Anda di halaman 1dari 5

1.

Perkenalan

Fisika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang menarik
dan membutuhkan lebih banyak pemahaman daripada hafalan. Fisika ditempatkan sebagai salah satu
mata pelajaran terpenting [1], [2]. Kegiatan pembelajaran fisika menekankan pada pemberian langsung
untuk meningkatkan keterampilan agar siswa dapat berpikir kritis dan sistematis dalam memahami
konsep fisika sehingga siswa memperoleh pemahaman yang benar tentang fisika [3], [4]. Pemahaman
yang baik tentang pelajaran fisika sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Namun fakta di lapangan
menunjukkan bahwa aktivitas siswa di kelas fisika masih kurang sehingga berdampak pada hasil belajar
yang dicapai siswa [5] - [7]. Hal ini didukung dengan studi pendahuluan yang dilakukan di ADM Negeri 1
Babalan. Dalam proses belajar mengajar, guru harus menerapkan berbagai model pembelajaran agar
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mencapai tujuan yang diharapkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran discovery [8].
Discovery learning atau discovery learning adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan [9].

Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu dipikirkan model, metode, dan strategi untuk mengatasi
permasalahan diatas. Salah satu model yang cocok untuk pembelajaran fisika adalah model
pembelajaran Discovery. Hal tersebut didasari oleh masalah-masalah pokok yang telah dikemukakan
sebelumnya yaitu siswa hanya mampu mengingat konsep fisika ketika dijelaskan dan proses
pembelajaran hanya menekankan pada memori dan pemahaman materi, sehingga aktivitas berpikirnya
tidak. dioptimalkan. Akibatnya ilmu yang terbentuk tidak bertahan lama yang berdampak pada buruknya
hasil belajar siswa, tidak hanya itu menurut filosofi Tionghoa “Confucius”, teori belajar yang baik adalah
“To do something”. ", yaitu: melakukan sesuatu. Dalam arti kata "yang saya dengar, saya lupa". Apa yang
saya lihat, saya ingat. Apa yang saya mengerti, ”jadi sesuatu yang dilakukan seseorang memiliki ingatan
yang lebih lama daripada melihatnya.

Dengan menerapkan model discovery learning, masalah harus diselesaikan karena didasarkan pada
model pembelajaran discovery. Discovery learning merupakan model pengembangan metode
pembelajaran aktif siswa untuk membuka metode tertutup, menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
sehingga hasil yang diperoleh setia dan langgeng dalam ingatan, serta tidak mudah dilupakan oleh siswa
[10]. Dengan belajar discovery, anak-anak juga dapat belajar berpikir analitis dan mencoba memecahkan
masalah mereka [9] - [11]. Melalui model pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat menemukan dan
mentransformasikan sendiri informasi yang kompleks, memverifikasi informasi baru dengan yang sudah
ada dalam ingatannya, dan mentransformasikan perkembangan menjadi informasi atau kemampuan
yang sesuai dengan lingkungan dan waktu, tempat, dan waktu di mana mereka tinggal. .

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model
discovery learning; untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional; untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model discovery learning;
untuk mengetahui pengaruh model discovery learning dan model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar siswa.
2. Metode

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan dua desain kelompok kontrol. Kelas
eksperimen peserta adalah kelas X MIPA 4 yang berjumlah 33 siswa dan diberi perlakuan menggunakan
model discovery learning. Kelompok kontrol satu adalah MIPA2 kelas X yang berjumlah 33 siswa dan
diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen hasil belajar digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model Discovery Learning
dibandingkan model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Momentum dan Impulse di kelas X semester II SMA Negeri 1 Babalan TP 2017/2018.

Tabel

3. Hasil:

Berdasarkan Tabel 2. diperoleh nilai postest hitung> t-tabel adalah (2,675> 1,669), maka H0 ditolak dan
Ha diterima, dengan kata lain hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik karena Hasil belajar
siswa dari kelas kontrol yang artinya terdapat pengaruh model pembelajaran Discovery Learning.
terhadap hasil belajar siswa di kelas pada mata pelajaran Momentum and Impulse pada siswa kelas X
Semester II SMA Negeri 1 Babalan TP 2017/2018.

Tabel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan kegiatan eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran discovery. Hal tersebut dibuktikan dengan perbedaan hasil
belajar siswa dan kegiatan eksperimen. Evaluasi kegiatan eksperimen peserta dilakukan selama kegiatan
belajar mengajar yang terdiri dari tiga pertemuan. Indikator yang digunakan dalam evaluasi kegiatan
adalah respon, identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi data, dan
penyusunan kesimpulan. Berikut adalah tabel rata-rata aktivitas siswa untuk setiap pertemuan.

Tabel

Hasil belajar rata-rata siswa adalah 78,01 yang tergolong tuntas karena memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang berlaku di sekolah tempat siswa tersebut ditetapkan. studi, yaitu 75.0. Selama
proses pembelajaran semua aspek mengalami peningkatan setiap pertemuan, namun pada pertemuan
pertama aspek rumusan masalah masih lemah, begitu pula aspek pengumpulan data audit dengan skor
rata-rata 56,03. Hal ini dikarenakan siswa masih belum memahami permasalahan yang dikemukakan
oleh guru, sehingga siswa cenderung diam pada poin ini dan respon siswa tidak berhubungan dengan
materi yang dipelajari. Karena pada pertemuan pertama kurang optimal maka pada pertemuan kedua
peneliti melalui aspek pembelajaran dan hasilnya aspek pengumpulan data eksperimen dan analisis data
eksperimen meningkat dengan nilai rata-rata 66,15 dimana siswa berada sangat antusias melakukan
eksperimen pengumpulan data karena selama melakukan eksperimen siswa menilai materi yang
disajikan lebih menarik dan lebih mudah dipahami, sehingga kedua aspek tersebut mengalami
peningkatan. Pada pertemuan ketiga terlihat bahwa semua aspek mengalami peningkatan dengan rata-
rata aktivitas 77,26 karena hampir semua siswa memahami tahapan pembelajaran dengan aspek
merumuskan masalah sebelum pembelajaran, mengumpulkan data eksperimen berupa eksperimen
secara langsung di kelas. kemudian mereka sendirian, yang memungkinkan mereka untuk lebih
memahami materi. Ketika mempertimbangkan perkembangan aktivitas siswa di kelas eksperimen terjadi
peningkatan selama menerima pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model discovery learning
mengalami peningkatan. Hasil ini dicapai karena model pembelajaran discovery dirancang untuk
mengarahkan siswa secara langsung untuk mengungkapkan atau menyelidiki pengetahuan yang tidak
diketahui selama proses pembelajaran.

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini menunjukkan bahwa model Discovery Learning
di kelas eksperimen membuat siswa lebih aktif karena model tersebut membimbing siswa untuk lebih
kreatif dan memahami fenomena fisik (Tobing., & Siregar, 2016). Selain model pembelajaran, salah satu
kegiatan yang paling membedakan kelas kontrol dengan kelas eksperimen adalah kelas kontrol yang
tidak melakukan eksperimen atau magang. Kelas kontrol tidak secara langsung melibatkan siswa dalam
penyelidikan ilmiah (Anggi., & Jurubahasa, 2016). Pembelajaran kelas yang menggunakan model
Discovery Learning memiliki hasil belajar siswa yang lebih baik daripada kelas yang menggunakan model
konvensional karena kelas yang menerima pembelajaran dengan menggunakan model Discovery
Learning menghadapi masalah terkait. dalam kehidupan sehari-hari, agar siswa termotivasi untuk aktif
dan menimbulkan rasa ingin tahu saat melaksanakan. proses pembelajaran (Widiadnyana., Sadia., &
Suastra, 2014).

Hal ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model discovery learning lebih baik
daripada model pembelajaran konvensional. Hasil ini dicapai karena model pembelajaran discovery
dirancang untuk mengarahkan siswa secara langsung untuk mengungkapkan atau menyelidiki
pengetahuan yang tidak diketahui selama proses pembelajaran. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) SMA Negeri 1 Babalan 75,0, nilai rata-rata posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen
adalah 78,01 dan tergolong tuntas. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Setelah
dilakukan pengujian terhadap hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan menggunakan model
Discovery Learning diperoleh nilai rata-rata 78,01. Nilai ketuntasan mata kuliah Fisika minimal 75,0, hasil
belajar siswa tergolong tuntas. Hasil belajar post test siswa kelas kontrol dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional diperoleh nilai rata-rata 73,37. Nilai ketuntasan mata kuliah Fisika minimal
75,0, hasil belajar siswa tergolong kurang tuntas. Rata-rata aktivitas belajar siswa selama pembelajaran
yang berlangsung dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga di kelas eksperimen adalah 66,48
dengan titik akhir aktif. Berdasarkan perbedaan pengolahan menggunakan model discovery learning
pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol terdapat perbedaan hasil
belajar siswa, diperoleh hasil bahwa uji hitung t dari data post test menunjukkan bahwa t hitung> t tabel
(2675> 1669) pada tingkat signifikan α = 0,05. Dengan kata lain Ha diterima, yaitu hasil belajar siswa
yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran konvensional.

4. Diskusi

Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode pengajaran
yang mengedepankan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri. Salah satu
metode yang banyak digunakan di sekolah lanjutan adalah metode penemuan. Model Pembelajaran
Penemuan mengintegrasikan 5 prinsip berikut: (1) Pemecahan Masalah; Instruktur membimbing dan
memotivasi peserta didik untuk mencari solusi dengan menggabungkan fakta yang ada dan yang baru
diperoleh dan menyederhanakan pengetahuan [13]. Dengan cara ini, peserta didik adalah kekuatan
pendorong di belakang pembelajaran, mengambil peran energik dan menetapkan tujuan yang lebih luas
untuk kapabilitas melalui hal-hal yang harus dilakukan yang memotivasi risiko, pemecahan masalah dan
penyelidikan; (2) Manajemen Pelajar. Instruktur harus memungkinkan anggota untuk bekerja sendiri
atau dengan orang lain, dan belajar dengan kecepatan mereka sendiri. Fleksibilitas ini membuat
penguasaan lawan spesifik dari urutan statis instruksi dan aktivitas, membebaskan pelajar dari stres
yang tidak perlu, dan membuat mereka mengalami pembelajaran mereka sendiri; (3) Mengintegrasikan
dan Menghubungkan. Instruktur harus melatih pemula cara menggabungkan pengetahuan sebelumnya
dengan yang baru, dan mendorong mereka untuk terhubung ke dunia nyata. Kemungkinan yang sudah
dikenal ternyata menjadi dasar informasi baru, mendorong para pemula untuk memperluas apa yang
mereka sadari dan menciptakan sesuatu yang baru; (4) Analisis dan Interpretasi Informasi. Pembelajaran
penemuan berorientasi pada proses dan sekarang tidak berorientasi pada konten, dan terutama
didasarkan pada asumsi bahwa memperoleh pengetahuan sekarang bukan hanya sekumpulan fakta.
Peserta didik dalam memeriksa kebenaran untuk menganalisis dan menafsirkan informasi yang diterima,
daripada menghafal jawaban yang benar; (5) Kegagalan dan Umpan Balik. Belajar tidak hanya terjadi
ketika kita menemukan jawaban yang benar. Itu juga terjadi melalui kegagalan. Penguasaan penemuan
sekarang tidak berfokus pada menemukan hasil menyerah yang benar, tetapi hal-hal baru yang kami
temukan dalam prosesnya. Dan itu adalah tanggung jawab instruktur untuk memberikan komentar
karena pembelajarannya tidak lengkap.

Model pembelajaran Discovery Learning memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang subjek melalui proses mengamati, meminta, menguji, mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan materi yang dipelajari selama proses pembelajaran [14], [15]. Model pembelajaran
merupakan aspek penting yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang digunakan
untuk mengajarkan suatu mata pelajaran sudah sesuai, sehingga hasil belajar siswa cenderung lebih baik
pula. Dari hasil observasi peneliti selama melakukan penelitian terlihat bahwa minat dan pemahaman
siswa yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut terlihat dari hasil
belajar siswa dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran [9], [10]. Pendekatan penemuan terpandu
dapat digunakan di semua tingkatan dan perlu digunakan di mana konsep dasar dilibatkan [14], [16].

5. Kesimpulan
Penemuan kelas pendidikan pembelajaran harus dirancang dengan baik, sangat berpengalaman, dan
interaktif. Instruktur harus menggunakan cerita, permainan, alat bantu visual, dan berbagai teknik
menarik perhatian yang akan membangun keingintahuan dan minat, dan membimbing para pemula
dalam metode baru dalam berpikir, bertindak, dan berefleksi [14]. Teknik yang digunakan dalam
Discovery Learning bisa bermacam-macam, namun tujuannya selalu sama, yaitu mahasiswa baru untuk
mencapai hasil berhenti sendiri. Dengan mengeksplorasi dan memanipulasi situasi, bergumul dengan
pertanyaan dan kontroversi, atau dengan melakukan eksperimen, pendatang baru lebih cenderung
untuk mencatat konsep dan pengetahuan yang baru diperoleh [17].

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model discovery learning pada siswa
kelas X Semester II SMA Negeri 1 Babalan TP 2017/2018 diperoleh dari hasil analisis data dan pengujian
hipotesis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Setelah pengujian Hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dengan model Discovery Learning diperoleh nilai rata-rata 78,01. Nilai ketuntasan mata
kuliah Fisika minimal 75,0, hasil belajar siswa tergolong tuntas; (2) Hasil belajar post test siswa kelas
kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh nilai mean 73,37. Nilai
ketuntasan mata kuliah Fisika minimal 75,0, hasil belajar siswa tergolong kurang tuntas; (3) Rata-rata
aktivitas belajar siswa selama pembelajaran yang berlangsung dari pertemuan pertama hingga
pertemuan ketiga di kelas eksperimen adalah 66,48 dengan titik akhir aktif. (4) Berdasarkan perbedaan
pengolahan menggunakan model pembelajaran discovery pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol terdapat perbedaan hasil belajar siswa, diperoleh hasil bahwa uji hitung
t dari data posttest menunjukkan bahwa t hitung> t tabel (2675> 1669) pada taraf signifikan α = 0,05.
Dengan kata lain Hipotesis diterima, yaitu hasil belajar siswa yang menggunakan model discovery
learning lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Anda mungkin juga menyukai