Anda di halaman 1dari 25

Manajemen Konstruksi

Proyek MRT (Mass Rapid Transportation)

Disusun oleh:
M. Ramdhany G. - 22-2017-157
Christian Surya D.- 22-2017-161
Dandi Topan - 22-2017-180

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2020
`SIA – 304 MANAJEMEN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN
INTSITUT TEKNOLOGI NASIONAL
JL. P.H.H. Mustofa No.23 Telp 772215 Bandung 40124

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Tugas Manajemen


Konstruksi. Dalam penyusunan Makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan
penulis yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Bandung, 27 Februari 2020

Tim Redaksi

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu dari 5 besar Negara dengan penduduk


terbanyak di dunia. Otomatis, perlu adanya pengembangan – pengembangan alat
yang mendukung produktifitas para penghuninya. Tak terkecuali dalam bidang
transportasi. Luasnya wilayah Indonesia tentu saja membutuhkan teknologi
transportasi yang memadai.
Di Indonesia sendiri, sekarang sudah tersedia teknologi transportasi darat, laut
maupun udara. Armadanya pun tergolong mendunia. Namun, dibalik semua
kelengkapan itu pasti ada sesuatu yang kurang. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di
jalan raya, rel kereta api, perairan Indonesia dan jalur udara nasional membuktikan
bahwa Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Kemacetan dimana-mana membuat
warga tak nyaman untuk berlama – lama di angkutan umum dan membeli kendaraan
pribadi yang sejatinya malah menambah kemacetan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan perangkutan memiliki peran penting
dalam menggerakkan perekonomian kota-kota besar di Indonesia. Permintaan
layanan perangkutan juga akan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya
jumlah penduduk. Karena ruang yang terbatas, kota-kota besar seperti Jakarta tidak
mampu memenuhi tingginya permintaan pergerakan penduduk hanya melalui
penambahan jalan dan angkutan umum berkapasitas kecilKondisi tersebut semakin
parah dengan munculnya emisi kendaraan yang dapat menimbulkan gangguan
kondisi kesehatan dan penurunan kualitas lingkungan. Selain itu, lamanya waktu
yang dihabiskan di jalan dapat menimbulkan dampak psikologis berupa penurunan
ketidakstabilan emosi dan dampak ekonomis berupa penurunan tingkat produktivitas
kerja.

1
Menyadari bahwa penataan kota yang tak memungkinkan untuk menambah
armada di jalan tanah, pemerintah merencanakan untuk membangun MRT (Mass
Rapid Transit) di sepanjang Jakarta. Rencananya akan dimulai dari Lebak Bulus dan
akan terus berkembang hingga menjangkau seluruh kota. Pembangunan ini
diharapkan akan membantu masyarakat dan pengembangan kota.

1.2 Ringkasan Proyek

PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) berdiri pada tanggal 17 Juni
2008, berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan mayoritas saham dimiliki
oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (struktur kepemilikan: Pemprov DKI Jakarta
99.98%, PD Pasar Jaya 0.02%). PT MRT Jakarta memiliki ruang lingkup kegiatan di
antaranya untuk pengusahaan dan pembangunan prasarana dan sarana MRT,
pengoperasian dan perawatan (operation and maintenance/O&M) prasarana dan
sarana MRT, serta pengembangan dan pengelolaan properti/bisnis di stasiun dan
kawasan sekitarnya, serta Depo dan kawasan sekitarnya.
Dasar hukum pembentukan PT MRT Jakarta adalah Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah
dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta) dan Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT
Jakarta (sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal
Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta).
Rencana pembangunan MRT di Jakarta sesungguhnya sudah dirintis sejak
tahun 1985. Namun, saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional.

2
Pada tahun 2005, Presiden Republik Indonesia menegaskan bahwa proyek MRT
Jakarta merupakan proyek nasional. Berangkat dari kejelasan tersebut, maka
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai bergerak dan saling
berbagi tanggung jawab. Pencarian dana disambut oleh Pemerintah Jepang yang
bersedia memberikan pinjaman.
Pada 28 November 2006 penandatanganan persetujuan pembiayaan Proyek
MRT Jakarta dilakukan oleh Gubernur Japan Bank for International Cooperation
(JBIC) Kyosuke Shinozawa dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusuf Anwar.
JBIC pun mendesain dan memberikan rekomendasi studi kepada Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta. Telah disetujui pula kesepakatan antara JBIC dan Pemerintah Indonesia,
untuk menunjuk satu badan menjadi satu pintu pengorganisasian penyelesaian proyek
MRT ini.

JBIC kemudian melakukan merger dengan Japan International Cooperation


Agency (JICA). JICA bertindak sebagai tim penilai dari JBIC selaku pemberi
pinjaman. Dalam jadwal yang dibuat JICA dan MRT Jakarta, desain teknis dan
pengadaan lahan dilakukan pada tahun 2008-2009, tender konstruksi dan tender
peralatan elektrik serta mekanik pada tahun 2009-2010, sementara pekerjaan
konstruksi dimulai pada tahun 2010-2014. Uji coba operasional rencananya dimulai
pada tahun 2014. Namun, jadwal tersebut tidak terpenuhi. Desain proyek pun
dilakukan mulai tahun 2008-2009, tahap konstruksi dilakukan mulai Oktober 2013,
dan dicanangkan selesai pada 2018.

Proyek MRT Jakarta dimulai dengan pembangunan jalur MRT Fase I sepanjang ±
16 kilometer dari Terminal Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia yang
memiliki 13 stasiun berikut 1 Depo. Untuk meminimalisir dampak pembangunan
fisik Fase I, selain menggandeng konsultan manajemen lalu lintas, PT MRT Jakarta

3
juga memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Pengoperasian Fase
I akan dimulai pada tahun 2019.
Pembangunan jalur MRT Fase I akan menjadi awal sejarah pengembangan
jaringan terpadu dari sistem MRT yang merupakan bagian dari sistem transportasi
massal DKI Jakarta pada masa yang akan datang. Pengembangan selanjutnya
meneruskan jalur Sudirman menuju Ancol (disebut jalur Utara-Selatan) serta
pengembangan jalur Timur-Barat.
 Dalam tahap Engineering Service, PT MRT Jakarta bertanggung jawab terhadap
proses prakualifikasi dan pelelangan kontraktor.
 Dalam tahap Konstruksi, PT MRT Jakarta sebagai atribusi dari Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta menandatangani kontrak dengan kontraktor pelaksana
konstruksi, dan konsultan yang membantu proses pelelangan kontraktor, serta
konsultan manajemen dan operasional.
 Dalam tahap operasi dan pemeliharaan, PT MRT Jakarta bertanggung jawab
terhadap pengoperasian dan perawatan, termasuk memastikan agar tercapainya
jumlah penumpang yang cukup untuk memberikan pendapatan yang layak bagi
perusahaan.

Pelaksanaan pembangunan MRT melibatkan beberapa instansi, baik pada


tingkatan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT MRT Jakarta
sendiri. Oleh karena itu, dokumen anggaran yang diperlukan juga melibatkan
lembaga-lembaga tersebut dengan nama program dan kegiatan berbeda namun
dengan satu keluaran yang sama, pembangunan MRT Jakarta.
1.3 Data Mengenai Proyek

MRT Jakarta Fase I


Pembangunan konstruksi fase 1 proyek kereta Mass Rapid Transit (MRT)
Jakarta dimulai pada 10 Oktober 2013 ditandai dengan peletakan batu pertama oleh
Presiden RI Joko Widodo, yang kala itu masih menjabat sebagai Gubernur Provinsi
DKI Jakarta. Pada koridor 1 ini, telah dibangun jalur kereta sepanjang 16 kilometer
yang meliputi 10 kilometer jalur layang dan enam kilometer jalur bawah tanah. Tujuh
stasiun layang tersebut adalah Lebak Bulus (lokasi depo), Fatmawati, Cipete Raya,
Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Depo akan berada di kawasan
Stasiun Lebak Bulus. Sedangkan enam stasiun bawah tanah dimulai dari Senayan,
Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
Pengerjaan konstruksi dibagi dalam enam paket kontrak yang dikerjakan oleh
kontraktor dalam bentuk konsorsium (joint operation), yaitu:
 CP101 – CP102 oleh Tokyu – Wijaya Karya Joint Operation (TWJO) untuk area
Depot dan Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, dan Cipete Raya.

 CP103 oleh Obayashi – Shimizu – Jaya Konstruksi (OSJ) untuk area Haji Nawi,
Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja.

 CP104 – CP105 oleh Shimizu – Obayashi – Wijaya Karya – Jaya Konstruksi


Joint Venture (SOWJ JV) untuk area transisi, Senayan, Istora, Bendungan
Hilir, dan Setiabudi.

 CP106 oleh Sumitomo – Mitsui – Hutama Karya Join Operation (SMCC – HK


JO) untuk area Dukuh Atas dan Bundaran Hotel Indonesia.

Sedangkan untuk pengerjaan CP107 untuk sistem perkeretaapian (railway


system) dan pekerjaan rel (trackwork) oleh Metro One Consortium (MOC) yaitu
Mitsui & Co. – Tokyo Engineering Corporation – Kobe Steel, Ltd – Inti Karya
Persada Tehnik) dan CP108 untuk rolling stock oleh Sumitomo Corporation.

Konstruksi Layang (Elevated Section)


Sebagian dari konstruksi jalur MRT Jakarta merupakan struktur layang
(Elevated) yang membentang ±10 km; dari wilayah Lebak Bulus hingga
Sisingamangaraja. Tujuh Stasiun Layang konstruksi ini adalah Lebak Bulus,
Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan Sisingamangaraja. Depo
kereta api dibangun di area Lebak Bulus, berdekatan dengan stasiun awal/akhir Lebak
Bulus. Seluruh stasiun penumpang dan lintasan dibangun dengan struktur layang
yang berada di atas permukaan tanah, sementara Depo kereta api dibangun di
permukaan tanah (on ground).
Tipe struktur layang yang akan digunakan adalah Tiang Tunggal (Single Pier)
pada bagian bawah serta Gelagar Persegi Beton Pracetak (Precast Concrete Box
Girder) pada bagian atas. Ketinggian gelagar dari permukaan jalan telah
memperhitungkan persyaratan minimal jarak bebas vertikal (vertical clearance) 5,0
meter sesuai peraturan yang berlaku untuk jalan perkotaan. Pekerjaan Konstruksi
Layang MRT Jakarta terdiri dari tiga paket, yaitu Contract Package (CP) 101, CP
102 dan CP 103.

Konstruksi Bawah Tanah (Underground)


Konstruksi bawah tanah (Underground) MRT Jakarta membentang ±6 km,
yang terdiri dari terowongan MRT bawah tanah dan enam stasiun MRT bawah tanah.
Stasiun bawah tanah ini adalah Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh
Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia. Metode pengerjaan konstruksi bawah tanah
menggunakan TBM (Tunnel Boring Machine) tipe EPB (Earth Pressure Balance
Machine), dengan pembagian koridor paket pengerjaan terbagi menjadi tiga: CP 104,
CP 105 dan CP 106.
Railway Systems & Trackwork dan Rolling Stock
Railway System merupakan prasarana penunjang sistem perkeretaapian yang
terdiri dari 10 subsistem, antara lain Substation System, Overhead Contact
System, Power Distribution System, Signaling System, Telecommunication
System, Facility SCADA, Automatic Fare Collection System, Platform Screen
Doors, Escalator & Elevator, dan Trackwork. Sistem perkeretaapian MRT Jakarta
akan menggunakan sistem persinyalan terbaru di Indonesia dengan memperkenalkan
sistem persinyalan CBTC (Communication Based Train Control) dan menerapkan
sistem moving block untuk pengaturan perjalanan kereta. Pekerjaan Railway
Systems & Trackwork dan Rolling Stock MRT Jakarta terdiri dari dua paket, yaitu CP
107 dan CP 108.
Lokasi Proyek
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kesesuaian Proyek dengan Perpres No 16 Tahun 2018

PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) berdiri pada tanggal 17 Juni 2008,
berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan mayoritas saham dimiliki oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta (struktur kepemilikan: Pemprov DKI Jakarta 99.98%, PD Pasar Jaya
0.02%). PT MRT Jakarta memiliki ruang lingkup kegiatan di antaranya untuk pengusahaan dan
pembangunan prasarana dan sarana MRT, pengoperasian dan perawatan (operation and
maintenance/O&M) prasarana dan sarana MRT, serta pengembangan dan pengelolaan
properti/bisnis di stasiun dan kawasan sekitarnya, serta Depo dan kawasan sekitarnya.

