Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah sekumpulan penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang merupakan hasil dari gangguan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya. Keadaan hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan
dengan gangguan fungsi jangka panjang pada beberapa organ lainnya terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.12

2.1.2 Klasifikasi dan Diagnosis


Berdasarkan American Diabetes Association (ADA) pada tahun 2017 diabetes
melitus dibagi dalam beberapa golongan yaitu: DM tipe 1, DM tipe 2, diabetes
pada kehamilan, dan diabetes yang dikarenakan suatu penyebab yang spesifik.12,13
Diabetes melitus tipe 1 merupakan tipe diabetes dengan adanya suatu
mekanisme autoimun yang merusak sel β pankreas sehingga akan mengakibatkan
defisiensi insulin yang absolut. Diabetes jenis ini sebelumnya memiliki beberapa
istilah lain yakni diabetes bergantung insulin, atau pun diabetes yang terjadi saat
anak-anak dan remaja (juvenile-onset). Pada beberapa pasien anak dan remaja
dapat timbul dengan gejala ketoasidosis sebagai manifestasi pertama kalinya.
Selain itu, biasanya pasien-pasien dengan DM tipe 1 jarang terjadi obesitas.12,13,14
Diabetes melitus tipe 2 sebelumnya memiliki istilah diabetes tidak tergantung
insulin, dan diabetes saat dewasa (adult-onset). Individu dengan DM tipe 2 dapat
bervariasi dari mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.
Individu yang mengidap DM tipe 2 biasanya disertai dengan keadaan obes, karena
obesitas itu sendiri juga memberikan kontribusi dalam berkembangnya keadaan
resistensi insulin pada seseorang dengan DM tipe 2. Risiko yang sering
dihubungkan dengan perkembangan penyakit DM tipe 2 ini adalah usia, obesitas,
dan kurangnya aktifitas fisik. Selain itu, DM tipe 2 juga lebih sering terjadi pada
wanita yang sebelumnya memiliki riwayat diabetes pada kehamilan, pada individu
dengan hipertensi, atau dislipidemia, namun hal tersebut bergantung juga pada
ras/etnis yang berbeda.12,13,14
Diabetes melitus saat kehamilan adalah kejadian DM yang terdiagnosis saat
dalam keadaan kehamilan. Dan terakhir adalah DM tipe lain yang disebabkan oleh
penyebab lainnya yaitu adanya defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, obat-obatan, zat kimia, infeksi,
dan atau sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.12,14
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar kadar glukosa darah. Pemeriksaan
glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. DM memiliki
gejala klasik yang meliputi poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain dapat berupa lemah
badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulva pada wanita.14

2.2 Komplikasi Diabetes Melitus


Seiring perjalanan penyakit DM dapat pula terjadi suatu penyulit atau komplikasi.
DM sering dihubungkan dengan gangguan metabolik akut maupun kronik yang dapat
menyebabkan suatu kematian pada penderita DM.15

