemeriksaan HIV yang mampu membuktikannya.
A. Definisi
Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam
tulisan ini akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu
infeksi pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari
ovarium ke uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan
komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually
Transmitted Disease/STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan
gonorrhea.PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus dan
ovarium.
Pelvic Inflammatory Disesase ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang
juga menyebabkan penyakit menular seksual lainnya. Diantaranya adalah:
C.trachomatis, N gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli (organisme gram negatif yang enterik), Bacteroides fragilis, dan
Mycoplasma genitalium. Sedangkan penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi
adalah: aktinomikosis (infeksi jamur), skistosomiasis (infeksi parasit), tuberkulosis,
dan penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
B. Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan
seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.Faktor lainnya yang berkaitan
dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat
melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda
dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi
masuknya bakteri.
C. Gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam.Mulai dari
tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan
tersebut dapat berupa demam,keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi,dan
bau yang abnormal,timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam,nyeri
senggama,nyeri saat buang air kecil,menstruasi yang tidak teratur,kram perut saat
menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat menstruasi,nyeri pada daerah perut bawah
dan dapat memburuk jika disertai mual muntah,serta kelelahan yang disertai dengan
nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat
terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses
yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan peritonitis
generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung
beberapa minggu.
Pelvic Inflammatory Disesase sulit didiagnosis karena seringkali gejala yang
ditunjukkan tidak begitu kelihatan dan biasanya ringan.Banyak episode PID tidak
terdeteksi dengan baik karena seringkali wanita yang menderita ataupun dokter yang
dikunjunginya tidak begitu memikirkan PID oleh karena keluhan dan gejala yang
tidak spesifik.Dalam membantu diagnosis PID, dapat dikerjakan pemeriksaan darah
untuk melihat kenaikan dari sel darah putih (leukosit) yang menandakan terjadinya
infeksi, serta peningkatan C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (namun
tidak spesifik). Kemudian kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG
abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat
reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi
D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan cairan dari serviks
Kuldosintesis
Laparoskopi
USG panggul
E. Pencegahan
Wanita dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs
atau segera berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk
mencegah STDs adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan
atau setia pada pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani
skrining test STDs. Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan
benar dan berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan
gonorrhea. CDC merekomendasikan pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita
berusia 25 tahun atau kurang yang telah aktif secara seksual ataupun kepada wanita
yang lebih tua dengan resiko menderita infeksi chlamydia (mereka yang memiliki
pasangan baru atau melakukan hubungan multipartner), serta kepada seluruh wanita
hamil.
Keluhan pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau
yang abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus
menstruasi bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut
mengalami keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk
sementara waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara
lebih dini dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan
sedang menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan
diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual
sebaiknya jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani
pengobatan dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.
Daftar Pustaka
3. Metode Barier
a. Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah
IMS termasuk HIV/AIDS, efektif bila dipakai dengan baik dan benar.
Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan
seksual.
Tipe kondom terdiri dari :
kondom biasa
kondom berkontur (bergerigi)
kondom beraroma
kondom tidak beraroma.
kondom pria dan wanita
Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom
wanita walaupun sudah ada, belum popular dengan alasan
ketidaknyamanan (berisik).
Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan lain.
Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom
tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah
didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Keuntungan Kontrasepsi
Efektif bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Murah dan dapat dibeli secara umum.
Keterbatasan
Efektivitas tidak terlalu tinggi
Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
Beberapa klien malu untuk membeli l di tempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah.
Langkah-Langkah :
Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong
kondom dengan jari ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak
tersobek saat membuka bungkusnya. Selanjutnya sobek bagian
atas bungkus kondom.
Dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya,
kemudian pegang kondom dan perhatikan bagan yang
menggulung harus berada disebelah luar
Pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada
udara yang masuk dan letakkan pada kepala penis
Pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang
(ereksi). Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan
untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan
menggunakan kuku karena kondom dapat robek)
Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan
tahan kondom di pangkal penis dengan jari agar kondom tidak
lepas dan tidak meninggalkan air mani di vagina.
Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sprema tidak
keluar. Kondom bekas langsung dibuang ketempat yang
seharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi orang lain,
terutama anak-anak.
b. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari latek
(karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks.