Dasar hukum pembentukan PT MRT Jakarta adalah Peraturan Daerah Provinsi DKI
Jakarta Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 7
Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta) dan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan
Terbatas (PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Penyertaan
Modal Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta).

Proyek Pembangunan MRT dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta serta didukung oleh dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International
Cooperation Agency (JICA).
Kesesuaian penggunaan APBN dan APBD untuk pembangunan sarana dan
Prasarana publik serta Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), bersangkutan
dengan Perpres No 16 Tahun 2018 pasal 1 ayat 1 , yang berbunyi :

“Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah


kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan.”

Kesimpulan : Pembangunan MRT menggunakan dana APBN/APBD dan juga hibah luar negri ,
lalu proyek tersebut nantinya menjadi sarana dan prasarana untuk melayani masyarakat dalam
moda transportasi , serta menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta

2.1 Tahapan Pengadaan

 Pengadaan Asesmen Internal & Eksternal Rekrutmen PT MRT


 Pengadaan Bahan Bakar Diesel Dan Bbm
 Pengadaan Battery Rail Road Shunter
 Pengadaan Booth Retail Umkm
 Pengadaan Contact Strip Pantograph Rolling Stock
 Pengadaan Contact Strip Pantograph Rolling Stok (Consumable Parts)
 Pengadaan CP200 - Konstruksi Dinding Diafragma (D-Wall)
 Pengadaan Digital Signage
 Pengadaan Elektronik Dan Perlegkapan Kantor Depo Lebak Bulus PT MRT Jakarta
 Pengadaan Flood Barrier Stasiun Senayan,Stasiun Istora Mandiri, Stasiun Bendungan
Hilir , Stasiun Setiabudi Astra
 Pengadaan Furniture
 Pengadaan Interior Fit Out & Mebeulair Depo Lebak Bulus
 Pengadaan Interior Fit-Out Depo Lebak Bulus Gedung D01,D02,D03
 Pengadaan Jasa Adjustment Selisih Beban Roda Kereta
 Pengadaan Jasa Asuransi D&O Liability
 Pengadaan Jasa Asuransi Director Dan Officers Liability
 Pengadaan Jasa Asuransi Operasional PT MRT
 Pengadaan Jasa Babysitting Untuk Sistem Telekomunikasi
 Pengadaan Jasa Integrasi MMS Dengan Trouble Ticket System
 Pengadaan Jasa IT Manage Service
 Pengadaan Jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) Untuk Pekerjaan Audit Atas Laporan
Keuangan
 Pengadaan Jasa Kantor Akuntan Publik

 Pengadaan Jasa Kebersihan , Pest Control Dan Pengolahan Limbah


 Pengadaan Jasa Konsultan Atau Penasihat Hukum
 Pengadaan Jasa Konsultan Penyusun DED Pengembangan Transport Hub & Fasilitas
Pendukung
 Pengadaan Jasa Konsultasi Hub.Stakholders Untuk Pengembangan Urban Railway MRT
 Pengadaan Jasa Konsultasi Hubungan Pemangku Kepentingan Strategi Pengembangan
Urban Railway Di Indonesia
 Pengadaan Jasa Konsultasi Pendampingan Implementasi Dan Sertifikasi ISO 9001, ISO
14001, ISO 45001
 Pengadaan Jasa Konsultasi Penyusun Pedoman Railway Protection Zone MRT Jakarta
 Pengadaan Jasa Konsultasi Untuk Pelaksanaan Pengukuran Risk Maturity
 Pengadaan Jasa Konsultasi Untuk Rencana Jangka Panjang 2014 – 2030
 Pengadaan Jasa Laundry
 Pengadaan Jasa Manajemen STP
 Pengadaan Jasa Pendampingan Pembentukan Anak Usaha MRT
 Pengadaan Jasa Pengaman
 Pengadaan Jasa Penyempurnaan Fitur Dalam Aplikasi E-Procuremet
 Pengadaan Jasa Wirelees Beserta Perangkat Pendukungnya Untuk Area Kantor Depo
PT MRT Jakarta
 Pengadaan Khusus Maintenance
 Pengadaan Layanan Jasa IT (Firewall)
 Pengadaan Lisensi Dan Jasa Implementasi Sistem SAP
 Pengadaan Lisensi Software Ms.Office
 Pengadaan Listrik Untuk Retail PR MRT Jakarta

 Pengadaan Materi Publikasi


 Pengadaan Pemasangan Eskalator Stasiun PT MRT Jakarta
 Pengadaan Pembangunan Skybridge Interkoneksi Stasiun MRT Asean Dan Halte
Transjakarta CSW
 Pengadaan Pembangunan Transport Hub&Fasilitas Pendukung Di KBT Dukuh Atas
PT MRT
 Pengadaan Pemeriksaan Fasilitas Sipil Dan Arsitektur
 Pengadaan Penyedia Booth Retail UKM
 Pengadaan Penyedia Konsultasi Hukum
 Pengadaan Penyusun Sistem Human Capital
 Pengadaan Peralatan Dan Peralatan Kantor
 Pengadaan Peralatan Kantor Depok Lebak Bulus PT MRT Jakarta
 Pengadaan Peralatan Khusu Battery Tester, Micro Ohm Meter, Partial Discharge
Detector, Breakdown Voltage Oil Tester Dan Earth Resistance Clamp
 Pengadaan Peralatan Khusu Monitoring Tunnel
 Pengadaan Perangkat Intefrated CCTV Command Centre
 Pengadaan Perangkat Keras Khusus
 Pengadaan Rolling Spareparts Pt Mrt (Notebook&Laptop)
 Pengadaan Perangkat Keras Penunjang Pekerjaan (Notebook 2018)
 Pengadaan Rolling Spareparts Pt Mrt
 Pengadaan Safety Inspector (Outsourcing)
 Pengadaan Server ERP Phase PT MRT Jakarta
 Pengadaan Sewa X-Ray PT MRT
 Pengadaan Ulang Pemasangan Eskalator Stasiun MRT Jakarta.

Pada proses tahapan pengadaan , proyek MRT mencangkup beberapa pasal yang tertulis di
Perpres Perpres No 16 Tahun 2018, yaitu :

Pasal 2
Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Presiden ini meliputi:
a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD;
b. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD
sebagaimana dimaksud pada huruf a, termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari pinjaman dalam negeri dan/atau hibah dalam negeri yang
diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; dan/atau
c. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD
sebagaimana dimaksud pada huruf a termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau
seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.

Pasal 3
(1) Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini meliputi:
a) Barang;
b) Pekerjaan Konstruksi;
c) Jasa Konsultansi; dan
d) Jasa Lainnya.
(2) Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
terintegrasi.
(3) Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:
a) Swakelola; dan/atau
b) Penyedia

Kesimpulan : Semua biaya pengadaan baik barang maupun jasa untuk pengadaan proyek MRT
ini , menggunakan dana APBN/APBD dan pinjaman luar negeri sebagai sumber utama dana
untuk semua daftar pengadaan yang di perlukan proyek MRT tersebut.
2.2 Pihak-pihak yang Terlibat

Pemberi Tugas (Client/Bouwiiheer)


Pemberi tugas atau pemilik (perseorangan atau badan ukum) adalah pihak
yang menginginkan atau memerlukan suatu fasilitas/proyek. Disini adalah pemerintah
DKI Jakarta.

Pada umumnya, seorang pemberi tugas tidak memiliki keahlian dalam bidang
pembangunan dan mengenal segala sesuatu yang berhubungan dengan hal itu.
Dengan demikian untuk merealisasikan rencana pembangunannya, pemberi tugas
harus mendapat bantuan dari para ahli. Jumlah dan jenis yang diperlukan tergantung
dari ukuran besar kecilnya serta sulit tidaknya proyek yang dikerjakan.

Tugas dan kewajiban Pemberi Tugas adalah :

1. Membuat TOR (Term of Reference)


TOR atau kerangka acuan adalah acuan perencanaan atau dasar perencanaan
yang yang berkaitan dengan:

a. tujuan proyek,
b. persyaratan proyek yang bersifat teknik dan administrasi,
c. tata ruang,
d. biaya,
e. persil yang disediakan.
2. Menentukan pilihan dan mengambil keputusan atas rencana dan konstruksi-
konstruksi yang diusulkan oleh para konsultan.
3. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan oleh seorang konsultan
sehubungan perencanaan proyek tersebut.
4. Menyediakan/membayar sejumlah biaya yang diperlukan untuk terwujudnya
suatu pekerjaan bangunan.
5. Menerima dan menyetujui pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor.

Konsultan/Arsitek
Konsultan/Arsitek adalah perorangan atau badan usaha yang dengan
mempergunakan keahliannya, dalam PT MRT Jakarta hal ini adalah berdasarkan
suatu pemberian tugas mengerjakan perancangan dan pengawasan pembangunan,
memberikan nasehat atau jasa lain yang berhubungna dengan perencanaan dan
pengawasan pembangunan. Di dalam melakukan tugasnya atau memberikan jasa
yang diharapkan darinya, seorang arsitek mendapat kepercayaan dari pihak pemberi
tugas dan bertindak sebagai penasehat dan/atau wakil pemberi tugas di dalam usaha-
usaha untuk mencapai tujuan yang tercantum di dalam pernyataan pemberi tugas
dengan mengingat ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Pemberi tugas dapat memerintah konsultan atau mengikat dalam bentuk


perjanjian (kontrak) secara langsung, yaitu pemberi tugas tidak perlu memiliki
pengetahuan khusus tentang bangunan, namun dapat terjadi pemberi tugas
menandatangani perjanjian (kontrak), dibantu oleh seorang ahli. Untuk perjanjian ini
sudah terdapat bentuk standar (form) yaitu formulir perjanjian penggunaan arsitek.
Dalam standar tersebut, terdapat nama pemberi tugas (sebagai pihak pertama) dan
konsultan (sebagai pihak kedua). Pihak pertama menunjuk pihak kedua dan pihak
kedua menerima penunjukkan itu, untuk merencanakan sebuah proyek pembangunan
sesuai dengan keinginan pemberi tugas. Pemberi tugas akan membayar jasa konsultan
ini, biasanya dalam bentuk lumpsum atau prosentase dari nilai perancangan proyek.

Tahap pekerjaan sketsa gagasan dan pra rancangan dapat juga dibayar dalam
bentuk jam kerja. Setelah perjanjian ini dilaksanakan, maka sampai dengan
pembangunan berakhir Konsultan akan berperan dalam pengelolaan proyek dengan
tugas utamanya, sebagai berikut:

1. Konsultan merencanakan dan menyelesaikan proyek dengan sebaik mungkin


tanpa dipengaruhi oleh kontraktor atau pihak lain, dengan harga bangunan yang
ekonomis, tetapi memenuhi semua persyaratan (kualitas) yang ditentukan serta
jangka waktu yang optimal.
2. Konsultan harus selalu bekerja sama dengan pemberi tugas, terutama dalam hal
pemberi tugas harus memberi keputusan atas perkembangan proyek serta jika
terdapat perubahan terhadap rencana semula.
3. Konsultan harus selalu bekerja secara tim, khususnya bersama tim ahli yang
ditunjuk oleh pemberi tugas untuk dapat menghasilkan suatu perencanaan seperti
yang diinginkan.
4. Di saat pelaksanaan pembangunan proyek selesai, maka arsitek bersama-sama
dengan pengawas harus mengadakan serah terima bangunan yang dilaksanakan
lengkap dengan As-build Drawing (tergantung kontrak), manual, dokumen proyek
kepada pemberi tugas (pemilik).
Tugas dan kewajiban konsultan sebagai pengawas adalah mewakili pemberi
tugas dalam segala hal yang menyangkut pelaksanaan, yaitu:

1. Memimpin/membimbing dan mengadakan pengawasan utama dalam pelaksanaan


pekerjaan.
2. Menyelenggarakan surat-menyurat yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
3. Mengatur, meneliti, dan memeriksa pembayaran angsuran biaya pelaksanaan
pekerjaan.
4. Membuat gambar-gambar tambahan bila dipandang perlu.
5. Memeriksa dan menyetujui gambar kerja yang dibuat oleh kontraktor.
6. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (laporan harian, mingguan, dan bulanan).
7. Menyiapkan dan menghitung kemungkinan adanya pekerjaan tambah kurang.
8. Mengawasi dan menguji kualitas/mutu bahan-bahan bangunan yang dipakai.
9. Menguji/menilai pekerjaan yang akan diserahkan.
10. Menyiapkan dan menyusun berita acara pekerjaan.
11. Membuat rekomendasi atas selesainya pekerjaan.

