Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

GEOLOGI REGIONAL

Ditujukan untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Geologi Regional

Rinaldi Ikhram

270120170008

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017

Kriteria Populasi Page 1


I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Daerah ekskursi Yogyakarta merupakan daerah yang sangat menarik,

termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan yang dicerminkan oleh kondisi

morfologinya merupakan jalur-jalur pegunungan, juga pada tempat ini terdapat

Gunung Merapi dimana merupakan hasil dari aktifitas vulkanisme, juga kompleks

batuan metamorf di Bayat yang merupakan komplek batuan metamorfisme

regional yang dulunya berada pada Zona subduksi Karangsambung - Merauts

berumur Kapur Akhir dan bendungan bawah tanah Bribin yang meliputi

pengtahuan sistem pengairan air goa bawah tanah di Gunung Kidul. Litologi

Penyusun utama daerah ini adalah batuan vulkanik seperti tuff, lempung dan

terdapat formasi batu gamping dan sedikit didominasi batupasir

I.2. Maksud dan Tujuan Kuliah Lapangan

Ekskursi di Yogyakarta ini dimaksudkan untuk memperkenalkan dan

memberikan gambaran secara langsung kepada mahasiswa tentang berbagai

macam fenomena geologi yang meliputi pengetahuan, vulkanisme, metamorfisme,

hirdrogeologi pada batuan, sehingga diharapkan akan mempunyai pengetahuan

yang lebih comprehensive mulai pengambilan data, melakukan analisa sampai ke

pengambilan keputusan ahir misalnya saat pembuatan kesimpulan dari suatu hasil

analisa pembahasan penelitian atas studi yang dilakukan.

Pendahuluan Page 2
Kegiatan ini juga memberikan gambaran secara langsung kepada mahasiswa

fenomena geologi yang terbentuk di lapangan, sehingga dapat menumbuhkan

obsesi pada diri mereka dan dapat menentukan sikap dalam menekuni pedidikan

di bidang Teknik Geologi. Dengan adanya ekskursi, diharapkan mahasiswa dapat

menerapkan teori-teori yang diperoleh diperkuliahan dengan keadaan sebenarnya

di lapangan, juga melatih dan sense geologi mahasiswa dalam menghadapi

persoalan di lapangan.

I.3. Waktu Kuliah Lapangan

Waktu dan tempat atas rencana kegiatan kuliah lapangan adalah :

Hari : Kamis - Minggu

Tanggal : 26 - 29 April 2018

Tempat : Bayat dan Jogjakarta

Gambar 1. Cakupan Lokasi Kuliah Lapangan

Kriteria Populasi Page 3


II. KONDISI GEOLOGI UMUM

2.1 Fisiografi

Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah menjadi beberapa zona

fisiografi (Gambar 2.1), yaitu:

1. Dataran Aluvial Jawa bagian Utara.

2. Antiklinorium Rembang.

3. Antiklinorium Serayu Utara-Kendeng

4. Pematang dan Kubah Zona Depresi Tengah

5. Zona Depresi Tengah dan Zona Randublatung

6. Gunungapi Kuarter

7. Pegunungan Selatan

Gambar 2.1 Peta fisiografi P. Jawa bagian tengah (van Bemmelen, 1949)
Secara fisiografi, daerah penelitan termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan

(van Bemmelen, 1949). Pegunungan Selatan merupakan perbukitan yang

terangkat dan miring ke arah selatan. Daerah ini merupakan perbukitan berelief

Pendahuluan Page 4
sedang-terjal yang dibentuk batuan beku dan vulkanik di bagian utara, dataran

tinggi karst di bagian tengah (Dataran Tinggi Wonosari), dan perbukitan kerucut

karst di bagian selatan (Gunung Sewu).

2.2 Struktur Geologi Regional

Pulonggono dan Martodjojo (1994) membagi pola struktur di P. Jawa

menjadi tiga pola kelurusan dominan yaitu Pola Meratus (timurlaut- baratdaya),

Pola Sunda (utara–selatan) dan Pola Jawa (barat–timur). Struktur regional daerah

penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.2, peta tersebut merupakan peta kelurusan

struktur geologi regional berdasarkan anomali gaya berat sisa, dengan kendali data

geologi permukaan. Penggabungan tersebut menghasilkan kelurusan struktur

geologi yang relatif lebih rinci.

Gambar 2.2 Pola struktur Pulau Jawa (Sribudiyani et al., 2003)

Kriteria Populasi Page 5


Pada daerah penelitian terlihat bahwa daerah tersebut setidaknya dikontrol oleh

kelurusan NE-SW, yang searah dengan pola Meratus dan juga kelurusan NW-SE.

2.3 Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional di daerah penelitian dibentuk oleh batuan hasil

endapan gravitasi sejak Oligosen Akhir-Miosen Akhir. Menurut Toha, et al.

(2000) ketebalannya mencapai 4000 m dengan kemiringan ke arah selatan. Batuan

yang menjadi dasar di daerah Pegunungan Selatan adalah batuan metamorf yang

berumur Kapur-Paleosen Awal. Batuan ini tersingkap di Perbukitan Jiwo, Bayat,

secara tidak selaras di atasnya diendapkan Formasi Wungkal-Gamping yang

berumur Eosen Tengah-Eosen Akhir. Batuan yang tersingkap dari tua ke muda,

yaitu Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran berumur

Oligosen Akhir-Miosen.

Selanjutnya, diendapkan turbidit gampingan Formasi Sambipitu dan

Formasi Oyo yang berumur Miosen Awal-Miosen Tengah yang seumur dengan

Formasi Jaten, Formasi Wuni, dan Formasi Nampol hasil pengendapan fluviatil

dan transisi. Bagian atas endapan ini secara menjemari berhubungan dengan

Formasi Wonosari di barat dan Formasi Punung di timur. Pada Miosen Akhir di

bagian barat Formasi Wonosari berkembang menjadi Formasi Kepek, sedangkan

di bagian timur masih diendapakan Formasi Punung.

Menurut Sartono (1964 op. cit. Suyoto 1992) untuk Formasi Nglanggran

(agglomerat dan breksi volkanik), Formasi Semilir (tuf, pumis, agglomerat,

serpih), dan Formasi Kebo-Butak (batupasir, aglomerat, tuf, serpih)

Pendahuluan Page 6
dikelompokkan menjadi kelompok Besole. Hal tersebut dikarenakan penyebaran

formasi tersebut tidak merata, bahkan semakin ke timur akan sulit di ikuti

penyebarannya, berselang-seling dan sulit dipisahkan. Untuk selanjutnya

kelompok Besole ini menjadi batuan dasar untuk satuan yang di endapkan pada

cekungan Wonosari.

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Kuliah Lapangan

Kriteria Populasi Page 7


Pada cekungan Wonosari diendapkan Formasi Kepek, Formasi Wonosari,

Formasi Oyo, dan Formasi Sambipitu. Selanjutnya disebut dengan kelompok

Gunung Sewu.

III. HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

III.1 Hari Pertama

Area pengamatan berada di Kec. Bayat, Kab. Klaten, berdekatan dengan

lokasi lapangan UGM. Ditemani oleh dosen tamu sekaligus pembimbing

dilapangan untuk menerangkan informasi yang sudah mereka amati didaerah

tersebut. Pemberian materi dilakukan oleh dosen tamu yaitu Nugroho I. Setiawan

ST. PhD, Dr. Hiltrudis G. Hartono ST. MT, dan Bernadeta S. Astuti ST. MT.

3.1.1 Singkapan Filit Klorit

Lokasi Pengamatan 1. Lokasi pertama merupakan lokasi tantangan, bukan

secara fisik akan tetapi kehadiran batuan yang jarang sekali ditemukan dan

dipahami oleh semua peserta. Lokasi pertama ini merupakan batuan malihan

(KTm), dengan singkapan baik dan baru ditemukan pada 2017 oleh peneliti

UGM, Nugroho I. Setiawan. ST. PhD.

