Anda di halaman 1dari 68

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339998381

EVALUASI CEPAT KESEHATAN TANAH LAHAN


KERING DI LAPANGAN

Book · March 2020

CITATIONS READS
0 854

3 authors:

Tualar Simarmata Mieke Rochimi Setiawati


Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran
63 PUBLICATIONS   234 CITATIONS    74 PUBLICATIONS   117 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Diyan Herdiyantoro
Universitas Padjadjaran
23 PUBLICATIONS   27 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Climate Resilient Agriculture Innovation Investigation Project View project

CRAIIP View project

All content following this page was uploaded by Tualar Simarmata on 18 March 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


EVALUASI CEPAT
KESEHATAN TANAH
LAHAN KERING DI LAPANGAN

TUALAR SIMARMATA
MIEKE ROCHIMI SETIAWATI
DIYAN HERDIYANTORO

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| i


EVALUASI CEPAT
KESEHATAN TANAH
LAHAN KERING DI LAPANGAN
EVALUASI CEPAT

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| i


ii |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
EVALUASI CEPAT
KESEHATAN TANAH
LAHAN KERING DI LAPANGAN
TANAH
LAHAN KERING DI LAPANGAN

Penulis:
TUALAR SIMARMATA
MIEKE ROCHIMI SETIAWATI
DIYAN HERDIYANTORO

TUALAR SIMARMATA
MIEKE ROCHIMI SETIAWATI

DIYAN HERDIYANTORO

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| iii


Copyright @2019, Prof. Dr. Ir. Tualar Simarmata, MS. et al.
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau meperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan 1, November 2019


Diterbitkan oleh Unpad Press
Grha Kandaga, Gedung Perpustakaan Unpad Jatinangor, Lt I
Jl. Raya Bandung – Sumedang (Ir. Soekarno) KM 21, Jatinangor –
Sumedang 45363 – Jawa Barat – Indonesia
Telp. (022) 84288888 ext 3806, Situs: http://press.unpad.ac.id
email: press@unpad.ac.id/pressunpad@gmail.com/
pressunpad@yahoo.co.id
Anggota IKAPI dan APPTI

Editor Ahli/ Reviewer : Prof. Dr. Ir. Benny Joy, MS.;


Dr. Ir. Betty Natalie Fitriatin, MP.
Tata Letak : Diyan Herdiyantoro, SP., MSi.
Desainer Sampul : Diyan Herdiyantoro, SP., MSi.

Judul : Evaluasi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering di Lapangan


Penulis : Tualar Simarmata, Mieke Rochimi Setiawati dan
Diyan Herdiyantoro

x + 55 h.; 21 cm

iv |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena atas rakhmat-Nya kami dapat melaksanakan penulisan

buku Evaluasi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering di Lapangan.

Buku ini dapat digunakan sebagai panduan bagi mahasiswa ilmu-

ilmu pertanian, peneliti, petani dan para praktisi lainnya untuk

menilai kesehatan tanah pada lahan kering secara cepat di

lapangan dengan menggunakan peralatan dan bahan-bahan yang

tersedia secara lokal.

Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, buku ini

jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami menerima kritik dan

saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan buku ini. Kami

menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang terlibat pada penyusunan buku ini.

Semoga buku ini bermanfaat.

Jatinangor, November 2019

Penulis

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| v


vi |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................... viii
DAFTAR TABEL LAMPIRAN ................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................... 1


BAB II. METODE EVALUASI CEPAT KESEHATAN
TANAH .................................................................... 3
2.1. Indikator Kesehatan Tanah .............................. 3
2.2. Tahapan Evaluasi Cepat Kesehatan Tanah .... 5
BAB III. PETUNJUK PENGUKURAN INDIKATOR
KESEHATAN TANAH ............................................. 7
3.1. Indikator Sifat Fisika Tanah .............................. 7
3.1.1. Tekstur Tanah ....................................... 7
3.1.2. Kestabilan Agregat Tanah ..................... 11
3.1.3. Infiltrasi Tanah ....................................... 14
3.1.4. Warna Tanah ......................................... 17
3.1.5. Kekuatan Tanah .................................... 20
3.1.6. Kedalaman Efektif ................................. 22
3.2. Indikator Sifat Kimia Tanah .............................. 25
3.2.1. Bahan Organik Tanah ........................... 25
3.2.2. pH Tanah ............................................... 30
3.2.3. Salinitas Tanah ...................................... 33
3.3. Indikator Sifat Biologi Tanah ............................ 35
3.3.1. Tutupan Vegetasi Lahan ....................... 35
3.3.2. Banyaknya Perakaran ........................... 37
3.3.3. Populasi Cacing Tanah ......................... 39

LAMPIRAN .............................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 51

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| vii


DAFTAR TABEL

Tabel Hal
1 Daftar Alat dan Bahan untuk Mengukur Indikator
Kesehatan Tanah ......................................................... 4
2 Perbandingan Komposisi Kimia Kotoran Cacing (Cast)
dan Tanah .................................................................... 40

viii |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Tabel Hal
1 Tekstur Tanah .............................................................. 43
2 Kestabilan Agregat Tanah ............................................ 43
3 Infiltrasi Tanah .............................................................. 43
4 Warna Tanah ................................................................ 44
5 Kekuatan Tanah ........................................................... 44
6 Kedalaman Efektif Tanah ............................................. 44
7a Bahan Organik Tanah (Metode Jar) ............................. 44
7b Bahan Organik Tanah (Metode Destruksi oleh H2O2
10%) ............................................................................. 44
8 pH Tanah ...................................................................... 45
9 Salinitas Tanah ............................................................. 45
10 Tutupan Vegetasi Lahan .............................................. 45
11 Banyaknya Perakaran .................................................. 45
12 Populasi Cacing Tanah ................................................ 45

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| ix


DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal
1 Tahapan Evaluasi Cepat Kesehatan Tanah ............ 5
2 Teknik Penetapan Tekstur Tanah ............................ 8
3 Penetapan Tekstur Tanah Menggunakan Jar.
(Keterangan: a=Tinggi Pasir, b=Tinggi Debu,
c=Tinggi Liat, x=Tinggi Massa Tanah, y=Tinggi
Volume Air) .............................................................. 9
4 Segitiga Tekstur Tanah untuk Menentukan Kelas
Tekstur Tanah .......................................................... 11
5 Teknik Penetapan Kestabilan Agregat Tanah ......... 12
6 Penetapan Kestabilan Agregat Tanah
Menggunakan Jar .................................................... 13
7 Teknik Penetapan Infiltrasi Tanah ........................... 16
8 Contoh Lembar Munsell Soil Color Chart 7,5 YR .... 18
9 Teknik Penetapan Warna Tanah ............................. 20
10 Teknik Penetapan Kekuatan Tanah ........................ 22
11 Teknik Penetapan Kedalaman Efektif ...................... 24
12 Teknik Penetapan Bahan Organik Tanah (Metode
Jar) ........................................................................... 27
13 Penetapan Bahan Organik Tanah Menggunakan
Jar. (Keterangan: a=Tinggi Pasir, b=Tinggi Debu,
c=Tinggi Liat, d=Tinggi Bahan Organik, x=Tinggi
Massa Tanah, y=Tinggi Volume Air, z=Tinggi
Massa Tanah, Volume Air dan Bahan Organik) ...... 28
14 Teknik Penetapan Bahan Organik Tanah (Metode
Destruksi oleh Hidrogen Peroksida) ........................ 30
15 Teknik Penetapan pH Tanah ................................... 32
16 Teknik Penetapan Tutupan Vegetasi Lahan ............ 37
17 Teknik Penetapan Banyaknya Perakaran ............... 38
18 Teknik Penetapan Populasi Cacing Tanah .............. 42

x |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal
1 Daftar Isian Pengukuran Indikator Kesehatan
Tanah ..................................................................... 43
2 Skor Indikator Kesehatan Tanah ............................ 46
3 Kartu Kesehatan Tanah ......................................... 49
4 Contoh Penggunaan Kartu Kesehatan Tanah ....... 50

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| xi


xii |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
BAB – I
PENDAHULUAN

Kesehatan tanah (soil health) adalah kemampuan tanah

menyediakan lingkungan tumbuh yang optimal untuk mendukung

pertumbuhan, perkembangan tanaman dan aktifitas biota tanah

secara berkelanjutan (Doran dan Parkin, 1994; NRCS, 2012).

