Anda di halaman 1dari 2

SCRIPT PPT

PT. NISSAN MOTOR INDONESIA

 Kronologi
Berawal dari seorang konsumen yang bernama ludmilla, ia membeli Nissan march
pada 7 Maret 2011 di dealer resmi Nissan di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan.
ia tertarik membeli mobil tersebut karena dalam iklan dan berosurnya menyebutkan
bahwa kendaraan tersebut irit BBM. Namun setelah sebulan pemakaian, mila merasa
mobil yang iya beli itu boros bensin. Ia merasa jargon “irit” dalam iklan dan brosur
yang di sebarkan tidak sesuai dengan kenyataan. Penasaran ia pun mencoba
menghitung jarak tempuh kendaraan dan konsumsi bensin pada mobil Nissan march.
Setelah satu bulan pemakaian, Milla menemukan kenyataan butuh satu liter bensin
untuk pemakaian mobil, pada jarak 7,9 hingga 8,2 kilometer (km). Rute yang sering
dilalui Milla adalah Buncit–Kuningan-Buncit. Semuanya di Jakarta Selatan. Hasil
deteksi mandiri itu ditunjukkan ke Nissan cabang Warung Buncit dan Nissan cabang
Halim. Berdasarkan iklan yang disebarkan di media online detik dan Kompas, Nissan
March mengkonsumsi satu liter bensin untuk jarak tempuh 21,8 km.Pihak Nissan
melakukan tiga kali pengujian setelah pemberitahuan Milla. Milla hanya ikut dua kali
proses pengujian. Lantaran tak mendapatkan hasil, Milla meminta dilakukan tes
langsung di jalan dengan mengikutsertakan saksi.
Kasus ini akhirnya masuk ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
Jakarta. Milla meminta tanggung jawab PT Nissan Motor Indonsia (NMI).
Perjuangannya berhasil. Putusan BPSK 16 Februari lalu dimenangkan Milla. BPSK
memutuskan agar Nissan membeli mobil Ludmilla di harga Rp 150 juta. Hal ini
sesuai dengan keputusan mediasi kedua belah pihak.
 BPSK menyatakan Nissan melanggar Pasal 9 ayat (1) huruf k UU
Perlindungan Konsumen yang menyatakan, “pelaku usaha dilarang
menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu barang atau jasa secara
tidak benar. Kemudian menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang
belum pasti”.

 Selain itu, BPSK juga menyatakan Nissan melanggar ketentuan Pasal 10 huruf
c UU Perlindungan Konsumen. Aturan itu berbunyi, “pelaku usaha dalam
menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang
tidak benar atau menyesatkan mengenai kondisi, tanggungan, jaminan, hak
atau ganti rugi atas suatu barang atau jasa”.
Tak puas atas putusan BPSK, Nissan menggugat balik keputusan itu. Nissan pun mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Mereka meminta agar pengadilan
membatalkan keputusan BPSK. Namun, upaya Nissan gagal. Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan menolak permohonan mereka. Barang bukti yang dibawa Nissan untuk memberatkan
Ludmilla dimentahkan hakim.Nissan yang tak puas atas putusan itu kembali mengajukan
kasasi ke Mahkamah Agung. Namun, upaya Nissan kembali kandas.

Pelaku usahanya adalah PT. NISSAN MOTOR INDONESIA

DAMPAK : memiliki dampak pada reputasi PT.NISSAN MOTOR INDONESIA, dengan ada
nya kasus ini konsumen mungkin bisa menjadi kurang percaya dengan mobil yang dihasilkan
oleh PT.NISSAN MOTOR INDONESIA dan konsumen harus lebih pintar dan kritis agar
kejadian ini tidak terjadi. karena dengan berpikir kritis dan pintar sebelum membeli suatu
barang akan juga menjadikan suatu perusahaan terus menerus mengembangkan kualitas
barang dan cara pemasarannya untuk memuaskan pelanggan dan meminimalisir kecurangan
seperti kasus diatas.

Pelanggaran etika bisnis pemasaran ; kebohongan atau kepalsuan pada iklan dan brosur yang
disebarkan.

Anda mungkin juga menyukai