Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Peranan Zis dalam Membentuk Insan Agamis, Sosial dan Peningkatan HDI

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Fiqih Zakat dan Waqof”

Dosen pengampu:

HM. Misbahus Salam S.Ag. M.Pd. I

Oleh :
Siti Nuriyah

PRODI EKONOMI SYARIAH 7

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMAMA ISLAM NEGRI JEMBER

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan khadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat tufiq, hidayah dan inayah hidayah dan inayah sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Peranan Zis dalam Membentuk Insan
Agamis, Sosial dan Peningkatan HDI Kami ucapkan ribuan terima kasih kepada
Bapak HM. Misbahus Salam S.A M.Pg.d. I Selaku dosen mata kuliah Fiqih Zakat
dan Waqof yang telah memberikan bimbingan untuk penyelesaian makalah ini.

Penyusun menyadari meskipun penulisan makalah ini telah mengupayakan


seoptimal mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak
sengaja, untuk itu bagi para pembaca yang budiman, kami harapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumya dan khususnya bagi
penulis serta memperoleh ridho Allah semata. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jember, 28 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan................................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................5

2.1 Definisi Zakat.....................................................................................................5

2.2 Definisi Infak Sedekah.......................................................................................6

2.3 Dasar Hukum Zakat...........................................................................................6

2.4. Hadis tentang infaq/ bersedekah.......................................................................7

2.5 Dampak sosial Zis dalam Membentuk Insan Agamis, Sosial dan Peningkatan
HDI..........................................................................................................................8

2.6 Indonesia dalam peringkat Human Development Index.................................12

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................17

A. Kesimpulan........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan besar yang ada di


Indonesia, bahkan di tahun 1997 Indonesia pernah mengalami krisis moneter yang
hal itu mengakibatkan angka kemiskinan di Indonesia meningkat. Hal ini
merupakan salah satu dampak dari sekian banyaknya usaha kegiatan ekonomi
yang terhenti sehingga mengakibatkan angka pengangguran meningkat. Dalam
agama Islam salah satu instrumen yang menjadi sumber pendapatan adalah zakat,
infak dan sedekah (ZIS). ZIS sebagai salah satu cara menanggulangi kemiskinan
yaitu dengan adanya dukungan dari orang yang mampu mengeluarkan hartanya
untuk diberikan kepada yang membutuhkan. Akan tetapi, selama ini zakat masih
dilihat sebelah mata bagi sebagian orang padahal zakat mempunyai peranan yang
sangat penting bagi upaya penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia. Zakat tidak
mempunyai hubungan timbal balik apapun kecuali hanya mengharap ridho Allah
SWT.

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud zakat?
2. Apa yang dimaksud infak sedekah?
3. Apa dasar dari Al-Quran, Al-Hadist dan Qaul Ulama?
4. Apa dampak sosial Zis dalam Membentuk Insan Agamis, Sosial dan
Peningkatan HDI?
5. Jelaskan tentang Human Developement Indeks!
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi zakat
2. Untuk mengetahui definisi infak sedekah
3. Untuk mengetahui dasar dari Al-Quran, Al-Hadist dan Qaul Ulama
4. Untuk mengetahui dampak sosial Zis dalam Membentuk Insan Agamis,
Sosial dan Peningkatan HDI
5. Untuk mengetahui tentang Human Developement Indeks

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Zakat

Zakat merupakan suatu kewajiban yang sangat ditekankan kepada hamba-


Nya untuk menunaikannya, kewajiban berzakat ini sama dengan kewajiban
mendirikan sholat. Salah satu fungsi utama daripada zakat adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, zakat dibayarkan oleh mereka yang
mampu dan mempunyai hasil yang sudah sesuai dengan nisabnya yang telah
ditentukan oleh syariat Islam. Zakat ini umumnya penyalurannya dilakukan
melalui badan yang disebut dengan amil zakat dan disalurkan untuk orang-orang
yang berhak menerimanya (mustahiq). Pada dasarnya zakat itu dikeluarkan oleh
orang-orang yang mempunyai kewajiban untuk berzakat yang disebut dengan
muzakki.