Penasehat Biaya (Quantity Surveyor)


Penasehat Biaya (Quantity Surveyor) adalah seorang penasehat biaya
konstruksi yang bekerja sama dengan pemilik. Arsitek atau engineer (ahli teknik) dan
kadang-kadang dengan kontraktor menegaskan bahwa suatu konstruksi dapat
dilaksanakan dengan biaya yang direncanakan. Pada umumnya, Quantity Surveyor
ditunjuk oleh arsitek atau engineer.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterlibatan penasehat biaya


dalam suatu proyek, yaitu :

a. Sebagai penasehat biaya yang independent baik untuk pemilik maupun


kontraktor serta arsitek.
b. Sebagai penanggung jawab perkiraan/estimasi biaya, pengendalian biaya, dan
penyelesaian perhitungan biaya akhir.
Oleh sebab itu, pekerjaan penasehat biaya adalah merupakan suatu pekerjaan
yang menuntut kualifikasi yang tinggi yang harus memberikan keyakinan kepada
pemberi tugas bahwa biaya proyek secara keseluruhan dalam pengendalian yang baik
selama pelaksanaan proyek berlangsung.

Tugas dan fungsi penasehat biaya adalah:


1. Mengembangkan pengetahuannya tentang ekonomi kontruksi. Dalam hal ini,
penasehat biaya akan memberitahukan kepada pemberi tugas jumlah biaya yang
diperlukan untuk suatu proyek.
2. Memberikan usulan atas prosedur tender dan tata cara kontrak (bentuk kontrak),
misalnya:
a. Memberikan penjelasan atas ukuran dan standar pelaksanaan suatu proyek.
b. Memberikan penjelasan atas penyusunan biaya proyek.
3. Melaksanakan pengendalian biaya selama pelaksanaan proyek, sehingga tidak
terjadi penambahan terhadap biaya yang telah disahkan/disetujui.
4. Bekerja sama dengan perencana untuk meyakinkan pemberi tugas bahwa tata cara
pembayaran, baik nilai maupun cara pembayaran sebagaimana tercantum dalam
kontrak dimengerti dengan benar. Dengan demikian keuangan pemberi tugas
terjamin, dan sebaliknya pemborong dapat dibayar secara benar dan tepat waktu
sehingga tidak ada yang saling dirugikan.
5. Memeriksa harga-harga di tempat proyek akan dilaksanakan, dan berdasarkan
hasil tersebut menafsir kemungkinan harga selama proses pembangunan
berlangsung.
6. Penasehat biaya mempersiapkan daftar biaya berkaitan dengan rancangan dalam
bentuk batas biaya dan target biaya untuk setiap bagian pekerjaan proyek.
7. Mengendalikan kembali proposal yang dibuat masuk dalam batas harga yang
diterima dan siap memberi tanggapan terhadap segi ekonomi serta alternatif-
alternatifnya.
Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa penasehat biaya adalah partner
penunjang yang sangat berguna dalam proses perencanaan, karena penasehat biaya
memberi nasehat dalam segi biaya terhadap rancangan dan semua alternatif
rancangan. Secara tradisi maka tugas penasehat biaya yang utama adalah
mempersiapkan besarnya biaya yang digunakan. Hal ini dikerjakan setelah semua
gambar-gambar dan RKS (Rencana Kerja dan Syarat) siap dipakai untuk
tender/lelang.

Kontraktor
Kontraktor adalah perusahaan perorangan atau perkumpulan berbadan hukum
yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan bangunan. Kontraktor
melaksanakan pekerjaan menurut biaya yang telah disepakati (sesuai kontrak) dengan
memperhatikan semua persyaratan (aturan yang berlaku), misalnya spesifikasi
(rencana kerja dan syarat) dan gambar kerja.

Kontraktor dapat memperoleh pekerjaan (order) melalui pelelangan,


penunjukan langsung, atau negosiasi yang semua ini tergantung situasi dan kondisi
serta sifat dan besar kecilnya proyek. Tatacara penentuan kontraktor untuk proyek
pemerintah kemungkinan dapat berbeda dengan proyek swasta.

Tugas dan kewajiban kontraktor, yaitu:

1. Melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak berdasarkan gambar rencana, rencana


kerja dan syarat-syarat (RKS/spesifikasi), risalah penjelasan pekerjaan (berita
acara Aanwyzing), dan peraturan yang telah ditetapkan.
2. Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan (barchart/network planning) apabila
diperlukan.
3. Membuat jadwal pengadaan bahan/material utama serta pengiriman
bahan/material bangunan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
4. Bersama-sama dengan konsultan pengawas melakukan pengujian/pemeriksaan
atas pekerjaan yang telah diselesaiakn.
5. Sebelum melaksanakan setiap bagian pekerjaan, apabila diperlukan harus
membuat gambar detail pelaksanaan (shop drawing).
6. Menjamin keamanan di lapangan serta keselamatan kerja atas semua orang, baik
pekerja maupun pengunjung yang berkepentingan dalam proyek.
7. Bertanggung jawab atas semua hasil pekerjaan sub kontraktor (apabila selaku
kontraktor utama) dan pemasok.
8. Melakukan pembayaran pajak, asuransi, izin bangunan sesuai dengan kontrak.
9. Menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai secara keseluruhan atau
dapat pula diserahkan perbagian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sub Kontraktor
Sub Kontraktor adalah perusahaan besar/kecil atau perorangan yang
melaksanakan bagian-bagian tertentu dari suatu proyek yang mendukung tugas
kontraktor utama atas persetujuan pemilik proyek. Biasanya, pekerjaan tersebut
bersifat khusus dan memerlukan keahlian tertentu, misalnya pemasangan AC, listrik,
telepon dan lain sebagainya. Sub kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan diikat
suatu perjanjian (kontrak) dengan kontraktor utama, meliputi biaya pelaksanaan,
waktu pelaksanaan, kualitas pekerjaan.

Fungsi sub kontraktor adalah membantu kontraktor utama dalam


melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sehingga mempermudah kontraktor utama dalam
menyelesaikan seluruh pekerjaannya yang bersifat kompleks. Sub kontraktor tidak
mempunyai hubungan kontrak (sub kontrak) dengan pemberi tugas, hanya
mempunyai hubungan kontrak dengan kontraktor utama.

Pemasok
Pemasok (supplier) adalah seseorang atau organisasi yang menyediakan atau
memasok sebagaian peralatan atau bahan untuk kebutuhan suatu proyek atas pesanan
kontraktor serta pemberi tugas. Kontraktor dan pemasok, biasanya, membuat
perjanjian (kontrak), yang meliputi:
a. Waktu material harus sudah di tempat.
b. Harga material per satuan (kg, m3, ml).
c. Cara pengiriman material.
Seperti halnya dengan sub kontraktor, secara tradisional pemasok tidak mempunyai hubungan
kontraktual langsung dengan pemberi tugas, tetapi terdapat hubungan kontrak dengan kontraktor.

Pihak-Pihak yang Berwenang


Pihak yang berwenang adalah lembaga yang berkuasa atau berwenang di dalam masyarakat yang
member izin perencanaan maupun pelaksanaan dari suatu proyek. Pihak yang berwenang meliputi
Pemerintah Pusat, Kotamadya setempat, dan Ketua adat. Organisasi-organisasi tersebut berdiri sendiri
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Pihak – pihak yang terlibat pada proyek MRT harus mengikuti aturan yang tertulis di Perpres No 16
Tahun 2018, yaitu :
Pasal 7

(1) Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa mematuhi etika sebagai berikut:
a) melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan
ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
b) bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus
dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan Pengadaan Barang/Jasa;
c) tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang berakibat persaingan usaha tidak
sehat;
d) menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan
tertulis pihak yang terkait;
e) menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan pihak yang terkait, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan
Barang/Jasa;
f) menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;
g) menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi; dan
h) tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah,
imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga
berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa.

Kesimpulan : Berdasarkan pihak- pihak yang terkait dengan pembangunan proyek MRT, para pihak
yang terkait memiliki Job desk nya tersendiri yang harus diteliti dan atau dikerjakan hingga tuntas dengan hasil
yang maksimal serta diwajibkan untuk bekerja profesional , sesuai dengan sasaran/target , melaksanakan tugas
dengan tertib dan seteliti mungkin agar tidak terjadi kesalahan sedikitpun , serta mampu menjaga kerahasiaan
proyek yang sedang dikerjakan

Anda mungkin juga menyukai