Anda di halaman 1dari 72

MASA ANTARA

PAP SMEAR

A. Definisi
Tes Pap adalah pemeriksaan sitology dari serviks dan porsio untuk melihat
adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio. Untuk mengetahui
adanya tanda-tanda awal keganasan serviks (prakanker) yang ditandai dengan adanya
perubahan pada lapisan epitel serviks (dysplasia).

B. Indikasi
Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya
keganasan pada servik, pemantauan setelah tindakan pembedahan, radioterapi, atau
kemoterapi kanker serviks.

C. Teknik/Prosedur
1. Specimen dapat diambil dari sekresi vagina,secret serviks, secret endometrium,
dan fornik posterior. Instrument yang bisa digunakan adalah spatula Ayre,
Spatula Szalay, dan citobush. Tempat lokasi pengambilan yang tepat adalah pada
daerah squamo-collumer junction (SCJ).
2. Pasien tidur pada meja ginekologi secara litotomi
3. Membuka vagina secara gentle dan memasukkan speculum dengan arah vertical
setelah masuk vagina diputar 90 derajat. Bila ada mucus pada osteum atau krusta
sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu.
4. Specimen diambil dengan spatula atau citobrush. Untuk meningkatkan
ketepatan pemeriksaan disarankan mengambil dua specimen untuk tiap pasien.
5. Menghapuskan specimen pada permukaan gelas objek
6. Segera masukkan ke dalam cairan etil-alkohol 95% selama paling sedikit 30
menit atau keringkan segera dengan menggunakan hair-dryerI
7. Mengangkat gelas objek dan mengeringkan diudara terbuka
8. Untuk kasus yang dicurigai adanya keganasan disarankan untuk mengambil
sampel dari fornik posterior dengan menggunakan gelas pipet. Pada saat
pengambilan sampel pipet digerakkan ke kiri dan kanan untuk mengambil
sampel yang cukup. Sampel dari pipet kemudian disemprotkan ke gelas objek
dan difiksasi pada etil-alkohol 95% selama 30 menit kemudian dikeringkan pada
udara terbuka dan dikirimkan dalam amplop beserta blanko pemeriksaan.
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

A. Definisi
Tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan
iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah
dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami dysplasia
sebagai salah satu metode skrinning kanker mulut Rahim.

B. Indikasi
Skrinning kanker mulut Rahim

C. Kontraindikasi
Tidak direkomendasikan pada wanita pascamenopause, karena daerah zona
transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan
pemeriksaan isnpikulo.

D. Teknik dan prosedur


1. Sesuaikan pencahayaan untuk mendapatkan gambaran terbaik dari serviks
2. Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus dan kotoran lain pada
serviks.
3. Identifikasi daerah sambungan skuamo-columnar ( zona transformasi) dan area
di sekitarnya
4. Oleskan larutan asam cuka atau lugol, tunggu 1-2 menit untuk terjadinya
perubahan warna. Amati setiap perubahan pada serviks, perhatikan dengan
cermat daerah disekitar zona transformasi.
5. Lihat dengan cermat SCJ dan yakinkan area ini dapat semuanya terlihat. Catat
bila serviks mudah berdarah. Lihat adanya plaque warna putih dan tebal atau
epitel acetowhite bila menggunakan larutan asam asetat atau warna kekuningan
bila menggunakan larutan lugol. Bersihkan segala darah dan debris pada saat
pemeriksaan
6. Bersihkan sisa larutan asam asetat dan larutan lugol dengan lidi kapas atau kasa
bersih.
7. Lepaskan speculum dengan hati-hati
8. Catat hasil pengamatan, dan gambar denah temuan.
INFERTILITAS

A. Pengertian Infertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa
menghamili.Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono,
2000).Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).Infertilitas adalah
ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas primer bila pasutri
tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil. (Siswandi, 2006).

B. Faktor Penyebab Infertilitas


1. Infertilitas Disengaja
Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri menggunakan
alat kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi mantap.
2. Infertilitas Tidak Disengaja
Pihak Suami, disebabkan oleh:
Gangguan spermatogenesis (kerusakan pada sel-sel testis), misal: aspermia,
hypospermia, necrospermia.Kelainan mekanis, misal: impotensi, ejakulatio
precox, penutupan ductus deferens, hypospadia, phymosis. Infertilitas yang
disebabkan oleh pria sekitar 35-40 %.

Pihak Istri, penyebab infertilitas pada istri sebaiknya ditelusuri dari organ luar


sampai dengan indung telur.
a) Gangguan ovulasi, misal: gangguan ovarium, gangguan hormonal.
b) Gangguan ovarium dapat disebabkan oleh faktor usia, adanya tumor
pada indung telur dan gangguan lain yang menyebabkan sel telur tidak dapat
masak. Sedangkan gangguan hormonal disebabkan oleh bagian dari otak
(hipotalamus dan hipofisis) tidak memproduksi hormon-hormon reproduksi
seperti FSH dan LH.
c) Kelainan mekanis yang menghambat pembuahan, meliputi kelainan
tuba, endometriosis, stenosis canalis cervicalis atau hymen, fluor albus,
kelainan rahim.
d) Kelainan tuba disebabkan adanya penyempitan, perlekatan maupun
penyumbatan pada saluran tuba.
e) Kelainan rahim diakibatkan kelainan bawaan rahim, bentuknya yang tidak
normal maupun ada penyekat. Sekitar 30-40 % pasien
dengan endometriosis adalah infertil. Endometriosis yang berat dapat
menyebabkan gangguan pada tuba, ovarium dan peritoneum.
Infertilitas yang disebabkan oleh pihak istri sekitar 40-50 %, sedangkan
penyebab yang tidak jelas kurang lebih 10-20 %.

C. Pemeriksaan Infertilitas
1. Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya
dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan
adalah:Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha
mendapatkan anak selama 12 bulan.Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung
diperiksa ketika pertama kali datang.Istri pasangan infertil dengan usia 36-40
tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan
ini.Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap
penyakit.Langkah Pemeriksaan Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan
adalah dengan mencari penyebabnya. Adapun langkah
pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Umum
Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri
secara umum dan khusus.
1) Anamnesaumum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual,
tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan
seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu
mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
2) Anamnesakhusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi
perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan  rasa
nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak
bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus,
infeksi genitalia).Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum
meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan
pernafasan).Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium
dasar secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan
ginjal serta gula darah.Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang
disini bias pemeriksaan roentgen ataupun USG.

b. Pemeriksaan Khusus
1) Pemeriksaan ovulasi
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai
pemeriksaan antaranya pelaksanaan suhu basal : kenaikan suhu basal
setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh hormone progesterone .
Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi
pada sel-sel superfisial.Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron
menyebabkan perubahan lendir serviks menjadi kental.
2) Pemeriksaan endometrium
Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan
pregnandiol.Gangguan ovulasi disebabkan :
a) Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus,
psikogen.
b) Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit
metabolis.Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.\

Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar


hipofise ddengan memberikan pil oral yang mengandung estrogen
dan progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta
pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan
LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan
pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan
pemberian Human Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic
Gonadotropin untuk wanita yang tidak mampu menghasilkan hormon
gonadotropin endogen yang adekuat.

3) Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan
pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang
keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3
hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
a) Ejakulat normal :  volume  2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta
per cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.
b) Spermatozoa pria fertil  : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60
juta per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.

Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan


metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas
deferens).

4) Pemeriksaan lender serviks


Keadaan dan sifat lender yang mempengaruhi keadaan spermatozoa
adalah :
a) Kentalnya lendir serviks;
b) Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang
cair.
c) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.
d) Enzim proteolitik.
e) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.

Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :

a) Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi.


Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir
cerviks normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
b) Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims
Huhner Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun


antibiotika bila terdapat infeksi.

5) Pemeriksaan Tuba
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
a) Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
b) Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk
cavum uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
c) Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba
dan ovarium.
d) Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.

6) Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi
dilakukan mikrokuretase. Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan,
maka : endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi
progesterone kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan
antibiotika bila terjadi infeksi.

D. Nasehat Untuk Pasangan Infertil


Bidan dapat memberikan nasehat kepada pasangan infertil, diantaranya :
1. Meminta pasangan infertil mengubah teknik hubungan seksual dengan
memperhatikan masa subur.
2. Mengkonsumsi makanan yang meningkatkan kesuburan.
3. Menghitung minggu masa subur.
4. Membiasakan pola hidup sehat.
E. Kondisi sistem rujukan infertilitas
Di Indonesia Saat ini sistem rujukan infertilitas di Indonesia masih belum
terstruktur dengan baik. Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 238 juta dan
diperkirakan prevalensi infertilitas sebanyak 2.647.695. Kondisi geografis yang luas
dan negara yang berbentuk kepulauan menjadi tantangan dan hambatan dalam
mengatasi masalah infertilitas di Indonesia. Dengan kemampuan pelayanan
kesehatan yang tidak merata, kemampuan SDM yang tidak seragam dan tidak merata,
alat/teknologi terbatas/tidak merata, serta kondisi sosial ekonomi, pendidikan dan
budaya yang beraneka ragam juga kompleksnya manajemen infertilitas diperlukan
solusi tepat dalam penanganan infertilitas.
Karena itu diperlukan sistem pelayanan infertilitas yang terstruktur dan terarah,
unit pelayanan infertilitas berjenjang (primer, sekunder, tersier) dan sistem rujukan,
kerjasama atau jejaring antar unit pelayanan, hubungan yang harmonis antar tenaga
kesehatan dan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dengan pasangan suami istri
(pasutri), serta tenaga kesehatan dengan masyarakat. Kondisi ini membutuhkan
uraian tugas yang jelas pada setiap unit pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan.