Jenis
Flat spring
Coil spring
Arching spring (kombinasi metal spring)
Cara Kerja
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran
alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat
tempat spermisida.
Manfaat
Kontrasepsi:
Efektif bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang
sampai 6 jam sebelumnya
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Nonkontrasepsi
Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV khususnya apabila
digunakan dengan spermisida
Bila digunakan pada saat haid menampung darah menstruasi
Keterbatasan
Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka
kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan
Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual
Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan
untuk memastikan ketepatan pemasangan
Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saliran uretra
Pada 6 jam pascahubungan seksual, alat masih harus berada di
posisimya
c. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol -9)
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas
dalam bentuk :
Aerosol (busa) : efektif segera setelah insersi
Tablet vaginal, supositoria atau disolvalble film
penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit sesudah
dimasukkan sebelum berhubungan seksual
Krim (jenis spermisida jelly biasanya hanya digunakan
dengan diafragma
Cara kerja
Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.
Manfaat
Kontrasepsi
Efektif seketika (busa dan krim)
Tidak mengganggu produksi ASI
Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
Tidak mengganggu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Mudah digunakan
Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV
dan HIV/AIDS
Keterbatasan
Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan
per tahun pertama)
Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan
Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan
dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual
Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi
sebelum melakukan hubungan seksual
Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam
Persiapan 1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda dan
tanyakan tujuan kedatangannya.
2. Bila belum dilakukan konseling, berikan konseling sebelum
melakukan pemasangan AKDR :
a. Informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia,
keuntungan dan keterbatasan.
b. Bantu klien untuk memilih jenis kontrasepsi yang
diinginkan.
3. Pastikan bahwa klien memilih AKDR, jelaskan kemungkinan-
kemungkinan efek samping, pemakai AKDR, Cu T380A.
4. Lakukan anamnesa untuk memastikan tidak ada masalah
kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR.
5. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk
mengajukan pertanyaan.
6. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan
membersihkan area genitalia dengan air bersih dan sabun.
7. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain
bersih.
8. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan
atau kelainan lainnya didaerah suprapubik.
9. Atur lampu yang terang untuk melihat serviks.
10. Pakai sarung tangan yang sudah di DTT.
11. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam
wadah steril atau DTT.
12. Lakukan pemeriksaan genitalia eksterna.
13. Lakukan pemeriksaan spekulum.
14. Lakukan pemeriksaan Bimanual.
15. Buka dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 %.
16. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan
dirasakan. Masukkan lengan AKDR Cu T3803 didalam
kemasan sterilnya.
Teknik 1. Pakai sarung tangan yang baru.
2. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
3. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3
kali.
4. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati
5. Masukkan sonde uterus dengan teknik “tidak menyentuh”
(no touch technique)
6. Geser biru pada tabung inserter sesuai dengan hasil
pengukuran kedalaman uterus, kemudian buka seluruh plastik
penutup kemasan.
7. Pasang AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal.
8. Gunting benang AKDR, lepas dan keluarkan tenakulum dan
spekulum.
9. Tindakan pasca pemasangan.
10. Rendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5%.
11. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai ke tempat yang
sudah disediakan.
12. Buka dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%.
13. Cuci tangan dengan air sabun.
14. Amati klien selama 15 menit sebelum memperbolehkannya
pulang.
Penutup 1. Ajarkan klien cara memeriksa sendiri benang AKDR dan
kapan harus dilakukan.
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami
efek samping.
3. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk
kontrol.
4. Yakinkan bahwa klien dapat meminta AKDRnya dicabut
setiap saat.
5. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien.
Efek samping/
Penanganan
permasalahan
Amenorea Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR,
lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila
dikehendaki. Apabila hamil,, jelaskan dan sarankan untuk melepas
AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu,
AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang hamil dan ingin
mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR, jelaskan
adanya risiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan
infeksi saat perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan
diperhatikan.
5. Kontasepsi Mantap
a. Tubektomi
Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita
disebut tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba fallopi/ tuba uterine.
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine
dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam
jangka panjang sampai seumur hidup. Kadang- kadang tindakan ini
masih dapat dipulihkan seperti semula.
