Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ……………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
D. Pemberantasan Korupsi………………………………………….. 10
A. Kesimpulan ………………………………………………………..15
B. Saran ……………………………………………………………….16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu,
sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung.
Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat
membawa negara ke jurang kehancuran.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari Korupsi
3
pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan
oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama
sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini
saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat
penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara
yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai
politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di
tempat lain.
4
hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh B
Soedarsono yang menyatakan antara lain ” pada umumnya orang
menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang
paling gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji pejabat-
pejabat…..” namun B Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut
tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan saling
memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor yang
paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak yang
melakukan korupsi. Namun demikian kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol
dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini
dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul
“Indonesia 1979: The Record of three decades (Asia Survey Vol.
XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W Schoorl mengatakan
bahwa ” di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi begitu
merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai,
gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua
minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi demikian memaksa
para pegawai mencari tambahan dan banyak diantaranya mereka
mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang
diberikan”. ( Sumber buku “Pemberantasan Korupsi karya Andi
Hamzah, 2007)
Rakyat yangcuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan
atau “sumbangan kampanye”.
B. Dampak Korupsi
Demokrasi
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di
dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan
5
proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan;
korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam
pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan
institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena
prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi
pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor
private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari
pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat
korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan.
Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos
(niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul
berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk
membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi
menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan “lapangan
perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari
persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-
perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor
publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek
masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat
mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk
menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih
banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi
juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
6
Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor
keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di
Afrika, adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang
menyebabkan perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar
negeri, bukannya diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan
yang sering benar bahwa ada diktator Afrika yang memiliki rekening
bank di Swiss). Berbeda sekali dengan diktator Asia,
seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya
(meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan,
melalui investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar
dari Universitas Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai
1996, pelarian modal dari 30 negara sub-Sahara berjumlah US $187
triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri mereka sendiri. (Hasilnya,
dalam artian pembangunan (atau kurangnya pembangunan) telah
dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur Olson).
Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik,
dan juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset
pemerintah lama yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan
bagi para pejabat untuk menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di
luar jangkauan dari ekspropriasi di masa depan.
7
C. Negara-Negara yang Bebas dari Korupsi
1. Denmark
2. Finlandia
4. Selandia Baru
5. Belanda
8
Nilai Indeks (CPI) : 87
Ibukota : Amsterdam
Lokasi : Benua Eropa
6. Norwegia
Nilai Indeks (CPI) : 87
Ibukota : Oslo
Lokasi : Benua Eropa
7. Swiss
Nilai Indeks (CPI) : 86
Ibukota : Bern
Lokasi : Benua Eropa
8. Singapura
9. Kanada
10.Jerman
9
D. Pemberantasan Korupsi
Dalam memberantas korupsi, pemerintah hendaknya melakukan
investigasi menyeluruh dengan hukuman yang tidak tanggung-tanggung
seperti hukuman mati yang dilakukan pemerintah China. Usaha penyelidikan
tak perlu lagi ragu berkutat dengan komplikasi aturan-aturan yang berlaku,
disinilah tantangannya. Pemerintah perlu melakukan penyelidikan mendalam
plus peradilan yang baru, yang tak memberi ruang gerak kepada siapapun
untuk melarikan diri dari penyelidikan, termasuk para pejabat yang masih
berada didalam pemerintahan dan mantan presiden serta keluarganya. Jika
hal ini bisa diterapkan, budaya korupsi bisa lebih mudah diatasi. Semoga.
10
Jika dari pendekatan norma sosial, misal:
1. Membentuk Perilaku Anti-Korupsi Melalui Pendidikan
2. Penanaman Nilai-Nilai Budaya Luhur Pada Masyarakat
(Kejujuran, Budaya Malu, Disiplin, Kesederhanaan, Daya Juang)
3. Teladan dari keluarga dan pemuka masyarakat
4. Membangunkan kesadaran masyarakat bahwa korupsi sama
bahayanya dengan teroris. Menjadikan korupsi menjadi musuh bersama
masyarakat.
5. Carrot and stick untuk birokrasi dan aparat penegak hukum.
6. Transparansi perencanaan program penganggaran.
7. Penerapan pembuktian terbalik secara murni dan memberi
perlindungan hukum pada saksi pelapor.
8. Hukuman yang sangat berat pada aparat penegak hukum yang
korupsi pada waktu menangani kasus korupsi.
9. Presiden dan Wakil Presiden mempunyai komitmen yang kuat dan
konsisten dalam pemberantasan korupsi.
10. Mendukung Penegakan Hukum yang telah berhasil dilakukan oleh
KPK. (Merealisir RUU-Anti Korupsi; RUU KPK; UU Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi.
11
F. Pendidikan Anti Korupsi bagi Mahasiswa dalam
Gerakan Anti Korupsi.
12
Peran pokok mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi terbagi
dalam 3 tahap, yaitu:
Tahap pencegahan
Tahap Opini
Gagasan ide
13
Adanya tata etika dan norma diantara mahasiswa.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi pada dasarnya ada disekeliling kita, mungkin terkadang kita
tidak menyadari itu. Korupsi bisa terjadi dirumah, sekolah, masyarakat,
maupun diintansi tertinggi dan dalam pemerintahan. Korupsi adalah
suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri
dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara
untuk kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan
kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme,
penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman
yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi,
rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi. Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat, dan tujuan.
Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang
demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara. Dibutuhkan kecerdasan
dan keberanian untuk mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi
yang menjadi penghambat utama lambatnya pembangunan ekonomi nan
paripurna di Indonesia. Korupsi yang telah terlalu lama menjadi wabah
yang tidak pernah kunjung selesai, karena pembunuhan terhadap wabah
tersebut tidak pernah tepat sasaran. Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan
masyarakat sipil untuk mengawasi dan membuat keputusan politik untuk
mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di Indonesia.
15
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/183017287/Makalah-Pendidikan-Anti-
Korupsi
17