Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia kronik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. 1 Gangguan metabolisme
glukosa pada penderita DM diawali oleh kelainan dinamika sekresi insulin, yang
kemudian berlanjut pada tahap dekompensasi yang secara klinis dapat terdeteksi
sebagai toleransi glukosa terganggu (TGT). Resistensi insulin mulai terlihat
semenjak perubahan atau konversi fase TGT menjadi DM tipe 2.2
Penyakit DM jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan
terjadinya berbagai penyulit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit
jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, gangguan pada mata, ginjal dan
syaraf. Penyandang DM mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mengalami
penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak, 5 kali lebih mudah
menderita ulkus/gangren, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan
25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina daripada pasien
non diabetes. Usaha untuk menyembuhkan kembali menjadi normal sangat sulit
jika sudah terjadi penyulit, karena kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap.
Usaha pencegahan diperlukan lebih dini untuk mengatasi penyulit tersebut dan
diharapkan akan sangat bermanfaat untuk menghindari terjadinya berbagai hal
yang tidak menguntungkan.3,4
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 melakukan wawancara dan
didapatkan bahwa proporsi DM pada tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat
dibandingkan tahun 2007. Proporsi DM di Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun
2013 sebesar 6,9% sedangkan proporsi toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar
29,9% dan glukosa darah puasa (GDP) terganggu sebesar 36,6%. Proporsi
penduduk di pedesaan yang menderita diabetes melitus hampir sama dengan
penduduk di perkotaan. Prevalensi diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen pada
tahun 2007 menjadi 2,1 persen pada tahun 2013.3
Berdasarkan prediksi WHO akan ada peningkatan jumlah penyandang DM yang
menjadi salah satu ancaman kesehatan global. WHO memprediksikan kenaikan
jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah
penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan International
Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM
di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.3
Diabetes melitus dibedakan dalam beberapa tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2
dan diabetes gestasional. DM tipe 1 biasanya disebut diabetes onset remaja, hal
tersebut dikarenakan suatu reaksi auto-imun terhadap sel bete pancreas, sehingga
penderita DM tipe 1 akan ditemukan kadar insulin yang sangat sedikit, atau bahkan
tidak sama sekali. Biasanya, DM tipe 1 berkembang pada anak terutama anak yang
obesitas.2 DM tipe 2 merupakan jenis diabetes yang disebabkan karena
ketidakmampuan tubuh menggunakan fungsi insulin dengan baik dan juga ketidak-
adekuatan sel beta pancreas untuk menyekresikan insulin. Resistensi insulin saja
tidak akan menyebabkan seseorang mengidap DM, tetapi perlu kombinasi antara
kerja insulin yang terganggu dan kegagalan sekresi insulin.2,5 Sedangkan diabetes
gestasional adalah suatu keadaan hiperglikemia yang ditemukan saat kehamilan.