Jenis
a. Minilaparotomi
b. Laparoskopi (tidak tepat klien pasca persalinan)
Waktu menggunakan
a. Idealnya dilakukan dalam 48 pasca pesalinan
b. Dapat dilakukan segara setelah persalinan atau setelah operasi
Caesar
c. Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah perslinan,
ditunda 4-6 minggu
Manfaat
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
c. Tidak bergantung pada faktor senggama.
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan
yang serius.
e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormone ovarium).
Efek Samping
a. Risiko dan efek samping pembedahan.
b. Kadang-kadang sedikit merasa nyeri pada saat operasi.
Keterbatasan
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
( tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi
rekanalisasi.
b. Klien dapat menyesal di kemudian hari.
c. Risiko komplikasi kecil ( meningkatkan apabila digunakan
anestesi umum).
d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan.
e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Sasaran
a. Usia > 26 tahun.
b. Paritas > 2.
c. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya.
d. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang
serius.
e. Pascapersalinan.
f. Pascakeguguran.
g. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
Komplikasi Penanganan
Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka, obati
dengan antibiotik. Bila terdapat abses,
lakukan drainase dan obati seperti yang
terindikasi.
Demam pasca operasi Obati infeksi berdasarkan apa yang
(>38 derajat celcius) ditemukan.
Luka pada kandung Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.
kemih, intestinal (jarang Apabila kandung kemih atau usus luka
terjadi). dan diketahui sewaktu operasi, lakukan
reparasi primer. Apabila ditemukan
pascaoperasi, dirujuk ke rumah sakit
yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab
di tempat tersebut. Amati hal ini
biasanya akan berhenti dengan
berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat
diakibatkan oleh dan mulailah rensusitasi intensif,
laparaskopi (sangat termasuk : cairan intravena, resusitasi
jarang terjadi). kardio pulmonar, dan tindakan
penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan
pembedahan. obati berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superfisial Mengontrol peredaran dan obati
( tepi-tepi kulit atau berdasarkan apa yang ditemukan.
subkutan).
b. Vasektomi
Prosedur klinik untuk mengehentikan kapasitas reproduksi pria
dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak
terjadi.
Jenis
1) Insisi
2) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Waktu
Bisa dilakukan kapan saja
Keuntungan
1) Efektivitas tinggi 99,6-99,8%
2) Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
3) Motbiditas dan mortalitas jangka panjang
4) Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
5) Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi
Keterbatasan
1) Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan
selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)
2) Komplikasi minor 5-10% seperti infeksi, perdarahan, nyeri pasca
operasi
3) Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan Teknik insisi
Komplikasi
1) 5-10% mengalami infeksi, perdarahan, nyeri pasca operasi
2) Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan teknik insisi
6. Kontrasepsi Progestin
Hormon Progestin
Adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin, yaitu
bahan tiruan dari progesterone.
Cara Kerja
Menvegah ovulasi
Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi
Menghambat transportasi gamet oleh tuba
a. PIL
Jenis
Kemasan 28 pil berisi 75 mg norgestrel
Kemasan 35 pil berisi 300 mg levonogestrel atau 350 mg
norethondrone
Keuntungan
Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05-5
kehamilan/ 100 perepmpuan dalam 1 tahun pertama)
Tidak diperlukan pemeriksaan panggul
Tidak mempengaruhi ASI
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan mudah
digunakan dan nayaman
Efek samping kecil
Keterbatasan
Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
Bila lupa satu fil saja, kegagalan menjadi lebih besar
Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi. Tetapi risiko ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil
Efektivitas menjadi rendah apabila digunakan bersamaan dengan
obat tuberkolosis atau obat epilepsy
Tidak mencegah IMS
Efek Samping
Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela,
spotting, amenorrhea)
Peningkatan/penurunan berat badan
Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala, dermatitis atau
jerawat
Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka)
tetapi sangat jarang terjadi
Waktu mulai menggunakan
Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan
Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan
b. Injeksi/Suntikan
Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin yaitu :
Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntuk
intramuscular di daerah bokong
Depo noretisteron enantat mengandung 200 mg noretindron
enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntuk
intramuscular
Keuntungan
Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun
pertama)
Pencegahan kehamilan jangka panjang
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Tidak mengandung estrogen estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
Tidak mempengaruhi ASI
Sedikit efek samping
Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause
Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
Keterbatasan
Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali sesuai jadwal suntikan)
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
Tidak mencegah IMS
Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah pengehentian
pemakaian
Efek Samping
Gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan
bercak/spiting, tidak haid sama sekali
Peningkatan berat badan
Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
Sedikit menurunkan kepadatan (densitas) tulang pada penggunaan
jangka panjang
Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jaranga), sakit
kepala, nervositas, jerawat.
