Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan atas berkah rahmat yang


di berikan Allah kepada saya,sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas seminar anti korupsi.


Dalam rangka PKKMB , STMIK Pranata Indonesia dan STBA Cipto
Hadi Pranoto, Sabtu-Minggu, 20-21 Oktober 2018 menyelenggarakan
Seminar Anti Korupsi, di Aula Bumi Perkemahan Karang Kitri,
Cibarusah dengan tema “Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti
Korupsi”. Hadir sebagai pengisi acara adalah Ibu Kiki Setyawati S.Sos,
M.Si.
Terciptanya makalah ini, tidak hanya hasil dari kerja keras saya,
melainkan banyak pihak-pihak yang memberikan dorongan-dorongan
motivasi,untuk itu saya
Sekali lagi saya mengucapkan banyak – banyak terimakasih atas
terselesainya makalah ini sebagai penulis, saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesan sempurna. Untuk itu mohon kritik dan
saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu
mendatang.

Bekasi , 25 Oktober 2018

Penulis

i
 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1

B.    Rumusan Masalah ………………………………………………. 2

C.   Tujuan ……………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi ……………………………….……………… 3


B. Dampak Korupsi………………………………………………….. 5

C. Negara-Negara Bebas Korupsi…...……………………………….. 8

D. Pemberantasan Korupsi………………………………………….. 10

E. Cara Lain Pemberantasan Korupsi……………………………… 10

F. Pendidikan Anti Korupsi bagi Mahasiswa………………………. 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………..15
B. Saran ……………………………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
 

1. Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan


keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan
sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua
aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan
terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni
(orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan samapai pada
pelaksanaan) dan pembiayaan. Di antara dua faktor tersebut yang paling
dominan adalah faktor manusianya. Indonesia merupakan salah satu
negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber
daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara tercinta ini dibandingkan dengan
negara lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang
kaya malahan termasuk negara yang miskin.
Hal itu terjadi salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber
daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan
atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari
aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di
Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social)
yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan
kerugian materil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih
memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan
keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota
legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain
sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan
keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air.

1
Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu,
sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung.
Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat
membawa negara ke jurang kehancuran.

2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari korupsi?


2. Apakah dampak dari korupsi?
3. Negara-negara mana saja yang bebas dari korupsi?
4. Apakah upaya untuk pemeberantasan korupsi.?
5. Selain pendidikan agama, apakah ada cara lain untuk mengatasi
korupsi di Indonesia?
6. Bagaimana pendidikan anti korupsi bagi mahasiswa dalam gerakan
anti korupsi?

3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.


2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya
korupsi.
3. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
4. Untuk mengetahui Negara yang bebas dari korupsi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
memberantas korupsi.
6. Untuk mengetahui mahasiswa dalam melawan korupsi.
 

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata


kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,
baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan
keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

 Perbuatan melawan hukum,


 Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

 Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


 Penggelapan dalam jabatan,
 Pemerasan dalam jabatan,
 Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara), dan
 Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah


penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk

3
pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan
oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama
sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini
saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat
penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara
yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai
politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di
tempat lain.

Kondisi yang mendukung munculnya korupsi:


 Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak
bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering
terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.
 Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
 Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran
lebih besar dari pendanaan politik yang normal.
 Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
 Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan
“teman lama”.
 Lemahnya ketertiban hukum.
 Lemahnya profesi hukum.
 Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
 Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil. Mengenai kurangnya
gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan kebutuhan

4
hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh B
Soedarsono yang menyatakan antara lain ” pada umumnya orang
menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang
paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji pejabat-
pejabat…..” namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut
tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan saling
memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor yang
paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak yang
melakukan korupsi. Namun demikian kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol
dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini
dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul
“Indonesia 1979: The Record of three decades (Asia Survey Vol.
XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W Schoorl mengatakan
bahwa ” di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi begitu
merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai,
gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua
minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi demikian memaksa
para pegawai mencari tambahan dan banyak diantaranya mereka
mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang
diberikan”. ( Sumber buku “Pemberantasan Korupsi karya Andi
Hamzah, 2007)
 Rakyat yangcuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
 Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan
atau “sumbangan kampanye”.

B. Dampak Korupsi

 Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di
dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan

5
proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan;
korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam
pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena
prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi
pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

 Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor
private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari
pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan.
Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos
(niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul
berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk
membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi
menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan
perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari
persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-
perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor
publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek
masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat
mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk
menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih
banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi
juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

6
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor
keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di
Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang
menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar
negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan
yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening
bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia,
seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya
(meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan,
melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar
dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai
1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187
triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri.  (Hasilnya,
dalam artian pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah
dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur Olson).
Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik,
dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset
pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan
bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di
luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.

 Kesejahteraan umum negara


Politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaanpemerintah sering
menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi
adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi
perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil
(SME). Politikus-politikus “pro-bisnis” ini hanya mengembalikan
pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan
besar kepada kampanye pemilu mereka.
 

7
C. Negara-Negara yang Bebas dari Korupsi

1. Denmark

Nilai Indeks (CPI) : 91


Ibukota : Kopenhagen
Lokasi : Benua Eropa

2. Finlandia

Nilai Indeks (CPI) : 90


Ibukota : Helsinki
Lokasi : Benua Eropa
3. Swedia
Nilai Indeks (CPI) : 89
Ibukota : Stockholm
Lokasi : Benua Eropa

4. Selandia Baru

Nilai Indeks (CPI) : 88


Ibukota : Wellington
Lokasi : Benua Australia & Oseania

5. Belanda

8
Nilai Indeks (CPI) : 87
Ibukota : Amsterdam
Lokasi : Benua Eropa
6. Norwegia
Nilai Indeks (CPI) : 87
Ibukota : Oslo
Lokasi : Benua Eropa
7. Swiss
Nilai Indeks (CPI) : 86
Ibukota : Bern
Lokasi : Benua Eropa
8. Singapura

Nilai Indeks (CPI) : 85


Ibukota : Singapura
Lokasi : Benua Asia

9. Kanada

Nilai Indeks (CPI) : 83


Ibukota : Ottawa
Lokasi : Benua Amerika Utara

10.Jerman

Nilai Indeks (CPI) : 81


Ibukota : Berlin
Lokasi : Benua Eropa

9
D. Pemberantasan Korupsi
Dalam memberantas korupsi, pemerintah hendaknya melakukan
investigasi menyeluruh dengan hukuman yang tidak tanggung-tanggung
seperti hukuman mati yang dilakukan pemerintah China. Usaha penyelidikan
tak perlu lagi ragu berkutat dengan komplikasi aturan-aturan yang berlaku,
disinilah tantangannya. Pemerintah perlu melakukan penyelidikan mendalam
plus peradilan yang baru, yang tak memberi ruang gerak kepada siapapun
untuk melarikan diri dari penyelidikan, termasuk para pejabat yang masih
berada didalam pemerintahan dan mantan presiden serta keluarganya. Jika
hal ini bisa diterapkan, budaya korupsi bisa lebih mudah diatasi. Semoga.

E. Cara Lain Pemberantasan Korupsi


Menurut saya walaupun pendidikan agama belum mampu mengatasi
korupsi masih harus tetap diberikan karena kepercayaan seseorang dapat
menghindarkan seseorang dari tindakan korupsi tentu saja harus dibekali
dengan iman yang kuat dan selalu mengingat adanya sanksi dosa dan
hukuman di akhirat. Dan menurut saya pendidikan agama dan pendekatan
norma sosial sebagai hal alternatif memberantas korupsi harus seimbang
dijalankan .
Misal dari pendekatan agama Program antikorupsi KPK yang
menggunakan pendekatan agama hanya satu, yaitu “Program Pencegahan
Korupsi dengan Nadhlatul Ulama”. Program ini menyangkut
pengidentifikasian dan penyelarasan nilai-nilai antikorupsi dengan nilai-nilai
agama melalui tokoh kunci NU, seperti Kyai Haji Mustofa Bisri (Gus Mus),
Kyai Haji Maimoen, Zubair (Mbah Moen), dan KH. Mahfud Ridwan.
Hasil penyelarasan tersebut kemudian disebarkan kepada tokoh-tokoh (kyai)
lainnya di wilayah Jawa. Pelaksanaan program ini selanjutnya
diimplementasikan melalui khotbah Jumat
antikorupsi, istighosah antikorupsi, maupun capacity building materi
antikorupsi kepada organisasi-organisasi di bawah naungan NU.