2.2.1 Komplikasi Akut Diabetes Melitus


Komplikasi akut pada DM terjadi apa bila kadar gula darah yang tinggi
(hiperglikemia) tidak tertangani dengan baik. Pada keadaan akut komplikasi yang
dapat terjadi yaitu Ketoasidosis Diabetik (KAD), Koma Hiperosmolar Non-ketotik
(KHN), Asidosis Laktik (AL), dan hipoglikemia.16
Hipoglikemia didefinisikan sebagai rendahnya glukosa dalam plasma. Pada
umunya, hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa dalam darah kurang dari 45-60
mg/dl. Hipoglikemia pada diabetes biasanya disebut dengan syok insulin atau
reaksi insulin. Individu dengan DM tipe 2 biasanya memiliki risiko lebih rendah
untuk terjadi hipoglikemia dibandingkan dengan indivu dengan DM tipe 1.
Walaupun demikian hipoglikemia dapat terjadi pada DM tipe 2 ketika sudah
menggunakan terapi insulin.17 Gejala hipoglikemia dapat terjadi karena adanya
terpacunya aktivitas sistem saraf otonom atau tidak adekuatnya suplai glukosa ke
jaringan serebral. Cukup banyak kejadian hipoglikemia yang luput dari
pengamatan pasien dan dokter disebabkan spektrum gambaran klinis yang cukup
lebar serta kurangnya pemahaman pasien terhadap hipoglikemia tersebut. Pada
tahap awal hipoglikemia dapat ditandai dengan gejala gemetaran, kulit lembab dan
pucat, rasa cemas, keringat berlebihan, rasa lapar, penglihatan kabur atau kembar.
Pada tahap lanjut hipoglikemia dapat timbul gejala seperti sulit berpikir, bingung,
sakit kepala, kejang-kejang dan koma.18 Pengobatan penderita hipoglikemia dengan
gambaran klinis ringan, dan sadar cukup dengan memberikan makanan atau
minuman manis misalnya dengan pemberian 15-20 gram glukosa atau gula yang
dilanjutkan dengan monitoring selama 15 menit, dan dapat diberikan kembali jika
gejala masih ada. Sedangkannn untuk penderita yang tidak sadar dapat diberikan
infus glukosa.19
Ketoasidosis diabetik didefinisikan secara biokimiawi sebagai keadaan pH vena
<7,3 atau konsentrasi biokarbonat <15 mmol/L, konsentrasi glukosa >200 mg/dL
bersamaan dengan ketonemia, glukosuria, dan ketonuria.20,21 KAD sering terjadi
pada individu dengan defisit insulin total yaitu pada DM tipe 1 dan sering
teridentifikasi pada pasien anak dan remaja hampir sekitar 30-40% yang
terdiagnosis DM tipe 1.15,23 KAD merupakan salah satu komplikasi diabetes yang
akut dan cukup serius, selain itu komplikasi akibat KAD seperti edema serebral
menyebabkan angka mortalitas yang tinggi pada kasus ini.15,23,26 Gangguan yang
terjadi diakibatkan oleh keadaan puasa intrasel pada jaringan yang bergantung
insulin yakni otot, hati, jaringan adiposa, sehingga akan memicu pengeluaran
hormon seperti glukagon, katekolamin, dan kortisol.24 Hormon tersebut kemudian
menstimulasi pengeluaran sintokin proinflamasi yang mengakibatkan adanya
stimulasi proteolisis, lipolisis, produksi glukosa renal dan hepar, dan oksidasi asam
lemak di hepar sampai badan keton.25 KAD dapat ditandai dengan gejala muntah,
hiperglikemia, ketonuria, lemah badan, nafas berat atau nafas yang pendek. 23
Penanganan yang dapat dilakukan berupa pemantauan tanda vital, glukosa darah,
keseimbangan cairan, fungsi neurologis, urea, dan gas darah. Selain itu pemberian
cairan penting untuk mengembalikan perfusi dan penggantian elektrolit yang
hilang, juga pemberian insulin untuk mengontrol gula darah dan mengurangi
ketogenesis.26,27
Koma Hiperosmilar Non-ketotik secara klinis didefinisikan oleh timbulnya
defisiensi relatif insulin dan hiperglikemia, biasanya >1.000 mg/dL dihubungkan
dengan serum osmolalitas yang meningkat (> 300 mosm/kg), dehidrasi, dan stupor,
jika tidak tertangani dapat menuju keadaan koma. Keadaan ini terjadi tanpa adanya
ketosis atau asidosis.16 Banyak kasus KHN yang terjadi pada pasien orang tua
dengan DM tipe 2, tapi beberapa laporan menyatakan dapat juga terjadi pada
pasien anak dan dewasa muda.28 Angka mortalitas KHN keseluruhan kira-kira
sebesar 20%, yang mana 10 kali lebih tinggi di bandingkan dengan angka
mortalitas KAD.24,29,30 Prognosis ditentukan oleh tingkat keparahan dari dehidrasi,
adanya faktor penyulit bawaan, dan usia.24,31,32 Penanganan KHN yaitu dengan
penggantian cairan yang hilang dan mengatasi keadaan hiperosmolalitas,
hiperglikemia, serta gangguan elektrolit. Evaluasi dari penangan juga perlu
diperhatikan untuk penanganan kasus ini karena melihat angka mortalitas yang
tinggi.16,33

2.2.2 Komplikasi Kronik Diabetes Melitus


Komplikasi kronik pada pasien DM dapat diklasifikasikan menjadi mikrovaskular
dan makrovaskular. Komplikasi makrovaskular yaitu komplikasi yang mengenai
pembuluh darah besar, sedangkan mikrovaskular yaitu komplikasi yang mengenai
pembuluh kapiler darah. Komplikasi makrovaskular yakni terdiri dari Penyakit
Jantung Koroner (PJK), penyakit arteri perifer, dan gangguan pembuluh darah otak.
Sedangkan, komplikasi mikrovaskular terdiri dari retinopati diabetik, nefropati
diabetik, dan neuropati diabetik. Sebanyak 65% komplikasi kronik yang
menyebabkan kematian adalah PJK dan stroke. Sedangkan, komplikasi seperti
retinopati, stoke, dan kaki diabetes adalah komplikasi yang sering menyebabkan
kecacatan pada diabetes.34-35
Nefropati diabetik dapat terjadi pada kedua tipe diabetes.36 Keadaan ini didahului
oleh proteinuria ringan atau mikroalbuminuria yang kemudian akan berlanjut menjadi
penurunan laju filtrasi glomerulus.16,36 Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai
ekskresi albumin sebanyak 30-300 mg/24 jam. 37 Jika tidak ditangani dengan baik
nefropati diabetik akan menyebabkan gagal ginjal kronik, dan meningkatkan risiko
untuk terjadi komplikasi makrovaskular yaitu hipertensi dan stroke.16,38
Retinopati diabetik merupakan komplikasi paling banyak diantara komplikasi yang
berdampak pada pembuluh kapiler darah. Retinopati diabetik berkembang selama
bertahun-tahun, pada pasien DM tipe 2 bisanya akan terjadi lesi pada retina setelah
hampir 20 tahun dengan insidensi tertinggi terjadinya makula edema. Retinopati
diabetik atau komplikasi mikrovaskular lainnya terjadi bergantung pada durasi dan
derajat keparahan dari hiperglikemia.16,36 Retinopati diabetik terjadi karena adanya
kerusakan pada sistem mikrovaskular akibat dari keadaan hiperglikemia yang
berkepanjangan. Retinopati diabetik diklasifikasikan menjadi retinopati diabetik non-
proliferatif dan retinopati diabetik proliferatif. Progresifitas dari bentuk yang ringan
ditandai dengan peningkatan permeabilitas vaskular, hingga menjadi bentuk retinopati
diabetik non-proliferatif yang berat ditandai dengan terjadinya penutupan pada
pembuluh darah, dan meningkatkan risiko untuk berkembang menjadi retinopati
diabetik proliferatif yang dibedakan oleh adanya pembentukkan pembuluh darah baru
pada retina dan bagian belakang vitreous. Gangguan penglihatan mulai muncul ketika
adanya makula edema diabetik dan retinopati dibetik proliferatif. Hipertensi dan
inflamasi ringan merupakan faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kebutaan.
Komplikasi mikrovaskular lainnya adalah adalah neuropati diabetik. Menurut
ADA, neuropati diabetik adalah adanya tanda dan gejala kelainan fungsi saraf tepi
pada penderita DM setelah faktor lain dieklusi. Neuropati saraf tepi yang sering terjadi
dapat berupa neuropati sensoris, fokal/multifokal, dan autonomik. 36 Lebih dari 50%
individu yang menderita diabetes pada akhirnya akan berkembang menjadi neuropati
setelah 20 tahun menderita DM sehingga akan berrisiko terjadinya ulkus pada kaki dan
tangan. 80% amputasi terjadi setelah adanya ulserasi atau luka pada kaki atau
tangan.16,36,37
Penyakit-penyakit yang menyebabkan komplikasi makrovaskular masih menjadi
faktor yang mendukung angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada pasien DM.
Kematian yang disebabkan karena penyakit kardiovaskular pada pasien diabetes
sebesar 70%. Secara statistik, pasien DM cenderung untuk mengidap stroke atau
penyakit jantung sebesar 2-4 kali lipat dibandingkan dengan pasien tanpa DM.
Menurut ADA, individu dengan DM tipe 2 tanpa riwayat infrak miokardiak memiliki
risiko yang sama terhadap penyakit jantung koroner bila dibandingkan dengan
individu tanpa penyakit DM dengan riwayat infark miokardiak sebelumnya.
Mekanisme patologis utama pada komplikasi makrovaskular adalah proses
aterosklerosis yang menyebabkan adanya penyempitan pada dinding pembuluh darah.
Hal tersebut didukung oleh adanya hiperinsulinemia, hiperglikemia, dislipidemia dan
proses inflamasi kronik pada pembuluh darah.

2.3 Penyakit Penyerta pada Diabetes Melitus


2.3.1 Dislipidemia pada Diabetes Melitus

Anda mungkin juga menyukai