Yang tidak boleh menggunakan
Hamil atau dicurigai hamil risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama
amenorrhea
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Diabetes melitus disertai komplikasi
Waktu mulai menggunakan
Pada ibu menyususi dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan
Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan
Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
Nyeri kepala
Peningkatan/penurunan berat badan
Nyeri payudara
Perasaan mual
Pening/pusing kepala
Perubahan persaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan
Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS.
Klien tidak dapat mengehntikansendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai dengan keinginan, akan tetapu harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.
Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis
(rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturate)
Terjadinya kehamilan ektopik sedikit leboh tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun)
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN IMPLANT
PENCEGAHAN INFEKSI :
Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan
dipasang implant dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau di DTT
Siapkan daerah pemasangan atau pencabutan dengan kapas yang telah diberi
antiseptik, gunakan forcep utnuk mengoleskan kapas tersebut.kain operasi
atau
Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan inmplan, dan sebelum
melepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dalam larutan klorin 0,5%.
Rendam selama 10 menit kemudian bilas dengan air bersih untuk menghindari
korosi pada alat berbahan metal.
Kain operasi atau drape harus dicuci sebelum digunakan kembali.
Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminasi
(kasa,kapas,dll) kedalam wadah tertutup rapat atau kantung plastik yang tidak
bocor. Jarum dan alat suntik sekali pakai (disposable) harus dibuang kewadah
yang tahan tusuk
Masukan kedua tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke larutan
klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam keluar
Bila hendak membuang sarung tangan, taruh kewadah atau kantung plastic
yang tahan bocor
Bila hendak dipakai ulang, dekontaminasi kedua sarung tangan dengan
direndam dalam larutan kloris 0,5% selama 10 menit
Setelah semua langkah selesai, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan
keringkan dengan handuk bersih
PERSIAPAN PEMASANGAN
Langkah 1
Persiapan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air mengalir serta
membilasnya.
Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping) dengan kain
bersih
Langkah 3
Persilakan klien berbaringdengan lengan yang lebih jarang digunakan
Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8cm diatas lipatan siku.
Langkah 5
Siapkan alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat didalamnya
Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implant dengan menarik kedua lapisan
bungkusnya dan jatuhkan kapsul dalam mangkok steril
PEMASANGAN KAPSUL
Langkah 1
Pegang scalpel dengan sudut 45°, buat insisi dangkal untuk sekedar menembus
kulit.
Langka 2
Ingat kegunaan kedua pada tanda trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung
yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar: tanda 1 dekat pangkal
menunjukan batas trokar dimasukan kebawah kulit sebelum memasukan setiap
kapsul. Tanda 2 dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap dibawah
kulit setelah memasang tiap kapsul.
Langkah 3
Dengan ujung yang tajam menghadap keatas dan pendorong didalamnya
masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau
kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung
tajam seluruhnya berada dibawah kulit (2-3 mm diakhir ujung tajam).
Memasukkan trokar jangan ada paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut
lainnya
Langkah 4
untuk meletakkan kapsul tepat dibawah kulit, angkat trokar ke atas sehingga kulit
terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati kea rah tanda (1) dekat
pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya
trokar akan lancer bila berada di bidang yang tepat dibawah kulit.
Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar.
Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau
pinset atau klem untuk mengambil kapsul dalam trokar. Bila kapsul di ambil
dengan tangan, pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak atau partikel lain.
Untuk mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukkan ke dalam trokar, letakkan
satu tangan di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh.
Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk ke dalam trokar dan masukkan kembali
pendorong.