Zakat yang sudah terkumpul lalu didistribusikan kepada para golongan


yang berhak menerima zakat. Para muzakki membayarkan zakatnya ada yang
dibayarkan sendiri kepada si penerima zakat namun ada pula yang melalui
perantara yang biasa disebut dengan amil. Pengelolaan zakat di Indonesia
sekarang ini sudah menuju ke arah yang lebih baik. Pendistribusian zakat
merupakan salah satu faktor yang dijadikan tolak ukur bagi umat Islam untuk
memilih lembaga yang dipercaya dalam pengelolaan zakat.

Keberhasilan dari pengelolaan zakat sangat bergantung pada proses


pendistribusian zakat tersebut. Pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di
Indonesia terdapat dua macam kategori yaitu distribusi secara konsumtif dan
produktif. Secara konsumtif bisa diartikan bahwasannya zakat langsung diberikan
pada mustahik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang mungkin hanya cukup
untuk satu dua hari saja. Sedangkan secara tidak langsung zakat didistribusikan
secara produktif yang ini artinya bahwa zakat yang disalurkan oleh amil zakat itu
tidak bisa dinikmati secara langsung hasilnya oleh para mustahiq, pendistribusian
zakat dengan model ini biasanya dalam bentuk usaha yang pengelolanya bisa dari
5
pengelola zakat maupun dari para mustahiq hasil yang diperoleh dari usaha
tersebutlah yang dikonsumsi oleh para mustahiq. Peran lembaga amil zakat sangat
penting sekali, oleh sebab itu LAZISNU Kota Metro sebagai lambaga pengelolaan
dan pendistribusian zakat, infak dan sedekah harus bisa secara optimal
mendampingi dan memberikan pengarahan serta pelatihan agar zakat yang
diberikan untuk modal usaha tersebut benar-benar dikelola secara baik dan
bertanggung jawab sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan
yang bisa meningkatkan perekonomian.

2.2 Definisi Infak Sedekah

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta)
untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat infak adalah
bearti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Sedangkan sedekah berasal dari
kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang gemar bersedekah adalah orang yang
benar pengakuan imannya. Menurut terminologi syariat sedekah sama dengan
pengertian infak termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya, hanya saja
jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti yang lebih luas,
menyangkut hal yang bersifat nonmateriil.

Umat Islam memang tidak diwajibkan untuk mengeluarkan infak dan


sedekah, akan tetapi dalam Al Qur‟an Allah sangat menganjurkan umat Islam
untuk berinfak dan bersedekah, karena banyak sekali hikmah yang terkandung
dalam harta infak dan sedekah.

2.3 Dasar Hukum Zakat

Al Qur‟an sebagai sumber pertama hukum Islam telah menjelaskan


wajibnya syariat zakat. Kewajiban zakat itu bila ditinjau dari kekuatan hukumnya
sangat kuat karena mempunyai dasar hukum nash yang sudah pasti.

‫ع‬
ٌ‫ََعَعًة ل ّ ا ي ع ل ل ي ِل عُا ع ع عَِ يْ لُ ي‬
‫ََ معٌ ّل اُ م يٌ عٰ ل‬
‫لا ع‬
ٌ‫َ لِ يْ مٌ عَ لِ يْ م‬
‫َِوَعَع ع‬
‫َ لِّ ع م ا للّ ع ل‬ ٰ ٌُْ‫َُُ اٌُ َٰاَع ِّ ي‬ ‫َا ع‬
ُْ‫ا‬
ٌ‫ي لْ يٌ ا ع يْ عوا لّ لُ ي‬

6
Artinya: ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Dari ayat tersebut di atas QS. Surat At taubah: 103 sudah sangat jelas
bahwasannya kata “ambillah” merupakan perintah wajib dari Allah SWT untuk
menunaikan zakat pada sebagian harta para muzakki. Karena dengan zakat itu
para muzakki dapat membersihkan dan mensucikan harta-harta mereka. Dengan
dikeluarkannya zakat hal ini akan membawa dampak positif bagi kententraman
jiwa para muzakki.