F. Stratifikasi sistem rujukan infertilitas


1. Pelayanan infertilitas tingkat primer
Kegiatan diagnostik awal terhadap pasangan infertil di tingkat ini
ditujukan untuk dapat menentukan penyebab infertilitas dari kedua belah pihak
serta menentukan apakah pasangan tersebut perlu mendapatkan pelayanan di
tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Pasien akan mendapat gambaran secara
umum dan menyeluruh mengenai pola pelayanan infertilitas. Konseling dan
dukungan perlu diberikan untuk menghindari kecemasan pasien dan
pasangannya.
Pelayanan infertilitas tingkat primer biasanya diberikan pada kondisi :
a) Lama infertilitas kurang dari 24 bulan
b) Pasangan perempuan kurang dari umur 30 tahun
c) Tidak ada faktor risiko patologi pelvis dan kelainan sistem reproduksi laki-
laki
d) Pasangan telah menjalani terapi kurang dari 4 bulan tanpa keberhasilan terapi

G. Pelayanan infertilitas tingkat sekunder


Pada kondisi-kondisi tertentu, pasien akan dirujuk ke pelayanan infertilitas
tingkat sekunder
1. Umur di atas 35 tahun, namun lamanya infertilitas tidak lebih dari 36 bulan
2. Adanya gangguan siklus haid (amenorrhea atau oligomenorrhea)
3. Adanya galaktorea
4. Adanya kecurigaan gangguan fungsi tiroid
5. Adanya kecurigaan penyakit radang panggul
6. Adanya kecurigaan ke arah endometriosis
7. Adanya riwayat operasi pada daerah panggul
8. Adanya gejala-gejala hirsutisme
9. Adanya gejala obesitas (IMT > 30) atau gizi kurang (IMT < 20)
10. Adanya gangguan ovulasi (kadar progesteron < 30 nmol/l)
11. Adanya kelainan pada genitalia eksterna maupun interna
12. Adanya kelainan pada hasil analisis sperma (jumlah, gerakan maupun bentuk)
13. Kalau azoospermia langsung level III
14. Adanya riwayat infeksi pada genitalia maupun infeksi sistemik yang dapat
mempengaruhi fertilitas
15. Adanya riwayat pembedahan urogenital

H. Pelayanan infertilitas tingkat tersier


Pelayanan infertilitas tingkat tersier memerlukan keahlian khusus karena meliputi
tindakan teknologi reproduksi berbantu yang hanya bisa dilakukan di klinik
infertilitas khusus. Kasus infertilitas yang tidak lagi dapat ditangani di tingkat
sekunder, akan dirujuk untuk mendapatkan pelayanan infertilitas tingkat tersier.
Kriteria pasien:
1. Pasangan tidak memenuhi kualifikasi tingkat I dan II
2. Kemungkinan dilakukan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB)

Pendekatan yang dilakukan dalam manajemen infertilitas merupakan suatu


pendekatan multidisiplin, termasuk obstetri dan ginekologi, uro-andrologi, psikologi/
psikiatri, keperawatan dan lain- lain, tergantung derajat kesulitan penyebab
terjadinya infertilitas. Oleh karena itu, pelayanan infertilitas dapat dilakukan dalam
beberapa level (3 level) pelayanan berdasarkan pada kompetensi klinis pemberi
pelayanan.
TUMOR
A. Definisi
Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat
pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, yang mirip dengan simtoma bengkak.
Tumor berasal dari kata tumere dalam bahasa latin yang berarti "bengkak".
Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignan) atau jinak (benign).
1. Tumor Jinak Pada Alat Genetalia
Tumor Jinak Vulva : Tumor jinak di daerah vulva yang  banyak dijumpai
adalah kista kelenjar bartholini dan fibrorma vulva.
a) Kista kelenjar Bartholini
Kista kelenjar bartholini merupakan bentuk radang menahun kelejar
bartholini. Abses kelenjar bartholni diserap isinya, sehingga tinggal kantung
yang mengandung cairan yang disebut kista bartholini. Pengobatan kista
bartholini adalaah dengan mengangkat seluruh kista dan
marsviaalisasi.operasi memerlukan keahlian sehingga perlu dilakukan
dirumah sakit.
b) Firbroma Vulva
Merupakan tumor jinak yang bersal dari jaringan ikat vulva, bertangkai dan
berlokalisasi seringkali di bibir besar. Diameternya dapat beberapa
sentimeter, sampai mempunyai berat beberapa kilogram. Pengobatan fibroma
vulva adalah dengan jalan memotong tangkainya serta menjahit kembali
sehingga  tidak terjadi perdarahan.
2. Tumor Jinak Rahim
Tumor jinak rahim yang akan dibicarakan adalah mioma uteri,
adenomiosis, dan endometriosis.
a) Mioma uteri
Merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat
dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot
rahimnya dominan. Kejadiaan mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak
semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindaka operasi.
Sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan
ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan, Sebagian besar mioma uteri
ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya rangsangan estrogen.
Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum dating haid dan akan
mengalami pengecilan setelah mati haid.
Gejala klinik uteri :
1) Perdarahan tidak normal
 Hipermenora perdarahan banyak saat menstruasi,
 Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
 Gangguan kontraksi otot rahim.
2) Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mio uteri dapat terjadi :
 Terasa berat di abdomen bagian bawah
 Sukar miksi atau defekasi
 Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
b) Adenomiosis uteri
Endometriosis adalah implantasi jaringan endometrium di luar kavum
uteri.
Pembagian endometriosis :
1) Endometriosis eksterna adalah implantasi jaringan endometrium di luar
kavum uterus.
2) Endometriosis interna adalah implamantasi jaringan endometrium di
dalam otot rahim.
Gejala Klinis adenomiosis
1) Menoragia : perdarahan banyak saat menstruasi
2) Dismenorea sekunder : rasa sakit saat menstruasi
3) Dispareunia : rasa sakit saat hubungan seksual.
c) Endomiotriosis
Gejala klinis Endomiotriosis, terjadi karena pengaruh hormonal estrogen
dan progesterone sehingga terjadi siklus menstruasi. Rasa nyeri terjadi karena
vaskularisasi yang meningkat dan deskuamasi struma dan sel jaringan
endomtrium.