Langkah 7
Gunakan pendorong untuk endorong kapsul kea rah ujung trokar sampai terasa
ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa. (akan terasa tahanan pada saat
sekitar bagian pendorong masuk kedalam trokar).
Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangan untuk
menstabilkan. Tarik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kea
rah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya
menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langah ini adalah
menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
Langkah 9
Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2) harus terlihat di
tepi luka insisi dan kapsul itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba
ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnyadari
trokar.
Langka 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar kea rah lateral kanan
dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas.
Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu, nula-mula
fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-
pelansepanjang sisi jari telunjuk dan masukkan trokar pelan-pelan sepanjang sisi
jari telunjuk tersebit sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepa
tantara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya.
Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya kedalam trokar dan
lakukan seperti sebelumnya sampai seluruh kapsul terpasang.
Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi risiko infeksi atau
ekspulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5mm dari tepi
luka insisi.
Langkah 12
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah
terpasang.
Langkah 13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi luka insisi (sekitar 5mm). bila
sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, hatus dicabut dengan
hati-hati dan di pasang kembali di tempat yang tepat.
Langkah 14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa
keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa
selama satu menit untuk menghentikan perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan
dengan kasa berantiseptik.
Menutup luka insisi : temukan kedua tepi insisi dan gunakan band aid atau
plester dengan kasa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu
dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut. Perikasa adanya
perdarahan. Tutup daerha pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis
dan mengurangi memar (perdarahan subkutan)
Perawatan kliem : buat catatan rekam medik tempat pemasangan kapsul dan
kejadian umum yang mungkin terjadi selama pemasangan. Amati klien
kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi
atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan
luka insisi setelah pemasangan, kalua bisa diberikan secara tertulis.
Efek samping/
Penanganan
masalah
Perdarahan Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering terjadi
bercak/spotting terutamapada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan
ringan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila
klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil
kombinasi satu siklus , atau ibuprofen 3x800mg selama 5
hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan
setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih
banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7
hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil
kombinasi, atau dapat juga diberikan 5mg etinilestradiol atau
1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari
Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain
masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi
daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih
berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada
tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh
kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang
lain, atau anjurkan menggunakan metode kontrasepsi lain.
Infeksi pada Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun
daerah insersi dan air atau antiseptic. Berikan antibiotic yang sesuai untuk
7 hari. Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali
satu minggu. Apabila tidak membaik, cabut implan dan
pasang yang barupada sisi lengan yang lain atau cari metode
kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan
dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut
implan, lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotic oral
7 hari.
Berat badan Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2
naik/turun kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi
perubahan berat badan 2kg atau lebih. Apabila perubahan
berat badan ini tidak dapat di terima, bantu klien mencari
metode lain.
B. KONTRASEPSI DARURAT
Kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah
hubungan seksual. Hal ini sering disebut kontrasepsi pascasanggama” atau
“morning after pil” atau “morning after treatment’.
Jenis
Cara Merek dagang Dosis Waktu pemberian
I. Mekanik AKDR- Copper T Saru kali Dalam waktu 5 hari
Cu Multiload pemasangan
Nova T pascasanggama
II. Medik Pil Microgynon 50 2x2 tablet Dalam waktu 3 hari
Kombinasi dosis Ovral
tinggi Neogynon pascasanggama, dosis
Nordiol kedua 12 jam kemudian
Eugynon
Manfaat
Sangat efektif (tingkat kehamilan <3%)
AKDR juga bermanfaat jangka panjang
Keterbatasan
Pil kombinasi hanya efektif digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan
seksual tanpa perlindungan
Pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah atau nyeri payudara
AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan
seksual
Pemasangan AKDR memerlukan tenaga terlatih dan sebaiknya tidak
digunakan pada klien yang terpapar dengan risiko IMS
Efek samping
Mual muntah : perlu konseling. Jika muntah terjadi dalam 2 jam sesudah
penggunaan pil pertama atau kedua, dosisi ulangan perlu diberikan
Perdarahan/berca : terjadi sekita 8% klien dengan kontrasepsi oral
kombinasi mengalami bercak-bercak. Sekita 50% mendapat haid pada
waktunya bahkan lebih awal.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT. Bina.
Pustaka Sarwono Prawirohardjo