Batuan malihan (KTm), memiliki dimensi tinggi 4 m, panjang 10 m.

warna hijau-kebiruan, berlembar, sebagian kompak dan terlipat dinamis (patahan

mikro), teramati mika-sekis, sebagian hadir epidot, dan terpotong oleh urat

karbonat. Indikator ini diduga merupakan derajat rendah metamorf. N. I. Setiawan

(2013) menyimpulkan perbukitan Jiwo sebagai derajat sangat rendah metamorfik.

Pendahuluan Page 8
Berdasarkan perekaman data lapangan, tercatat strike dominan lapisan filit

N200E/60 dibagian baratlaut dan N5E/40 dibagian tenggara. Hal ini

mencerminkan lipatan asimetris dengan indikator sesar naik timurlaut – baratdaya

dengan bidang naik adalah tenggara (Gambar 4)(Foto 2).

Foto 2. Singkapan Batuan Malihan (KTm)

Kriteria Populasi Page 9


Gam

bar 4. Penampang Pada Pengamatan Lapangan Hari Ke-1

3.1.2. Singkapan Metacalc-silikat

Lokasi Pengamatan 2. Daerah wisata ini disebut sebagai bukit cinta.

Pengamatan yang dilakukan untuk melihat keberadaan batugamping numulites

pada Formasi Wungkal (Tew), kontak tidak selaras dengan Batuan Malihan

(KTm)

Batuan malihan (KTm), memiliki ciri yang relatif sama, akan tetapi posisi

dalam stratanya berada dibagian atas dari formasi. Hal ini dicirikan dengan kontak

dari bagian bawah Formasi Wungkal, strike/dip yang terukur adalah N40E/30

mungkin juga indikator struktur purba yang terekam pada area tersebut?.

Pendahuluan Page 10
Foto 3. Singkapan Batuan metacalc-silikat (KTm)

3.1.3. Singkapan Batugamping Numullites Formasi Kebo Butak

Formasi Wungkal (Tew), memiliki ciri-ciri litologi yaitu warna gelap,

kompak, kesejajaran fosil numulites dengan arah relatif N310E/10. Dinamika

arah ini, menjelaskan bahwa progresi terjadi kearah utara (Gambar 2)(Foto 3).

Foto 3. Pengamatan Singkapan Formasi Wungkal (Tew), Batugamping


Numulites.

Kriteria Populasi Page 11


Foto 3b. Foto Dekat Batugamping Numulittes
3.1.4. Singkapan Filit Kaya Karbon – Breksi Alas

Lokasi Pengamatan 3. Lokasi pengamatan selanjutnya di hari pertama

adalah area wisata baru. Daerah ini baru saja dibuka dan diratakan untuk dibuat

kolam renang , serta hamper saja singkapan batuan dilokasi ini menghilang.

Lokasi pengamatan 3 merupakan lokasi dengan singkapan paling lengkap, yaitu

kehadiran metamorf, kontak secara tidakselaras dengan lempung dilapis atas

dengan konglomerat, dan diterobos oleh mikrodiorit.

Batuan malihan (KTm), dilokasi merupakan filit-sekis mika dengan

kehadiran mineral derajat rendah yaitu grafit. Arah strike/dip-nya adalah N30E/50

masih searah dengan lokasi pengamatan 1. Kemudian muncul dibagian utaranya

batulempung, Formasi Wonosari-Punung (Tmwl)? Dengan kehadiran napal, dan

Pendahuluan Page 12
konglomerat diatasnya. Di dinding timur ditemukan batupasir, pasit tufaan

diterobos oleh mikrodiorit (Tpdi)(Gambar 2)(Foto 4).

Foto 4 (a,b,c) Kondisi Singkapan filit metagrafit, dengan kuarsit

3.1.5. Singkapan Batupasir Kalkarenit Formasi Oyo

Kriteria Populasi Page 13


Lokasi Pengamatan 4. Lokasi pengamatan terakhir di hari pertama adalah

area penambangan batugamping. Daerah ini sudah lama dilakukan penambangan,

terhadap dua formasi.

Formasi Oyo (Tmo), merupakan lapisan bawah dengan penciri lava gabro-

dasit? kontak diatasnya batugamping berlapis arah relatif N180E/10, sayangnya

kontak yang sudah terukur tidak tercatat dengan baik. Lintasan struktur terlihat

jelas dengan adanya perubahan setempat pada lapisan batugamping dan rekahan

besar terisi oleh oksida besi dengan arah N310E/80 (Foto 5).

Foto. 5 Pengamatan Singkapan Batugamping Klastik, Formasi Oyo (Tmo)

Pendahuluan Page 14
Foto 6 Off set pada Formasi Oyo yang membuktikan adanya stuktur geologi

III.2 Hari Kedua

Area pengamatan berada di Kec. Semanu, Kab. Gunungkidul, Daerah

yang terkenal akan sulitnya air yang bisa dimanfaatkan warga setempat.

Kunjungan hari kedua bertujuan untuk melihat pemanfaatan sungai bawah tanah

pada sistem karst sebagai sumber air irigasi dan air minum sementara dengan

menggunakan teknologi bendung yang bekerjasama dengan ahli dari Perancis.

Kegiatan ini dibimbing langsung oleh Pulung A. Prayatna ST.

Kriteria Populasi Page 15


Gambar 5. Pengamatan Lapangan Hari Ke-2, Kec. Semanu, dan Girisubo, Kab,

Gunungkidul, Jawa Tengah

3.2.1. Gua Seropan dan Bendung

Lokasi Pengamatan 5. Lokasi ini merupakan pengamatan geologi pada karst dan

aplikasi hidrogeologi. Lokasi ini berkaitan sehingga dijadikan satu pengamatan.

Pengamatannya terdiri atas geologi pada batuan karst di Goa Seropan, dan

hidrogeologi bawah permukaan. Kemudian pengamatan di Goa Bribin untuk

melihat bagaimana aplikasi teknologi atas air bawah permukaan kemudian dapat

digunakan untuk masyarakat.

Pendahuluan Page 16
Pada lokasi Goa Seropan, layak untuk dimasuki sekitar 30an orang. Beberapa

pantangan yang sudah menjadi kulturan seperti tidak bagi wanita yang sedang

berhalangan, secara teknis bagi fobia tidak disarankan untuk memasuki area ini .

Didalamnya ditemukan struktur geologi yang sangat besar berarah relatif

baratlaut– tenggara. Karst ini sudah di development untuk akses masuk goa

hingga ke air terjun pertama atau bendungan pertama. Disini sudah terukur debit

airnya mencapai 600 liter/detik, dimana pemanfaatan air 1 liter/detik bisa

digunakan untuk 1.000 orang (GAmbar 5)(Foto 7).

Foto 7. Pengamatan Dan Perekaman Data Sungai Bawah Permukaan, Goa


Seropan

3.2.2. Kantor PDAM Bribin

Kriteria Populasi Page 17


Disebabkan belum ada persiapan perlengkapan dari awal, disertai belum adanya

kesiapan dari penanggung jawab PDAM Goa Seropan, maka peserta tidak bisa

menulusuri mengikuti aliran ke bendungan ke dua. Maka selanjutnya agenda

menuju daerah pengaturan PDAM Tirta Handayani (Foto 8).

Foto 8. Akses Menuju Ruang Turbin PDAM Tirta Handayani

Pada area PDAM Bribin, diagendakan untuk bisa melihat teknologi yang

bekerja di dalam goa. Akan tetapi pengelolaan dilokasi sedang mengalami kendala

yaitu adanya kebocoran sehingga terjadi banjir dan menutupi akses kebawah.

Sehingga diskusi dilakukan dipermukaan dan membahas bagaimana teknologi

dikembangkan untuk pengolahan air sungai bawah permukaan yaitu di Goa

Bribin.

Pendahuluan Page 18
Dengan teknologi yang sudah ada, PDAM sudah dapat melayani 6.000 kepala

keluarga yang meliputi kecamatan Rongkop, Girisubo, Semanu, dan Tepus.

Teknologi berperan sangat penting disini, karena menggunakan energi hidrostatis,

yang mampu mengalirkan system pump up turbin dan mampu mengangkat air

dengan beda tinggi hingga 200 m.

3.2.3. Pantai Wedi Ombo

Pantai Wediombo merupakan bagian dari administrasi daerah Kec.

Girisubo, Kab. Gunungkidul. Pantai yang membentang lingkarannya sekitar 3 km,

dengan beda tingginya mencapai 300 m dari permukaan laut. Pantai ini

merupakan cerminan bentuk kaldera gunungapi dengan susunan batuan beku,

aliran lava, dan breksi gunungapi dimana beberapa penelitian menyebutkan bahwa

factor utama dari pembentukan bentang ala mini adalah produk gunungapi Batur

yang tidak terbentuk dilokasi ini. Dibagian atas, ditutupi oleh batugamping

Formasi Wonosari – Punung (Tmwl)(Gambar 5)(Foto 9).

Foto 9. Pengamatan Lapangan Singkapan Produk Gunungapi Batur


3.4. Analisa Geologi

Kriteria Populasi Page 19


Daerah Bayat hingga Gunung Kidul dapat menceritakan suatau runtutan

sejarah geologi yang lengkap dan kompleks. Jalur kuliah lapangan ini dpat

menjelaskan periode-periode geologi yang berbeda dan berurut satu sama lain.

Dimulai dari Satuan Batuan Malihan berumur Kapur kemudian terangkat

dan membentuk sedimen dalam bentuk breksi alas. Kemudian terjadi

pengangkatan regional menjadi laut dangkal yang ditandai dengan adanya

Formasi Wungkal-Kebobutak berumur Eosen. Lalu pada umur Oligosen-Miosen

terbentuk gunungapi purba yang membentuk Formasi Nglanggeran. Kemudian

terjadi pengangkatan kembali yang diikuti oleh pembentukan satuan batugamping

Formasi Wonosari.

Penyingkapan batuan pada daerah kuliah lapangan ini, memiliki

setidaknya 2 kejadian deformasi yang mempengaruhi pembentukan batuan.

Dinamikanya yaitu pada Miosen Tengah yang mengangkat bagian selatan atau

sekitar Gunungkidul sehingga terjadinya regresi dan pembatuan sedimen karbonat

Formasi Wonosari – Punung yang membentang ratusan kilometer.

Selanjutnya deformasi yang lebih dinamis dengan disertainya sesar naik

dan mendatar di area Bayah, ditandai kehadiran batuan berumur Kapur yaitu

Batuan Malihan (KTm)(Gambar 6).

Pendahuluan Page 20
Gambar 6. Tatanan Tektonik Klaten – Gunungkidul (Modifikasi Rully, Tanpa

Skala)

3. 5. NILAI EKONOMIS DAN WISATA GEOLOGI

Pada area kunjungan pada hari pertama tidak ditemukannya pengayaan

sumberdaya alam khususnya dilokasi tinjauan. Dinamika pengayaan sumberdaya

alam ini,tentu harus didukung oleh faktor genesa batuannya dan tidak adanya

pendukung strategis maka kemungkinannya sangat kecil. Namun, beberapa

referensi menyebutkan adanya mineralisasi jenis skarn di Bayat, namun kurang

ekonomis. Namun demikian, daerah ini memiliki kelimpahan garnet yang dapat

dijadikan batu akik.