3. Tumor jinak Ovarium


Ovarium mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi tumor
jinak maupun  tumor ganas, pembagian tumor ovarium secara praktis adalah
sebagai berikut :
a) Tumor jinak kistik
a. kistoma ovarii simpleks
b. kistoma ovarii serosum
c. kistoma ovarii musinosum
d. kistoma dermoid
b) Tumor jinak padat
a. fibroma ovarii
b. tumor Brener
c. tumor sisa adrenal
c) Gambaran klinik tumor Ovarium
1) Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya,
terdapat perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi.
2) Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara
kebetulan dan tidak memberikan gejala kliinik yang berarti.
d) Diagnosis Kista ovarium
Pembesaran pada abdomen bagian bawah merupakan salah satu keluhan
yang mendorong wanita untuk melakukan pemerikasaan. Tumor ovarium
dapat dibedakan saat melakukan pemeriksaan dalam. Menghadapi tumor
jinak ovarium perlu dilakukan  pemeriksaan tentang konsistensi, besar
permukaanya dan sebgaianya
4. Tumor Ganas Pada Alat Genetalia
a. Penyakit Trofoblas
Penyakit trofoblas merupakan sekelompok penyakit yang berasal dari
jaringan trofoblas karena penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
pada kehamilan. Bagaimana terjadinya penyakit trofoblas belum diketahui
dengan pasti. Pembagian penyakit trofoblas yang digunakan di Indonesia.
1) Penyakit trofoblas jinak
a) Mola hidatidosa
Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan kehamilan yang tidak di sertai janin dan seluruh vili
korealis mengalami perubahan hidrpoik. Karena mengalami
perubahan hidropik disertai pengeluaran hormone gonadotropin,
mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis bervariasi. Di
samping itu infiltrasi sel trofoblas dapat merusak pembuluh darah
yang menimbulkan perdarahan, menyebabkan kedatangan untuk
memeriksakan diri. Gejala klinis mola hidatidosa
 mual
 nek
 muntah
 pusing
 Hanya kadang-kadang berlangsung lebih hebat.
Diagnosis mola hidatidosa :
Kedatangan penderita dengan perdarahan banyak,
keadaan umum buruk, dan disertai pengeuaran gelembung mola (
hamil anggur ) maka diagnosis mola hidatidosa dengan mudah di
tegakkan. Kecurigaan mola hidatidosa dapat didasarkan atas
gejala klinis, yaitu dengan pemeriksaan terdapat keterlambatan
dating bulan, terjadi perdarahan, rahim lebih besar dari umur
kehamila, disertai dengan gejala hamil yang berlebihan.
b) Mola hidatidosa parsial
2) Penyakit trofoblas ganas
 Korio karsinoma vilosum
 Korio karsinoma non vilosum
 Korio karsinoma klinis
3) Keganasan Pada Vulva
Pembangunan berhasil meningkatkan kesehatan, sehingga dapat
mencapai usia lanjut dengan kemungkinan untuk mendapat keganasan
semakin besar, terutama bagi golongan social ekonomi rendah. Daereah
vulva yang sering terkena karsinoma adalah bibir besar dan klitoris.
Pada kasus sudah lanjut terdapat metastase tumor ganas berbentuk ulkus
dengan pinggir agak padat, tumbuh eksofisik seperti bunga kol dan
kerusakan jaringan nekrosis dan berbau. 
4) Keganasan Pada Vagina
Keganasan vagina mempunyai gejala klinik yang bervariasi ,
yaitu tanpa gejala hanya ditemukan secara kebetulan : mengeluarkan
cairan encer, dapat bercampur darah, terjadi perdarahan setelah
hubungan seksual dan keganasan stadium lanjut berbau khas jaringan
nekrosis. Keganasan vagina bias dalam bentuk perlukan dengan tepi
padat dan menonjol, ulkus mudah berdarah, bentuk bunga kol dan
tampak cairan yang bercampur darah.
5) Keganasan Mulut Rahim
Keganasan mulut rahim merupakan kegansan wanita yang paling
banyak. Perkembangan kegenasan mulut rahim berjalan sangat lambat,
tetapi irosnisnya, sebagian besar kedatangan penderita sudah dalam
stadium lanjut, sehingga pengobatnnya tidak memuaskan. Umur
keganasan mulut rahim antara umur 30 sampai 60 bahkan cenderung
makin muda.
6) Keganasan Korpus Uteri                  
Keganasan korpus uteri pada usia lanjut, setelah melewati mati
haid. Kejadiaanya makin meninggkat sejalan dengan banyaknya wanita
yang mencapai usia lanjut.
Tumor ganas korpus uterus dianggap primer jika berasal dari
endometrium atau miometrium. Jika terdapat proses di endometrium dan
endoserviks dan tidak dapat dipastikan dari mana asalnya maka tumor
ganas tersebut dianggap sebagai tumor ganas serviks uterus bila hasil
histologi menunjukkan jenis epidermoid. Dianggap sebagai tumor ganas
endometrium bila histologi berjenis adenokarsinoma atau
adenokantoma. Frekuensi tumor ganas endometrium akhir-akhir ini
meningkat karena usia wanita meningkat, disamping faktor-faktor lain
yang memberi predisposisi hingga mempuyai resiko tinggi, seperti ;
penderita DM, hipertensi essensial / menahun,wanita dengan tumor
ovarium yang memproduksi ekstrogen (tumor sel granula ). Gambaran
Klinik dan diagnosis :
Pada awal dari penyakit pemeriksaan ginekologik tidak
menghasilkan apa-apa (negatif ). Penyakit biasanya tersembunyi dan
membahayakan. Dalam banyak kejadian gejalanya dikaitkan dengan
menopause berupa getah vagina kemerahan atau sesudah menopause
(peri menopausal) . rasa sakit dan perasaan rahim berkontraksi sering
dikeluhkan. Dengan berlanjutnya proses , berbagai keluhan tekanan
akibatmembesarnay korpus uterus dapat ditemukan. Pembesaran dan
fiksasi uterus akibat infiltrasi sel ganas ke dalam parametrium baru
terjadi pada tingkat lnjut. Setiap wanita dalam masa menopause yang
mengalami pendarahan abnormal dari rahim, harus dicurigai akan
adanya karisnoma endometrium. Cara yang dibenarkan adalah
mendapatkan bukti histologi ada atau tidakadanya keganasan dengan
mengerjakan kuretase seluruh rongga rahim. Hasil lerokan seluruhnya
dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk dimintakan konfirmasi
setelah dikonservasi oleh mereka yang benar-benar ahli.
PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)
A. Jenis-jenis IMS
1. Gonore (kencing nanah)
PENYEBAB : Neisseria gonorrhoeae
MASA INKUBASI : Pria 2-5 hari; Wanita sulit diketahui oleh karena sering
asimtomatik
GEJALA KLINIS :
 Pria duh tubuh uretra, kental, putih kekuningan atau kuning, kadang-kadang
mukoid atau mukopurulen; eritema dan atau edema pada meatus
 Wanita seringkali asimtomatik, bila ada duh tubuh serviks purulen atau
mukopurulen, kadangkadang disertai eksudat purulen dari uretra atau
kelenjar Bartholin.

KOMPLIKASI : Pria epididimitis, orkitis => infertilitas Wanita adneksitis,


salpingitis => kehamilan ektopik, infertilitas Striktur uretra, konjungtivitas,
meningitis, endocarditis

PENCEGAHAN : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan dan


menggunakan kondom

PENGOBATAN

Pilih salah satu urutan obat berikut :

 Siprofloksasin 500 mg, oral, dosis tunggal


 Tiamfenikol 3,5 g, per oral, dosis tunggal
 Seftriakson 250 mg, injeksi intramuskular, dosis tunggal
 Kanamisin 2 g, injeksi intramuskular, dosis tunggal
 Sefiksim 400 mg, dosis tunggal
 Levofloksasin 250 mg, dosis tunggal
 Ofloksasin 400 mg, oral, dosis tunggal

2. Infeksi genital non-spesifik (chlamydia)


PENYEBAB : Chlamydia trachomatis
MASA INKUBASI : Pria 1-3 minggu atau lebih lama; Wanita sulit diketahui,
mungkin 1-4 minggu
GEJALA KLINIS :
 Pria duh tubuh uretra, serosa atau seropurulen, kadang-kadang purulen, dapat
disertai eritema meatus
 Wanita duh tubuh serviks seropurulen, ektopia serviks, serviks mudah
berdarah

KOMPLIKASI: Pria epididimitis => infertilitas , Wanita adneksitis =>


kehamilan ektopik, infertilitas

PENCEGAHAN : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan, menggunakan


kondom dan hindari faktor pencetus

PENGOBATAN :

 Doksisiklin 2 x 100 mg, oral, 7 hari


 Azitromisin 1 gram, oral, dosis tunggal
 Tetrasiklin 4 x 500 mg, oral, 7 hari
 Eritromisin 4 x 500 mg, oral, 7 hari
 Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan ibu menyusui

3. Herpes genital
PENYEBAB : Virus Herpes Simplex
MASA INKUBASI : Biasanya 2-10 hari, dapat sampai 3 minggu
GEJALA KLINIS : => diawali dengan papul – vesikel – ulkus/ erosi multipel
berkelompok, di atas dasar eritematosa, sangat nyeri, nyeri dan edema di
inguinal, limfadenopati bilateral, dan kenyal, disertai gejala sistemik =>
umumnya lesi tidak sebanyak seperti pada lesi primer, dan keluhan tidak seberat
lesi primer, timbul bila ada faktor pencetus
KOMPLIKASI: Ditumpangi oleh infeksi bakteri lain
PENCEGAHAN : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan, menggunakan
kondom, dan hindari faktor pencetus
PENGOBATAN
Pilih salah satu
 Asiklovir 5 x 200 mg, oral 7 hari
 Valasiklovir 2 x 500 mg, oral 7 hari
 Krim asiklovir pada lesi yang ringan
 Asiklovir 5 x 200 mg, oral 5 hari
 Valasiklovir 2 x 500 mg, oral, 5 hari

4. Sifilis (Raja Singa)


Luka atau koreng, jumlah biasanya satu, bulat atau lonjong, dasar bersih, teraba
kenyal sampai keras, tidak ada rasa nyeri pada penekanan.
PENYEBAB : Treponema palidum
MASA INKUBASI : 2 minggu sampai 3 bulan
GEJALA KLINIS :
Ulkus soliter, bulat atau lonjong, dasar bersih, tepi ulkus meninggi, tidak ada rasa
nyeri. Kelenjar getah bening setempat membesar, umumnya bilateral, kenyal,
tidak ada nyeri, dan tidak disertai eritema. Tidak ada gejala sistemik.
KOMPLIKASI : sifilis kardiovaskular, neurosifilis sifilis kongenital, abortus,
bayi lahir mati
PENCEGAHAN :
Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan dan menggunkan kondom
PENGOBATAN :
Pilih salah satu
 Benzatin penisilin, injeksi IM, dosis total 2,4 juta IU-7,2 juta IU, tergantung
pada stadium
 Penisilin G-Prokain 600.000 IU/hari, injeksi IM, 10 hari
 Doksisiklin 2 x 100 mg, oral, >30 hari
 Tetrasiklin 4 x 500 mg, oral, >30 hari
 Eritromisin 4 x 500 mg, oral, >30 hari

5. Ulkus mole
Koreng jumlahnya banyak, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi bergaung,
sekitar koreng merah dan bengkak, terasa sangat nyeri. Kelenjar getah bening
lipat paha membesar, nyeri, dengan kulit kemerahan di atasnya
PENYEBAB : Haemophillus ducreyi
MASA INKUBASI : 2 – 10 hari
GEJALA KLINIS : Ulkus multipel, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi
bergaung, sekitar ulkus eritema dan edema, sangat nyeri. Kelenjar getah bening
inguinal bilateral atau unilateral membesar, nyeri, dengan eritema di atasnya,
seringkali disertai tandatanda fluktuasi, biasanya tidak disertai gejala sistemik
KOMPLIKASI: Luka terinfeksi dan menyebabkan nekrosis jaringan
PENCEGAHAN : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan, menggunakan
kondom
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Siprofloksasin 500 mg, oral, dosis tunggal
Ofloksasin 400 mg, oral, dosis tunggal
Azitromisin, 1 gram, oral, dosis tunggal
Eritromisin, 4 x 500 mg, oral, 7 hari
Seftriakson, 250 mg, injeksi IM, dosis tunggal
Trimetoprim-sulfametoksasol 2 x 80 mg - 400 mg, oral, 7 hari

6. Limfogranuloma venereum
PENYEBAB : Chlamydia trachomatis
MASA INKUBASI : 3 – 20 hari
GEJALA KLINIS : Kelainan kulit awal berupa lecet/ luka jarang terlihat.
Pembesaran kelenjar getah bening lipat paha bagian dalam, dengan tanda radang
akut
KOMPLIKASI: Elefantiasis genital atau sindroma anorektal
PENCEGAHAN : Tidak berhubungan intim, setia pada pasangan, menggunakan
kondom
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Tetrasiklin 4 x 500 mg/ hari, oral, 14 hari
Eritromisin 4 x 500 mg/ hari, oral, 14 hari
Doksisiklin 2 x 100 mg/ hari, oral, 14 hari
Trimetoprim-sulfametoksasol 2 x 80 - 400 mg/ hari, oral, 14 hari

7. Trikomoniasis
Duh tubuh vagina banyak, kuning-kehijauan, kadang-kadang berbusa, berbau
seperti ikan busuk, dapat disertai gatal.
PENYEBAB : Trichomonas vaginalis
MASA INKUBASI : Beberapa hari sampai 4 minggu
GEJALA KLINIS : Duh tubuh vagina banyak, kuning-kehijauan, kadang-
kadang berbusa, mukosa vagina eritema, berbau seperti ikan busuk, dapat disertai
gatal pada vulva. pH vagina > 5,0
KOMPLIKASI: Pada wanita hamil dapat menyebabkan partus prematur, bayi
berat badan lahir rendah
PENCEGAHAN : Jaga kebersihan alat kelamin Tidak berhubungan intim, setia
pada pasangan, menggunakan kondom
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Metronidazol 2 g, dosis tunggal
Metronidazol 2 x 500 mg/ hari, oral, 7 hari

8. Kondiloma akuminata (kutil kelamin)


Bintil-bintil menonjol berbentuk seperti kutil terutama pada daerah yang lembab.
Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim
PENYEBAB : Human Papilloma Virus
MASA INKUBASI : Rata-rata 2-3 bulan
GEJALA KLINIS : Ada tiga bentuk bintil/ tonjolan: 1. Bentuk datar (flat) 2.
Bentuk papul 3. Bentuk verukosa Terutama pada daerah yang lembab. Pada
wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim
KOMPLIKASI: Kutil dapat membesar atau tumbuh menjadi satu. Mungkin
berhubungan dengan timbulnya kanker mulut rahim
PENCEGAHAN: Tidak ada

9. Vaginosis bacterial
Vagina berbau amis terutama setelah berhubungan badan, duh tubuh vagina tidak
terlalu banyak, putih keabu-abuan, melekat pada dinding vagina
PENYEBAB : Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob
MASA INKUBASI : Beberapa hari sampai 4 minggu
GEJALA KLINIS : Vagina berbau amis terutama setelah senggama, duh tubuh
vagina tidak terlalu banyak, homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina, tidak ada tanda inflamasi. PH vagina >4,7; tes amin (+)
KOMPLIKASI: Pada wanita hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini,
kelahiran prematur, bayi berat badan lahir rendah
PENCEGAHAN : Jaga kebersihan alat kelamin
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Metronidazol 2 g, dosis tunggal
Metronidazol 2 x 500 mg/ hari, oral, 7 hari
Klindamisin 2 x 300 mg/ hari, oral, 7 hari 18 18

10. Kandidosis vaginalis


Gatal pada kemaluan, duh tubuh vagina bergumpal, putih, kadang-kadang dapat
kental seperti kepala susu atau kekuningan, berbau asam
PENYEBAB : Candida albicans
GEJALA KLINIS : Gatal pada vulva, peradangan pada mulut vagina dan labia
disertai bengkak atau fisura, duh tubuh vagina bergumpal, putih, kadang-kadang
dapat kental, atau kekuningan pH vagina < 4,5
KOMPLIKASI: Kulit sekitar vulva lecet
PENCEGAHAN : Jaga kebersihan alat kelamin
PENGOBATAN:
Pilih salah satu
Klotrimazol 500 mg tablet vagina, dosis tunggal, intravagina, sebelum tidur
Nystatin 1 x 100.000 unit, tablet vagina, 2 minggu
Mikonazol atau klotrmazol tablet vagina, sebelum tidur, 3 hari berturut-turut
Flukonazol 150 mg, oral, dosis tunggal
Ketokonazol 2 x 200 mg, oral, 5 hari
Itrakonazol 2 x 200 mg, oral, 1 hari

11. Konjungtivitis gonore


Mata sembab, kemerahan, mengenai salah satu atau kedua mata dengan adanya
kotoran mata yang bernanah
GEJALA KLINIS : Mata sembab, kemerahan, uni/ bilateral dengan adanya duh
tubuh mata yang bernanah/ purulen
KOMPLIKASI: Kebutaan
PENGOBATAN:
Untuk ibu :
Kanamisin 2 gr, IM, dosis tunggal
Spektinomisin 2 gr, IM, dosis tunggal
Pilihan pengobatan lain :
Seftriakson, 250 mg, IM, dosis tunggal
Sefiksim, 400 mg per oral, dosis tunggal
Untuk bayi :
Seftriakson, 1 g per oral, dosis tunggal
Kanamisin, 25 mg/ kgbb, IM, dosis tungga (maks 75 mg)
Spektinomisin, 25 mg/ kgbb, IM, dosis tunggal ? (maks. 75 mg)

12. Konjungtivitis klamidiosis


Mata sembab, kemerahan, mengenai salah satu atau kedua mata dengan adanya
kotoran pada mata dengan nanah yang tidak terlalu banyak
GEJALA KLINIS : Mata sembab, kemerahan, uni/ bilateral dengan adanya duh
tubuh mata dengan nanah yang tidak terlalu banyak
KOMPLIKASI: Kebutaan
PENGOBATAN:
Untuk ibu :
Azithromisin, 1 gr per oral, dosis tunggal
Eritromisin, 500 gr, per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
Pilihan pengobatan lain :
Amoksisilin 3 x 500 mg, per oral, selama 7 hari
Untuk bayi :
Sirop Eritromisin basa, 50 mg/ kgbb/ hari, per oral, 4 kali sehari

13. HIV-AIDS
Gejala klinis
HIV menyerang dan menghancurkan system kekebalan tubuh, sehingga tubuh
tidak mampu melindungi diri dari berbagai penyakit lain seperti TBC, malaria dll.
HIV terdapat dalam cairan tubuh orang yang telah tertular, seperti dalam :
 Darah
 Air mani
 Cairan vagina
 Air susu ibu (ASI)

Penderita HIV tidak dikenali hanya dengan melihatnya secara langsung. Untuk
mengetahui apakah seseorang tertular HIV atau tidak, hanya tes darah untuk
pemeriksaan HIV yang mampu membuktikannya.

Cara penularan HIV :

 Hubungan seksual (anal,oral,vaginal) yang tidsk terlindungi (tanpa kondom)


dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
 Pengunaan jarum suntik secara bergantian pada pengguna narkoba suntik,
penggunaan alat tato, alat tindik atau alat tajam yang tercemar.
 Mendapatkan transfuse darah yang mengandung HIV
 Ibu HIV positif ke bayinya, waktu dalam kandungan, ketika melahirkan atau
melalui ASI.

B. KIE / KONSELING PADA IMS


Pesan yang perlu disampaikan:
1. Mengobati sendiri cukup berbahaya
2. IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.
3. IMS adalah ko-faktor atau factor risiko dalam penularan HIV
4. IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas.
5. Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV
6. Tidak ada pencegahan primer terhadap IMS dengan obat.
7. Komplikasi IMS membahayakan pasien dan keturunannya
C. NOTIFIKASI PASANGAN SEKSUAL
Strategi pengobatan pasangan seksual:
1. Tawarkan pengobatan langsung setelah pemeriksaan dan tes laboratorium
2. Pengobatan ditundasampai diperoleh hasil tes laboratorium
3. Tawarkan pengobatan melalui pasien (EPT = Expedited Partner Treatment)
berdasarkan diagnosis pasien tanpa melakukan pemeriksaan dan tes laboratorium
pada pasangannya

D. IMS –MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT


1. Penyebab morbiditas terbanyak di dunia:
 Stigma pasienuntukberobat
 IMS asimtomatik–tidak diketahui–terlambatberobat
2. Komplikasi serius bilatidakdiobati:
 Infertilitas
 Cacat pada bayi
 Kanker
 Kematian
3. Kaitan antara IMS dengan kemudahan tertularHIV
PENYAKIT RADANG PANGGUL

A. Definisi
Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam
tulisan ini akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu
infeksi pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari
ovarium ke uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan
komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually
Transmitted Disease/STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan
gonorrhea.PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus dan
ovarium.
Pelvic Inflammatory Disesase ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang
juga menyebabkan penyakit menular seksual lainnya. Diantaranya adalah:
C.trachomatis, N gonorrhoeae, Gardnerella vaginalis, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli (organisme gram negatif yang enterik), Bacteroides fragilis, dan
Mycoplasma genitalium. Sedangkan penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi
adalah: aktinomikosis (infeksi jamur), skistosomiasis (infeksi parasit), tuberkulosis,
dan penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

B. Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk
mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda
berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan
seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur.Faktor lainnya yang berkaitan
dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat
melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda
dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi
masuknya bakteri.

C. Gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien yang menderita PID biasanya beragam.Mulai dari
tidak ada keluhan sampai dengan keluhan yang sangat berat. Keluhan-keluhan
tersebut dapat berupa demam,keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi,dan
bau yang abnormal,timbul bercak-bercak kemerahan di celana dalam,nyeri
senggama,nyeri saat buang air kecil,menstruasi yang tidak teratur,kram perut saat
menstruasi, terjadi perdarahan hebat saat menstruasi,nyeri pada daerah perut bawah
dan dapat memburuk jika disertai mual muntah,serta kelelahan yang disertai dengan
nafsu makan yang berkurang. Nyeri yang mendadak pada perut bagian bawah dapat
terjadi jika abses pecah, di mana daerah nyeri tersebut mulai dari daerah sekitar abses
yang pecah menjalar ke seluruh dinding perut yang mengakibatkan peritonitis
generalisata.Juga dapat ditemukan anemia pada abses pelvik yang telah berlangsung
beberapa minggu.
Pelvic Inflammatory Disesase sulit didiagnosis karena seringkali gejala yang
ditunjukkan tidak begitu kelihatan dan biasanya ringan.Banyak episode PID tidak
terdeteksi dengan baik karena seringkali wanita yang menderita ataupun dokter yang
dikunjunginya tidak begitu memikirkan PID oleh karena keluhan dan gejala yang
tidak spesifik.Dalam membantu diagnosis PID, dapat dikerjakan pemeriksaan darah
untuk melihat kenaikan dari sel darah putih (leukosit) yang menandakan terjadinya
infeksi, serta peningkatan C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (namun
tidak spesifik). Kemudian kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG
abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat
reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi

D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan cairan dari serviks
 Kuldosintesis
 Laparoskopi
 USG panggul

E. Pencegahan
Wanita dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs
atau segera berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk
mencegah STDs adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan
atau setia pada pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani
skrining test STDs. Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan
benar dan berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan
gonorrhea. CDC merekomendasikan pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita
berusia 25 tahun atau kurang yang telah aktif secara seksual ataupun kepada wanita
yang lebih tua dengan resiko menderita infeksi chlamydia (mereka yang memiliki
pasangan baru atau melakukan hubungan multipartner), serta kepada seluruh wanita
hamil.
Keluhan pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau
yang abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus
menstruasi bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut
mengalami keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk
sementara waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara
lebih dini dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan
sedang menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan
diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual
sebaiknya jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani
pengobatan dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.
Daftar Pustaka

Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.


1981. Ginekologi. Elstar Offset, Bandung.

Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.

Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga


Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.

Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.


Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.
portalkalbe/files/cdk/files/13obatovulasiO81/13obatovulasiO81.

Setiabudy, R. Tinjauan Farmakologik Beberapa Obat Yang Menginduksi Ovulasi.


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Wardoyo, Hasto, 2002. Infertilitas. Makalah Seminar Bayi Tabung. RSUP dr.


Sardjito, Yogyakarta.
RCOG. Fertility:2004, assessment and treatment for people with fertility
problems.
Schorge J, Schaffer J, Halvorson L, Hoffman B, Bradshaw K, Cunningham.
Williams Gynecology: McGraw-Hill
Aleida G, Huppelschoten, dkk, 2013 ;Do infertile women and their partners have
equal experiences with fertility care. Fertil Steril.
ASRM.2013, Definitions of infertility and recurrent pregnancy loss: a committee
opinion. Fertil Steril.
Kamath M, Bhattcharya S. 2004; Best Practice & Research Clinical Obstetrics
and Gynaecology.
WHO. 2004; Infecundity, Infertility, and Childlessness in Developing
CountriesDHS Comparative Reports No.9.
Balen A, Jacobs H. 2003 Infertility in Practice. Leeds and UK: Elsevier Science;
Fritz M, Speroff L. ; 2010. Clinical Gynecologic Endocrinology & Infertility. 8th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
ASRM. 2012;98:591-8.Endometriosis and infertility: a committee opinion Fertil
Steril.
PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA
A. METODE KONTRASEPSI
1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Artinya
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun
lainnya. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
- Menyusui secara penuh (full breast feeding): lebih efektif bila
pemberian lebih dari 8x sehari
- Belum haid
- Umur bayi kurang dari 6 bulan
- Efektif sampai 6 bulan
- Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
Cara Kerja
Penundaan/penekanan ovulasi.
Keuntungan Kontrasepsi
 Efektivitas tinggi (Keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan)
 Segera efektif
 Tidak mengganggu sanggama
 Tidak ada efek samping secara sistematik
 Tidak perlu pengawasan medis.
 Tidak perlu obat atau alat
 Tanpa biaya
Keterbatasan
 Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan
 Mungkkin sulitt dilaksanakan secara kondisi social.
 Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan
6 bulan.
Efek Samping
Tidak ada.
Sasaran
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan
dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
Supaya berhasil dan aman untuk pemakaian Metode Amenorea
Laktasi maka ibu harus menerapkan menyusui secara eksklusif sampai
dengan enam bulan. Untuk mendukung keberhasilan menyusui dan MAL
maka beberapa hal yang penting untuk diketahui yaitu cara menyusui yang
benar meliputi posisi, perlekatan dan menyusui secara efektif:
Posisi bayi yang benar (4 tanda):
 Kepala dan tubuh bayi dalam satu garis lurus
 Badan bayi menghadap ke dada ibu.
 Badan bayi melekat ke ibu.
 Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, tidak hanya leher dan
bahu saja.
4 tanda bayi melekat dengan baik
 Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
 Mulut bayi terbuka lebar
 Bibir bawah membuka lebar (dower), lidah terlihat di dalamnya
 Areola bagian atas Nampak lebih banyak/lebar (areola juga masuk
ke mulut bayi, tidak hanya putting susu).
Tanda bayi menghisap dengan efektif
 Menghisap secara mendalam dan teratur.
 Kadang diselingi istirahat
 Hanya terdengar suara menelan.
 Tidak terdengar suara kecap/mengecap
Setelah selesai
 Bayi melepas payudara secara spontan.
 Bayi tampak tenang dan mengantuk
 Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI.
Tanda bayi menghisap tidak efektif
 Menghisap dengan cepat dan dangkal.
 Mungkin terlihat lekukan ke dalam pada pipi bayi.
 Tidak terdengar suara menelan.
2. Metode Sanggama Terputus
Sanggama terputus ialah metode keluarga berencana tradisional,
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
Cara kerja
Alat kelamin dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk
ke dalam vagina shingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan
kehamilan dapat dicegah.
Manfaat
Kontrasepsi :
 Efektif bila dilaksanakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
 Tidak ada efek samping
 Dapat digunakan setiap waktu
 Tidak membutuhkan biaya
Keterbatasan
 Efektivitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
 Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalm 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis
 Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual
Dapat dipakai untuk
 Suami yang berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
 Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk
tidak memaki metode-metode lain
 Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
 Pasangan yang memeprlukan metode sementara, sambal menunggu
metode yang lain
 Pasangan yang membutuhkan metode pendukung
 Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

3. Metode Barier
a. Kondom
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah
IMS termasuk HIV/AIDS, efektif bila dipakai dengan baik dan benar.
Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan
seksual.
Tipe kondom terdiri dari :
 kondom biasa
 kondom berkontur (bergerigi)
 kondom beraroma
 kondom tidak beraroma.
 kondom pria dan wanita
Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom
wanita walaupun sudah ada, belum popular dengan alasan
ketidaknyamanan (berisik).
Cara Kerja
 Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
 Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan lain.
Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom
tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah
didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Keuntungan Kontrasepsi
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum.
Keterbatasan
 Efektivitas tidak terlalu tinggi
 Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
 Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung)
 Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
 Beberapa klien malu untuk membeli l di tempat umum
 Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah.
Langkah-Langkah :
 Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong
kondom dengan jari ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak
tersobek saat membuka bungkusnya. Selanjutnya sobek bagian
atas bungkus kondom.
 Dorong kondom dari bawah agar keluar dari bungkusnya,
kemudian pegang kondom dan perhatikan bagan yang
menggulung harus berada disebelah luar
 Pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada
udara yang masuk dan letakkan pada kepala penis
 Pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang
(ereksi). Pasanglah kondom dengan menggunakan telapak tangan
untuk mendorong gulungan kondom hingga pangkal penis (jangan
menggunakan kuku karena kondom dapat robek)
 Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan
tahan kondom di pangkal penis dengan jari agar kondom tidak
lepas dan tidak meninggalkan air mani di vagina.
 Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sprema tidak
keluar. Kondom bekas langsung dibuang ketempat yang
seharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi orang lain,
terutama anak-anak.

b. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari latek
(karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks.
Jenis
 Flat spring
 Coil spring
 Arching spring (kombinasi metal spring)
Cara Kerja
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran
alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat
tempat spermisida.
Manfaat
Kontrasepsi:
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang
sampai 6 jam sebelumnya
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Nonkontrasepsi
 Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV khususnya apabila
digunakan dengan spermisida
 Bila digunakan pada saat haid menampung darah menstruasi

Keterbatasan
 Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka
kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
 Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan
 Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual
 Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan
untuk memastikan ketepatan pemasangan
 Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saliran uretra
 Pada 6 jam pascahubungan seksual, alat masih harus berada di
posisimya

c. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol -9)
digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas
dalam bentuk :
 Aerosol (busa) : efektif segera setelah insersi
 Tablet vaginal, supositoria atau disolvalble film
penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit sesudah
dimasukkan sebelum berhubungan seksual
 Krim (jenis spermisida jelly biasanya hanya digunakan
dengan diafragma
Cara kerja
Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.
Manfaat
Kontrasepsi
 Efektif seketika (busa dan krim)
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Mudah digunakan
 Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV
dan HIV/AIDS
Keterbatasan
 Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan
per tahun pertama)
 Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan
 Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan
dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual
 Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi
sebelum melakukan hubungan seksual
 Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

4. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


AKDR sangat efektif, revesibel, dan berjangka Panjang (dapat sampai
10 tahun ), haid menjadi lebih lama dan lebih banyak , pemasangan dan
pencabutan memerlukan pelatihan. Dapat dipakai oleh semua perempuan
usia reproduksi , tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada
Infeksi Menular Seksual (IMS).
Waktu pemasangan AKDR :
 Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak
hamil
 Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
 Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari)apabila
tidak ada gejala infeksi
 Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindumgi
a. Pascaplacenta
 Dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir (pada persalinan
normal)
 Pada persalinan caesar, dipasang pada waktu operasi Caesar
b. Pasca persalinan
 Dipasang antara 10 menit – 48 jam pasca persalinan
 Dipasang antara 4 minggu – 6 minggu (42 hari) setelah melahirkan
(perpanjang interval pasca persalinan)
Cara Kerja
 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi
 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
 AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi.
Keuntungan Kontrasepsi
 Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi, sangat efektif 0.6 – 0,8
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam
125 – 170 kehamilan)
 AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
 Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti)
 Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak takut untuk hamil.
 Dapat digunakan sampai menopause (1tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat
 Membantu mencegah kehamilan ektopik
Kerugian
1. Efek samping yang umum terjadi :
 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
 Haid lebih lama dan banyak.
 Perdarahan (spotting) antarmenstruasi
 Saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain:
 Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5hari setelah
pemsangan.
 Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
 Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar)
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan.
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR dapat memicu infertilitas.
6. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu.Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jarinya ke
dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN PEMASANGAN AKDR

Persiapan 1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda dan
tanyakan tujuan kedatangannya.
2. Bila belum dilakukan konseling, berikan konseling sebelum
melakukan pemasangan AKDR :
a. Informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia,
keuntungan dan keterbatasan.
b. Bantu klien untuk memilih jenis kontrasepsi yang
diinginkan.
3. Pastikan bahwa klien memilih AKDR, jelaskan kemungkinan-
kemungkinan efek samping, pemakai AKDR, Cu T380A.
4. Lakukan anamnesa untuk memastikan tidak ada masalah
kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR.
5. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan persilahkan klien untuk
mengajukan pertanyaan.
6. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan
membersihkan area genitalia dengan air bersih dan sabun.
7. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain
bersih.
8. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan
atau kelainan lainnya didaerah suprapubik.
9. Atur lampu yang terang untuk melihat serviks.
10. Pakai sarung tangan yang sudah di DTT.
11. Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam
wadah steril atau DTT.
12. Lakukan pemeriksaan genitalia eksterna.
13. Lakukan pemeriksaan spekulum.
14. Lakukan pemeriksaan Bimanual.
15. Buka dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5 %.
16. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan
dirasakan. Masukkan lengan AKDR Cu T3803 didalam
kemasan sterilnya.
Teknik 1. Pakai sarung tangan yang baru.
2. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
3. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3
kali.
4. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati
5. Masukkan sonde uterus dengan teknik “tidak menyentuh”
(no touch technique)
6. Geser biru pada tabung inserter sesuai dengan hasil
pengukuran kedalaman uterus, kemudian buka seluruh plastik
penutup kemasan.
7. Pasang AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal.
8. Gunting benang AKDR, lepas dan keluarkan tenakulum dan
spekulum.
9. Tindakan pasca pemasangan.
10. Rendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5%.
11. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai ke tempat yang
sudah disediakan.
12. Buka dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%.
13. Cuci tangan dengan air sabun.
14. Amati klien selama 15 menit sebelum memperbolehkannya
pulang.
Penutup 1. Ajarkan klien cara memeriksa sendiri benang AKDR dan
kapan harus dilakukan.
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami
efek samping.
3. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk
kontrol.
4. Yakinkan bahwa klien dapat meminta AKDRnya dicabut
setiap saat.
5. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien.

Efek samping/
Penanganan
permasalahan
Amenorea Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR,
lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila
dikehendaki. Apabila hamil,, jelaskan dan sarankan untuk melepas
AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu,
AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang hamil dan ingin
mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR, jelaskan
adanya risiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan
infeksi saat perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan
diperhatikan.

Kejang Pastikan dan tegaskan adanya penyakit Radang Panggul dan


penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebabnya apbila
ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesic
untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang
berat. Lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain
Perdarahan Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan
vagina yang ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan
hebat dan tidak berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan
teratur pemantauan. Beri ibuprofen (800mg, 3x sehari selama 1 minggu)
untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1 tablet
setiap hari selama 1-3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas
apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR
selama 3 bulan dan diketahui menderita anemia anjurkan untuk
melepas AKDR dan bantulah memilih metode lain yang sesuai
Benang yang Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR
hilang terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan
kondom. Periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan lavum
uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih)
setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan rujuklah ke
dokter, lakukan X-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak
hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR
baru atau bantulah klien menentukan metode lain.
Adanya Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR bila ditemukan
pengeluaran menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi
cairan dari klamidia, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan
vagina/dicurigai lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan beri
adanya PRP metode lain sampai masalah teratasi

LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN PENCABUTAN AKDR

Persiapan 1. Klien datang dan mengambil nomor antrian


2. Klien mendaftar diloket
3. Petugas loket membawa K/IV/KB di ruang KIA/KB
4. Petugas ruang KIA/KB memanggil klien sesuai urutan
5. Petugas mencocokkan identitas klien di ruang KIA/KB dengan
K/IV/KB
6. Petugas ruang KIA/KB melakukan anamnesa pada klien
7. Petugas memberi konseling ABPK kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki. Jika klien setuju maka dilakukan.
klien mengisi informed consent.Jika klien tidak setuju maka
dilakukan konseling ulang. Jika kondisi klien tidak memungkinkan
segera lakukan rujukan.
8. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dalam proses
pencabutan dan mempersilahkan klien untuk bertanya

Teknik 1. Mempersilahkan klien untuk naik ke tempat tidur gynecology


2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang (jika
diperlukan).
3. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
4. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3
kali.
5. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan
pencabutan.Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas
panjang.memberitahu mungkin timbul rasa sakit tapi itu normal.
Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh
menarik dengan kuat.AKDR biasanya dapat dicabut dengan
mudah.Untuk mencegah benang putus tarik dengan kekuatan tetap
dan cabut AKDR dengan pelan-pelan.Bila benang putus saat ditarik
tetap ujung AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR
tersebut dan tarik keluar.
Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada
kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung.
Bila tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau
alat pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang
atau AKDR itu sendiri.
6. Menunjukkan kepada klien AKDR yang telah dicabut.
7. Pasang AKDR yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya
memungkinkan.
8. Mempersilahkan klien untuk turun dari tempat tidur gynecology.

Penutup 1. Melakukan pemantauan medis dan pemberian nasehat pasca tindakan


2. Petugas mencatat hasil pelayanan di K/IV/KB dan register kohort
KB

5. Kontasepsi Mantap
a. Tubektomi
Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita
disebut tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba fallopi/ tuba uterine.
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine
dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam
jangka panjang sampai seumur hidup. Kadang- kadang tindakan ini
masih dapat dipulihkan seperti semula.
Jenis
a. Minilaparotomi
b. Laparoskopi (tidak tepat klien pasca persalinan)
Waktu menggunakan
a. Idealnya dilakukan dalam 48 pasca pesalinan
b. Dapat dilakukan segara setelah persalinan atau setelah operasi
Caesar
c. Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah perslinan,
ditunda 4-6 minggu
Manfaat
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
c. Tidak bergantung pada faktor senggama.
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan
yang serius.
e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormone ovarium).
Efek Samping
a. Risiko dan efek samping pembedahan.
b. Kadang-kadang sedikit merasa nyeri pada saat operasi.
Keterbatasan
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
( tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi
rekanalisasi.
b. Klien dapat menyesal di kemudian hari.
c. Risiko komplikasi kecil ( meningkatkan apabila digunakan
anestesi umum).
d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan.
e. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Sasaran
a. Usia > 26 tahun.
b. Paritas > 2.
c. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya.
d. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang
serius.
e. Pascapersalinan.
f. Pascakeguguran.
g. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi

Komplikasi Penanganan
Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka, obati
dengan antibiotik. Bila terdapat abses,
lakukan drainase dan obati seperti yang
terindikasi.
Demam pasca operasi Obati infeksi berdasarkan apa yang
(>38 derajat celcius) ditemukan.
Luka pada kandung Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.
kemih, intestinal (jarang Apabila kandung kemih atau usus luka
terjadi). dan diketahui sewaktu operasi, lakukan
reparasi primer. Apabila ditemukan
pascaoperasi, dirujuk ke rumah sakit
yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab
di tempat tersebut. Amati hal ini
biasanya akan berhenti dengan
berjalannya waktu tetapi dapat
membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat
diakibatkan oleh dan mulailah rensusitasi intensif,
laparaskopi (sangat termasuk : cairan intravena, resusitasi
jarang terjadi). kardio pulmonar, dan tindakan
penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan
pembedahan. obati berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superfisial Mengontrol peredaran dan obati
( tepi-tepi kulit atau berdasarkan apa yang ditemukan.
subkutan).
b. Vasektomi
Prosedur klinik untuk mengehentikan kapasitas reproduksi pria
dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak
terjadi.
Jenis
1) Insisi
2) Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Waktu
Bisa dilakukan kapan saja
Keuntungan
1) Efektivitas tinggi 99,6-99,8%
2) Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
3) Motbiditas dan mortalitas jangka panjang
4) Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
5) Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi
Keterbatasan
1) Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan
selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)
2) Komplikasi minor 5-10% seperti infeksi, perdarahan, nyeri pasca
operasi
3) Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan Teknik insisi
Komplikasi
1) 5-10% mengalami infeksi, perdarahan, nyeri pasca operasi
2) Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan dan
nyeri dibandingkan teknik insisi

6. Kontrasepsi Progestin
Hormon Progestin
Adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin, yaitu
bahan tiruan dari progesterone.
Cara Kerja
 Menvegah ovulasi
 Mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
 Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atrofi
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba
a. PIL
Jenis
 Kemasan 28 pil berisi 75 mg norgestrel
 Kemasan 35 pil berisi 300 mg levonogestrel atau 350 mg
norethondrone
Keuntungan
 Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05-5
kehamilan/ 100 perepmpuan dalam 1 tahun pertama)
 Tidak diperlukan pemeriksaan panggul
 Tidak mempengaruhi ASI
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan mudah
digunakan dan nayaman
 Efek samping kecil
Keterbatasan
 Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
 Bila lupa satu fil saja, kegagalan menjadi lebih besar
 Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi. Tetapi risiko ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil
 Efektivitas menjadi rendah apabila digunakan bersamaan dengan
obat tuberkolosis atau obat epilepsy
 Tidak mencegah IMS
Efek Samping
 Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela,
spotting, amenorrhea)
 Peningkatan/penurunan berat badan
 Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala, dermatitis atau
jerawat
 Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka)
tetapi sangat jarang terjadi
Waktu mulai menggunakan
 Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan
 Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan
b. Injeksi/Suntikan
Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin yaitu :
 Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntuk
intramuscular di daerah bokong
 Depo noretisteron enantat mengandung 200 mg noretindron
enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntuk
intramuscular
Keuntungan
 Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun
pertama)
 Pencegahan kehamilan jangka panjang
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
 Tidak mengandung estrogen estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
 Tidak mempengaruhi ASI
 Sedikit efek samping
 Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause
 Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
 Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
Keterbatasan
 Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali sesuai jadwal suntikan)
 Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
 Tidak mencegah IMS
 Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah pengehentian
pemakaian

Efek Samping
 Gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau
memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan
bercak/spiting, tidak haid sama sekali
 Peningkatan berat badan
 Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
 Sedikit menurunkan kepadatan (densitas) tulang pada penggunaan
jangka panjang
 Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jaranga), sakit
kepala, nervositas, jerawat.
Yang tidak boleh menggunakan
 Hamil atau dicurigai hamil risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama
amenorrhea
 Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Diabetes melitus disertai komplikasi
Waktu mulai menggunakan
 Pada ibu menyususi dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca
persalinan
 Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan

7. Kontrasepsi Kombinasi (Estrogen dan Progesteron)


a. Pil Kombinasi
Jenis
 Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone estrogen dan progestin dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormone
 Bifasuk : [il yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif
 Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormone estrogen dan progestin dengan tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
Cara Kerja
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Lender serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula
Manfaat
 Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi)bila digunakan setiap hari
 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid
 Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan
 Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
 Mudah dihentikan setiap saat
 Kesuburan segera kembali
 Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
 Membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan
jinak payudara, dismenore, atau akne.
Keterbatasan
 Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
 Mual terutama pada 3 bulan pertama
 Pusing
 Nyeri payudara
 Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan
berat badan justru memiliki dampak positif
 Berhenti haid (amenore)
 Tidak boleh diberikan pada perempuan yang menyusui
 Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana hati, sehingga keinginan berhubungan seks
berkurang
 Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga
risiko stroke, gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok perlu hati-
hati
 Tidak mencegah IMS, HBV, HIV/AIDS
Waktu mulai menggunakan Pil Kombinasi
 Satiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalua perempuan tersebut
tidak hamil
 Hari pertama sampai hari ke -7 siklus haid
 Boleh menggunakan pada hari ke 8 tetapi perlu menggunakan
metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai ke
14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai anda telah
menghabiskan pil paket tersebut.
 Setelah melahirkan :
- Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
- Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
- Pascakeguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
 Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin
menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan
tanpa perlu menunggu haid.
b. Suntikan Kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Mendroksiprogesteron
Asetat dan 5 mg estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan
sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Esradiol
Valerat yang diberikan Injeksi IM sebulan sekali.
Cara Kerja
 Menekan ovulasi
 Membuat lender serviks mengentl
 Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Efektivitas
Sangat efektif selama satu tahun penggunaan
Keuntungan kontrasepsi
 Risiko terhadap kesehatan kecil
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
 Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
 Jangka panjang
 Efek samping sangat kecil
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
Kerugian
 terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan
bercak/spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari
 mual, sakit kepala, nyeri payudara, dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua/ketiga
 ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
 efektivitas berkurang jika digabungkan dengan obat-obatan epilepsy
atau obat tuberkolosis
 dapat terjadi efek samping yang serius seperti stroke, serangan
jantung, bekuan darahpada paru-paru dan otak
 penambahan berat badan
 tidak menlindungi dari IMS, HIV
 kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan
c. Implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
AKBK efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena,
Indoplant, atau Implanon, nyaman, dapat dipakai oleh semua ibu dalam
usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut, efek samping
utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan
amenorea, aman dipakai pada masa laktasi.
Jenis
 Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4mm, yang diisi dengan 36mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang
kira-kura 40mm, dan diameter 2mm, yang diisi dengan 68mg 3-
Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
 Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan
75mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara Kerja
 Lender serviks menjadi kental
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
 Mengurangi transportasi sperma.
 Menekan ovulasi.
Efektivitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)
Keuntungan, dibagi menjadi 2 ayitu :
1) Keuntungan kontrasepsi :
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
 Bebas dari pengaruh estrogen
 Tidak mengganggu kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
 Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
Sasaran
 Usia reproduksi.
 Telh memiliki anak ataupun yang belum
 Menghendaki kontrasepsi yang memilikiefektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
 Pascapersalinan dan tidak menyusui
 Pascakeguguran
 Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
 Riwayat kehamilan ektopik
 Sering lupa menggunakan pil.

Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
 Nyeri kepala
 Peningkatan/penurunan berat badan
 Nyeri payudara
 Perasaan mual
 Pening/pusing kepala
 Perubahan persaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
 Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan
 Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS.
 Klien tidak dapat mengehntikansendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai dengan keinginan, akan tetapu harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.
 Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis
(rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturate)
 Terjadinya kehamilan ektopik sedikit leboh tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun)
LANGKAH – LANGKAH PEMASANGAN IMPLANT

PENCEGAHAN INFEKSI :

Untuk meminimalisir risiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun


pencabutan implant, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan
yang bebas dari infeksi. Untuk itu perlu melakukan hal-hal berikut :

 Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan
dipasang implant dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal.
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
 Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau di DTT
 Siapkan daerah pemasangan atau pencabutan dengan kapas yang telah diberi
antiseptik, gunakan forcep utnuk mengoleskan kapas tersebut.kain operasi
atau
 Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan inmplan, dan sebelum
melepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dalam larutan klorin 0,5%.
Rendam selama 10 menit kemudian bilas dengan air bersih untuk menghindari
korosi pada alat berbahan metal.
 Kain operasi atau drape harus dicuci sebelum digunakan kembali.
 Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminasi
(kasa,kapas,dll) kedalam wadah tertutup rapat atau kantung plastik yang tidak
bocor. Jarum dan alat suntik sekali pakai (disposable) harus dibuang kewadah
yang tahan tusuk
 Masukan kedua tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke larutan
klorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam keluar
 Bila hendak membuang sarung tangan, taruh kewadah atau kantung plastic
yang tahan bocor
 Bila hendak dipakai ulang, dekontaminasi kedua sarung tangan dengan
direndam dalam larutan kloris 0,5% selama 10 menit
 Setelah semua langkah selesai, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan
keringkan dengan handuk bersih
PERSIAPAN PEMASANGAN

Langkah 1
Persiapan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air mengalir serta
membilasnya.
Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping) dengan kain
bersih
Langkah 3
Persilakan klien berbaringdengan lengan yang lebih jarang digunakan
Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8cm diatas lipatan siku.
Langkah 5
Siapkan alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat didalamnya
Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implant dengan menarik kedua lapisan
bungkusnya dan jatuhkan kapsul dalam mangkok steril

PEMASANGAN KAPSUL
Langkah 1
Pegang scalpel dengan sudut 45°, buat insisi dangkal untuk sekedar menembus
kulit.
Langka 2
Ingat kegunaan kedua pada tanda trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung
yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar: tanda 1 dekat pangkal
menunjukan batas trokar dimasukan kebawah kulit sebelum memasukan setiap
kapsul. Tanda 2 dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap dibawah
kulit setelah memasang tiap kapsul.
Langkah 3
Dengan ujung yang tajam menghadap keatas dan pendorong didalamnya
masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau
kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung
tajam seluruhnya berada dibawah kulit (2-3 mm diakhir ujung tajam).
Memasukkan trokar jangan ada paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut
lainnya
Langkah 4
untuk meletakkan kapsul tepat dibawah kulit, angkat trokar ke atas sehingga kulit
terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati kea rah tanda (1) dekat
pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari.
Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya
trokar akan lancer bila berada di bidang yang tepat dibawah kulit.
Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut pendorong dari trokar.
Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau
pinset atau klem untuk mengambil kapsul dalam trokar. Bila kapsul di ambil
dengan tangan, pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak atau partikel lain.
Untuk mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukkan ke dalam trokar, letakkan
satu tangan di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh.
Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk ke dalam trokar dan masukkan kembali
pendorong.
Langkah 7
Gunakan pendorong untuk endorong kapsul kea rah ujung trokar sampai terasa
ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa. (akan terasa tahanan pada saat
sekitar bagian pendorong masuk kedalam trokar).
Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangan untuk
menstabilkan. Tarik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kea
rah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya
menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langah ini adalah
menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
Langkah 9
Saat pangkal trokar menyentuh pegangan pendorong, tanda (2) harus terlihat di
tepi luka insisi dan kapsul itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba
ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnyadari
trokar.
Langka 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar kea rah lateral kanan
dan kembalikan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas.
Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu, nula-mula
fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-
pelansepanjang sisi jari telunjuk dan masukkan trokar pelan-pelan sepanjang sisi
jari telunjuk tersebit sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepa
tantara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya.
Bila tanda (1) sudah tercapai, masukkan kapsul berikutnya kedalam trokar dan
lakukan seperti sebelumnya sampai seluruh kapsul terpasang.
Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi risiko infeksi atau
ekspulsi, pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5mm dari tepi
luka insisi.
Langkah 12
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah
terpasang.
Langkah 13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada pada tepi luka insisi (sekitar 5mm). bila
sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, hatus dicabut dengan
hati-hati dan di pasang kembali di tempat yang tepat.
Langkah 14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa
keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa
selama satu menit untuk menghentikan perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan
dengan kasa berantiseptik.
 Menutup luka insisi : temukan kedua tepi insisi dan gunakan band aid atau
plester dengan kasa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidak perlu
dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut. Perikasa adanya
perdarahan. Tutup daerha pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis
dan mengurangi memar (perdarahan subkutan)
 Perawatan kliem : buat catatan rekam medik tempat pemasangan kapsul dan
kejadian umum yang mungkin terjadi selama pemasangan. Amati klien
kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi
atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan
luka insisi setelah pemasangan, kalua bisa diberikan secara tertulis.

BILA TERJADI INFEKSI :


Obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi lokal
Bila terjadi abses (dengan atau tanpa ekspulsi kapsul) cabut semua kapsul.

METODE PENCABUTAN IMPLAN


Metode Standar
Langkah 1
Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua
kapsul (dekat siku), kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Bila jarak tersebut
sama maka insisi dibuat pada tempat insisi waktu pemasangan. Sebelum
menentukan lokasi, pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada dibawah insisi
lama (hal ini untuk mencegah terpotongnya kapsul saat melakukan insisi.
Langkah 2
Pada lokasi yang sudah dipilih buat insisi melintang yang lebih kecil kurang 4 mm
dengan menggunakan scalpel. Jangan membuat insisi yang besar.
Langkah 3
Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat
tempat insisi
Langkah 4
Dorong ujung kapsul kea rah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul
tampak pada luka insisi. Saat ujung kapsul tampak pada lika insisi, masukkan
klem lengkung (mosquito/crile) dengan lengkungan jepitan mengarah k etas,
kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut.
Langkah 4A
Masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan jepitan
mengarah ke kulit, teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat siku.
Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang
mengelilingi ujung kapsul. Ulangi sampai ujung keenam kapsul seluruhnya bebas
dari jaringan parut yang mengelilinginya
Langkah 4B
Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi. Sambal menekan
(fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah, masukkan lagi klem
lengkung (lengkungan jepitan mengarah ke kulit), sampai berada di bawah ujung
kapsul, jepit kapsul di dekat ujungnya (5 sampai 10 mm) dan secara hati-hati
Tarik keluar melalui luka insisi.
Langkah 5
Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara
menggosok-gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul.
Cara lain bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok pakai
kasa steril, dapat dengan menggunakan scalpel secara hati-hati. Untuk mencegah
terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam dari scalpel waktu
membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi kapsul.
Langkah 6
Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua. Lepaskan
klem pertama dan cabut kapsul secara pelan dan hati-hati dengan klem kedua.
Kapsul akan mudah dicabut oleh karena jaringan ikat yang mengelilinginya tidak
melekat pada karet silikon. Bila kapsul sulit di cabut, pisahkan secara hati-hati
sisa jaringan ikat yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa atau
scalpel.
Langkah 7
Pilih kapsul berikutnya tampak paling mudah dicabut. Gunakan Teknik yang
sama (langkah 4-6) untuk mencabut kapsul berikutnya.

Metode Pencabutan Teknik “U”


Klem yang dipakai mencabut kapsul Teknik “U”, merupakan modifikasi klem
yang digunakan untuk vasektomi pada tanpa pisau dengan diameter ujung klem di
perkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm.
Langkah 1
Tentukan lokasi insisi pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 mm dari
ujung kapsul dekat siku.
Langkah 2
Buat insisi kecil (4mm) memanjang sejajar diantara sumbu panjang kapsul dengan
menggunakan scalpel
Langkah 3
Masukkan ujung klem pemegang implant Norplant secara hati-hati melalui luka
insisi. (dengan Teknik tidak perlu memisahkan jaringan secara tumpul seperti
metode standar).
Langkah 4
Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat dengan luka insisidengan jari telunjuk
sejajar panjang kapsul.
Langkah 5
Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan
jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul lebih kurang 5
mm diatas ujung bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, Tarik kea rah insisi (1)
dan balikan pegangan klem 180° kea rah bahu klien (2) untuk memaparkan ujung
bawah kapsul.
Langkah 6
Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok-
gosok menggunakan kassa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga
mudah dicabut. Bila tidak bisa dengan kasa boleh mnggunakan scalpel
Langkah 7
Gunakan klem lengkung untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan
klem pemegang. Norplant dan cabut kapsul dengan pelann dan hati-hati.
Langkah 8
Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling mudah dicabut.
Gunakan Teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya

Efek samping/
Penanganan
masalah
Perdarahan Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering terjadi
bercak/spotting terutamapada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan
ringan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila
klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin
melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil
kombinasi satu siklus , atau ibuprofen 3x800mg selama 5
hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan
setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih
banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7
hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil
kombinasi, atau dapat juga diberikan 5mg etinilestradiol atau
1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari
Ekspulsi Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain
masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi
daerah insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih
berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1 buah pada
tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut seluruh
kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang
lain, atau anjurkan menggunakan metode kontrasepsi lain.
Infeksi pada Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun
daerah insersi dan air atau antiseptic. Berikan antibiotic yang sesuai untuk
7 hari. Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali
satu minggu. Apabila tidak membaik, cabut implan dan
pasang yang barupada sisi lengan yang lain atau cari metode
kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan
dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut
implan, lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotic oral
7 hari.
Berat badan Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2
naik/turun kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi
perubahan berat badan 2kg atau lebih. Apabila perubahan
berat badan ini tidak dapat di terima, bantu klien mencari
metode lain.

B. KONTRASEPSI DARURAT
Kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah
hubungan seksual. Hal ini sering disebut kontrasepsi pascasanggama” atau
“morning after pil” atau “morning after treatment’.
Jenis
Cara Merek dagang Dosis Waktu pemberian
I. Mekanik AKDR- Copper T Saru kali Dalam waktu 5 hari
Cu Multiload pemasangan
Nova T pascasanggama
II. Medik Pil Microgynon 50 2x2 tablet Dalam waktu 3 hari
Kombinasi dosis Ovral
tinggi Neogynon pascasanggama, dosis
Nordiol kedua 12 jam kemudian
Eugynon

Dosis Rendah Mycrogynon 30 2x4 tablet Dalam waktu 3 hari


Mikrodiol
Nordette pascasanggama, dosis
kedua 12 jam kemudian

Progestin Postinor-2 2x1 tablet


Dalam waktu 3 hari
pasca sanggama, dosis
kedua 12 jam kemudian

Estrogen Lynoral 2,5mg/dosis Dalam waktu 3 hari


Premarin 10mg/dosis
Pragynova 10mg/dosis pascasanggama, 2x1
dosis selama 5 hari

Mifepristone RU-486 1x600mg Dalam waktu 3 hari


pascasanggama

Danazol Danocrine 2x4 tablet Dalam waktu 3 hari


Azol
pascasanggama, dosis
kedua 12 jam kemudian

Manfaat
 Sangat efektif (tingkat kehamilan <3%)
 AKDR juga bermanfaat jangka panjang
Keterbatasan
 Pil kombinasi hanya efektif digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan
seksual tanpa perlindungan
 Pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah atau nyeri payudara
 AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan
seksual
 Pemasangan AKDR memerlukan tenaga terlatih dan sebaiknya tidak
digunakan pada klien yang terpapar dengan risiko IMS
Efek samping
 Mual muntah : perlu konseling. Jika muntah terjadi dalam 2 jam sesudah
penggunaan pil pertama atau kedua, dosisi ulangan perlu diberikan
 Perdarahan/berca : terjadi sekita 8% klien dengan kontrasepsi oral
kombinasi mengalami bercak-bercak. Sekita 50% mendapat haid pada
waktunya bahkan lebih awal.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT. Bina.
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai