Anda di halaman 1dari 8

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Disusun oleh:
1. Malidio saputra (193800025)
2. Zahwa aisya nur baiti (193800032)
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan adalah sistem nilai acuan, kerangka-acuan
berpikir, pola-acuan berpikir atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan sebagai kerangka
landasan, kerangka cara, dan sekaligus sebagai kerangka dalam menentukan arah/tujan bagi yang
menyandangnya. Istilah Paradigma awalnya dipakai dalam filsafat Ilmu Pengetahuan. Menurut
Thomas Kuhn, sebagai orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut yang
menyatakan bahwa ilmu di waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan atas pokok persoalan suatu cabang
ilmu pengetahuan. Tidak hanya dalam bidang ilmu pengetahuan, Paradigma berkembang dan
sering digunakan dalam bidang politik, hukum, sosial, dan ekonomi. Lalu paradigma
berkembang dengan pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi,
sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Hal dijadikan paradigma berarti sesuatu itu
dijadikan sebagai kerangka acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dapat dikatakan bahwa paradigma berada pada posisi tinggi dan melaksanakan segala hal dalam
kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur sebagai segenap aspek pembangunan
nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini merupakan konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal
tersebut sesuai dengan kenyataan objektif mengenai Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia, Sementara negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia, dengan
demikian pancasila sebagai landasan dan tolak ukur dari penyelenggaraan bernegara termasuk
dalam melaksanakan pembangunan.

1.2 Rumusan masalah


1. Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik
2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan hokum
3. Pancasila sebagai paradigma pembangunan agama dan budaya
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

Nilai-nilai dasar Pancasila dikembangkan dari hakikat manusia yang menurut Pancasila adalah
makhluk monopluralis. Ciri-ciri kodrat manusia sebagai makhluk monopluralis adalah sebagai
berikut.
a. Susunan kodrat manusia terdiri dari jiwa dan raga
b. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan
Jadi, pembangunan nasional merupakan upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia
terdiri dari aspek jiaw, raga, pribadi, sosial dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan
nasional merupakan upaya dalam peningkatan manusia secara totalitas.Pembangunan sosial
wajib mengembangkan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan. Sehingga pembangunan
dilaksanakan dari berbagai bidang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yaitu sebagai
berikut…

 Bidang Politik
 Bidang Ekonomi
 Bidang Sosial Budaya
 Bidang Pertahanan Keamanan
Dari berbagai bidang/aspek diatas merupakan kajian dalam Pancasila menjadi paradigma dalam
pembangunan.

1.4 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


POLITIK 

Warga Indonesia ditempatkan sebagai pelaku atau subjek politik bukan objek politik. Pancasila
dalam pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia dengan
menempatkan kekuasaan tertinggi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dimana
sistem politik indonesia yang sesuai dengan pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik
demokrasi.

Sehingga, perlu dikembangkan berdasarkan asar kerakyatan dalam sila IV Pancasila, kemudian
pada asas-asas moral dari pada sila-sila Pancasila. Maka, secara berturut-turut, sistem politik
Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Moral tersebut menjadi landasan warga dan penyelenggara negara guna perilaku politik
santun dan bermoral.

Sedangkan Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial diartikan bahwa pancasila bersifat


sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-
nilai dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dilihat secara berurutan terbalik:
 Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama,
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
 Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) dalam pengambilan keputusan.
 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan persatuan.
 Dalam pencapaiannya tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil
dan beradab.
 Nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan
keberadaban) tersebut bersumber pada nilai ketuhanan Yang Maha Esa (YME).
Di era globalisasi informasi dari implementasi perlu direkonstruksi kedalam perwujudan
masyarakat warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik,
agama dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial. Sehingga nilai-
nilai sosial politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah sebagai berikut…

 Nilai toleransi
 Nilai transparansi hukum dan kelembagaan
 Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)
 Bermoral berdasarkan konsensus (fukuyama dalam Astrid: 2003:3)

1.5 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


EKONOMI 

Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi pada nilai moral
daripada Pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus didasrkan pada dasar moralitas
ketuhanan pada Sila I Pancasila dan kemanusiaan pada Sila II Pancasila yang menghasilkan
sistem ekonom berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik
dari segi selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.

Sistem ekonomi berdasar Pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya
menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi ini
berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan
individu.

Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Maka dari itu,
sistem ekonomi harus dengan sistem dan pembangunan ekonomi dengan tujuan pada
kesejahteraan rakyat secara keseluruhan berasaskan kekeluargaan dengan nilai-nilai
kemanusiaan.

Pembangunan ekonomi harus menghindarkan diri dari bentuk persaingan bebas, monopoli yang
akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi mengacu Sila IV Pancasila, sedangkan


pengembangan ekonomi pada sistem ekonomi Indonesia yaitu Pembangunan Ekonomi
Kerakyatan atau Pembangunan Demokrasi Ekonomi atau Sistem Ekonomi Pancasila yang mana
ekonomi untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat yang berkeadilan bagi warga Indonesia dimana
politik ekonomi kerakyatan memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi
rakyat mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan
ekonomi nasional.

Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan yang
mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah
yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan
daerah.

Dengan demikian, Ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam


berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transaran, dan partisipatif. Dalam ekonomi
kerakyatan, Negara berperan melindungi warga negara dengan mengingkatkan kepastian hukum.

1.6 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL


BUDAYA

Pancasila bersifat humanistik karena memang Pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan
kodrat manusia sendiri. Hal tersebut tertuang dalam sila Kemanusiaan Manusia harus dapat
mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia,
pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan
budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa
persatuan sebagai bangsa.

Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok
bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga negara. Dengan
demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam pembangunan nasional berupa
paradigma pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu
diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti terlibat di samping hak
negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu pembangunan berkelanjutan,
yang dalam perencaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak
budaya komuniti-komuniti yang terlibat, disamping hak negara untuk mengatur kehidupan
berbangsa dan hak asasi individu secara berimbang (sila kedua).

Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak
asasi individu. Paradigma tersebut dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik dan
yang mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia.
Dengan demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi
justru akan memadukan pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan regional dan
pembangunan nasional (Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan
kemerataan (Sila Kelima) dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan
sanggup menegakan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).

Sebenarnya nila-nilai Pancasila memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai


kerangka acuan-acuan bersama, bagi kebudayan-kebudayaan di daerah:
1.7 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN HUKUM  

Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Hal tersebut bermakna bahwa negara bertugas dan bertanggung jawab
atas seluruh rakyat Indonesia sehingga perlu memperkuat pertahanan dan keamanan dengan
membangun pertahanan dan keamanan Indonesia yang kini dikenal dengan sishankamrata
(sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta).

Sistem pertahanan yang sifatnya semesta dengan melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan
sumber daya nasional lainnya serta dengan mempersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.
Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban
warga negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

Sistem tersebut pada dasarnya sesuai dengan nilai-nila Pancasila dimana rakyat memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan pertahanan keamanan tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan negara.

Setelah ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi yang dalamnya
terdapat pengaturan tiga kelompok materi muatan konstitusi yaitu sebagai berikut…
1. Adanya perlindungan terhadap HAM
2. Adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar,
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang mendasar.

Sesuai dengan UUD 1945, yang terdapat rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 sebagai
bagian dari UUD 1945 atau bagian dari hukum positif yang mana kedudukan Pancasila
mengandung segi positif dan negatif. Segi positif kedudukan Pancasila adalah dapat dipaksakan
berlakunya oleh negara, sedangkan dalam segi negatif adalah pembukaan dapat diubah oleh
MPR sesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945.

Hukum tertulis, contohnya UUD termasuk pada perubahannya, UU dan peraturan perundang-
undangan mengacu pada dasar negara (sila-sila Pancasila dasar negara).

Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum baik hukum
tertulis maupun hukum tidak tertulis tidak boleh bertentangan dengan sila-sila pada Pancasila
yaitu
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dengan demikian substansi hukum yang dikembangkan merupakan perwujudan atau penjabaran
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya substansi produk hukum merupakan karakter
produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).

1.8 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN


KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa Indonesia sudah
dikenal dari dulu sebagai bangsa ramah dan santun yang dikenal dimata dunia Internasional.
Indonesia dengan kemajemukan, binneka dan plural. Indonesia juga terdiri dari suku, etnis,
bahasa dan agama namun terjalin kerja sama untuk meraih dan mengisi kemerdekaan Republik
Indonesia kita.

Namun, keramahan Indonesia kini mulai banyak dipertanyakan karena banyak kasus kekerasan
yang bernuansa Agama.  Paradigma toleransi antar umat beragama untuk menciptakan
kerukunan dalam beragama perspektif Piagam Madina yang intinya adalah sebagai berikut.

1. Semua umat Islam, meskipun dari banyak suku merupakan satu komunitas (ummatan
wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan komunitas
lain didasarkan dari prinsip-prinsip yaitu:

 Bertetangga dengan rukun


 Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
 Membela yang teraniaya
 Saling menasehati
 dan menghormati mengenai kebebasan beragama
Berdasarkan lima prinsip yang mengisyaratkan bahwa:
1. Adanya persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa dengan membedakan
atas dasar suku dan agama
2. Adanya semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan masalah
bersama serta saling membantu menghadapi musuh bersama.

Hal yang mendasar dalam memperkokoh kerukunan hidup antara umat beragama adalah dengan
membangun dialog horizontal dan vertikal. Dialo’g horizontal adalah interaksi antara manusia
yang berdasar dialog untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan
pengakuan akan sifat dasar manusia yang indeterminis dan interdependen.
Identitas indeterminis adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa posisi manusia
berada pada kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia bukan sebagai benda mekanik, melainkan
sebagai manusia yang memiliki akal budi kreatif dan berbudaya.

Pancasila dalam paradigma pembangunan sekarang dan dimasa nyang akaan datang, bukanlah
lamunan kosong (utopis), akan tetapi menjadi suatu kebutuhan sebbagai pendorong semangt
(drive) pentingnya paradigma pembangunan yang baik dan benar di segala bidang kehidupan.

BAB III PENUTUP

1.9 kesimpulan

Kepribadian bangsa indonesia yang religious, ramah tamah, kekeluargaan, dan musyawarah serta
solidaritas yang tinggi (kepedulian) , akan mewarnai jiwa pembangunan nasional baik dalam
perencanan, pengorganisasian, pelaksanan, pengawasan maupun dalam evaluasinya. 
Berdasarkan konseptuansi paradigma pembanguan tersebut, unsur manusia dalam pembanguan
sangat penting dan sentral. Karena manusia adalah perilaku dan juga tujuan pembangunan itu
sendiri. Oleh sebab itu, jika pelaksanaan pembanguan ada ditangan orang yang sarat (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme) dan tidak bertanggung jawab, segala modal, pikiran, ilmu pengetahuan,
dan teknologi yang diterapkan dapat membahayakan sekaligus merugikan manusia, masyarkat,
bangsa, dan Negara.

Anda mungkin juga menyukai