Pada hari kedua, ada dua faktor nilai ekonomis yang mungkin bisa

dikelola lebih jauh. Pemanfaatan hidrogeologi untuk air minum yang pengolahan

lebih baik, memungkinkan untuk dikonsumsi secara luas. Juga memungkinkan

pemanfaatan minihidro yang bisa saja pemanfaatan hidrostatis digunakan untuk

Kriteria Populasi Page 21


menerangi daerah pada cakupan setidaknya 3 kecamatan di kabupaten

Gunungkidul.

Selain itu juga dugaan potensi sumberdaya mineral pada pantai

Wediombo. H. G. Hartono (2007) menemukan pada batuan samping pada

terobosan magma teolit adanya retas yang terubah dan pengayaan mineralisasi.

Wisata Geologi bisa saja berkembang dengan baik diwilayah potensi

wisata yang sudah dibuka seperti Bukit Cinta dan Pantai Wediombo. Pengelolaan

kekayaan alamnya berupa informasi geologi, dan bentang alam yang memukau

cukup dimudahkan dengan akses perjalanan yang bagus. Tipikal jalan di

Indonesia dengan jalur berliku dan sebagian sudah dimanfaatkan bercocok tanam

sehingga ciri khas hijau sawah dan perkebunan menghidupkan dinamika

perjalanan. Diantara kedua lokasi ini, juga didukung dengan adanya lokasi

cinderamata yang sangat terkenal yaitu lokasi pengerajin tembikar, batik, dan

yang lebih menarik lagi mistis!.

KESIMPULAN

Kegiatan kuliah lapangan geologi regional yang dilakukan oleh

pascasarjana magister tahun ajaran 2017 semester 2 ini, dirasakan sangat

informatif. Kelengkapan informasi ilmu geologi dan fenomenanya, serta aplikasi

didalamnya sangat menarik. Ditambah dengan adanya wisata geologi dan

informasi khas pengembangan budaya dan kreasi masyarakat setempat.

Selain itu, dinamika komunikasi dan jejaring sosial dilapangan sangat

terbuka. Menambah wawasan dan peluang kedepan atas kelebihan dari pemateri
Pendahuluan Page 22
yang mungkin bisa berlanjut dengan kerjasama baik secara akademis maupun

bisnis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tentunya ucapan syukur kepada Allah SWT, atas nikmat akal-fikiran dan

tubuh yang sehat sehingga bisa mengikuti dan menyelesaikan kegiatan dari awal

hingga akhir. Terima kasih kepada dosen pembimbing yang memberikan

informasi kemudahan kegiatan serta memberikan informasi dalam kegiatan

lapangan juga terima kasih kepada pemateri yang sudah meluangkan waktunya,

asisten dosen yang ikut memberikan waktu bersama-sama.

Terutama kepada panita penyelenggara yang sudah meluangkan waktu dan

memberikan potensi terbaiknya dalam kegiatan dari awal hingga akhir. Terima

kasih atas rekan-rekan yang terlibat dalam dinamika kegiatan yang sudah

dilaksanakan, terutama kepada rekan pascasarjana calon doctoral yang rela

meluangkan energinya mengikuti rangkaian kegiatan ini.

DAFTAR PUSATAKA

Kriteria Populasi Page 23


Bronto, S. 2010., Indentifikasi Gunungapi Purba Pendul Di Perbukitan

Jiwo, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jurnal Geologi dan

Sumberdaya Mineral, Bandung.

Hartono, H, G, 2007., Asal-Usul Pembentukan Gunung Batur Di Daerah

Wediombo, Gunungkidul, Yogyakarta, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2, No. 3,

September, Bandung.

Setiawan, N, I, 2013., A Preliminary View And Importance Of

Metamorphic Geology From Jiwo Hills In Central Java, Prosiding Seminar

Nasional Kebumian Ke-6, Teknik Geologi, Universitas Gajahmada, 11-12

September, Yogyakarta

Pendahuluan Page 24
Kriteria Populasi Page 25

Anda mungkin juga menyukai