Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROMSGNETIKA

“KUMPARAN INDUKSI”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Praktikum Elektromagnetika

Yang dibimbing oleh Bapak Daeng Achmad Suaidi, S.Si, M.Kom

Disusun oleh:

Kelompok 3

Delilah Nur Misyaroh (190321624086)

Dewi Fajar Larasati (190321624030)

Mohammad Syaifullah Yusuf (190321624089)

Savilla Nadya Saharani (190321624044)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FEBRUARI 2021
KUMPARAN INDUKSI
A. Tujuan
Dengan adanya praktikum ini, mahasiswa diharapkan
1. Mempelajari watak kumparan jika dialiri listrik searah (DC) dan listrik
bolak-balik (AC)
2. Menentukan resistansi kumparan dengan Wheatstone bridge
3. Menentukan induktansi diri suatu kumparan
4. Menentukan reaktansi induktif dari sebuah kumparan

B. Dasar Teori

Gaya gerak listrik tidak akan terjadi tanpa adanya arus yang
mengalir pada kumparan, baik itu berupa arus DC maupun arus AC. Saat
dialiri dua jenis arus yang berbeda tersebut, pastinya akan menghasilkan
respon yang berbeda pada suatu kumparan. Berdasarkan hukum Faraday
dalam buku Tipler ( 2008 : 234 ) disebutkan bahwa jika sebuah magnet
digerakkan disekitar kumparan maka pada kumparan tersebut akan timbul
GGL induksi magnetik. Kumparan tersebut menghasilkan arus induksi
karena merupakan rangkaian tertutup (Saputra et al., 2016). Arus induksi
yang dimaksud adalah arus listrik yang dihasilkan induksi
elektromagnetik. Sedangkan gaya gerak listrik induksi (GGL induksi)
merupakan tegangan yang dihasilkan oleh arus induksi (Halliday et al.,
2005).

Jika suatu penghantar berbentuk kumparan dialiri arus listrik DC,


maka kumparan tersebut berperilaku seperti magnet batang. Dalam
rangkaian tertutup dengan sumber tegangan DC, nilai resistansi dari
induktor hanya resistansi ohmik. Jika suatu penghantar berbentuk
kumparan dialiri listrik AC, maka yang berpengaruh pada rangkaian
tersebut tidak hanya hambatan ohmik, tetapi juga hambatan yang muncul
dari kumparan (reaktansi induktif). Nilai reaktansi induktif bergantung
pada besarnya induksi diri kumparan. Reaktansi suatu induktor/kumparan,
banyak digunakan pada rangkaian-rangkaian elektronik.
Berdasarkan hukum ohm, hambatan dalam suatu rangkaian
kemudian dilewati oleh kuat arus maka hambatan adalah perbandingan
antara beda potensial dengan kuat arus . semakin besar tegangan maka
semakin besar arus yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya . Maka,
besarnya hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh tegangan dan arus listrik
tetapi dipengaruhi oleh panjang luas penampang serta jenis bahannya
(Hayt Jr & Buck, 2006).
Hukum Ohm berbunyi “Kuat arus yang melalui suatu penghantar
sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar asalkan
suhu penghantarnya tetap”. Persamaan dari Hukum Ohm yaitu :

V =I × R

Faraday merumuskan bahwa perubahan fluks magnetik akan


menimbulkan gaya gerak listrik (ggl).
−dϕ
ε=
dt
Fluks magnetik ϕadalah banyaknya garis gaya yang tegak lurus tiap
satuan luas A. Tanda negatif terkait dengan arah ggl dan induksi magnetik.
Jika fluks magnetik yang masuk pada kumparan dari medan magnet
bertambah, yang artinya magnet didekatkan pada kumparan maka arah
arus dari ggl induksi berlawanan dengan medan magnet. Total GGL
induksi pada kumparan adalah jumlah dari masing-masing GGL induksi
individu ini. Jika kumparan dililitkan secara rapat maka fluks magnet ϕ
memenuhi semua lilitan, jadi total GGL yang diinduksikan dalam
kumparan adalah total induksi dari GGL pada gulungan. Dari hal tersebut


dapat dituliskan rumusnya ε =−N (Jewett & Serway, 2008).
dt

C. Alat, Bahan dan Desain


a. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kumparan
induksi adalah :
1. Voltmeter AC

2. Wheatstone bridge

3. Amperemeter AC

4. Kumparan

5. Power Supply AC / DC

6. Kabel
b. Desain
Rangkaian (a)

Rangkaian (b)

D. Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang perlu dilakukan saat melakukan praktikum ini
meliputi:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percoabaan
praktikum
2. Menyusun peralatan seperti gambar a dan b.

3. Mengamati dan mencari nilai V sebanyak 5 kali atau lebih


4. Mengamati dan mencari nilai I sebanyak 5 kali atau lebih.
5. Menentukan nilai V dan I yang telah diamati serta menentukan
resistansi kumparan dengan metode wheatstone bridge.
E. Data Percobaan
Delilah Nur Maisyaroh
Dewi Fajar Larasati
Rangkaian a

No V (Volt) I (Ampere)
1 0,5 0,4
2 1,0 0,8
3 1,5 1,2
4 2.0 1,6
5 2,5 2,0
6. 3,0 2,2
7. 3,5 2,8

Rangkaian b

No V (Volt) I (Ampere)
1 0,5 0,4
2 1,0 0,8
3 1,5 1,2
4 2.0 1,6
5 2,5 2,0
6. 3,0 2,2
7. 3,5 2,8

Mohammad Syaifullah Yusuf


Rangkaian a

No V (Volt) I (Ampere)
1 0,5 0,6
2 1,5 1,2
3 2 2,4
4 3 3,8
5 4,5 4,4
6. 5 4,8
7. 5,5 6
Rangkaian B

No V (Volt) I (Ampere)
1 0,5 0,6
2 1,5 1,2
3 2 1,8
4 3 2,4
5 4,5 3,2
6 5 3,8
7 5,5 4

Savilla Nadya Saharani


Rangkaian a

No V I
1. 0,5 0,4
2. 1,0 0,8
3. 1,5 1,2
4. 2,0 1,6
5. 2,5 2,0
6. 3,0 2,4
7. 3,75 2,8
8. 4,25 3,2
9. 5,0 3,6
10. 5,5 4,0

Rangkaian b

No V I
1. 0,5 0,4
2. 1,0 0,8
3. 1,5 1,2
4. 2,0 1,6
5. 2,5 2,0
6. 3,0 2,4
7. 3,75 2,8
8. 4,25 3,2
9. 4,75 3,6
10. 5,5 4,0
- Skala voltmeter = 25 V
- Skala amperemeter = 10 A
- Impedansi Kumparan = 0,1 Ω
- Nst voltmeter = 0,5
- Nst amperemeter = 0,2

F. Analisis Data

Berikut merupakan persamaan-persamaan untuk mengetahui


seberapa besar ralat dari percobaan ini.

 Mencari nilai impedansi


V
a. z=
I
2


b. SZ = Σ ( Z− Ź )
n(n−1)
SZ
c. Ralat relatif: R Z = ×100 %
Z
 Mencari nilai reaktansi induktif
a. X L =√ Z 2−R2
2 2
b. S X =
L
∂ XL 2
√|
∙ ∙ SZ +
∂Z 3
∂ XL 2
∙ ∙∆ R
∂R 3 ||
2
|
2

SX =
L
√|
∂(Z 2−R2 )1/ 2 2
∂Z
∙ ∙ SZ +
3
∂( Z 2−R2 )1/ 2 2
∂R
2
|| ∙ ∙∆ R
3
2
|
SX =
L
√| Z
(Z −R ) 3
2 2 1/ 2
2
∙ ∙ SZ + 2

SX
−R
||
(Z −R ) 3
2 1/ 2
2
|
∙ ∙∆ R

c. Ralat relatif: R X = × 100 %


L

L
XL
 Mencari nilai induktansi diri
a. XL = ω L
XL = 2π L
XL
L=
2 πf
2
b. S L=
∂L 2
√|
∙ ∙S
∂ XL 3 X |
L

∂L 2
S L= ∙ ∙S
∂ XL 3 X L

XL

S L=
∂ ( )
2 πf 2
∙ ∙S
∂ XL 3 X L

1
S L= ∙S
3 πf X L

SL
c. Ralat relatif: R L= × 100 %
L
1. Delilah Nur Maisyaroh
2. Dewi Fajar Larasati
Rangkaian a
Variabel bebas : Tegangan (V )
Variabel terikat : Arus listrik ( I )

Mencari nilai impedansi

2
No. V I Z ( Z−Ź ) ( Z−Ź )
1. 0,5 0,4 1,25 −0,0 16 0,00 02635
2. 1,0 0,8 1,25 −0,0 16 0,00 02635
3. 1,5 1,2 1,25 −0,0 16 0,00 02635
4. 2.0 1,6 1,25 −0,0 16 0,00 02635
5. 2,5 2,0 1,25 −0,0 16 0,00 02635
6. 3,0 2,2 1,36 0,097 0,0094872
7. 3,5 2,8 1,25 −0,0 16 0,00 02635
𝝨 14 11 8,86 −¿ 0,0110685

ΣZ 8,86
ź= = =1,2662
n 7

SZ =

Σ ( Z− Ź )
n(n−1)

0,0110685
SZ =
√ 7(7−1)
0,0110685
SZ =
√ 7 (6)

0,0110685
SZ =
√ 42

SZ =√ 0,000263535

SZ =0 , 0162337611168

SZ
Ralat relatif: R Z = ×100 %
Z

0 ,0162337611168
R Z= × 100 %
1,2662

R Z =1,28 % (3 AP)

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah Ź=(1,26 ± 1,62× 10−2 )Ω


dengan ralat 1,28% (3 AP)

Menentukan reaktansi induktif:

Karena pada percobaan ini hanya menggunakan induktor dan tidak


menggunakan resistor, maka :

X L =√ Z 2−R2 → R=0

X L =Z

X́ L =Ź =1,26

2 2
SX =
L
√| 2
Z
2 1/ 2
(Z −R )
2
||
∙ ∙ SZ + 2
3
−R
(Z −R ) 3
2 1/ 2
2
|
∙ ∙ ∆ R → R=0

2
SX =
L
Z
√|
(Z −0 ) 3
2 2 1 /2
2
∙ ∙ SZ
|
Z 2
SX = ∙ ∙S
L
Z 3 Z
2
SX = ∙ SZ
3L

2
S X = ∙0 , 0162337611168=0,0108225074112
3
L

SX
Ralat relatif: R X = × 100 %
L

L
X́ L

0,0108225074112
RX = ×100 %
L
1,26

R X =0,8589 %
L

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah X́ L =(1,260 ± 0,0108) Ω


dengan ralat 0,8589 % ( 4 AP)

Menentukan Induktansi diri:


XL = ω L
XL = 2π L
XL
L= → f =1,
2 πf
1,260
L=
2 ∙3,14
L=0,2006369426751
2 2

SL ¿
√| 2
z

( z −R )
1
2 2

2
||
. Sz +
−R

( z 2−R2 )
1
2
2
. .∆R
3
|
¿
√| ∂L
∂ XL
. S XL
|
2

√|
XL

¿
∂( )
2 πf
∂ XL
.SXL |
1
= S XL
2 πf
0,0108225074112
¿
2 ∙ 3,14
¿ 0,0017233292056
SL
Ralat Relatif = ×100 %
L
0,0017233292056
= ×100 %
0,2006369426751
=0,8589 %
Jadi nilai L=(0,2006 ± 0,0017)H dengan ralat relatif sebesar 0,8589 %
(4AP).

Grafik hubungan V dan I

Berdasarkan Hukum Ohm yaitu V =IR

Maka V =Ib

Grafik hubungan antara V dan I pada rangkaian a


4
3.5
f(x) = 1.29 x − 0.02
3
2.5
2
Tegangan (V)
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Arus Listrik (I)

Rangkaian b
Variabel bebas : Tegangan (V )
Variabel terikat : Arus listrik ( I )

Mencari nilai impedansi

2
No. V I Z ( Z−Ź ) ( Z−Ź )
1. 0,5 0,4 1,25 −0,0 16 0,00 02635
2. 1,0 0,8 1,25 −0,0 16 0,00 02635
3. 1,5 1,2 1,25 −0,0 16 0,00 02635
4. 2.0 1,6 1,25 −0,0 16 0,00 02635
5. 2,5 2,0 1,25 −0,0 16 0,00 02635
6. 3,0 2,2 1,36 0,097 0,0094872
7. 3,5 2,8 1,25 −0,0 16 0,00 02635
𝝨 14 11 8,86 −¿ 0,0110685
ΣZ 8,86
ź= = =1,2662
n 7

SZ =

Σ ( Z− Ź )
n(n−1)

0,0110685
SZ =
√ 7(7−1)

0,0110685
SZ =
√ 7 (6)

0,0110685
SZ =
√ 42

SZ =√ 0,000263535

SZ =0 , 0162337611168

SZ
Ralat relatif: R Z = ×100 %
Z

0 ,0162337611168
R Z= × 100 %
1,2662

R Z =1,28 % (3 AP)

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah Ź=(1,26 ± 1,62× 10−2 )Ω


dengan ralat 1,28% (3 AP)

Menentukan reaktansi induktif:

Karena pada percobaan ini hanya menggunakan induktor dan tidak


menggunakan resistor, maka :

X L =√ Z 2−R2 → R=0

X L =Z

X́ L =Ź =1,26
2 2
SX =
Z
(Z −R ) 3
L 2
√|
2 1/ 2
2
∙ ∙ SZ + 2
−R
(Z −R ) 3
2 1/ 2
2
∙ ∙ ∆ R → R=0
|| |
2
SX = L
√| Z
(Z −0 ) 3
2 2 1 /2
2
∙ ∙ SZ
|
Z 2
SX = ∙ ∙S
L
Z 3 Z

2
SX = ∙ SZ
3L

2
S X = ∙0 , 0162337611168=0,0108225074112
3
L

SX
Ralat relatif: R X = × 100 %
L

L
X́ L

0,0108225074112
RX = ×100 %
L
1,26

R X =0,8589 %
L

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah X́ L =(1,260 ± 0,0108) Ω


dengan ralat 0,8589 % ( 4 AP)

Menentukan Induktansi diri:


XL = ω L
XL = 2π L
XL
L= → f =1,
2 πf
1,260
L=
2 ∙3,14
L=0,2006369426751
2 2

SL ¿
√| z

( z2 −R2 ) 2
1

2
||
. Sz +
−R

( z 2−R2 )
1
2
2
. .∆R
3
|
¿
√| ∂L
∂ XL
. S XL
|
2

√|
XL

¿
∂( )
2 πf
∂ XL
.SXL |
1
= S XL
2 πf
0,0108225074112
¿
2 ∙ 3,14
¿ 0,0017233292056
SL
Ralat Relatif = ×100 %
L
0,0017233292056
= ×100 %
0,2006369426751
=0,8589 %
Jadi nilai L=(0,2006 ± 0,0017)H dengan ralat relatif sebesar 0,8589 %
(4AP).