Berdasarkan IDF pada tahun 2015 16,2% dari wanita yang lahir hidup mengidap
hiperglikemia, 85,1% adalah suatu diabetes gestasional.6
Pengukuran status gizi pada usia dewasa (>18 tahun) di Indonesia berdasarkan
riskesdas dibagi menurut IMT dan Lingkar Perut (LP). Prevalensi status gizi
berdasarkan IMT penduduk obesitas di Indonesia yaitu sebesar 15,4%, dimana
provinsi Jawa Barat masih memiliki jumlah penduduk obesitas yang berada diatas
jumlah prevalensi nasional.3 Obesitas terjadi akibat adanya akumulasi jaringan
lemak yang berlebihan pada tubuh. Bila seseorang bertambah berat badannya,
jumlah dan ukuran dari sel lemak pun akan ikut bertambah. Selain itu adanya suatu
ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan aktifitas fisik juga faktor
genetik memiliki pengaruh dalam berkembangnya keadaan obesitas pada tubuh
seseorang.8
Obesitas kini sering dikaitkan dengan keadaan resistensi insulin dan sindrom
metabolik terutama obesitas sentral yang dapat diukur berdasarkan LP. Pengukuran
LP ini untuk menentukan ada tidaknya penumpukkan lemak yang terpusat pada
perut pasien. WHO menyatakan bahwa obesitas sentral yang digambarkan oleh
lingkar perut lebih sensitif dalam memprediksi risiko gangguan metabolik dan
risiko penyakit kardiovaskular dibandingkan obesitas berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT).9
Sebuah studi membuktikan bahwa terdapat hubungan antara dislipidemia
dengan diabetes terutama DM tipe 2. Dislipidemia merupakan keadaan dimana
terganggunya metabolisme lipoprotein, baik itu produksi lipoprotein yang
berlebihan atau terjadi suatu defisiensi. Manifestasi klinis dari dislipidemia dapat
berupa peningkatan kadar total kolesterol, trigliserida, dan kadar low-density
lipoprotein cholesterol (LDL-C), serta penurunan kadar high-density lipoprotein
(HDL-C) dalam darah. Hubungan antara DM tipe 2 dengan dislipidemia
dinyatakan sebagai faktor komorbiditas untuk penyakit kardiovaskular.10
Karakteristik lipid abnormal yang paling menonjol pada diabetes adalah
hipertrigliserida dengan atau tanpa peningkatan kadar kolesterol dalam darah. 11
Penelitian yang dilakukan oleh Nieves d kk. menemukan bahwa grup subjek
dengan kadar lemak abdomen lebih tinggi memiliki kadar kolesterol total, LDL-C,
dan kadar trigliserida lebih tinggi dan rendah HDL-C dibandingkan dengan grup
subjek yang memiliki kadar lemak abdomen lebih rendah.12
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
“Perbandingan Profil Lipid pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Obesitas
Sentral dan Tanpa Obesitas Sentral Di Rumah Sakit Dustira Cimahi
Tahun 2014-2017”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan rata-rata trigliserida pasien DM tipe 2 dengan
obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral?
2. Bagaimana perbandingan rata-rata kolesterol total pasien DM tipe 2 dengan
obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral?
3. Bagaimana perbandingan rata-rata kolesterol HDL pasien DM tipe 2 dengan
obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral?
4. Bagaimana perbandingan rata-rata kolesterol LDL pasien DM tipe 2 dengan
obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan umum: Untuk mengetahui perbandingan rata-rata profil lipid pada
pasien DM tipe 2 dengan obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral.
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui perbandingan rata-rata trigliserida pasien DM tipe 2 dengan
obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral.
2. Untuk mengetahui perbandingan rata-rata kolesterol total pasien DM tipe 2
dengan obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral.
3. Untuk mengetahui perbandingan rata-rata kolesterol HDL pasien DM tipe 2
dengan obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral.
4. Untuk mengetahui perbandingan rata-rata kolesterol LDL pasien DM tipe 2
dengan obesitas sentral dan tanpa obesitas sentral.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
kepustakaan mengenai profil lipid pada pasien DM tipe 2 dengan obesitas sentral
dan tanpa obesitas sentral. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan untuk
penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

1.4.2 Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengetahui profil lipid
pada penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Dustira Cimahi serta mengetahui
perbandingan profil lipid pada pasien DM tipe 2 dengan obesitas sentral dan tanpa
obesitas sentral. Penelitian ini juga dapat membantu mengetahui mekanisme
terjadinya dislipidemia yang terjadi pada pasien DM tipe2. Selain itu diharapkan
dapat menyediakan informasi bagi institusi untuk pemberian terapi dislipidemia
pada pasien DM tipe 2 secara tepat. Manfaat praktis penelitian untuk masyarakat
berupa sarana informasi dan pencerdasan bahayanya penyakit DM tipe 2 dengan
atau tanpa obesitas sentral agar dapat memperbaiki pola hidup ke arah yang lebih
sehat.

Anda mungkin juga menyukai