10
Jika dari pendekatan norma sosial, misal:
1. Membentuk Perilaku Anti-Korupsi Melalui Pendidikan
2. Penanaman Nilai-Nilai Budaya Luhur Pada Masyarakat
(Kejujuran, Budaya Malu, Disiplin, Kesederhanaan, Daya Juang)
3. Teladan dari keluarga dan pemuka masyarakat
4. Membangunkan kesadaran masyarakat bahwa korupsi sama
bahayanya dengan teroris. Menjadikan korupsi menjadi musuh bersama
masyarakat.
5. Carrot and stick untuk birokrasi dan aparat penegak hukum.
6. Transparansi perencanaan program penganggaran.
7. Penerapan pembuktian terbalik secara murni dan memberi
perlindungan hukum pada saksi pelapor.
8. Hukuman yang sangat berat pada aparat penegak hukum yang
korupsi pada waktu menangani kasus korupsi.
9. Presiden dan Wakil Presiden mempunyai komitmen yang kuat dan
konsisten dalam pemberantasan korupsi.
10. Mendukung Penegakan Hukum yang telah berhasil dilakukan oleh
KPK. (Merealisir RUU-Anti Korupsi; RUU KPK; UU Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi.

11
F. Pendidikan Anti Korupsi bagi Mahasiswa dalam
Gerakan Anti Korupsi.

Salah satu upaya dikti dalam membenetuk karakter bangsa yaitu


dengan melaksanakan Pendidikan Anti Korupsi diseluruh perguruan
tinggi di Indonesia. Sesuai dengan PP 71 Th. 2000: “Peran serta
masyarakat adalah peran aktif perorangan, Ormas, atau LSM dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi”. Maka dari itulah
mahasiswa harus turut andil dalam upaya pencegahan serta
pemberantasan korupsi.

Program pendidikan anti korupsi mempunyai visi yaitu terwujudnya


sarjana Indonesia berkarakter bersih korupsi. Sedangkan misi dari
pendidikan anti korupsi diantaranya:

 Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap


bahaya korupsi.
 Meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya korupsi.
 Meningkatkan peran mahasiswa dalam gerakan anti korupsi.
 Melakukan pendidikan dan pengajaran anti korupsi.

Tujuan diadakan pendidikan anti korupsi dikalangan mahasiswa


diantaranya :

 Memberikan pengetahuan tentang korupsi dan pemberantasannya


 Menanamkan nilai-nilai anti korupsi

12
Peran pokok mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi terbagi
dalam 3 tahap, yaitu:

 Tahap pencegahan

Pendidikan anti korupsi

 Mewajibakan pemimpin mahasiswa untuk mengikuti pendidikan


anti korupsi.
 Mendorong adanya pendidikan anti korupsi di kampus.
 Adanya materi pendidikan anti korupsi di kaderisasi mahasiswa.

Kampanye Ujian Bersih

 Pembuatan media propaganda (baliho, spanduk, dan poster).


 Pembuatan media online untuk mengkampanyekan ujian bersih.
 Menanamkan nilai kejujuran di kaderisasi mahasiswa.

 Tahap Opini

Gagasan ide

 Memperbanyak opini mengenai kasus korupsi ke media.


 Membuat Bungan rampai mengenai anti korupsi.
 Membuat audiovisual interaktif terkait anti korupsi.

Metode Pencegahan Korupsi

 Gagasan untuk prncegahan korupsi sejak dini


 Membuat korps anti korupsi di tingkat universitas.

13
 Adanya tata etika dan norma diantara mahasiswa.

Mengangkat Isu Korupsi Lokal-Nasional

 Mahasiswa diharapkan lebih peka dan siaga menanggapi isu


korupsi local yang terjadi.
 Advokasi dan pengawalan penyusunan anggaran serta pelaksanaan
pembangunan di daerah / nasional.

 Tahap gerakan moral

 Sebagaia kelompok penyeimbang bagi gerakan yang mendukung


koruptor.
 Mendorong penguatan institusi KPK sebagai lembaga
pemberantasan ko
 Korupsi yang kredibel, kokoh, dan transparan. 

14
BAB III
PENUTUP
 

A. Kesimpulan
Korupsi pada dasarnya ada disekeliling kita, mungkin terkadang kita
tidak menyadari itu. Korupsi bisa terjadi dirumah, sekolah, masyarakat,
maupun diintansi tertinggi dan dalam pemerintahan. Korupsi adalah
suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri
dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara
untuk kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan
kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme,
penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman
yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi,
rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi. Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat, dan tujuan.
Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang
demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara. Dibutuhkan kecerdasan
dan keberanian untuk mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi
yang menjadi penghambat utama lambatnya pembangunan ekonomi nan
paripurna di Indonesia. Korupsi yang telah terlalu lama menjadi wabah
yang tidak pernah kunjung selesai, karena pembunuhan terhadap wabah
tersebut tidak pernah tepat sasaran. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan
masyarakat sipil untuk mengawasi dan membuat keputusan politik untuk
mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di Indonesia.

15
B. Saran

Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak


dini. Dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/183017287/Makalah-Pendidikan-Anti-
Korupsi

17

Anda mungkin juga menyukai