Menurut Gugino et al. (2009) karakteristik tanah yang sehat adalah:

(i) Mempunyai solum tanah yang dalam; (ii) Daya simpan air dan

drainase tanah baik; (iii) Tahan terhadap degradasi tanah; (iv) Dapat

memasok unsur hara yang cukup bagi tanaman; (v) Bebas dari

polutan yang dapat merusak tanaman; (vi) Populasi organisme

tanah menguntungkan tinggi; (vii) Populasi patogen dan hama

tanaman rendah; (viii) Populasi gulma rendah; dan (ix) Mempunyai

produktivitas tinggi dan berkesinambungan. Kesehatan tanah

merupakan integrasi sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang

mengambarkan produktivitas tanah. Tanah yang sehat (healthy

soils) sebagai media tumbuh tanaman dan habitat organisme tanah

akan menghasilkan tanaman yang sehat.

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 1


Evaluasi kesehatan tanah dilakukan untuk menentukan

kategori kesehatan tanah apakah tanah dalam kondisi sakit atau

sehat. Saat ini pedoman evaluasi kesehatan tanah masih bersifat

regional (SQI, 1999; Gugino et al., 2009; NRCS, 2012) tidak seperti

halnya dengan evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan untuk

bidang pertanian dan kehutanan yang telah memiliki suatu pedoman

secara internasional yaitu evaluasi kemampuan lahan berdasarkan

sistem dari United State Departement of Agriculture (USDA) dan

evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan sistem Food and Agriculture

Organization (FAO) (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

Evaluasi cepat kesehatan tanah lahan kering di lapangan yang

disusun dalam buku ini dilakukan untuk menentukan kategori

kesehatan tanah (sakit, sedang dan sehat) berdasarkan indeks

kesehatan tanah yang didapatkan dari pengukuran indikator-

indikator kesehatan tanah yang meliputi sifat-sifat fisika, kimia dan

biologi tanah. Selain itu dapat diketahui faktor pembatas yang

menyebabkan tanah tersebut sakit dan rekomendasi upaya

perbaikan penyehatan tanah.

2 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


BAB – II
METODE EVALUASI CEPAT
KESEHATAN TANAH

2.1. Indikator Kesehatan Tanah

Data indikator kesehatan diperoleh melalui pengukuran sifat-

sifat tanah tanah secara kualitatif maupun kuantitatif. Indikator

kesehatan tanah yang diukur meliputi:

1. Sifat fisika tanah, yaitu:

i. Tekstur tanah,

ii. Kestabilan agregat tanah,

iii. Infiltrasi tanah,

iv. Warna tanah,

v. Kekuatan tanah,

vi. Kedalaman efektif.

2. Sifat kimia tanah, yaitu:

i. Bahan organik tanah,

ii. pH tanah,

iii. Salinitas tanah.

3. Sifat biologi tanah, yaitu:

i. Tutupan vegetasi lahan,


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 3
ii. Banyaknya perakaran,

iii. Populasi cacing tanah.

Tabel 1 berikut ini menyajikan peralatan dan bahan-bahan

yang digunakan untuk mengukur indikator kesehatan tanah.

Tabel 1. Daftar Alat dan Bahan untuk Mengukur Indikator


Kesehatan Tanah.
Indikator Kesehatan Tanah Alat/Bahan
Sifat Fisika 1. Tekstur Tanah Jar gelas kaca berpenutup ukuran tinggi
Tanah 16,5 cm dan diameter 8 cm; penggaris.
2. Kestabilan Agregat Jar gelas kaca ukuran tinggi 16,5 cm
Tanah dan diameter 8 cm; kawat ram
berukuran lubang 0,5 x 0,5 cm; stop
watch.
3. Infiltrasi Tanah Ring sampel terbuat dari pipa paralon
berukuran diameter 3,2 inch (8 cm)
dengan tinggi 1,6 Inch (4 cm); palu kayu
atau karet; stop watch.
4. Warna Tanah Buku Soil Munsell Color Chart.
5. Kekuatan Tanah Penetrometer saku (DAIKI DIK-
5553 Push-Cone (soil hardness meter).
6. Kedalaman Efektif Meteran.
Sifat Kimia 7. Bahan Organik Jar gelas kaca berpenutup ukuran tinggi
Tanah Tanah 16,5 cm dan diameter 8 cm; hidrogen
peroksida (H2O2) 10%; stop watch.
8. pH Tanah pH meter saku.
9. Salinitas Tanah EC meter saku.
Sifat 10. Tutupan Vegetasi Kuadran terbuat dari tali plastik (tali
Biologi Lahan rapia) berukuran 1 x 1 m.
Tanah 11. Banyaknya Kuadran terbuat dari tali plastik (tali
Perakaran rapia) berukuran 30 x 30 cm.
12. Populasi Cacing Kuadran terbuat dari lempeng besi
Tanah berukuran p x l x t = 15 x 15 x 10 cm
(2250 cm3); larutan deterjen (15 ml/l
air).

Pengukuran sifat-sifat tanah yang merupakan indikator

kesehatan tanah pada umumnya memerlukan uji laboratorium yang


4 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
bersifat teknis dan rumit dengan biaya yang relatif mahal. Kemajuan

teknologi memungkinkan dilakukan evaluasi kesehatan tanah

secara cepat dan murah menggunakan peralatan dan bahan-bahan

yang tersedia secara lokal untuk mengidentifikasi permasalahan dan

potensi tanah di lapangan.

2.2. Tahapan Evaluasi Cepat Kesehatan Tanah

Tahapan evaluasi cepat kesehatan tanah lahan kering di

lapangan secara umum disajikan pada Gambar 1.

Kategori Kesehatan
Tanah
(Sakit, Sedang, Sehat),
Faktor Pembatas,
Rekomendasi Perbaikan

1 2 3

Pengukuran indikator Pengisian kartu kesehatan tanah: Pengkategorian kesehatan


kesehatan tanah di lapangan: 1. Penskoran indikator kesehatan tanah berdasarkan IKT:
1. Sifat fisika tanah tanah 1. 10 < IKT < 30 (Sakit)
2. Sifat kimia tanah 2. Penghitungan Indeks 2. 31 < IKT < 60 (Sedang)
3. Sifat biologi tanah Kesehatan Tanah (IKT) 3. 61 < IKT < 90 (Sehat)

Gambar 1. Tahapan Evaluasi Cepat Kesehatan Tanah.

Tahapan evaluasi cepat kesehatan tanah lahan kering di

lapangan yang dilakukan adalah:

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 5


1. Mengukur indikator kesehatan tanah yang meliputi sifat-

sifat fisika, kimia dan biologi tanah di lapangan (Petunjuk

pengukuran tertera pada halaman 7–42).

2. Memasukkan data hasil pengukuran indikator kesehatan

tanah ke dalam tabel isian pengukuran indikator kesehatan

tanah (Tabel isian tertera pada halaman 43–45).

3. Menentukan skor indikator kesehatan tanah berdasarkan

data hasil pengukuran indikator kesehatan tanah (Skor

indikator kesehatan tanah tertera pada halaman 46–48).

4. Mengisi kartu kesehatan tanah untuk menghitung indeks

kesehatan tanah, menentukan kategori kesehatan tanah,

menentukan faktor pembatas kesehatan tanah, dan

memberikan rekomendasi teknologi perbaikan kesehatan

tanah (Kartu kesehatan tanah tertera pada halaman 49).

6 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


BAB – III
PETUNJUK PENGUKURAN
INDIKATOR KESEHATAN TANAH

3.1. Indikator Sifat Fisika Tanah

3.1.1. Tekstur Tanah

Komposisi tanah yang ideal terdiri dari 50% bahan padatan

(45% bahan mineral dan 5% bahan organik) dan 50% ruang pori

(25% terisi air dan 25% terisi udara). Bagian padat mineral tanah

tersusun dari fraksi pasir, debu dan liat (Hardjowigeno, 2003).

Pasir berukuran 2–0,05 mm, debu 0,05–0,002 mm dan liat

<0,002 mm. Perbandingan kandungan pasir, debu dan liat dalam

suatu massa tanah disebut tekstur tanah (Sarief, 1989;

Hardjowigeno, 2003; Miller, 2013). Tekstur tanah dapat

menggambarkan seberapa baik air dan ion-ion dapat ditahan oleh

tanah dan menunjukkan perkiraan terjadinya erosi (Doran et al.,

1996; Larson dan Pierce, 1994; Doran dan Parkin, 1994; Arsyad,

2000).

