Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan
bahwa manusia tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui
beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri
perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi
dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan
emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses
sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang secara aktif
melakukan proses sosialisasi.
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang
dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa
jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman
bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses
belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan
selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi
setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial anak usia dini?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak usia
dini?
3. Bagaimanakah pola perilaku sosial anak usia dini?
4. Apa yang menjadi permasalahan pada perkembangan sosial anak beserta
solusinya?

1
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah study sosial anak usia dini.
2. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak
usia dini.
3. Mengetahui pola perilaku sosial anak usia dini.
4. Mengatahui permasalahan sosial pada anak beserta solusinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak adalah tahapan kemampuan anak dalam


berperilaku sesuai dengan harapan lingkungan (Hurlock,1998). Departemen
pendidikan dan kebudayaan (1997) menyatakan bahwa perkembangan sosial
adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus-menerus menuju
pendewasaan yang memerlukan adanya komunikasi dengan masyarakat. Masa
kanak-kanak merupakan awal kehidupan sosial yang berpengaruh pada anak,
dimana anak akan belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas
sosial. Apabila pada masa kanak-kanak ini anak mampu melakukan hubungan
sosial dengan baik akan memudahkan bagi anak dalam melakukan penyesuaian
sosial dengan baik dan anak akan mudah diterima sebagai anggota kelompok
sosial di tempat mereka mengembangkan diri (Hurlock,1998).

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan


sosial. dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama. Anak dilahirkan belum
bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan
orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial anak harus belajar tentang cara-
cara penyesuaian diri dengan orang lain. Kemampuan anak diperoleh melalui
berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang lain di
lingkungannya baik dengan orangtua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa
lainnya.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau


bimbingan orangtua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau
norma-norma kehidupan bermasyarakat serta yang mendorong dan mendirikan

3
contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam
kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orangtua lazim disebut sosialisasi.

Aspek Sosial dan emosi saling berkaitan dimana keduanya berkembang


secara bertahap seiring dengan usia kronologis, tidak bisa dipaksakan, dikarbit
atau dipercepat. Pada dasarnya, aspek sosial dan emosi dapat dikembangkan
dalam berbagai kesempatan dan kegiatan, saat proses pembelajaran di kelas, saat
bermain di luar kelas, pada waktu yang sudah terjadwal atau bersift insidental.

Robinson (1981:61), mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar


yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat
menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab dan efektif.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut kami menyimpulkan bahwa


perkembangan sosial anak adalah suatu proses perubahan tingkah laku anak
menuju kematangan dalam hubungan sosial sehingga dapat berperilaku sesuai
dengan harapan sosial. Sosialisasi dari orangtua ini sangatlah diperlukan oleh
anak, karena ia masih sangat terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk
membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan. J. Clausen dalam
Ambron (1981:221), mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan dalam
rangka sosialisasi dan perkembangan sosial yang dicapai anak.

[ CITATION Drs11 \l 1033 ]

B. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Menurut Soetarno (1989) berpendapat bahwa ada dua faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu faktor lingkungan keluarga dan
faktor dari luar rumah atau keluarga. Kedua faktor tersebut dilengkapi oleh
Hurlock (1978) dengan faktor ketiga yaitu faktor pengalaman awal yang diterima
anak.

4
1. Faktor Lingkungan Keluarga
a. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga ternyata mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan anak. Apabila ekonomi keluarga cukup maka
lingkungan material anak di dalam keluarga tersebut menjadi lebih luas.
anak mendapat kesempatan yang lebih banyak dalam mengembangkan
bermacam-macam kecakapan yang mungkin tidak akan ia dapatkan jika
keadaan ekonomi keluarga tidak memadai.
b. Keutuhan Keluarga
Hubungan keluarga yang harmonis memegang peranan penting
dalam perkembangan sosial anak. anak yang hidup dalam keluarga broken
home maka cara anak menilai hubungan sosial menjadi berbeda bila
dibandingkan dengan anak-anak yang hidup dalam lingkungan keluarga
yang normal. Anak dari keluarga broken home secara sosial merasa malu
dan akhirnya mempengaruhi kemampuan dan kemauan berinteraksi dengan
teman-temannya. Sebaliknya, anak dengan kondisi keluarga yang utuh akan
memiliki keterampilan sosial dan perkembangan kecakapan anak.
c. Sikap Dan Kebiasaan Orangtua
Tingkah laku orangtua sebagai pemimpin kelompok dalam
keluarga sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat
merangsang perkembangan ciri-ciri tertentu pada pribadi anak. Sikap
orangtua yang otoriter dapat mengakibatkan anak-anak tidak taat, takut,
pasif, tidak memiliki inisiatif, tidak dapat menyediakan sesuatu serta
menyerah. semua pengaruh di atas akan berdampak pada perilaku sosial
selanjutnya sehingga anak menjadi terhambat dalam merefleksikan
hubungan sosial dengan pihak lainnya karena pengaruh suasana interaksi
keluarga. Untuk itu, sangat penting bagi orangtua untuk mampu mengukur
perilakunya agar tidak berdampak negatif pada perilaku sosial anaknya.
2. Faktor di luar rumah
Pengalaman sosial di luar rumah melengkapi pengalaman sosial di dalam
rumah dan merupakan penentu yang paling penting bagi sikap sosial dan pola

5
perilaku anak. jika hubungan mereka dan teman sebaya dan orang dewasa di
luar rumah menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan sosial tersebut
dan ingin mengulanginya. Sebaliknya, jika hubungan itu tidak menyenangkan
atau menakutkan, anak-anak akan menghindarinya dan kembali pada anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka.

Jika anak senang berhubungan dengan orang luar, ia akan terdorong untuk
berperilaku dengan cara yang dapat diterima orang luar tersebut. karena hasrat
akan pengakuan dan peneimaan sosial sangat kuat pada masa akhir anak-anak,
pengaruh kelompok teman sebaya lebih kuat dibandingkan dengan sewaktu masa
pra sekolah, yaitu ketika anak masih kecil dan belum berminat terhadap teman
sebayanya

3. Faktor Pengaruh Pengalaman Sosial Awal


Pengalaman sosial awal sangat mempengaruhi perilaku kepribadian
selanjutnya. Banyaknya pengalaman bahagia yang diperoleh sebelumnya akan
mendorong anak mencari pengalaman semacam itu lagi pada perkembangan
sosial selanjutnya. Dalam penelitian Waldrop dan Halyerson ditemukan bahwa
sosiobilitas anak pada umur 2,5 tahun dapat digunakan untuk meramalkan
sosiobilitas pada umur 7,5 tahun. Oleh karena itu, pola sikap dan perilaku
cenderung menetap maka ada keharusan meletakan dasar yang baik pada tahap
awal perilaku sosial pada setiap anak

Selain faktor di atas yang bersifat umum, faktor yang dapat menghambat
perkembangan sosial anak pra sekolah menurut Sri Maryani Deliana (2000), yaitu
sebagai berikut:

1) Tingkah laku agresif.


2) Pemalu.
3) Anak manja.
4) Perilaku berkuasa.
5) Perilaku merusak.

[ CITATION Ali06 \l 1033 ]

6
C. Pola Perilaku Sosial Anak Usia Dini
1. Pembangkangan (Negativisme), terjadi pada anak usia 18 sampai tiga tahun,
yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi
terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orangtua atau lingkungan yang tidak
sesuai dengan kehendak anak. Sikap orangtua terhadap tingkah laku melawan
pada usia ini, seyogyanya tidak memandangnya sebagai pertanda bahwa anak
itu nakal, keras kepala, tolol, atau sebutan negatif lainnya. Dalam hal ini
sebaiknya orangtua mau memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu
bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari
posisi dependent (ketergantungan) ke posisi independent (bersikap mandiri).
tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan
tersebut.
2. Agresi (aggression), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal)
maupun kata-kata (verbal). agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi
terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhan dan
keinginannya). Orangtua yang menghukum anak yang agresif, menyebabkan
meningkatnya agresifitas anak. Untuk itu, sebaiknya orangtua berusaha untuk
mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian
atau keinginan anak, memberikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya
(sepanjang tidak membahayakan keselamatannya).
3. Berselisih atau bertengkar (quarreling), terjadi apabila seorang anak merasa
tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu
pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut mainannya.
4. Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif.
menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk
verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) sehingga menimbulkan reaksi marah
pada orang yang diserangnya.
5. Persaingan (rivalry), yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu
didorong atau distimulasi oleh orang lain.
6. Kerjasama (Cooperation), yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok.

7
7. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior), yaitu sejenis tingkah laku untuk
menguasai situasi sosial, mendominasi, atau bersikap bossiness.
8. Mementingkan diri sendiri (selfishness), yaitu sikap egosentris dalam
memenuhi keinginannya.
9. Simpati (Sympathy), yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk
menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama
dengannya.
10. Kemurahan Hati. Kemurahan hati adalah perilaku kesediaan untuk berbagi
dengan anak lain. Jika hal ini meningkat maka perilaku mementingkan diri
sendiri akan berkurang. Perilaku kemurahan sangat disukai oleh lingkungan
sehingga menghasilkan penerimaan sosial yang baik.
11. Hasrat akan penerimaan social. Jika anak memiliki hasrat akan peneriman
sosial, hal ini akan mendorong anak untuk melakukan penyesuaian sosial
secara baik.
12. Empati, merupakan kemampuan meletakan diri sendiri dalam posisi orang lain
serta menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya akan berkembang
jika anak telah dapat memahami ekspresi-ekspresi wajah orang lain atau
maksud pembicaraan orang lain.
13. Ketergantungan, Kebutuhan anak akan bantuan, perhatian, dan dukungan orang
lain membuat anak memperhatikan cara-cara berperilaku yang dapat diterima
linhkungannya. Namun, berbeda dengan anak yang bebas, ia cenderung
mengabaikan ini.
14. Sikap Ramah, Seorang anak memperlihatkan sikap ramah dengan cara
melakukan sesuatu bersama orang lain, membantu teman, dan menunjukan
kasih sayang.
15. Meniru, anak-anak melakukan peniruan terhadap orang-orang yang diterima
baik oleh lingkungannya. Dengan meniru anak-anak mendapatkan respon
penerimaan kelompok terhadap diri mereka.
16. Perilaku Kelekatan, berdasarkan pengalamannya pada masa bayi, tatkala anak
merasakan kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih bersama ib unya,

8
anak mengembangkan sikap ini untuk membina persahabatan dengan anak
lain.
[ CITATION Drs11 \l 1033 ][ CITATION Ali06 \l 1033 ]

D. Contoh Masalah Pada Anak Beserta Solusinya

Nama : Isna
Sekolah : SDN 1 Sidodadi
Masalah :
Isna adalah seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku sekolah
dasar kelas 1. jarak sekolah dengan rumahnya tidak terlalu jauh, sehingga ia
cukup berjalan kaki ketika berangkat dan pulang sekolah. Isna memiliki masalah
sosialisasi yakni senang nya ia membuat geng. Geng ini berjumlah sekitar 6
orang, sangat memprihatinkan ketika melihat pertemanannya yang menirukan
geng seperti anak SMA misal bajunya dikeluarkan, kancing dibuka, serta lengan
bajunya dilipat. Ketika pulang sekolah, isna dan geng pulang bersama-sama
kemudan bermain di suatu tempat untuk waktu yang sebentar.
Solusi :

Menurut Hurlock, jika anak senang berhubungan dengan orang luar, ia


akan terdorong untuk berperilaku dengan cara yang dapat diterima orang luar
tersebut. karena hasrat akan pengakuan dan peneimaan sosial sangat kuat pada
masa akhir anak-anak, pengaruh kelompok teman sebaya lebih kuat dibandingkan
dengan sewaktu masa pra sekolah, yaitu ketika anak masih kecil dan belum
berminat terhadap teman sebayanya. Hal ini mengindikasikan bahwa Isna
berperilaku sama seperti temannya yang lain karena ia ingin diterima oleh
kelompok sosialnya tersebut.

Geng pada anak usia dini memanglah wajar karena menandakan bahwa ia
diterima oleh kelompok sosialnya yaitu teman sebaya. Akan tetapi, apabila di
dalam geng tersebut muncul perilaku negatif maka akan berdampak buruk pada
perkembangan perilaku sosialnya, karena perkembangan sosial awal sangat
mempengaruhi perkembangan sosial anak ketika ia dewasa nanti.

9
Menurut teori Interaksi Piaget dalam Catron dan Allen yang mempercayai
bahwa anak-anak membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan
lingkungan. ketika anak memperoleh pengetahuan dari lingkungannya maka ia
akan melakukan proses pencocokan informasi yaitu informasi yang baru ke
informasi yang telah ada sehingga memperoleh keseimbangan atau asimilasi.

Maka dari itu, peran orangtua, guru dan teman sebaya sangat penting
dalam perkembangan sosial anak. Menghadapi perilaku anak yang demikian
memang tidak lah mudah, karena perilaku negatif tersebut telah tertanam ke
dalam diri anak dan anak pun telah melakukannya. Berikut adalah Solusi
menghadapi perilaku anak :

a. Memberikan Perhatian Lebih Kepada Anak, Orangtua harus


memberikan perhatian lebih kepada anak, seperti bertukar cerita kepada
anak sehingga apabila ada hal yang mungkin kurang bai bagi anak,
orangtua dapat memberikan pengertian bahwa hal tersebut tidak baik
untuk dilakukan.
b. Ciptakan lingkungan main anak sesuai dengan perkembangan social.
c. Kenali teman bermain anak.
d. Ajaklah teman-teman anak untuk bermain di lingkungan yang bisa
dipantau, misal nya dirumah.

[ CITATION DrY13 \l 1033 ]

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. perkembangan sosial anak adalah suatu proses perubahan tingkah laku
anak menuju kematangan dalam hubungan sosial sehingga dapat
berperilaku sesuai dengan harapan sosial.
2. Menurut Soetarno (1989) berpendapat bahwa ada dua faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu faktor lingkungan
keluarga dan faktor dari luar rumah atau keluarga. Kedua faktor tersebut
dilengkapi oleh Hurlock (1978) dengan faktor ketiga yaitu faktor
pengalaman awal yang diterima anak.
3. Pola Perilaku Sosial Anak

a. Pembangkangan h. Mementingkan diri sendiri


(Negativisme) (selfishness)
b. