Anda di halaman 1dari 2

Refleksi diri

Pengalaman saya yang paling traumatis adalah saat menghadapi pasien gawat darurat mata
pada klinik rawat jalan yang dimana pada klinik tidak dapat menghadapi kasus gawat darurat. Pada
hari itu datang pasien dengan keadaan mata nyeri, merah, bengkak dan sulit membuka mata
dikarenakan terkena percikan las. Di saat itu saya hanya bisa memeriksa keadaan mata dan irigasi
pada mata yang terkena percikan las tersebut lalu menjelaskan efek dari terkena percikan las dan
edukasi untuk merujuk pasien ke IGD terdekat atau dokter ahli mata dikarenakan bahan dan alat
yang kurang memadai untuk kasus gawat darurat. Namun pasien hanya menganggap kasus ini
tidak menjadi ancaman baginya lalu meminta tolong kepada saya untuk diobati diklinik saja dan
keberatan dalam masalah biaya jika harus ke IGD, namun saya tetap berikan edukasi dan
menjelaskan keterbatasan bahan dan alat di klinik kemudian menjelaskan kembali kasus ini
termasuk gawat darurat namun pasien tersebut menjadi marah-marah/emosi. Pasien terkesan
memaksa ingin diberikan obat tetes mata saja. Perasaaan saya saat itu dilema dan takut. Saya
dilema apa yang harus saya lakukan saat ada pasien yang marah-marah, berharap saya bisa
mengobati matanya. Kesulitan yang dialami adalah bersikap tegas dan mencari cara untuk
meyakinkan pasien bahwa yang dialaminya adalah penyakit serius yang harus ditangani segera.

Cara saya menghadapi masalah saat itu adalah saya berusaha tidak terlihat dilema, jangan
terbawa emosi dengan sikap pasien, bersikap tenang dan bisa memberikan contoh dari kasus-kasus
gawat darurat terhadap pasien untuk lebih memahaminya dan menceritakan efek jika tidak
ditangani segera bisa menyebabkan kebutaan. Saya menjelaskan bahwa jika diberi obat tetes mata
langsung bisa berefek lebih fatal, lalu saya mencoba memberi sikap empati terhadap pasien dengan
cara mengerti apa yang dirasakan oleh pasien. Dampak dari kejadian tersebut di masa sekarang
dan masa depan adalah saya bisa lebih tenang dan lebih berpengalaman dalam berhadapan dengan
pasien. Saya juga belajar betapa pentingnya dalam hal memberi edukasi dan informasi kepada
pasien serta memastikan kelengkapan bahan dan alat sebelum menghadapi hal – hal gawat darurat.
Jika memang tidak tersedia bahan dan alat nya bisa merujuknya atau menjalankan tugas sesuai
dengan prosedur.

Pembelajaran yang saya dapat ambil dari masalah tersebut adalah saya baru menyadari
bahwa pada kasus mata memiliki banyak kasus gawat darurat yang tidak bisa ditangani di klinik
atau RS yang tidak memiliki bahan dan alat gawat darurat, namun kita bisa mengedukasi dan
mengarahkan pasien apa yang harus dilakukan segera dan kita harus mengoptimalkan apa yang
kita miliki dalam menghadapi berbagai kejadian.

Kelebihan saya adalah dapat berusaha untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi saat
pasien marah-marah dan dapat mengedukasi pasien dengan baik sehingga dapat memahami
kondisinya saat itu. Kekurangan saya saat itu adalah saya tidak memanggil asisten atau orang lain
untuk mendampingi atau menjadi saksi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat pasien emosi
dan saya tidak memanggil keluarganya untuk menenangkan pasien atau mencoba menjelaskan ke
keluarganya untuk berusaha meyakinkan pasien untuk segera ke RS terdekat.

Anda mungkin juga menyukai