Grafik hubungan V dan I

Berdasarkan Hukum Ohm yaitu V =IR

Maka V =Ib

Grafik hubungan antara V dan I pada rangkaian b


4
3.5
f(x) = 1.29 x − 0.02
3
2.5
2
Tegangan (V)
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Arus Listrik (I)

3. Mohammad Syaifullah Yusuf


Rangkaian a
Variabel bebas :I
Variabel terikat :V
- MENCARI NILAI IMPEDANSI

2
No. I V Z ( Z−Ź ) ( Z−Ź )
1. 0,6 0,5 0,83 -0,12 0,0144
2. 1,2 1,5 1,25 0,3 0,09
3. 2,4 2 0,83 -0,12 0,0144
4. 3,8 3 0,79 -0,16 0,0256
5. 4,4 4,5 1,02 0,07 0,0049
6. 4,8 5 1,04 0,09 0,081
7. 5,8 5,5 0,95 0,0 0,0
𝝨 23 22 6,71 - 0,2303

ΣZ 6,71
ź= = =0,95
n 7

SZ =

Σ ( Z− Ź )
n(n−1)

0,2303
SZ =
√ 42

SZ =0,074

SZ
Ralat relatif: R Z = ×100 %
Z

0,074
R Z= × 100 %
0,95

R Z =7,8 % (3AP)

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah Ź=(0,95± 7,4 ×10−2) Ω


dengan ralat 7,8 % (3 AP)

- MENENTUKAN REAKTANSI INDUKTIF

Karena pada percobaan ini hanya menggunakan induktor dan tidak


menggunakan resistor, maka :

X L =√ Z 2−R2 → R=0
X L =Z

X́ L =Ź =0,95

2 2
SX =
L
Z
√|
(Z −R ) 3
2 2 1/ 2
2
∙ ∙ SZ + 2
−R
(Z −R ) 3
2 1/ 2
2
|| |
∙ ∙ ∆ R → R=0

2
SX =
L
√| Z
(Z −0 ) 3
2 2 1 /2
2
∙ ∙ SZ
|
Z 2
SX = ∙ ∙S
L
Z 3 Z

2
SX = ∙ SZ
L
3

2
S X = ∙0,074=0,049
L
3

SX
Ralat relatif: R X = × 100 %
L

L
X́ L

0,049
RX = ×100 %
L
0,95

R X =5,2%
L

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah X́ L =(0,95 ± 4,9 ×10−2)


Ω dengan ralat 5,2 % ( 3 AP)

- MENENTUKAN INDUKTANSI DIRI


XL = ω L
XL = 2π L
X́ L
L= → f =1,
2 πf
0,95
L=
2 ∙3,14
L=1,49
2
S L=
∂L 2
√|
∙ ∙S
∂ XL 3 X |
L

∂L 2
S L= ∙ ∙S
∂ XL 3 X L

XL

S L=
2 πf 2

∙ ∙S
( )
∂ XL 3 X L

1
S L= ∙S
2 πf X L

1
S L= ∙ 0,049
2 ∙3,14
S L=7,7 × 10−2
S
Ralat Relatif = L ×100 %
L
7,7 ×10−2
= × 100 %
1,49
=5,17 %
Jadi nilai L=(1,49 ±0,00513) H dengan ralat relatif sebesar 5,17% (3 AP).

Grafik hubungan I dan V

f(x) = 0
R² = 0 Grafik Hubungan V dan I
Rangkaian A
12

10

6
V

0
0 2 4 6 8 10 12
I
Rangkaian b

Variabel bebas :I
Variabel terikat :V
- MENCARI NILAI IMPEDANSI

2
No. I V Z ( Z−Ź ) ( Z−Ź )
1. 0,6 0,5 0,83 -0,39 0,1521
2. 1,2 1,5 1,25 0,03 0,0009
3. 1,8 2 1,11 -0,11 0,0121
4. 2,4 3 1,25 0,03 0,0009
5. 3,2 4,5 1,40 0,18 0,0324
6. 3,8 5 1,31 0,09 0,0081
7. 4 5,5 1,37 0,15 0,0225
𝝨 17 22 8,52 - 0,229

ΣZ 8,52
ź= = =1,22
n 7

SZ =

Σ ( Z− Ź )
n(n−1)

0,229
SZ =
√ 42

SZ =0,0738

SZ
Ralat relatif: R Z = ×100 %
Z

0,0738
R Z= ×100 %
1,22

R Z =1,75 % (3AP)

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah Ź=(1,22 ±7,38 × 10−2) Ω


dengan ralat 1,75 % (3 AP).

- MENENTUKAN REAKTANSI INDUKTIF


Karena pada percobaan ini hanya menggunakan induktor dan tidak
menggunakan resistor, maka :

X L =√ Z 2−R2 → R=0

X L =Z

X́ L =Ź =1,22

2 2
SX =
L
√| 2
Z
2 1/ 2
(Z −R )
2
∙ ∙ SZ + 2
3
−R
||
(Z −R ) 3
2 1/ 2
2
|
∙ ∙ ∆ R → R=0

2
SX =
L
Z
√|
(Z −0 ) 3
2 2 1 /2
2
∙ ∙ SZ
|
Z 2
SX = ∙ ∙S
L
Z 3 Z

2
SX = ∙ SZ
L
3

2
S X = ∙0,0738=0,0492
L
3

SX
Ralat relatif: R X = × 100 %
L

L
X́ L

0,0492
RX = × 100 %
L
1,22

R X =4,03 %
L

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah


X́ L =(1,22 ± 4,92× 10−2 ) Ω dengan ralat 4,03 % ( 3 AP)

- MENENTUKAN INDUKTANSI DIRI


XL = ω L
XL = 2π L
X́ L
L= → f =1,
2 πf
1,22
L=
2 ∙3,14
L=1,9154

2
S L=
√|
∂L 2
∙ ∙S
∂ XL 3 X |
L

∂L 2
S L= ∙ ∙S
∂ XL 3 X L

XL

S L=

2 πf 2 ( )
∙ ∙S
∂ XL 3 X L

1
S L= ∙S
3 πf X L

1
S L= ∙ 0,0492
2 ∙3,14
S L=7,7 × 10−2
S
Ralat Relatif = L ×100 %
L
7,7 ×10−2
= × 100 %
1,9154
=4,02 %
Jadi nilai L=(1,9154 ± 0,077) H dengan ralat relatif sebesar 4,02% (3 AP).

Grafik hubungan I dan V


f(x) = 0
R² = 0 Grafik Hubungan V dan I
Rangkaian B
12

10

6
V

0
0 2 4 6 8 10 12
I
4. Savilla Nadya Saharani
Rangkaian a
Variabel bebas :I
Variabel terikat :V
MENCARI NILAI IMPEDANSI

2
No. I V Z ( Z−Ź ) ( Z−Ź )
1. 0,4 0,5 1,25 -0,04 0,0016
2. 0,8 1,0 1,25 -0,04 0,0016
3. 1,2 1,5 1,25 -0,04 0,0016
4. 1,6 2,0 1,25 -0,04 0,0016
5. 2,0 2,5 1,25 -0,04 0,0016
6. 2,4 3,0 1,25 -0,04 0,0016
7. 2,8 3,75 1,34 0,05 0,0025
8. 3,2 4,25 1,33 0,04 0,0016
9. 3,6 5,0 1,39 0,10 0,010
10. 4,0 5,5 1,38 0,09 0,0081
𝝨 22 29 12,94 - 0,0318

ΣZ 12,94
ź= = =1,29
n 10

SZ =

Σ ( Z− Ź )
n(n−1)

0,0318
SZ =
√ 90

SZ =0,0188

SZ
Ralat relatif: R Z = ×100 %
Z

0,0188
R Z= ×100 %
1,29

R Z =1,46 % (3AP)

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah Ź=(1,29 ± 1,88× 10−2 )Ω


dengan ralat 1,46 % (3 AP)
MENENTUKAN REAKTANSI INDUKTIF

Karena pada percobaan ini hanya menggunakan induktor dan tidak


menggunakan resistor, maka :

X L =√ Z 2−R2 → R=0

X L =Z

X́ L =Ź =1,29

2 2
SX =
L
Z
√|
(Z −R ) 3
2 2 1/ 2
2
∙ ∙ SZ + 2
−R
(Z −R ) 3
2 1/ 2
2
|| |
∙ ∙ ∆ R → R=0

2
SX =
L
√| Z
(Z −0 ) 3
2 2 1 /2
2
∙ ∙ SZ
|
Z 2
SX = ∙ ∙S
L
Z 3 Z

2
SX = ∙ SZ
L
3

2
S X = ∙0,0188=0,0125
L
3

SX
Ralat relatif: R X = × 100 %
L

L
X́ L

0,0125
RX = ×100 %
L
1,29

R X =0,9689 %
L

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah X́ L =(1,29 ± 1,25× 10−2 )


Ω dengan ralat 0,9689 % ( 4 AP)

MENENTUKAN INDUKTANSI DIRI


XL = ω L
XL = 2π L
X́ L
L= → f =1,
2 πf
1,29
L=
2 ∙3,14
L=0,2054

2
S L=
√| ∂L 2
∙ ∙S
∂ XL 3 X |
L

∂L 2
S L= ∙ ∙S
∂ XL 3 X L

S=
( 2 πf ) 2
∂ L

∙ ∙S
L XL
∂ XL 3
1
S L= ∙S
3 πf X L

1
S L= ∙ 0,0125
3 ∙ 3,14
S L=1,33 × 10−3
S
Ralat Relatif = L ×100 %
L
1,33× 10−3
= × 100 %
0,2054
=0,6460 %
Jadi nilai L=(0,2054 ± 0,0013)H dengan ralat relatif sebesar 0,6460%
(4AP).

Grafik hubungan I dan V


Grafik Hubungan I dan V pada Rangkaian a
6

5 f(x)= =0.99
R² 1.33 x + 0.03

4
V
3 Linear (V)
V

Linear (V)
2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
I

Rangkaian b
Variabel bebas :I
Variabel terikat :V
MENCARI NILAI IMPEDANSI

2
No. I V Z ( Z−Ź ) ( Z−Ź )
1. 0,4 0,5 1,25 -0,04 0,0016
2. 0,8 1,0 1,25 -0,04 0,0016
3. 1,2 1,5 1,25 -0,04 0,0016
4. 1,6 2,0 1,25 -0,04 0,0016
5. 2,0 2,5 1,25 -0,04 0,0016
6. 2,4 3,0 1,25 -0,04 0,0016
7. 2,8 3,75 1,34 0,05 0,0025
8. 3,2 4,25 1,33 0,04 0,0016
9. 3,6 4,75 1,32 0,03 0,0009
10. 4,0 5,5 1,38 0,09 0,0081
𝝨 22 28,75 12,87 - 0,0227

ΣZ 12,87
ź= = =1,29
n 10

SZ =

Σ ( Z− Ź )
n(n−1)
0,0227
SZ =
√ 90

SZ =0,0159

SZ
Ralat relatif: R Z = ×100 %
Z

0,0159
R Z= ×100 %
1,29

R Z =1,23 % (3AP)

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah Ź=(1,29 ± 1,59× 10−2 ) Ω


dengan ralat 1,23 % (3 AP).

MENENTUKAN REAKTANSI INDUKTIF

Karena pada percobaan ini hanya menggunakan induktor dan tidak


menggunakan resistor, maka :

X L =√ Z 2−R2 → R=0

X L =Z

X́ L =Ź =1,29

2 2
SX =
L
√| Z
(Z −R ) 3
2 2 1/ 2
2
||
∙ ∙ SZ + 2
−R
(Z −R ) 3
2 1/ 2
2
|
∙ ∙ ∆ R → R=0

2
SX =
L
√| Z
(Z −0 ) 3
2 2 1 /2
2
|
∙ ∙ SZ

Z 2
SX = ∙ ∙S
L
Z 3 Z

2
SX = ∙ SZ
L
3

2
S X = ∙0,0159=0,0106
L
3
SX
Ralat relatif: R X = × 100 %
L

L
X́ L

0,0106
RX = ×100 %
L
1,29

R X =0,8217 %
L

Jadi, didapat nilai reaktansi induktifnya adalah


X́ L =(1,29 ± 1,06× 10−2 ) Ω dengan ralat 0,8217 % ( 4 AP)

MENENTUKAN INDUKTANSI DIRI


XL = ω L
XL = 2π L
X́ L
L= → f =1,
2 πf
1,29
L=
2 ∙3,14
L=0,2054

2
S L=
√| ∂L 2
∙ ∙S
∂ XL 3 X |
L

∂L 2
S L= ∙ ∙S
∂ XL 3 X L

S=
( 2 πf ) 2

L

∙ ∙S
L XL
∂ XL 3
1
S L= ∙S
3 πf X L

1
S L= ∙ 0,0106
3 ∙ 3,14
S L=1,13 × 10−3
S
Ralat Relatif = L ×100 %
L
1,13× 10−3
= × 100 %
0,2054
=0,5478 %
Jadi nilai L=(0,2054 ± 0,0011) H dengan ralat relatif sebesar 0,5478%
(4AP).

Grafik hubungan I dan V

Grafik Perbandingan I dan V pada Rangkaian b


6

5 f(x) = 1.31 x + 0.06


R² = 0.99
4
V
3
Linear (V)
V

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
I

G. Pembahasan
Percobaan induksi kumparan terdapat dua rangkaian. Dari hasil
percobaan, data yang diperoleh akan dianalisis dengan membuat
perhitungan induktansi kumparan dan mencari ralat dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil, ralat rambat dan grafik.
Dari perhitungan dengan menggunakan metode ralat rambat
diperoleh sebagai berikut, pada percobaan pertama yaitu dengan rangkaian
a berdasarkan grafik hubungan I dan V diperoleh persamaan garis y,
Delilah memperoleh y=1,25 x , Dewi Fajar Memperoleh
y=1.2875 x−0.0232, M. Syaifullah memperoleh y = 0,8857x - 0,2571 dan
Savilla memperoleh y=1.3318 x +0.03. Impedansi kumparan disini
menggunakan rata-rata dari seluruh impedansi yang diperoleh dari masing-
masing data, nilai rata-rata impedansi kumparan Ź yaitu Delilah
memperoleh , Dewi Fajar memperoleh Ź=(1,26 ± 1,62× 10−2 )Ω dengan
ralat 1,28% (3 AP), M. Syaifullah memperoleh Ź=(0,95± 7,4 ×10−2) Ω
dengan ralat 7,8 % (3 AP) , dan Savilla memperoleh
Ź=(1,29 ± 1,59× 10−2 ) Ω dengan ralat 1,23 % (3AP). Reaktansi induktif
dapat diperoleh dari X L =Z sehingga Delilah memperoleh , Dewi Fajar
memperoleh X́ L =(1,260 ± 0,0108) Ω dengan ralat 0,8589 % ( 4 AP), M.

Syaifullah memperoleh X́ L =(0,95 ± 4,9 ×10−2) Ω dengan ralat 5,2 % ( 3

AP) dan Savilla memperoleh X́ L =(1,29 ± 1,25× 10−2 ) Ω dengan ralat


0,9689 % ( 4 AP). Kemudian induktansi diri, dalam menghitung nilai
induktansi diri perlu diketahui besar frekuensi pada rangkaian tersebut,
tapi pada video tidak disebutkan berapa frekuensinya. Jadi, nilai frekuensi
dianggap 1 agar nilai induktansi diri dapat diketahui, Delilah memperoleh
nilai induktansi diri sebesar , Dewi Fajar memperoleh
L=(0,2006 ± 0,0017)H dengan ralat relatif sebesar 0,8589 % (4AP), M.
Syaifullah memperoleh L=(1,49 ±0,00513) H dengan ralat relatif sebesar
5,17% (3 AP). dan Savilla memperoleh L=(0,2054 ± 0,0013)H dengan
ralat relatif sebesar 0,6460% (4AP).
Pada percobaan kedua yaitu dengan rangkaian b berdasarkan grafik
hubungan I dan V diperoleh persamaan garis y, Delilah memperoleh
y=1,25 x , Dewi Fajar Memperoleh y=1.2875 x−0.0232, M. Syaifullah
memperoleh y = 0,6x + 0,0286 dan Savilla memperoleh
y=1.3053 x +0.0633. Impedansi kumparan disini menggunakan rata-rata
dari seluruh impedansi yang diperoleh dari masing-masing data, nilai rata-
rata impedansi kumparan Ź yaitu Delilah memperoleh , Dewi Fajar
memperoleh Ź=(1,26 ± 1,62× 10−2 )Ω dengan ralat 1,28% (3 AP), M.
Syaifullah memperoleh Ź=(1,22 ±7,38 × 10−2) Ω dengan ralat 1,75 % (3
AP), dan Savilla memperoleh Ź=(1,29 ± 1,59× 10−2 ) Ω dengan ralat 1,23
% (3 AP). Reaktansi induktif dapat diperoleh dari X L =Z sehingga Delilah
memperoleh , Dewi Fajar memperoleh X́ L =(1,260 ± 0,0108) Ω dengan