Dalam sebuah hadits juga dijelaskan:

َ‫َ لا عَ يْ اُ عِا َعا ع‬ ‫ عَ لٌ اِ ليٌ ا‬: ‫َو اَ ل‬ ‫ﷺ َعا عَ عَ ا‬: ٍ‫الَيَ اُ عَِعى ُ يعِ س‬ ‫ ِاْل ع‬: ‫َ عُاَعِل َ ع يّ ل ِلّعَع‬
‫ع‬
‫َ عِ عُ عَ ل‬
‫ِ ع‬ ‫َ ل ع‬
‫َ يو لُ عَ عْ ع‬
‫َاّع‬ ‫ عِٰليَ لعاِ ل‬، ‫ص عَِل‬
‫ عٰ ع‬، ‫ عٰاّ عَ ِّل‬، ‫اَِّعاِل‬ ‫ عِٰلَع لاُ اّ ل‬، ‫َو اَ لل‬‫ِل لل لا عَٰ ع لّ اْ عَ لَِةا عَ ا‬
‫ي‬

Aku pernah mendengar Rasululah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:


“Islam dibangun atas lima pekara. (1) Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah,
dan Muhammad Rasul Allah, (2) mendirikan shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4)
melaksanakan ibadah haji, dan (5) berpuasa Ramadhan”. [HR Bukhari dan
Muslim]. Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasannya Islam itu suatu agama
yang didirikan atas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, mengeluarkan
zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan yang
selanjutnya hal ini masuk ke dalam rukun Islam. Pada hakekatnya harta seorang
muslim tidak dapat diambil sedikitpun kecuali berdasarkan nash yang telah
mengaturnya, sehingga dalam memungut zakat hendaknya berdasarkan tuntunan
yang telah disyariatkan.

2.4. Hadis tentang infaq / bersedekah

7
ََِ‫َِ َا‬
‫ص نُّهوا فِ َإّنُه‬ ِ ِ ‫سّن َِ َُِهو هُ ت‬ ِ ‫َِّ يْ َُ ِو‬ ‫صّنى ن‬
ِ ‫له‬ ِ ّ‫س َِْيُه اّنبَ ن‬
‫ن‬
ِ ُِ ‫ٍ ُِا‬ ‫ِ ِ يَِْ ِو يْ ب‬ ِ ُِ ‫َِ نَِّنِا َِ يْبِ هّ يْ هَ َِا َّ بّ ُِا‬
‫س َِْيُه‬
‫ص َُُِِّ َُ فِ َِ َِ َِ هّ َِ يَ َِ يُبِّه َِا َُِهو هُ ن‬
‫اّّ هِ هُ ِّ يو َِْيُِ َْ َِا َْ ياأ ِ يَ َِ ُِِّبَ يُّ ه َِا فِأ ِ نَا‬ ‫َِّ يْ هُ يَ َِ َِا نٌ َِ يَِِّ ن‬
ِ َْ ُ‫اّّ هِ ه‬ ِ َّ‫َِأيت‬
َ ِ
ِ ‫ا‬َِ
‫ِ َّّ َْ َِا‬ َِ ِ‫اِّْ يو َِ ف‬
‫ي‬

Telah menceritakan kepada kami Mabad bin Khalid berkata; Aku mendengar
Haritsah bin Wahab berkata; Aku mendengar Nabi Shallallahualaihiwasallam
bersabda: "Bershadaqalah, karena nanti akan datang kepada kalian suatu zaman
yang ketika itu seseorang berkeliling dengan membawa shadaqahnya namun dia
tidak mendapatkan seorangpun yang menerimanya. Lalu seseorang berkata,:
"Seandainya kamu datang membawanya kemarin pasti aku akan terima. Adapun
hari ini aku tidak membutuhkannya lagi". (HR. Bukhari) [ No. 1411 Fathul Bari]
Shahih. Dari ayat Alquran dan hadits di atas mengajarkan bahwa Muslim sudah
semestinya selalu bersedekah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya baik di
kala lapang maupun sempit.

2.5 Dampak sosial Zis dalam Membentuk Insan Agamis, Sosial dan
Peningkatan HDI

Zakat adalah ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi-fungsi


sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah swt, dan merupakan perwujudan
solidaritas sosial. Zakat merupakan bukti pernyataan rasa kemanusiaan dan
keadilan, persaudaraan Islam, pengikat persaudaraan umat danbangsa. Sebagai
penghubung antara golongan kaya dan golongan miskin. Di samping itu, Islam
sangatlah menganjurkan untuk saling mencintai menjalin dan membina
persaudaraan. Sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam
Bukhori dari Anas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tidak dikatakan/ tidak
sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya, seperti ia mencintai
dirinya sendiri”(HR. Bukhori). Dari hadits diatas, jika kita kaitkan dengan peran
zakat dalam kehidupan sosial masyarakat maka zakat tersebut akan berdampak
terhadap jalinan persaudaraan antar individu yang kaya dengan yang miskin.
Seorang kaya yang beriman akan mencintai kaum yang lemah dan memperhatikan

8
mereka. Wujud dari mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri adalah
menjalin persaudaraan tersebut. Melalui zakat tersebut, terjalinlah keaakraban dan
persaudaraan yang erat, kokoh, dan akan menunjang terwujudnya sistem
kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsipprinsip ummatan wahidan (umat
yang satu). Dalam Islam pemerataan dan pendistribusian Zakat sudah sangat jelas
dalam Al-Quran, Allah swt sendiri yang mengatur siapa-siapa saja golongan yang
berhak menerima zakat (muzakki). Manusia tidak ada campur tangan menentukan
dan mengelompokkan golongan manusia yang menerima zakat. Hanya saja
manajemen dan penguatan zakat agar menjadi kemakmuran umat menjadi
tanggung jawab bersama. Tanggung jawab yang mengarah kepada pendistribusian
kepada yang berhak menerima zakat. Memastikan bahwa setiap zakat yang
dibayarkan dan ditunaikan umat jatuh kepada tangan yang tepat dan berdaya guna.
Salah satunya adalah kaum dhuafa’. Selain membahagiakan mereka yang menjadi
penerima dari ibadah sosial ini, zakat dapat memberdayakan mereka yang dhuafa,.
Memang pemberdayaan ekonomi umat Islam melalui pelaksanaan ibadah zakat
masih banyak menemui hambatan yang bersumber terutama dari kalangan umat
sendiri, belum sadarnya pelaksanaan zakat sebagi misi Zakat Ibadah Sosial untuk
Meningkatkan Ketaqwaan danDalam perspektif ekonomi, zakat merupakan
tindakan pemindahan kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan yang
tidak berpunya.

Pengalihan kekayaan berarti pengalihan sumber-sumber ekonomi.


Tindakan ini tentu akan mengakibatkan perubahan tertentu yang bersifat
ekonomis. Misalnya, seseorang yang menerima zakat itu bisa mempergunakannya
untuk kebutuhan yang bersifat konsumtif dan atau produktif. Dari sinilah
kemudian timbul pemikiran, bahwa zakat-meskipun pada prinsipnya merupakan
ibadah kepada Allah-bisa mempunyai arti ekonomi. Dengan menggunakan
pendekatan ekonomi, maka zakat bisa berkembang menjadi konsep mu’amalah
(kemasyarakatan), yaitu konsep tentang cara manusia harus melaksanakan
kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam bentuk ekonomi. Jika dicermati,
sesungguhnya dengan berzakat, kita dididik untuk mengembangkan sense of
aware terhadap derita rakyat miskin, yang kemudian melahirkan sikap empati dan

9
simpati kepada mereka. Jika diilustrasikan lebih lanjut, zakat ibarat the have,
sementara rakyat miskin laksana the needy. Filsafat sosialnya menjadi afirmatif :
the have harus memiliki ethical obligation kepada the needy. Dengan kata lain,
ada kewajiban intrinsik yang bersifat moral-etis bagi si-kaya kepada si-miskin.

Zakat, dengan demikian dapat menyentuh, menyadarkan, sekaligus


menumbuhkan semangat dan kewajiban moral-etikkemanusiaan kita pada rakyat
miskin. Lebih dari itu, pesan moral-kemanusiaan dari ibadah zakat, sebenarnya
hendak melatih diri kita untuk to be sensitive to the reality. Yakni, menjadi lebih
peka (sense of aware) dan sensitif terhadap realitas sosial di sekitar kita.
Kemiskinan, kelaparan, dan ketidakadilan, yang selama ini dialami kaum tertindas
baik secara ekonomis maupun politis, dengan demikian mendapatkan referensi,
justifikasi, dan legitimasi dari ibadah zakat.

Dalam berzakat, terdapat hikmah yang dapat dipetik. Hikmah tersebut ada
yang dimaksudkan untuk hal yang bersifat personal (perseorangan) baik muzakki
maupun mustahiq itu sendiri. Dan hal yang bersifat sosial kemasyarakatan,
dimana zakat sangat berperan penting dalam pembentukan tatanan masyarakat
yang sejahtera, yakni hubungan seseorang dengan yang lainya menjadi rukun,
damai dan harmonis yang pada akhirnya dapay menciptakan situasi yang aman,
tentram lahir dan batin. Selain itu, dikarenakan zakat merupakan ibadah yang
memiliki dua dimensi, yaitu vertikal (habblum- minallah) dan horizontal
(habblum- minannaas). Jadi, hikmah yang dapat diambil pun meliputi dua dimensi
tersebut. Sedangkan fungsi- fungsi zakat yang bersifat personal, buah dari ibadah
zakat yang berdimensi vertikal, yang dapat membentuk karakter- karakter yang
baik bagi seorang muslim yang berzakat (muzakki) maupun yang menerima
(mustahiq) antara lain

1. Membersihkan diri dari sifat bakhil


2. Menghilangkan sifat kikir para pemilik harta.
3. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, terutama bagi pemilik harta
4. Menentramkan perasaan mustahiq, karena ada kepedulian terhadap mereka.

10
5. Melatih atau mendidik berinfak dan memberi Menumbuhkan kekayaan hati dan
mensucikan diri dari dosa.
6. Mensucikan harta para muzakki, dll.

Sedangkan tujuan zakat yang bersifat sosial, yang berdimensi horizontal (antar
manusia), antara lain :

A. Menjalin tali silaturahmi (persaudaraan) sesama Muslim dan manusia pada


umumnya. Zakat adalah ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi-
fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah swt, dan merupakan
perwujudan solidaritas sosial. Zakat juga bukti pernyataan rasa kemanusiaan dan
keadilan, persaudaraan islam, pengikat persaudaraan umatZakat Ibadah Sosial
untuk Meningkatkan Ketaqwaan dan dan bangsa. Sebagai penghubung antara
golongan kaya dan golongan miskin. Zakat dapat mewujudkan tatanan masyarakat
yang sejahtera, dimana hubungan seseorang dengan yang lainya rukun, damai dan
harmonis. Disamping itu, islam sangatlah menganjurkan untuk saling mencintai,
menjalin dan membina persaudaraan.
B. Seperti hadits Rasulullah saw riwayat Imam Bukhori dari Anas ra, bahwa
Rasulullah bersabda

“Tidak dikatakan / (tidak sempurna) iman seseorang sehingga ia mencintai


saudaranya, seperti ia mencintai dirinya sendiri .“(H.R Bukhari). Dari hadis diatas,
jika kita kaitkan dengan peran zakat dalam kehidupan masyarakat maka zakat
tersebut akan berdampak terhadap jalinan persaudaraan antar individu yang kaya
dengan yang miskin. Seorang kaya yang beriman akan mencintai kaum yang
lemah dan memperhatikan mereka. Wujud dari mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri adalah menjalin persaudaran tersebut. Melalui zakat
tersebut, maka terjalinlah keakraban dan persaudaraan yang erat, dan akan
menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan islam yang berdiri atas prinsip-
prinsip ummatan wahidan (umat yang bersatu). b. Mengangkat derajat fakir
miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan Zakat
merupakan pertolongan bagi orang-orang yang fakir dan oarang- orang yang
memerlukan bantuan. Zakat bisa mendorong mereka untuk bekerja dengan
11
semangat ketika mereka mampu melakukanya, dan bisa mendorong mereka untuk
meraih kehidupan yang layak. Dengan ini masyarakat akan terlindung dari
penyakitkemiskinan, dan negara akan terpelihara dari penganiayaan dan
kelemahan. Setiap golongan yang mampu turut bertanggung jawab untuk
mencukupi kehidupan orang- orang yan fakir atau lemah. Allah swt akan memberi
kelonggaran dari kesempitan, dan akan memberikan kemudahan baik didunia
maupun di akhirat, bagi orang- orang yang memberikan kemudahan dan
melapangkan kesempitan didunia terhadap sesama muslim.

2.6 Indonesia dalam peringkat Human Development Index

Salah satu cara untuk mengukur kemajuan suatu negara, tidak hanya
bergantung pada indikator pertumbuhan ekonomi saja. Human Development
Index (HDI) mengukur kemajuan suatu negara berdasarkan dimensi
pengembangan manusianya; manusia yang sehat dan berumur panjang,
berpengetahuan, dengan taraf hidup yang tinggi. Dengan artian beberapa indikator
yang dijadikan patokan adalah tingkat harapan hidup, melek aksara dan akses
terhadap pendidikan, serta pendapatan per kapita dari masyarakatnya.

Indeks yang dikembangkan oleh Amartyan Sen & Mahbub Ul Haq pada
tahun 1990 ini, memperlihatkan bahwa Indonesia pada tahun 2019 menduduki
peringkat 111. Pada peringkat ini, nilai HDI yang dicatatkan adalah 0,707; dengan
tingkat harapan hidup 71,5; jumlah tahun pendidikan yang diharapkan 12,9; rata-
rata tahun pendidikan yang ditempuh 8,0; dan pendapatan per kapita 11.256.
Meskipun oleh UNDP Indonesia baru saja dikelompokkan menjadi negara dengan
HDI tinggi; walaupun tidak ada peningkatan dalam ranking; tetap saja kondisi ini
patut menjadi perhatian kita, karena kita masih tertinggal dengan beberapa negara
sahabat.

Sebut saja Filipina, yang berada di peringkat 106 dalam rangking HDI.
Dengan pendapatan per kapita yang jauh dibawah Indonesia (9.540), masih
mengungguli Indonesia dengan skor HDI 0,712. Kemudian Thailand yang
mempunyai skor 0,765; masih mengungguli Indonesia di posisi 77. Lebih lanjut
lagi Malaysia di posisi 61, dengan skor 0,804. Negara-negara sahabat ini masih

12
mencatatkan prestasi dari segi human development yang lebih baik dari Indonesia
menurut UNDP.

Apabila kita telaah indikator yang ada di masing-masing negara sahabat


yang mengungguli Indonesia tersebut, faktor pendidikan yang ada di Indonesia
berkontribusi cukup besar untuk nilai yang didapatkan. Bila kita lihat sebagai
contoh Malaysia, jumlah tahun pendidikan yang diharapkan 13,5; dan rata-rata
tahun pendidikan yang ditempuh 10,2; hal ini masih lebih tinggi daripada
Indonesia. Dengan analisa sederhana kita bisa berhipotesa bahwa tingginya indeks
pendidikan akan secara otomatis meningkatkan produktifitas masyarakatnya
sehingga GNI per kapita menjadi tinggi, dan secara berkesinambungan pula akan
meningkatkan tingkat harapan hidup karena masyarakatnya yang lebih sadar akan
kesehatan. Hal ini senada dengan posisi pertama dalam HDI indeks yang
disandang oleh Norwegia dimana indeks pendidikannya tinggi (18,1 dan 12,6)
sehingga menciptakan masyarakat yang produktif dengan kontribusi sebesar
68.059 terhadap GDP nya.

Memang ini adalah tantangan untuk Indonesia. HDI hanyalah merupakan


salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan perkembangan suatu
negara. Masih banyak indikator lain seperti indikator ekonomi, infrastruktur yang
terbangun, tingkat persepsi korupsi dan sebagainya. Namun memang semua itu
tetap mengacu kepada kesejahteraan masyarakat yang ada di suatu negara, dan
menjadi tugas kita semua untuk meningkatkan pencapaian taraf hidup masyarakat
Indonesia.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index adalah


pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan
standar hidup. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya

13
HDI dibuat untuk menekankan bahwa manusia dan kemampuannya harus
menjadi kriteria utama untuk menilai perkembangan suatu negara, bukan
pertumbuhan ekonomi saja. HDI juga dapat digunakan untuk mempertanyakan
pilihan kebijakan nasional, menanyakan bagaimana dua negara dengan tingkat
GNI per kapita yang sama dapat berakhir dengan hasil pembangunan manusia
yang berbeda. Perbedaan ini dapat memicu perdebatan tentang prioritas kebijakan
pemerintah.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah ringkasan ukuran pencapaian


rata-rata dalam dimensi utama pembangunan manusia: umur panjang dan sehat,
berpengetahuan luas dan memiliki standar hidup yang layak. HDI adalah rata-rata
geometris dari indeks yang dinormalisasi untuk masing-masing dari tiga dimensi.

Dimensi kesehatan dinilai dengan harapan hidup saat lahir, dimensi


pendidikan diukur dengan rata-rata lama sekolah untuk orang dewasa berusia 25
tahun ke atas dan perkiraan tahun sekolah untuk anak-anak yang memasuki usia
sekolah. Dimensi standar hidup diukur dengan pendapatan nasional bruto per
kapita. HDI menggunakan logaritma pendapatan, untuk mencerminkan semakin
pentingnya pendapatan dengan meningkatnya PNB. Skor untuk ketiga indeks
dimensi IPM kemudian digabungkan menjadi indeks komposit menggunakan
mean geometrik. Lihat Catatan teknis untuk lebih jelasnya.

HDI menyederhanakan dan hanya menangkap sebagian dari apa yang


dibutuhkan oleh pembangunan manusia. Ini tidak merefleksikan ketidaksetaraan,
kemiskinan, keamanan manusia, pemberdayaan, dll. HDRO menawarkan indeks
komposit lainnya sebagai proksi yang lebih luas pada beberapa masalah utama
pembangunan manusia, ketidaksetaraan, disparitas gender dan kemiskinan.

Gambaran yang lebih lengkap tentang tingkat pembangunan manusia suatu


negara memerlukan analisis indikator dan informasi lain yang disajikan dalam
lampiran statistik laporan.

IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar:

14
A. Umur panjang dan hidup sehat
B. Pengetahuan
C. Standar hidup layak

Manfaat IPM

1. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya


membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
2. IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara.
3. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran
kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan
Dana Alokasi Umum (DAU).

Mengapa Metodologi IPM Diubah?

Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM.

1. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM.
Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh
karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena angka
melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat
membedakan tingkat pendidikan antardaerah dengan baik. PDB per kapita tidak
dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
2. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM
menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh
capaian tinggi dari dimensi lain.

Keunggulan Metode Baru IPM

1. Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik
(diskriminatif).
2. Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah,
dapat diperoleh gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan
yang terjadi.

15
3. PNB menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat
pada suatu wilayah.
4. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat
diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di dimensi
lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia yang baik, ketiga
dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar karena sama pentingnya.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Zakat merupakan suatu kewajiban yang sangat ditekankan kepada hamba-


Nya untuk menunaikannya, kewajiban berzakat ini sama dengan kewajiban
mendirikan sholat. Salah satu fungsi utama daripada zakat adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, zakat dibayarkan oleh mereka yang
mampu dan mempunyai hasil yang sudah sesuai dengan nisabnya yang telah
ditentukan oleh syariat Islam.

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta)
untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat infak adalah
bearti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Sedangkan sedekah berasal dari
kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang gemar bersedekah adalah orang yang
benar pengakuan imannya.

Salah satu cara untuk mengukur kemajuan suatu negara, tidak hanya
bergantung pada indikator pertumbuhan ekonomi saja. Human Development
Index (HDI) mengukur kemajuan suatu negara berdasarkan dimensi
pengembangan manusianya; manusia yang sehat dan berumur panjang,
berpengetahuan, dengan taraf hidup yang tinggi. Dengan artian beberapa indikator
yang dijadikan patokan adalah tingkat harapan hidup, melek aksara dan akses
terhadap pendidikan, serta pendapatan per kapita dari masyarakatnya

17
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Wiwik, Ita Dwilestari, and Budi Wahyono. “Dimensi Zakat Dalam
Keadilan Sosial (Studi Komparasi Pemikiran Yusuf Al Qardhawi Dan
Masdar Farid Mas‟udi).” JURNAL MAHKAMAH : Kajian Ilmu Hukum
Dan Hukum Islam 3, no. 1 (June 30, 2018): 1–28.
https://doi.org/10.25217/jm.v3i1.251.

Hafidhuddin, Didin. “Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah,” 1998.

Kurnia, Hikmat. “Panduan Pintar Zakat : Harta Berkah, Pahala Bertambah plus
Cara Tepat Dan Mudah Menghitung Zakat,” 2008.

Mardani. “Hukum ekonomi syariah di Indonesia,” 2011.

“Miftakhul Alimin (50 Tahun), Buruh Harian Lepas, Wawancara, Metro, 08


Desember 2018,” n.d.

Mufraini;, M. Arief. Akutansi dan Manajemen Zakat. Prenada Media group, 2008.
//library.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php?p=show_detail&id=22902
&keywords= akuntansi+dan+manajemen+zakat.

Muhklisin, Ahmad. “KAJIAN HUKUM ISLAM TERHADAP DINAMIKA


PELAKSANAAN ZAKAT PADI.” JURNAL MAHKAMAH : Kajian Ilmu Hukum
Dan Hukum Islam 1, no. 2 (December 5, 2016): 425–43.

“Mujito (59 Tahun), Petani, Wawancara, Metro, 08 Desember 2018,” n.d.


Qardawi;, Yusuf. Hukum Zakat. Litera Antarnusa, 2007.
//library.iaimnumetrolampung.ac.id/index.php?p=show_detail&id=27640
&keywords=yusuf+qardawi.19

Sari, Elsi kartika. Pengantar Hukum Zakat Dan Wakaf. Grasindo, 2006.

Subandi, Subandi. “MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAKAH (ZIS)


PRODUKTIF (ZIS BERBASIS KEWIRAUSAHAAN DI LAZIZNU
KOTA METRO TAHUN 2015).” FIKRI : Jurnal Kajian Agama, Sosial
Dan Budaya 1, no. 1 (March 3, 2017): 143–68.

18

Anda mungkin juga menyukai