Jika massa tanah didispersikan dalam air melalui pengocokan

maka seiring dengan waktu akan terjadi pengendapan massa tanah

membentuk lapisan-lapisan (Gambar 2). Butiran tanah yang kasar


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 7
akan mengendap terlebih dahulu dan membentuk lapisan kasar di

bawah lapisan yang halus. Lapisan yang kasar disebut pasir, lapisan

yang agak halus disebut debu dan lapisan yang halus disebut liat.

Penetapan Tekstur Tanah Tanah Sakit

Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 2. Teknik Penetapan Tekstur Tanah.

Alat dan Bahan:

1. Tabung jar berpenutup dengan tinggi 16,5 cm dan diameter

8 cm.

2. Contoh massa tanah.

3. Air.

8 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Cara Kerja:

1. Masukkan massa tanah dan air ke dalam tabung jar dengan

perbandingan 1:1 lalu tutup tabung jar hingga rapat.

2. Kocok massa tanah dan air tersebut selama 60 detik hingga

diperoleh larutan tanah yang homogen.

3. Biarkan selama 1 jam.

4. Akan terlihat lapisan-lapisan pada tabung jar (Gambar 3).

Bagian bawah merupakan lapisan yang kasar yaitu pasir,

kemudian diikuti oleh lapisan yang agak halus yaitu debu

dan lapisan yang halus yaitu liat. Ukur tinggi lapisan-lapisan

tersebut menggunakan penggaris.

x b

Gambar 3. Penetapan Tekstur Tanah Menggunakan Jar.


(Keterangan: a=Tinggi Pasir, b=Tinggi Debu, c=Tinggi Liat, x=Tinggi
Massa Tanah, y=Tinggi Volume Air).

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 9


5. Persentase pasir, debu dan liat masing-masing dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

% =

% =

% =

6. Kelas tekstur tanah dapat ditentukan dengan menggunakan

segitiga tekstur (Gambar 4). Tentukan nilai persen dari

masing-masing tekstur lalu tarik garis lurus ke sisi segitiga

searah jarum jam. Titik pertemuan ketiga garis tersebut

menggambarkan kelas tekstur tanah. Contoh: Persentase

pasir 50%, debu 20% dan liat 30%, maka kelas tekstur

tanahnya adalah lempung liat berpasir.

10 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Gambar 4. Segitiga Tekstur Tanah untuk Menentukan Kelas Tekstur
Tanah.

3.1.2. Kestabilan Agregat Tanah

Struktur tanah adalah gumpalan kecil dari butir-butir penyusun

tanah yang mempunyai bentuk dan bidang belah. Gumpalan ini

terbentuk karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama

lain oleh perekat seperti bahan organik (Hardjowigeno, 2003).

Gumpalan ini mempunyai kestabilan (kemantapan atau ketahanan)

agregat yang berbeda-beda.


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 11
Agregat tanah adalah kumpulan struktur yang membentuk ped

(struktur alami) sedangkan clod terbentuk karena pengolahan tanah.

Stabilitas agregat menggambarkan seberapa mudah atau sulit ped

dihancurkan (Gambar 5) (Hardjowigeno, 2003). Stabilitas agregat

menggambarkan daya tahan tanah dari gangguan seperti tumbukan

butir-butir air hujan, gerakan air pengairan dan lain-lain. Tanah-

tanah yang kurang stabilitas agregatnya jika terkena gangguan akan

mudah hancur sehingga aliran permukaan mudah sekali membawa

partikel-partikel tanah yang hanyut (Sarief, 1989).

Contoh Ped (Agregat Tanah) Tanah Sakit

Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 5. Teknik Penetapan Kestabilan Agregat Tanah.

12 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Alat dan Bahan:

1. Tabung jar dengan tinggi 16,5 cm dan diameter 8 cm.

2. Keranjang terbuat dari kawat ram dengan ukuran lubang 0,5

x 0,5 cm.

3. Stop watch.

4. Contoh ped tanah.

5. Air.

Cara Kerja:

1. Masukkan air ke dalam jar hingga penuh.

2. Letakkan keranjang kawat ram di mulut jar.

Keranjang kawat ram

Contoh ped tanah

Tabung jar berisi air

Gambar 6. Penetapan Kestabilan Agregat Tanah Menggunakan Jar.

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 13


3. Letakkan contoh ped tanah di dalam keranjang kawat ram

(Gambar 6).

4. Ukur waktu (detik) mulai hancurnya contoh ped tanah dalam

keranjang kawat ram yang ditandai oleh lepasnya butiran

tanah dari contoh ped.

5. Semakin lama contoh ped tanah hancur maka kestabilan

agregat tanah semakin tinggi. Amati hingga kurang lebih

selama 120 detik.

3.1.3. Infiltrasi Tanah

Infiltrasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah

melewati permukaan tanah (Sarief, 1989; Arsyad, 2000). Laju

infiltrasi adalah banyaknya air per satuan waktu yang masuk melalui

permukaan tanah (Arsyad, 2000). Laju maksimum air dapat masuk

ke dalam tanah pada suatu saat disebut kapasitas infiltrasi (Arsyad,

2000).

Penetapan infiltrasi tanah berkaitan dengan pendugaan erosi

tanah karena aliran permukaan (run off). Apabila laju infiltrasi

melebihi kapasitas infiltrasi maka akan terjadi aliran permukaan. Jika

intensitas hujan lebih kecil daripada kapasitas infiltrasi maka air

hujan akan meresap semua ke dalam tanah.


14 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
Alat dan Bahan:

1. Ring sampel terbuat dari pipa paralon diameter 3,2 inch (8

cm) dengan tinggi 1,6 inch (4 cm) dengan salah satu sisi

dibuat lancip.

2. Palu.

3. Alas papan.

4. Plastik jernih 1 lembar.

5. Botol plastik 500 ml.

6. Air.

7. Stop watch.

Cara Kerja:

1. Masukkan pipa paralon (sisi lancip di bagian bawah) ke

dalam tanah dengan kedalaman 2 cm menggunakan palu

dan alas papan, sisakan ketinggian pipa paralon 2 cm dari

permukaan tanah (Gambar 7).

2. Tutup permukaan tanah di bagian dalam pipa paralon

dengan selembar plastik untuk mencegah gangguan pada

permukaan tanah saat menambahkan air.

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 15


3. Tuangkan air 100 ml ke atas lembaran plastik dalam pipa

paralon dan lepaskan lembaran plastik dengan menariknya

perlahan keluar.

Ring Sampel Teknik Memasukkan Ring Sampel

Teknik Penambahan Air Tanah Sakit

Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 7. Teknik Penetapan Infiltrasi Tanah.

16 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


4. Ulangi langkah kegiatan no. 3 sebanyak dua kali jika tanah

dalam kondisi kering sebelum melakukan langkah kegiatan

no. 5 berikut.

5. Catat jumlah waktu (detik) yang diperlukan untuk 100 ml air

masuk seluruhnya ke dalam tanah.

3.1.4. Warna Tanah

Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah

karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat

dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna tanah umumnya

disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik tanah. Makin

tinggi kandungan bahan organik tanah maka warna tanah semakin

gelap (Hardjowigeno, 2003). Warna hitam menunjukkan kandungan

bahan organik yang tinggi. Warna merah menunjukkan adanya

oksida besi bebas (tanah-tanah yang teroksidasi). Warna abu-abu

atau kebiruan menunjukkan adanya reduksi (Hardjowigeno dan

Widiatmaka, 2001).

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 17


Gambar 8. Contoh Lembar Munsell Soil Color Chart 7,5 YR.

Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna

baku yang terdapat dalam buku Munsell Soil Color Chart yang

disusun atas tiga variabel yaitu: Hue (panjang gelombang), Value

(gelap terangnya warna) dan Chroma (kemurnian warna)

(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001) (Gambar 8). Value dibedakan

dari 0 sampai 8 dimana makin tinggi Value menunjukkan warna

makin terang. Chroma juga dibagi dari 0 sampai 8 dimana makin

tinggi Chroma menunjukkan kemurnian warna semakin meningkat

18 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


(Hardjowigeno, 2003). Warna tanah dicatat dengan menggunakan

notasi dalam buku tersebut, misalnya 7,5 YR 3/4 (dark brown) hal ini

berarti warna tanah mempunyai Hue = 7,5, Value = 3 dan Chroma =

4 yang secara keseluruhan disebut berwarna dark brown (coklat

tua).

Alat dan Bahan:

1. Buku Munsell Soil Color Chart.

2. Massa contoh tanah.

Cara Kerja:

1. Ambil massa tanah lembab kurang lebih 25 g dan dibuat

bola. Jika tanah dalam kondisi kering tambahkan air

(Gambar 9).

2. Cocokkan warna tanah pada lembar Munsell Soil Color

Chart. Tuliskan nilai Hue (H), Value (V) dan Chroma (C)

dengan format penulisan H V/C dan tetapkan warna

tanahnya.

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 19


Lembar Munsell Soil Color Chart Tanah Sakit

Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 9. Teknik Penetapan Warna Tanah.

3.1.5. Kekuatan Tanah

Pengukuran kekuatan tanah berhubungan dengan bobot isi

tanah (bulk density). Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan

antara bobot tanah kering dengan volume tanah termasuk volume

pori-pori tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bobot isinya

yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar

tanaman (Hardjowigeno, 2003).

Penetrometer adalah pengukur kekuatan atau ketahanan

tanah terhadap penembusan secara vertikal. Prinsip alat tersebut


20 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
adalah adanya jarum piston yang dapat ditekan ke tanah dan

terhubung dengan sebuah per. Perubahan bentuk maksimum per

tersebut, akibar jarum piston yang ditekan ke tanah, dihubungkan

dengan kekuatan tanah terhadap tekanan yang dinyatakan dalam

kg/cm2 atau MPa (1 MPa = 10,197 kg/cm2). Penetrometer dapat

langsung digunakan pada permukaan tanah di lapangan.

Alat dan Bahan:

1. Penetrometer saku.

2. Tanah dalam ring sampel yang telah digunakan untuk

menetapkan infiltrasi tanah.

Cara Kerja:

1. Tanah dalam ring sampel yang telah digunakan untuk

menentukan infiltrasi tanah kemudian digunakan untuk

menetapkan kekuatan tanah.

2. Genggam pegangan penetrometer dan tekankan jarum

piston secara vertikal dengan tekanan yang tetap pada

permukaan tanah sampai penembusan mencapai celah

kalibrasi (Gambar 10).

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 21


Penetapan Kekuatan Tanah Tanah Sakit

Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 10. Teknik Penetapan Kekuatan Tanah.

3. Baca ketahanan tanah terhadap tekanan (MPa) pada skala

penetrometer.

4. Bersihkan jarum piston dan kembalikan klep penunjuk pada

posisi nol.

3.1.6. Kedalaman Efektif

Kedalaman efektif (lapisan olah) adalah kedalaman tanah

yang masih dapat ditembus akar tanaman. Pengamatan kedalaman

efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman


22 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
yang meliputi banyaknya perakaran (baik akar halus maupun akar

kasar) dan dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah

(Hardjowigeno, 2003). Penetapan kedalaman efektif berhubungan

dengan fungsi tanah sebagai media tanam tempat akar tanaman

berkembang dan menyerap unsur hara dari dalam tanah.

Kedalaman efektif tidak setara dengan kedalaman solum

tanah karena solum tanah hanya terdiri dari horison A dan B. Bila di

bawah horison B masih ditemukan horison C yang dapat ditembus

akar tanaman maka kedalaman efektif lebih dalam dari kedalaman

solum tanah. Sebaliknya jika di atas atau di dalam horison B

ditemukan lapisan padas keras yang tidak dapat ditembus akar

tanaman maka kedalaman efektif lebih dangkal dari kedalaman

solum tanah. Kedalaman efektif akan sama dengan kedalaman

solum tanah jika langsung di bawah horison B ditemukan hamparan

batuan keras. Klasifikasi kedalaman efektif tanah adalah sebagai

berikut: dalam (>90 cm), sedang (90–50 cm), dangkal (50–25 cm),

sangat dangkal (<25 cm) (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

Alat dan Bahan:

1. Cangkul atau sekop.

2. Pisau.
Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 23
3. Meteran.

4. Singkapan tanah atau profil tanah.

Cara Kerja:

1. Tentukan singkapan tanah atau gali profil tanah yang di

atasnya terdapat vegetasi tanaman.

2. Segarkan sisi permukaan singkapan atau profil tanah

dengan menggunakan pisau (Gambar 11).

Tanah Sakit Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 11. Teknik Penetapan Kedalaman Efektif.

3. Amati dan catat kedalaman akar sampai sejauh mana

menembus tanah (cm) yang diukur dari permukaan tanah.

24 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


3.2. Indikator Sifat Kimia Tanah

3.2.1. Bahan Organik Tanah

Bahan organik adalah komponen penyusun tanah yang

menempati proporsi terkecil dalam komposisi tanah secara

keseluruhan, yaitu sekitar 2–6% dari bobot total tanah. Meskipun

persentasenya kecil, namun bahan organik tanah merupakan

komponen tanah yang paling dinamis dan merupakan kunci bagi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Brady, 1984).

Kandungan bahan organik tanah sangat penting untuk

ditetapkan mengingat pada saat ini banyak sekali tanah-tanah di

Indonesia yang telah mengalami penurunan kandungan bahan

organiknya hingga hanya berkisar antara 1–3% saja (Balai

Penelitian Tanah, 2005). Menurut Nurlaeny (2013) fungsi bahan

organik dalam tanah adalah sebagai berikut: (i) Meningkatkan

kapasitas tukar kation (KTK) tanah dalam menjerap unsur hara dan

air; (ii) Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga struktur

tanah menjadi lebih remah, infiltrasi dan tata udara (aerasi) dapat

diperbaiki; (iii) Sumber unsur hara tanaman yang lengkap meskipun

kadarnya rendah dan merupakan sumber energi bagi organisme

tanah; (iv) Mampu bereaksi dengan ion logam untuk membentuk

senyawa kompleks (khelat) sehingga ketersediaan ion-ion logam


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 25
yang tinggi di dalam tanah seperti Al, Fe dan Mn yang dapat

meracuni tanaman atau menghambat ketersediaan unsur hara

dapat dikurangi; dan (v) Mengandung berbagai jenis asam organik

seperti asam humat dan asam fulvat, hormon dan enzim yang tidak

terdapat pada pupuk-pupuk buatan, yang sangat berguna bagi

tanaman dan mikroorganisme tanah.

Terdapat dua metode cepat dalam penetapan bahan organik

tanah di lapangan yaitu menggunakan metode jar atau

menggunakan metode destruksi oleh hidrogen peroksida. Kita dapat

memilih salah satu teknik penetapan bahan organik tanah tersebut.

3.2.1.1. Bahan Organik Tanah (Metode Jar)

Komposisi tanah yang ideal terdiri dari 50% bahan padatan

(45% bahan mineral dan 5% bahan organik) dan 50% ruang pori

(25% terisi air dan 25% terisi udara) (Hardjowigeno, 2003). Jika

massa tanah didispersikan dalam air melalui pengocokan maka

seiring dengan waktu akan terjadi pengendapan massa tanah

membentuk lapisan-lapisan padat dan terbentuk lapisan mengapung

di atas air yang disebut dengan bahan organik tanah (Gambar 12).

Bahan organik akan mengapung di atas air karena bobot isi bahan

organik lebih kecil daripada bobot isi tanah dan air.


26 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
Penetapan Bahan Organik Tanah Tanah Sakit

Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 12. Teknik Penetapan Bahan Organik Tanah (Metode Jar).

Alat dan Bahan:

1. Tabung jar berpenutup dengan tinggi 16,5 cm dan diameter

8 cm.

2. Contoh massa tanah.

3. Air.

Cara Kerja:

1. Masukkan massa tanah dan air ke dalam tabung jar dengan

perbandingan 1:1 lalu tutup tabung jar hingga rapat.


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 27
2. Kocok massa tanah dan air tersebut selama 60 detik hingga

diperoleh larutan tanah yang homogen.

3. Biarkan selama 1 jam.

z
c

x b

Gambar 13. Penetapan Bahan Organik Tanah Menggunakan Jar.


(Keterangan: a=Tinggi Pasir, b=Tinggi Debu, c=Tinggi Liat, d=Tinggi
Bahan Organik, x=Tinggi Massa Tanah, y=Tinggi Volume Air,
z=Tinggi Massa Tanah, Volume Air dan Bahan Organik).

4. Akan terlihat endapan bahan padatan yang berupa lapisan-

lapisan pada tabung jar dan lapisan air. Bagian yang

mengapung di atas air adalah bahan organik. Ukur tinggi

lapisan bahan organik tersebut (Gambar 13).

5. Persentase bahan organik dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

% =

28 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


3.2.1.2. Bahan Organik Tanah (Metode Destruksi oleh Hidrogen

Peroksida)

Bahan organik tanah rata-rata mengandung 58% karbon

organik (Allison, 1973). Karbon organik mudah teroksidasi oleh

hidrogen peroksida (H2O2). Jika massa tanah ditetesi dengan

hidrogen peroksida maka dengan segera karbon organik akan

teroksidasi yang secara kualitatif ditandai dengan munculnya buih.

Semakin banyak buih dan semakin lama waktu reaksi yang timbul

maka diduga kandungan bahan organik tanah tersebut tinggi.

Alat dan Bahan:

1. Tabung jar.

2. Contoh massa tanah.

3. Hidrogen peroksida (H2O2) 10%.

Cara Kerja:

1. Masukkan massa tanah dalam tabung jar kemudian

masukkan hidrogen peroksida dengan perbandingan 1:1

antara tanah dengan hidrogen peroksida.

2. Amati banyaknya buih yang timbul dan catat lama waktu

(detik) terjadinya reaksi tersebut (Gambar 14).


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 29
Penetapan Bahan Organik Tanah Tanah Sakit

Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 14. Teknik Penetapan Bahan Organik Tanah (Metode


Destruksi oleh Hidrogen Peroksida).

3. Tingginya kandungan bahan organik ditandai dengan

banyaknya buih yang timbul dan lamanya waktu reaksi

tersebut.

3.2.2. pH Tanah

Nilai pH menunjukkan reaksi tanah yang bersifat masam atau

alkalis, yaitu banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam

tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam

tanah tersebut. Di dalam tanah, selain ion H+ dan ion-ion lain


30 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
ditemukan juga ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan

banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+

lebih tinggi daripada ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis

kandungan ion OH- lebih banyak daripada ion H+ (Brady, 1984).

Nilai pH berkisar antara 0–14 dengan pH 7 disebut netral, pH

kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis.

Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar antara 3–9. Di

Indonesia umumnya pH tanah bereaksi masam dengan pH 4,0–5,5

sehingga tanah dengan pH 6,0–6,5 sering dikatakan sudah cukup

netral meskipun sebenarnya masih agak masam (Hardjowigeno,

2003).

pH tanah perlu diketahui karena tiap tanaman memerlukan

lingkungan pH tertentu. Ada tanaman yang tahan terhadap pH

rendah, tetapi ada juga yang tidak tahan. Selain berpengaruh

langsung terhadap tanaman, pH juga mempengaruhi faktor lain

seperti ketersediaan unsur hara. Pada pH masam, kelarutan

alumunium (Al) dan besi (Fe) tinggi. Akibatnya pada pH sangat

rendah pertumbuhan tanaman tidak normal karena pH tidak sesuai,

kelarutan beberapa unsur hara menurun, dan adanya pengaruh

keracunan Al dan Fe (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Pada

umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 31
sekitar netral karena pada pH tersebut unsur hara mudah larut di

dalam air. Pada tanah masam unsur fosfor (P) tidak dapat diserap

tanaman karena diikat oleh Al atau Fe, sedangkan pada tanah

alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh

kalsium (Ca) (Hardjowigeno, 2003).

pH meter saku adalah pengukur pH tanah yang dapat

langsung digunakan di lapangan. Prinsip alat tersebut adalah

adanya elektroda logam yang ditekan ke dalam tanah dan

mengukur konsentrasi ion H+.

Tanah Sakit Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 15. Teknik Penetapan pH Tanah.

Alat dan Bahan:

1. pH meter saku.

2. Air.

32 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Cara Kerja:

1. Siram permukaan tanah dengan air jika tanah dalam kondisi

kering atau tanah lembab dalam ring sampel untuk

menentukan infiltrasi tanah dapat digunakan untuk

menetapkan pH tanah.

2. Genggam pegangan pH meter dan tekankan elektroda

logam secara vertikal pada permukaan tanah sampai

penembusan mencapai batas kalibrasi (Gambar 15).

3. Baca pH tanah pada skala pH meter.

4. Bersihkan elektroda logam pH meter.

3.2.3. Salinitas Tanah

Salinitas tanah dapat dievaluasi di lapangan dengan cara

mengukur daya hantar listrik (DHL) atau electrical conductivity (EC)

larutan yang diekstrak dari contoh tanah menggunakan EC meter.

Perbandingan antara tanah dengan air adalah 1:1 (ekstrak dari

pasta tanah jenuh; ECse). Satuan umum yang dipakai untuk

menyatakan nilai EC adalah deciSiemens per meter (dS/m) atau

milimhos per centi meter (mmhos/cm) atau mikroSiemens per centi

meter (µS/cm) (1 dS/m = 1 mmhos/cm = 1000 µS/cm). Nilai EC

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 33


meningkat sejalan dengan meningkatnya salinitas tanah (Hardie dan

Doyle, 2012).

Tanah yang ECse-nya >4 dS/m dikelompokkan sebagai tanah

salin karena pada tingkat salinitas tersebut pertumbuhan sejumlah

tanaman mulai tertekan. Kriteria tingkat salinitas tanah berdasarkan

ECse (dS/m) menurut Hardie dan Doyle (2012) adalah sebagai

berikut: (i) 0–2 (bukan salin), (ii) 2–4 (rendah), (iii) 4–8 (sedang), (iv)

8–16 (tinggi), (v) 16–32 (sangat tinggi), (vi) >32 (ekstrim).

Salinitas berhubungan erat dengan kadar garam tanah yang

ditunjukkan oleh nilai DHL. Kadar garam yang tinggi akan

meningkatkan tekanan osmotik sehingga ketersediaan dan

kapasitas penyerapan air akan berkurang. Pengaruh salinitas

terhadap tanaman dapat diabaikan jika DHL kurang dari 4

mmhos/cm, sedangkan DHL 16 mmhos/cm bersifat merusak

tanaman (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

Alat dan Bahan:

1. EC meter saku.

2. Tabung film.

3. Akuades.

34 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Cara Kerja:

1. Masukkan kira-kira 5 g tanah ke dalam tabung bekas film,

tambahkan 5 ml akuades. Kocok selama 60 detik hingga

diperoleh larutan tanah yang homogen lalu diamkan 5 menit.

2. Celupkan dengan hati-hati EC meter pada cairan bening di

atas lumpur tanah, usahakan agar jangan sampai elektroda

EC meter terbenam dalam lumpur atau kotor oleh lumpur.

3. Baca dan catat EC yang terukur pada display EC meter.

Perhatikan satuannya apakah dalam satuan dS/m atau

mmhos/cm atau µS/cm. 1 dS/m = 1 mmhos/cm = 1000

µS/cm. Nyatakan dalam satuan dS/m. Bila satuan alat dalam

µS/cm maka untuk dijadikan satuan dS/m angka hasil

pengukuran harus dibagi 1000.

3.3. Indikator Sifat Biologi Tanah

3.3.1. Tutupan Vegetasi Lahan

Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang

tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan

dan topografi terhadap erosi. Penetapan tutupan vegetasi lahan

berhubungan dengan peranan penting tanaman dalam pencegahan

erosi.
Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 35
Peranan tutupan vegetasi lahan dalam mencegah erosi yaitu:

(i) Penahanan hujan oleh tajuk tanaman (intersepsi), (ii) Mengurangi

kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air, (iii) Adanya

pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan

dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas

sturuktur dan porositas tanah, dan (iv) Penguapan air dari tanaman

(transpirasi) yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang

sehingga memperbesar kapasitas tanah untuk menyerap air hujan

dan memperkecil aliran permukaan (Arsyad, 2000).

Alat dan Bahan:

1. Kuadran terbuat dari tali rapia dengan ukuran 1 x 1 m.

Cara Kerja:

1. Tentukan luasan lahan 1 m2 yang akan diamati (Gambar 16).

2. Perkirakan persentase penutupan lahan oleh vegetasi atau

serasah daun. Persentase penutupan lahan dapat

diperkirakan dengan rumus:


!
% = !

36 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Tanah Sakit Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 16. Teknik Penetapan Tutupan Vegetasi Lahan.

3.3.2. Banyaknya Perakaran

Pengamatan banyaknya perakaran dilakukan dengan

mengamati ukuran atau jumlah perakaran yang diketemukan pada

luasan penampang tanah tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka,

2001). Ukuran akar adalah sebagai berikut: (i) <2 mm (halus), (ii) 2–

10 mm (sedang, (iii) >10 mm (kasar). Jumlah perakaran diamati

dengan mengukur jumlah akar pada luasan penampang tanah

tertentu atau persen luas perakaran pada luasan penampang tanah

tertentu yaitu: (i) <2% (sedikit), (ii) 2–20% (sedang), (iii) >20%

(banyak).

Alat dan Bahan:

1. Cangkul atau sekop.


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 37
2. Pisau.

3. Kuadran terbuat dari tali rapia dengan ukuran 30 x 30 cm.

4. Bidang penampang tanah berukuran 30 x 30 cm yang

berasal dari singkapan tanah atau profil tanah.

Cara Kerja:

1. Tentukan singkapan tanah atau gali profil tanah yang di

atasnya terdapat vegetasi tanaman.

2. Segarkan sisi permukaan singkapan atau profil tanah

dengan menggunakan pisau.

3. Amati dan hitung jumlah akar (buah) yang dapat dilihat oleh

mata telanjang yang diketemukan pada bidang penampang

tanah berukuran 30 x 30 cm (Gambar 17).

Tanah Sakit Tanah Sedang Tanah Sehat

Gambar 17. Teknik Penetapan Banyaknya Perakaran.


38 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
3.3.3. Populasi Cacing Tanah

Cacing tanah merupakan makrofauna tanah yang termasuk

Invertebrata, phylum Annelida (bersegmen) dan ordo Oligochaeta

(berbulu sedikit) yang hidup di dalam tanah atau permukaan tanah

di bawah serasah, berukuran panjang beberapa cm hingga

beberapa meter (Hanafiah et al., 2005). Spesies cacing tanah

berjumlah hampir 1.800 spesies namun yang biasa dijumpai adalah

Lumbricus terrastris dan Allolobophora caleginosa (Anwar, 2007).

Cacing tanah dapat dijadikan indikator kesehatan tanah.

Menurut Foth (1990) cacing tanah menyukai tanah yang lembab,

kandungan bahan organik dan ketersediaan kalsium yang tinggi.

Populasi cacing tanah berkisar antara 30–300 ekor/m2 pada

kedalaman 15 cm dari permukaan tanah (Brady, 1984). Cacing

tanah berperan penting dalam proses dekomposisi bahan organik.

Cacing tanah memakan serasah daun dan sisa-sisa tumbuhan dan

menjadikannya partikel-partikel kecil yang selanjutnya dirombak oleh

mikroba. Cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah

melalui aktifitasnya dalam mendistribusikan bahan organik ke

lapisan yang lebih dalam (biopedoturbasi), menyebarkan mikroba

dan lubang-lubang bekas cacing tanah beraktifitas dapat

meningkatkan infiltrasi dan aerasi tanah. Selain itu, cacing yang mati
Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 39
merupakan sumber makanan mikroba dan unsur hara tanah yang

dapat meningkatkan kesuburan tanah dan tersedia bagi tanaman

(Coleman dan Crossley, 1996; Anwar, 2007).

Cacing tanah tidak memakan tanaman hidup melainkan

mencacah dan memakan sisa-sisa tanaman mati atau bahan

organik tanah lalu mengeluarkannya sebagai kotoran yang disebut

cast. Cast mempunyai sifat-sifat kimia yang lebih tinggi daripada

tanah di sekitarnya (Tabel 2) (Ma’shum et al., 2003).

Tabel. 2. Perbandingan Komposisi Kimia Kotoran Cacing (Cast) dan


Tanah.
Sifat-Sifat Kimia Kotoran Cacing Tanah
KTK (me/100 g) 17,70 4,50
Ca2+ (me/100 g) 12,20 2,70
Mg2+ (me/100 g) 4,30 1,30
K+ (me/100 g) 0,70 0,20
Na+ (me/100 g) 0,16 0,07
P (Bray) (ppm) 12,60 4,50
N Total (%) 0,38 0,15
C Organik (%) 3,10 1,08

Alat dan Bahan:

1. Kuadran yang terbuat dari lempengan besi berukuran p x l x t

= 15 x 15 x 10 cm (2250 cm3).

2. Palu.

3. Alas papan.

4. Alat pencungkil seperti linggis.

40 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


5. Pisau.

6. Toples besar atau wadah untuk koleksi cacing.

7. Air (2 l).

8. Larutan deterjen 15 ml/l air (±1 sendok makan).

Cara Kerja:

1. Pilih lokasi tanah yang mewakili (representatif), hindarkan

tempat-tempat yang mungkin mempengaruhi populasi cacing

tanah, seperti mulsa atau tumpukan kompos.

2. Masukkan kuadran seluruhnya ke dalam tanah dengan cara

memukulnya dengan menggunakan palu dan alas papan.

3. Gali dan ambil kuadran dengan menggunakan alat

pencungkil seperti linggis.

4. Ratakan bagian sisi bawah kuadran dengan menggunakan

pisau dan hindari seminimal mungkin kerusakan pada cacing

tanah karena terpotong oleh pisau.

5. Ambil massa tanah dalam kuadran dan tempatkan di atas

plastik lalu ambil cacing tanah dan tempatkan dalam toples

koleksi (metode hand sorting) (Gambar 18).

6. Siramkan larutan deterjen sebanyak 2 l ke dalam lubang

galian (dasar lubang galian harus rata) untuk memunculkan


Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 41
cacing tanah yang membuat lubang dalam (Singh et al.,

2015). Biasanya dalam waktu 5 menit akan keluar cacing

tanah. Ambil cacing tanah tersebut dan masukkan ke dalam

toples koleksi.

Massa Tanah dalam Kuadran Menghitung Jumlah Cacing Tanah

Pemberian Deterjen di Lubang Galian Koleksi Populasi Cacing Tanah

Gambar 18. Teknik Penetapan Populasi Cacing Tanah.

7. Hitung populasi cacing tanah (buah) yang berasal dari

massa tanah dalam kuadran dan hasil dari lubang yang

disiram larutan deterjen.

8. Bilas cacing tanah dengan air bersih sebelum

mengembalikannya ke tanah.
42 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|
Lampiran 1. Daftar Isian Pengukuran Indikator Kesehatan Tanah.

Hari/Tanggal Pengamatan : ............................................................


Nama Pengamat : ............................................................
Tipe Penggunaan Lahan : ............................................................
Lokasi Pengamatan : ............................................................
Kode Lokasi Pengamatan : ............................................................

Tabel 1. Tekstur Tanah.


Kode Lokasi Tinggi Tekstur
Komponen Kelas Tekstur
Pengamatan (cm) (%)
Tinggi Massa
Tanah (x) ..... - -

Pasir (a) ..... .....


.....
Debu (b) ..... .....
.....
Liat (c) ..... .....

Tabel 2. Kestabilan Agregat Tanah.


Waktu
Kode Lokasi Pengamatan
(detik)
..... .....

Tabel 3. Infiltrasi Tanah.


Waktu
Kode Lokasi Pengamatan
(detik)
..... .....

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 43


Tabel 4. Warna Tanah.
Kode Lokasi
Komponen Warna Warna
Pengamatan
Hue (H) = .....

Value (V) = .....


..... .....
Choma (C) = .....

Tabel 5. Kekuatan Tanah.


Kekuatan Tanah
Kode Lokasi Pengamatan
(MPa)
..... .....

Tabel 6. Kedalaman Efektif Tanah.


Kedalaman Efektif
Kode Lokasi Pengamatan
(cm)
..... .....

Tabel 7a. Bahan Organik Tanah (Metode Jar).


Kode Lokasi Tinggi Bahan Organik
Komponen
Pengamatan (cm) (%)
Tinggi Massa
Tanah dan Air (z) ..... -
.....
Bahan Organik (d) ..... .....

Tabel 7b. Bahan Organik Tanah (Metode Destruksi oleh H2O2 10%).
Lama Berbuih
Kode Lokasi Pengamatan
(detik)
..... .....

44 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Tabel 8. pH Tanah.
Kode Lokasi Pengamatan pH
..... .....

Tabel 9. Salinitas Tanah.


Salinitas
Kode Lokasi Pengamatan
(dS/m)
..... .....

Tabel 10. Tutupan Vegetasi Lahan.


Tutupan Vegetasi Lahan
Kode Lokasi Pengamatan
(%)
..... .....

Tabel 11. Banyaknya Perakaran.


Banyaknya Perakaran
Kode Lokasi Pengamatan
(buah)
..... .....

Tabel 12. Populasi Cacing Tanah.


Populasi Tacing Tanah
Kode Lokasi Pengamatan
(buah)
..... .....

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 45


Lampiran 2. Skor Indikator Kesehatan Tanah.
Indikator Skor 1–3 Skor 4–6 Skor 7–9
Fisika Tekstur Tanah Skor: Skor: Skor:
Tanah 1. Pasir 4. Debu 7. Lempung liat berpasir, Liat
2. Pasir berlempung 5. Lempung berpasir, berpasir
3. Liat, Liat berdebu Lempung 8. Lempung liat berdebu
6. Lempung berdebu 9. Lempung berliat
Kestabilan Agregat Skor: Skor: Skor:
Tanah 1. 0–10 detik 4. 31–40 detik 7. 61–70 detik
2. 11–20 detik 5. 41–50 detik 8. 71–80 detik
3. 21–30 detik 6. 51–60 detik 9. >80 detik
Infiltrasi Tanah Skor: Skor: Skor:
1. 0–9 detik 4. 61–70 detik 7. 10–20 detik
2. >81 detik 5. 51–60 detik 8. 21–30 detik
3. 71–80 detik 6. 41–50 detik 9. 31–40 detik
Warna Tanah (5YR) (5YR) (5YR)
Skor: Skor: Skor:
1. Bright reddish brown 4. - 7. Very dark reddish brown
2. Reddish brown 5. - 8. Brownish black
3. Dull reddish brown 6. Dark reddish brown 9. Black

(7,5YR) (7,5YR) (7,5YR)


Skor: Skor: Skor:
1. Bright brown 4. - 7. Very dark brown
2. Dull brown 5. - 8. Brownish black
3. Brown 6. Dark brown 9. Black

46 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Lampiran 2. Skor Indikator Kesehatan Tanah (Lanjutan).
Indikator Skor 1–3 Skor 4–6 Skor 7–9
Fisika Kekuatan Tanah Skor: Skor: Skor:
Tanah 1. >9 MPa 4. 8 MPa 7. 5 MPa
2. - 5. 7 MPa 8. 4 MPa
3. - 6. 6 MPa 9. 3 MPa
Kedalaman Efektif Skor: Skor: Skor:
1. <49 cm 4. 50–60 cm 7. -
2. - 5. 60–70 cm 8. -
3. - 6. 70–80 cm 9. >81
Kimia Bahan Organik (Metode Jar) (Metode Jar) (Metode Jar)
Tanah Tanah Skor: Skor: Skor:
1. 1% 4. 2% 7. -
2. - 5. 3% 8. -
3. - 6. 4% 9. >5%

(Metode Destruksi; H2O2 10%) (Metode Destruksi; H2O2 10%) (Metode Destruksi; H2O2 10%)
Skor: Skor: Skor:
1. <99 detik 4. 100–125 detik 7. -
2. - 5. 126–150 detik 8. -
3. - 6. 151–200 detik 9. >201 detik

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 47


Lampiran 2. Skor Indikator Kesehatan Tanah (Lanjutan).
Indikator Skor 1–3 Skor 4–6 Skor 7–9
Kimia pH Tanah Skor: Skor: Skor:
Tanah 1. <5,4; >7,6 4. 5,5–5,7 7. 6,5–6,7
2. - 5. 5,8–6,0 8. 6,8–7,1
3. - 6. 6,1–6,4 9. 7,2–7,5
Salinitas (ECse) Skor: Skor: Skor:
1. >4,1 dS/m 4. 3,3–4,0 dS/m 7. 1,3–2,0 dS/m
2. - 5. 2,6–3,2 dS/m 8. 0,6–1,2 dS/m
3. - 6. 1,9–2,5 dS/m 9. 0,0–0,5 dS/m
Biologi Tutupan Vegetasi Skor: Skor: Skor:
Tanah Lahan 1. <14% 4. 15–25% 7. -
2. - 5. 26–35% 8. -
3. - 6. 36–45% 9. >46%
Banyaknya Skor: Skor: Skor:
Perakaran 1. 0–15 buah 4. 46–60 buah 7. -
2. 16–30 buah 5. 61–75 buah 8. -
3. 31–45 buah 6. 76–90 buah 9. >91 buah
Populasi Cacing Skor: Skor: Skor:
Tanah 1. 0 buah 4. 3 buah 7. -
2. 1 buah 5. 4 buah 8. -
3. 2 buah 6. 5 buah 9. >6 buah

48 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Lampiran 3. Kartu Kesehatan Tanah.
Skor Indikator Kesehatan Tanah Skor Test (ST) Bobot (B) Nilai (N)
Indikator Skor (S)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 [S x 10] [%]*) [ST x B]
Fisika Tekstur Tanah 5
Tanah Kestabilan Agregat Tanah 15
Infiltrasi Tanah 15
Warna Tanah 5
Kekuatan Tanah 5
Kedalaman Efektif 5
Kimia Bahan Organik Tanah 15
Tanah pH Tanah 5
Salinitas Tanah 5
Biologi Tutupan Vegetasi Lahan 5
Tanah Banyaknya Perakaran 5
Populasi Cacing Tanah 15
Indeks Kesehatan Tanah (IKT)
Kategori : (Sakit) (Sedang) (Sehat)
Faktor Pembatas : .....................................................................................................................................................................
Rekomendasi Perbaikan : .....................................................................................................................................................................
Keterangan:
1. Total nilai indeks tingkat kesehatan tanah (IKT) dan kategori kesehatan tanah: 10–30 (Sakit); 31–60 (Sedang); 61–90 (Sehat).
2. Faktor pembatas adalah indikator yang menempati kolom dengan skor terendah.
3. Rekomendasi perbaikan faktor pembatas (Tekstur Tanah: Tidak Ada; Kestabilan Agregat Tanah: Bahan Organik; Infiltrasi Tanah:
Bahan Organik; Warna Tanah: Bahan Organik; Kekuatan Tanah: Bahan Organik; Kedalaman Efektif: Tidak Ada; Bahan Organik
Tanah: Bahan Organik; pH Tanah: Kapur; Salinitas Tanah: Reklamasi Lahan; Tutupan Vegetasi Lahan: Cover Crop, Mulsa;
Banyaknya Perakaran: Bahan Organik; Populasi Cacing Tanah: Bahan Organik.
4. *)Persentase bobot indikator sifat tanah telah ditetapkan.

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 49


Lampiran 4. Contoh Penggunaan Kartu Kesehatan Tanah.
Skor Indikator Kesehatan Tanah Skor Test (ST) Bobot (B) Nilai (N)
Indikator Skor (S)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 [S x 10] [%]*) [ST x B]
Fisika Tekstur Tanah v 4 40 5 2
Tanah Kestabilan Agregat Tanah v 5 50 15 7,5
Infiltrasi Tanah v 5 50 15 7,5
Warna Tanah v 7 70 5 3,5
Kekuatan Tanah v 6 60 5 3
Kedalaman Efektif v 4 40 5 2
Kimia Bahan Organik Tanah v 2 20 15 3
Tanah pH Tanah v 4 40 5 2
Salinitas Tanah v 8 80 5 4
Biologi Tutupan Vegetasi Lahan v 4 40 5 2
Tanah Banyaknya Perakaran v 6 60 5 3
Populasi Cacing Tanah v 3 30 15 4,5
Indeks Kesehatan Tanah (IKT) 44
Kategori : (Sakit) (Sedang) (Sehat)
Faktor Pembatas : Bahan Organik Tanah
Rekomendasi Perbaikan : Penambahan Bahan Organik
Keterangan:
1. Total nilai indeks tingkat kesehatan tanah (IKT) dan kategori kesehatan tanah: 10–30 (Sakit); 31–60 (Sedang); 61–90 (Sehat).
2. Faktor pembatas adalah indikator yang menempati kolom dengan skor terendah.
3. Rekomendasi perbaikan faktor pembatas (Tekstur Tanah: Tidak Ada; Kestabilan Agregat Tanah: Bahan Organik; Infiltrasi Tanah:
Bahan Organik; Warna Tanah: Bahan Organik; Kekuatan Tanah: Bahan Organik; Kedalaman Efektif: Tidak Ada; Bahan Organik
Tanah: Bahan Organik; pH Tanah: Kapur; Salinitas Tanah: Reklamasi Lahan; Tutupan Vegetasi Lahan: Cover Crop, Mulsa;
Banyaknya Perakaran: Bahan Organik; Populasi Cacing Tanah: Bahan Organik.
4. *)Persentase bobot indikator sifat tanah telah ditetapkan.

50 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


DAFTAR PUSTAKA

Allison, FE. 1973. Soil Organic Matter and Its Role in Crop
Production. Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing
Company.
Anwar, EK. 2007. Analisis Kelimpahan Populasi dan Karakterisasi
Cacing Tanah. Dalam: Saraswati, R., Husen, E.,
Simanungkalit, RDM. (Editor). Metode Analisis Biologi Tanah.
ISBN: 978-602-8039-05-5. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Balai Penelitian Tanah. 2005. Prospek Pengembangan dan
Pemanfaatan Pupuk Organik di Indonesia. Bogor: Balai
Penelitian Tanah.
Brady, NC. 1984. The Nature and Properties of Soils. Ninth Edition.
New York: Macmillan Publishing Company.
Coleman, DC., Crossley, DA. 1996. Fundamentals of Soil Ecology.
USA: Academic Press.
Doran, JW., Parkin, TB. 1994. Defining and assessing soil quality. p.
3-21. In: Doran, JW., Coleman, DC., Bezdicek, DF., Stewart,
BA. (Eds.). Defining Soil Quality for a Sustainable
Environment. SSSA Spec. Publ. No. 35. Madison: Soil Sci.
Soc. Am., Inc. and Am. Soc. Agron., Inc.
Doran, JW., Sarrantonio, M., Liebig, M. 1996. Soil health and
sustainability. In: Sparks, DL. (Ed.). Advances in Agronomy.
Vol. 56. p. 1-54. San Diego: Academic Press.
Foth, HD. 1990. Fundamentals of Soil Science. Eighth Edition. USA:
John Wiley & Sons, Inc.
Gugino, BK., Idowu, OJ., Schindelbeck, RR., van Es, HM., Wolfe,
DW., Moebius-Clune, BN., Thies, JE., Abawi, GS. 2009.
Cornell Soil Health Assessment Training Manual. Second
Edition. NY: Cornell University.
Hanafiah, KA., Anas, I., Napoleon, A, Ghoffar, N. 2005. Biologi
Tanah: Ekologi dan Makrobiologi Tanah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Hardie, M., Doyle, R. 2012. Measuring soil salinity. In: Clifton, NJ.
(Ed.). Methods in Molecular Biology. DOI 10.1007/978-1-
61779-986-0_28. PubMed: 414-424.

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 51


Hardjowigeno, S., Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Tanah. Bogor: Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Larson, WE., Pierce, FJ. 1994. The dynamics of soil quality as a
measure of sustainable management. p. 37-51. In: Doran,
JW., Coleman, DC., Bezdicek, DF., Stewart, BA. (Eds.).
Defining Soil Quality for a Sustainable Environment. SSSA
Spec. Publ. No. 35. Madison: Soil Sci. Soc. Am., Inc. and Am.
Soc. Agron., Inc.
Ma’shum, M., Soedarsono, J., Susilowati, LE. 2003. Biologi Tanah.
Jakarta: CPIU Pasca IAEUP, Bagpro PKSD, Depdiknas.
[NRCS] Natural Resources Conservation Services. 2012. Soil
Health.
http://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/main/soils/health/
Nurlaeny, N. 2013. Peran Bahan Organik Tanah dalam Sistem
Pertanian Berkelanjutan. Bandung: Unpad Press.
Rosmarkam, A., Yuwono, NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Yogyakarta: Kanisius.
Sarief, S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka
Buana.
Singh, J., Singh, S., Vig, AP. 2015. Extraction of earthworm from soil
by different sampling methods: a review. Environ. Dev.
Sustain. DOI 10.1007/s10668-015-9703-5.
[SQI] Soil Quality Institute. 1999. Soil Quality Test Kit Guide. USA:
United States Department of Agriculture.

52 |Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering|


Prof. Dr. Ir. Tualar Simarmata, MS., meraih gelar Sarjana (Ir.) dari Jurusan
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada tahun 1982.
Gelar Magister Sains (MS.) didapatkan dari Program Studi Ilmu Tanah dan
Nutrisi Tanaman Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran pada
tahun 1986 dan gelar Doktor Pertanian (Dr. Agr.) dari Institut Mikrobiologi
Terapan dan Lingkungan Universitas Justus Liebig, Giessen – Jerman pada
tahun 1993. Sejak tahun 2007 dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Sejak tahun 1984 diangkat menjadi tenaga pengajar sebagai dosen tetap pada Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Pada program pendidikan jenjang S-1, S-2
dan S-3 mengampu mata kuliah: Mikrobiologi Pertanian, Bioteknologi Pertanian, Biofertilisasi,
Kualitas Tanah, Sistem Pertanian Berkelanjutan, Pengantar Ilmu Pertanian, Biokimia Tanah,
Biokimia Tanah Lanjut, Interaksi Biologis dalam Tanah dan Biologi Lahan Sawah. Fokus
utama penelitian adalah: (1) Pemulihan kesehatan tanah (soil health and soil quality) dan
peningkatan produktivitas lahan sawah melalui teknologi intensifikasi padi aerob terkendali
berbasis organik (IPAT-BO) yang merupakan teknologi hemat air, penggunaan pupuk hayati
(biofertilizer) dan input lokal (kompos jerami padi, biochar, limbah organik dan pupuk organik
lainnya); (2) Pengembangan dan implementasi manajemen pemupukan ramah lingkungan
terpadu (integrated eco-friendly fertilizers management) untuk memulihkan kesehatan tanah
dan meningkatkan produktivitas tanaman. Meraih penghargaan sebagai 10 Inovator Terbaik
Indonesia dalam karya inovasi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-
BO) pada tahun 2016.

Dr. Ir. Mieke Rochimi Setiawati, MP., meraih gelar Sarjana (Ir.) dari
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Padjadjaran pada tahun 1985.
Gelar Magister Pertanian (MP.) didapatkan dari Program Studi Ilmu Tanah
dan Nutrisi Tanaman Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran pada
tahun 1995 dan gelar Doktor Ilmu Pertanian (Dr.) dari Program
Pascasarjana Universitas Padjadjaran pada tahun 2004. Sejak tahun 1987
diangkat menjadi tenaga pengajar sebagai dosen tetap pada Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Pada program pendidikan jenjang S-1, S-2 dan S-3 mengampu mata kuliah: Mikrobiologi
Pertanian, Bioteknologi Pertanian, Biofertilisasi, Kualitas Tanah, Pertanian Organik, Biologi
Tanah dan Teknologi Pengelolaan Tanah Sawah. Fokus utama penelitian adalah peran pupuk
hayati bakteri endofitik penambat nitrogen dan azolla dalam menyediakan unsur hara nitrogen
bagi tanah dan tanaman.

Diyan Herdiyantoro, SP., MSi., meraih gelar Sarjana Pertanian (SP.) dari
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor pada tahun
2001. Gelar Magister Sains (MSi.) didapatkan dari Program Studi Ilmu
Tanah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005.
Pada tahun 2015 melanjutkan pendidikan jenjang S-3 Doktor Ilmu Pertanian
di Sekolah Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Sejak
tahun 2006 diangkat menjadi tenaga pengajar sebagai dosen tetap pada
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.
Pada program pendidikan jenjang S-1 mengampu mata kuliah: Mikrobiologi Pertanian,
Bioteknologi Pertanian, Biofertilisasi, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Kualitas Tanah, Matematika
Statistika, Perancangan Percobaan dan Metode Ilmiah Penulisan Karya Ilmiah. Fokus utama
penelitian adalah peran pupuk hayati bakteri pelarut kalium dalam menyediakan unsur hara
kalium bagi tanaman pada tanah-tanah dengan ketersediaan kalium yang rendah.

Simarmata et al. (2019)|Evalusi Cepat Kesehatan Tanah Lahan Kering| 53

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai