Anda di halaman 1dari 5

1.

Perbedaan TB Paru dan TB Ekstra Paru


TB Paru

TB Paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru, yang
disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui
dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan.

Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui
sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Tatalaksana

- Untuk pasien TB sensitif


Dibagi menjadi 2 kategori yakni kategori 1 dan kategori 2
a. Kategori 1
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
• Pasien TB paru terkonfirmasi klinis
• Pasien TB ekstra paru
Paduan OAT kategori 1 diberikan selama 6 bulan, dibagi menjadi 2 tahapan yaitu
2 bulan tahap awal dan 4 bulan tahap lanjutan. Dan dosis yang diberikan serta
aturan lama pemberiannya dijelaskan dalam tabel berikut :
b. Kategori 2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien dengan riwayat pengobatan TB
sebelumnya (pasien pengobatan ulang) yaitu :
• Pasien kambuh.
• Pasien gagal pada pengobatan Kategori I.
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (loss to follow-up).
Paduan OAT kategori 2 diberikan selama 8 bulan, dibagi menjadi 2 tahapan yaitu
3 bulan tahap awal dan 5 bulan tahap lanjutan. Dosis dan lama pemberian obatnya
dijelaskan pada tabel berikut :
Efek samping

1. Isoniazid : mual, muntah, sakit perut, pusing, lemas, tidak nafsu makan, diare. Jika
muncul efek samping bisa dibarengi dengan pemberian makan ringan sebelum tidur
dan meminum obat perlahan, jika berlanjut dikonsultasikan dengan dokter.
2. Rifampisin : Gangguan saluran cerna, seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak nafsu
makan, diare, radang usus. Gangguan pada fungsi hati, seperti hepatitis, penyakit
kuning, hingga kerusakan hati. Gangguan jantung, seperti gangguan irama jantung
dan henti jantung. Gangguan darah, seperti anemia hemolitik, turunnya kadar sel
darah putih (leukopenia), atau trombositopenia . Gangguan pada ginjal, seperti
penurunan jumlah urine. Perubahan warna urine, keringat, atau air liur menjadi
kuning, oranye, atau coklat. Jika hal tersebut muncul dapat berkonsultasi kepada
dokter untuk menghentikan terapi.
3. Pirazinamid : Sakit perut, Kelelahan, Nyeri otot atau sendi, Mual dan muntah,
Kambuhnya penyakit asam urat, Kulit lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari.
Jika hal seperti mual muntah dan sakit perut bisa diatasi dengan pemberian makanan
ringan sebelum makan dan meminum obat secara hati- hati. Penambahan aspirin dan
NSAID jika terjadi nyeri otot atau sendi. Konsultasikan dengan dokter jika berlanjut
untuk menghentikan pengobatan.
4. Etambutol : Efek samping umum neuritis optik dan neuritis retrobulbar, yang
mengakibatkan gangguan visus, skotoma, buta warna merah-hijau, dan/atau defek
visual. Konsultasikan dengan dokter jika timbul efek tersebut untuk menghentikan
pengobatan.
5. Streptomisin : Gangguan kulit/alergi: ruam, indurasi, atau abses di sekitar lokasi
suntikan, mati rasa dan kesemutan di sekitar mulut, vertigo. Jika muncul efek samping
tersebut konsultasikan dengan dokter untuk melakukan penghentian terapi.

TB EKSTRA PARU

TB Ekstra Paru adalah TB yang menyerang organ lain selain paru.TB ekstra paru dibagi
berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu TB ekstra paru ringan dan TB ekstra
paru berat. TB ekstra paru ringan yaitu meliputi TB kelenjar limfe, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal, sedangkan TB ekstra paru berat yaitu meliputi
meningitis, milier, perikarditis peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang,
TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.

Secara umum tatalaksana TB ekstraparu dibagi menjadi terapi medika mentosa dan terapi
pembedahan. Terapi medika mentosa dengan pemberian obat anti-TB (OAT) lini pertama
merupakan terapi yang utama. Terapi OAT diberikan dengan menggunakan regimen yang
sama seperti pada terapi TB paru, namun dengan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
yaitu 9 bulan.

Pada TB Tulang atau sendi dan meningitis TB, terapi OAT dapat diperpanjang hingga 9-12
bulan, sedangkan untuk TB gastrointstinal hingga 12-18 bulan. Pada fase inisial dapat
diberikan rifampisin, INH, etambutol dan pirazinamid selama 2 bulan. Selanjutnya pada fase
lanjutan dengan rifampisin dan INH yang diberikan setiap hari selama 7-10 bulan.
Untuk meningitis TB diberikan deksametason 12 mg/hari atau 0,4 mg/kgBB/hari selama 3
minggu, kemudian dosis diturunkan secara bertahap dalam 3-5 minggu kemudian, dengan
mengevaluasi perbaikan klinis.

Pada perikarditis TB diberikan prednison 60 mg/hari atau 1 mg/kgBB/hari selama 3 minggu,


selanjutnya dosis diturunkan secara bertahap selama 3-5 minggu. Walaupun pada efusi pleura
pemberian steroid dapat penymbuhan dan mempercepat perbaikan klinis, namun tidak dapat
mencegah komplikasi fibrosis atau penebalan pleura. Pada peritonitis Tb dan TB Saluran
Kemih pemberian steroid tidak disarankan karena efektivitasnya dalam mencegah terjadinya
komplikasi obstruksi usus dan komplikasi stenosis ureter belum terbukti.

Efek Samping

1. Dexametason : Nafsu makan meningkat, Berat badan bertambah, Perubahan siklus


menstruasi, Gangguan tidur, Pusing, Sakit kepala, Sakit perut. Hentikan penggunaan
jika efeksamping berlanjut.
2. Prednison : Mual, Muntah, Mulas, Keringat berlebih, Jerawat, Sulit tidur, Penurunan
nafsu makan. Hentikan penggunaan jika efeksamping berlanjut.

Anda mungkin juga menyukai