ralat 0,8589 % ( 4 AP), M.Syaifullah memperoleh X́ L =(1,22 ± 4,92× 10−2 )


Ω dengan ralat 4,03 % ( 3 AP) dan Savilla memperoleh
X́ L =(1,29 ± 1,06× 10−2 ) Ω dengan ralat 0,8217 % ( 4 AP). Kemudian
induktansi diri, dalam menghitung nilai induktansi diri perlu diketahui
besar frekuensi pada rangkaian tersebut, tapi pada video tidak disebutkan
berapa frekuensinya. Jadi, nilai frekuensi dianggap 1 agar nilai induktansi
diri dapat diketahui, Delilah memperoleh nilai induktansi diri sebesar ,
Dewi Fajar memperoleh L=(0,2006 ± 0,0017)H dengan ralat relatif
sebesar 0,8589 % (4AP), M. Syaifullah memperoleh
L=(1,9154 ± 0,077) H dengan ralat relatif sebesar 4,02% (3 AP) dan
Savilla memperoleh L=(0,2054 ± 0,0011) H dengan ralat relatif sebesar
0,5478% (4AP).
Grafik yang diperoleh pada analisis membentuk kurva yang linier.
Berdasarkan grafik, hubungan antara tegangan (V ) dan arus listrik (I)
adalah linier dimana tegangan (V ) sebanding dengan arus listrik (I).
Semakin besar tegangan (V ) maka arus listrik (I) juga semakin besar,
begitu pula sebaliknya. Jadi, percobaan ini memiliki hasil yang sama
dengan teori yang ada (Hukum Ohm yaitu V =I . R). Namun masih ada
sedikit bengkok, hal tersebut dapat terjadi karena pemutaran video yang
terlalu cepat sehingga dalam membaca data sering meleset.

H. Kesimpulan
1. Sebuah penghantar berbentuk kumparan yang dialiri listrik DC akan
berperilaku seperti magnet batang yang sifatnya sementara. Kumparan
bersifat magnet bila hanya ada arus DC yang mengalir dalam rangkaian
tertutup, dimana nilai resistansi induktor hanyalah resistansi ohm-ik bila
dialiri listrik DC. Sebuah penghantar berbentuk kumparan yang dialiri
listrik AC akan tidak berperilaku seperti magnet batang karena adanya
listrik AC memiliki fase positif dan negatif untuk masing-masing
setengah siklus. sehingga arah garis gaya yang dibentuk
induktor berubah-ubah yang menyebabkan adanya reaktansi
induktif yang nilainya bergantung besar induktansi diri. Jadi
kumparan dialiri listrik AC mempunyai hambatan ohmik dan
reaktansi induktif.
2. Besarnya nilai resistansi suatu kumparan dapat ditentukan dengan
menggunakan prinsip wheatstone bridge, tapi pada percobaan ini tidak
menggunakan jembatan wheatstone sehingga nilai resistansi adalah 0.
X́ L
3. Induktansi diri suatu kumparan dapat dihitung denganL= , pada
2 πf
percobaan rangkaian a dan b yang sama yaitu pada Delilah diperoleh ,
pada Dewi Fajar diperoleh L=0,2006 H , pada M. Sayifullah diperoleh
L = 0,2660 H , dan pada Savilla diperoleh L=0,2054 H
4. Reaktansi induktif dapat dihitung dengan X́ L =Ź dengan Ź merupakan
rata-rata impedansi kumparan, pada percobaan rangkaian a dan b
diperoleh nilai reaktansi induktif yang sama yaitu pada Delilah
diperoleh , pada Dewi Fajar diperoleh X́ L =1,260 Ω, pada M. Syaifullah

diperoleh X́ L =1,085 Ω, dan pada Savilla X́ L =1,29 Ω.


I. Daftar Rujukan

Tippler, Paul A. (2013). Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Jakarta, Erlangga

Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2005). Electric fields.

Fundamentals of Physics, 580–604.

Hayt Jr, W. H., & Buck, J. A. (2006). Elektromagnetika.

Jewett, J. W., & Serway, R. A. (2008). Physics for Scientists and

Engineers With Modern Physics. Cengage Learning EMEA.

Saputra, W. N., Despa, D., Soedjarwanto, N., & Samosir, A. S. (2016).

Prototype Generator Dc Dengan Penggerak Tenaga Angin. Jurnal

Informatika Dan Teknik Elektro Terapan, 4(1).

J. Tugas

1. Bagaimana penjelasan Saudara tentang watak magnet kumparan ini ?


Jawaban :
Apabila sumber arus DC dihubungkan pada kumparan. Dalam
rangkaian tertutup, kumparan memiliki sifat kemagnetan yang
sementara. Pada kumparan solenoida menerapkan hukum Biot-Savart
apabila kawat dialiri arus listrik maka akan timbul induksi magnetik
disekitar kawat.

2. Bagaimana cara menentukan kutub-kutub magnet kumparan ?


Jawaban :
Arah medan magnet di luar batang pada magnet batang yaitu dari kutub
utara ke kutub selatan, sedangkan jika arah medan magnet di dalam
batang yaitu dari kutub selatan ke kutub utara. Dan untuk arah medan
magnet di dalam kumparan kutup utara kuparan berada pada sebelah
kanan, sedangkan kutub selatan magnet berada di sebelah kiri. Dan
dapat ditentukan dengan cara diuji dengan mendekatkan magnet batang
pada kumparan yang telah diketahui kutub-kutubnya dengan
menggunakan prinsip untuk kutub yang sejenis akan tolak-menolak,
dan untuk kutub yang tidak sejenis akan saling tarik-menarik.

3. Bagaimana arah garis gaya magnet yang dibangkitkan oleh kumparan


yang dialiri listrik DC ?
Jawaban :
Arah garis gaya magnet yang dibangkitkan oleh kumparan yang dialiri
listrik DC adalah bergantung pada aliran arus DC yang dialirkan. Arah
garis gaya magnet juga dapat ditentukan dengan menggunakan kaidah
tangan kanan, yaitu jika ibu jari adalah arah arus, maka jari yang
lainnya adalah arah medan magnet.

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya kuat medan magnet yang
dibangkitkan oleh kumparan yang dialiri listrik DC.
Jawaban :
Besarnya kuat medan magnet dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Medan magnet di tengah kumparan : B=μ0 ∋¿
¿
Medan magnet di ujung kumparan: B=μ0 ∋ 2 ¿

Berdasarkan rumus diatas, maka yang mempengaruhi kuat medan


magnet adalah jumlah lilitan ( N ) dan arus listrik ( I ) .
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai resistansi ohmik dari
kumparan/penghantar ?
Jawaban:
Resistansi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
l
R=ρ
A
Berdasarkan rumus diatas, maka yang mempengaruhi besarnya
resistansi adalah hambatan jenis ( ρ ) , panjang kawat (l ), luas penampang
( A), dan jumlah lilitan ( N ).

6. Apakah kumparan yang dialiri listrik AC juga berwatak sebagai magnet


? jelaskan !
Jawaban :
Kumparan yang dialiri oleh listrik AC tidak berwatak sebagai magnet
karena sifat arus listrik AC adalah bolak balik, sehingga akan membuat
setengah siklus pertama negative kemudian setengah siklus berikutnya
positif. Hal ini menimbulkan arah medan magnet berubah ubah dengan
sangat cepat sehingga mengakibatkan hambatan pada kumparan dan
akan memunculkan hambatan ohmik.

7. Apa reaktansi induktif itu ?


Jawaban :
Reaktansi yang muncul pada suatu induktor jika induktor tersebut
dialiri arus AC. Karena isyarat AC akan sesekali positif dan sesekali
negatif.
8. Jelaskan proses munculnya reaktansi induktif ?
Jawaban :
Ketika arus AC mengalir ke kumparan maka akan terjadi perubahan
fluks magnet. Pada saat arus AC positif maka medan magnet yang
timbul memiliki arah tertentu. Lalu saat fase negatif medan magnet
yang timbul akan berlawanan arah dengan saat fase positif. Karena
perubahan arus tersebut serta perubahan medan magnet maka
menimbulkan reaktansi induktif.

9. Apakah induktansi diri dari sebuah kumparan itu ? jelaskan !


Jawaban :
Induktansi diri dari sebuah kumparan merupakan besarnya suatu gerak
gaya listrik (GGL) imbas yang muncul akibat dari adanya perubahan
arus sebesar 1 Ampere fluks magnet yang dihasilkan oleh kumparan
tersebut. Induktasi diri memiliki nilai 1 hanry jika kumparan terjadi
GGL induksi senilai 1 volt dengan peerubahan kuat arus sebesar 1
ampere / detik.

10. Bagaimana kaitan antara reaktansi induktif dengan koefisien induksi


dari sebuah kumparan ?
Jawaban :
Kaitan antara reaktansi induktif dengan koefisien induksi diri (L) dari
sebuah kumparan semakin besar koefisien induksi diri, maka makin
besar pula reaktansi induktifnya. Karena dari rumus di atas tampak XL
berbanding lurus dengan L.

11. Apakah yang dimaksud dengan V efektif ?


Jawaban :
Nilai tegangan pada listrik AC yang disetarakan dengan nilai tegangan
pada listrik DC yang menghasilkan jumlah kalor yang sama pada
penghantar dalam waktu yang sama. Apabila kita mengukur dengan

V max
V eff = =0 ,707 V max
osiloskop berlaku: √2
12. Apakah yang dimaksud dengan I efektif ?
Jawaban :
Nilai arus pada listrik AC yang disetarakan dengan nilai arus pada
listrik DC yang menghasilkan jumlah kalor yang sama pada penghantar
dalam waktu yang sama. Apabila kita mengukur dengan osiloskop
berlaku:

I max
I eff = =0 ,707 I max
√2

K. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai