Anda di halaman 1dari 4

Nama: Muh.

Khomaidi Zulfi Hamsah

Nim : 1810411263

Kelas: Manajemen D

Soal:

1. Jelaskan perbedaan mendasar antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syaaria’ah?


2. Jelaskan dalil dalil akuntansi dalam islam?

Jawaban

1.

Akuntansi syari’ah dan akuntansi konvensional merupakan sifat akuntansi yang diakui
oleh  masyarakat ekonomi secara umum. Keduanya merupakan hal yang tidak terpisahkan
dari masalah ekonomi dan informasi keuangan suatu perusahaan atau sejenisnya. Untuk
membedakan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah dalam akuntansi syari’ah dan akuntansi
konvensional, dapat diuraikan sebagai berikut;

a.      Persamaan prinsip akuntan syariah dan akuntansi konvensional


 Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi;
 Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun
pembukuan keuangan;
 Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;
 Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang;
 Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income
dengan cost (biaya);
 Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan;
 Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.
b.      Sedangkan perbedaannya, menurut Husein Syahatah, dalam buku Pokok-Pokok
Pikiran Akuntansi Islam, antara lain terdapat hal-hal berikut:
 Para ahli akuntansi modern berbeda pendapat dalam cara menentukan nilai atau harga
untuk melindungi modal pokok, dan juga hingga saat ini apa yang dimaksud dengan modal
pokok (kapital) belum ditentukan. Sedangkan konsep Islam menerapkan konsep penilaian
berdasarkan nilai tukar yang berlaku, dengan tujuan melindungi modal pokok dari segi
kemampuan produksi di masa yang akan datang dalam ruang lingkup perusahaan yang
kontinuitas;
 Modal dalam konsep Akuntansi Konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu
modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam
konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta berupa
barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang dagang;
 Dalam konsep Islam, mata uang seperti emas, perak, dan barang lain yang sama
kedudukannya, bukanlah tujuan dari segalanya, melainkan hanya sebagai perantara untuk
pengukuran dan penentuan nilai atau harga, atau sebagi sumber harga atau nilai;
 Konsep konvensional mempraktekan teori pencadangan dan ketelitian dari
menanggung semua kerugian dalam perhitungan, serta mengenyampingkan laba yang bersifat
mungkin, sedangkan konsep Islam sangat memperhatikan hal itu dengan cara penentuan nilai
atau harga dengan berdasarkan nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk
kemungkinan bahaya dan resiko;
 Konsep konvensional menerapkan prinsip laba universal, mencakup laba dagang,
modal pokok, transaksi, dan juga uang dari sumber yang haram, sedangkan dalam konsep
Islam dibedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari kapital (modal
pokok) dengan yang berasal dari transaksi, juga wajib menjelaskan pendapatan dari sumber
yang haram jika ada, dan berusaha menghindari serta menyalurkan pada tempat-tempat yang
telah ditentukan oleh para ulama fiqih. Laba dari sumber yang haram tidak boleh dibagi
untuk mitra usaha atau dicampurkan pada pokok modal;
 Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya
jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika adanya
perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual maupun yang
belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba, dan laba tidak
boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.
Komponen laporan keuangan entitas Syariah meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana qardh
dan catatan atas laporan keuangan. Sedangkan komponen laporan keuangan konvensional
tidak menyajikan laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dan
penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana qardh.

2.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah,
Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu), dan ‘Uruf (adat
kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi dalam
Islam, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional.
Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat Islami, dan
termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat
penerapan Akuntansi tersebut.

Dasar hukum dari Al-Qur’an dalam surat Surat Al Baqarah Ayat 282:

ٌ‫@ًًّمى فَ@@ا ْكتُبُوهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم َك@@اتِب‬S @‫@ل ُم َس‬ ٍ @‫ين آ َمنُ@@وا إِ َذا تَ@ َدايَ ْنتُ ْم بِ@ َدي ٍْن إِلَى أَ َج‬ َ ‫يَا أَيُّهَ@@ا الَّ ِذ‬
ِ َّ‫ق َو ْليَت‬
‫ق‬ ُّ @‫ب َك َما َعلَّ َمهُ هَّللا ُ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذي َعلَ ْي ِه ْال َح‬ َ ُ‫ب َكاتِبٌ أَ ْن يَ ْكت‬ َ ْ‫بِ ْال َع ْد ِل َواَل يَأ‬
‫ض @ ِعيفًا أَ ْو اَل‬َ ‫ق َس @فِيهًا أَ ْو‬ ُّ @@‫@@ان الَّ ِذي َعلَيْ@@ ِه ْال َح‬ َ ‫هَّللا َ َربَّهُ َواَل يَب َْخسْ ِم ْن@@هُ َش @ ْيئًا فَ@@إِ ْن َك‬
‫@و فَ ْليُ ْملِ@@لْ َولِيُّهُ بِ ْال َع@ ْد ِل َوا ْستَ ْش@ ِه ُدوا َش@ ِهي َد ْي ِن ِم ْن ِر َج@@الِ ُك ْم فَ@إِ ْن لَ ْم‬ َ @ُ‫يَ ْستَ ِطي ُع أَ ْن يُ ِم@ َّل ه‬
‫ض @ َّل إِحْ @ َداهُ َما فَتُ @ َذ ِّك َر‬ ِ َ‫ض ْو َن ِم َن ال ُّشهَ َدا ِء أَ ْن ت‬ َ ْ‫ان ِم َّم ْن تَر‬ ِ َ‫يَ ُكونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َوا ْم َرأَت‬
‫ص@ ِغيرًا أَ ْو‬ َ ُ‫الش@هَ َدا ُء إِ َذا َم@@ا ُد ُع@@وا َواَل تَ ْس@أ َ ُموا أَ ْن تَ ْكتُبُ@@وه‬ ُّ ‫ب‬ َ ْ‫إِحْ َداهُ َما اأْل ُ ْخ َرى َواَل يَأ‬
‫@ون‬َ @‫لش@هَا َد ِة َوأَ ْدنَى أَاَّل تَرْ تَ@@ابُوا إِاَّل أَ ْن تَ ُك‬ َّ ِ‫َكبِيرًا إِلَى أَ َجلِ ِه َذلِ ُك ْم أَ ْق َس@طُ ِع ْن@ َد هَّللا ِ َوأَ ْق@ َو ُم ل‬
‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَ@@ا ٌح أَاَّل تَ ْكتُبُوهَ@@ا َوأَ ْش@ ِه ُدوا إِ َذا تَبَ@@ايَ ْعتُ ْم‬ َ ‫اض َرةً تُ@ ِديرُونَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬ ِ ‫تِ َجا َرةً َح‬
ُ ‫ق بِ ُك ْم َواتَّقُ@@وا هَّللا َ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هَّللا ُ َوهَّللا‬
ٌ ‫ُضا َّر َكاتِبٌ َواَل َش@ ِهي ٌد َوإِ ْن تَ ْف َعلُ@@وا فَإِنَّهُ فُ ُس@و‬ َ ‫َواَل ي‬
‫بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِي ٌم‬
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang
seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di
antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.
      Dalam ayat diatas terkandung Perintah untuk menulis utang piutang dipahami oleh
banyak ulama sebagai  anjuran bukan kewajiban. Memang sungguh sulit perintah itu
diterapkan oleh kaum muslimin ketika turun ayat ini jika perintah utang-piutang bersifat
wajib karena kepandaian tulis menulis pada masa itu sangatlah langka.
Perintah tulis menulis mencakup  perintah kepada kedua orang  yang bertransaksi, dalam
arti salah seorang menulis dan apa yang dituliskan di serahkan kepada mitranya jika mitra
pandai tulis baca, dan bila tidak panda, atau keduanya tidak pandai maka hendaklah mencari
orang ketiga.

Sedangkan dasar hukum dari Al-Hadist:


َ ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي@ ِه‬
‫إِ َّن‬  : ‫وس @لَّم ق@@ال‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ َعن اب ِْن َم ْسعُو ٍد رضي هَّللا عنه عن النَّب‬: ‫فَاألَ َّو ُل‬
‫ب‬ َ َ‫ق َحتَّى يُكت‬ُ ‫ليص @ ُد‬
ْ ‫@ل‬ َ ‫ق يَ ْه ِدي إِلَى ْالبِرِّ َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدي إِلَى‬
َ @‫ َوإِ َّن ال َّر ُج‬، ‫الجنَّ ِة‬ َ ‫ص ْد‬ َّ ‫ال‬
ِ َّ‫@ور يَ ْه@ ِدي إِلَى الن‬
‫ َوإِ َّن‬، ‫ار‬ َ @‫@ور َوإِ َّن الف ُج‬ ِ @‫ب يَ ْه ِدي إِلَى الف ُج‬ َ ‫ وإِ َّن ْال َك ِذ‬، ً ‫صدِّيقا‬
ِ ِ ‫ِع ْن َد هَّللا‬
         . ‫ق عليه‬ ٌ ‫ب ِع ْن َد هَّللا ِ َك َّذابا ً متف‬ َ َ‫ال َّر ُج َل لَيَ ْك ِذبُ َحتَّى يُكت‬
 Pertama: Dari Ibnu Mas’ud ‫رضي هللا عنه‬ dari Nabi ‫صلی هللا عليه وسلم‬, sabdanya: “Sesungguhnya
Kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke
syurga dan sesungguhnya seseorang selalu berbuat jujur sehingga dicatatlah di sisi Allah
sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada Kejahatan
dan sesungguhnya Kejahatan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang
yang selalu berdusta maka dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang pendusta.”
(Muttafaq ‘alaih).

Anda mungkin juga menyukai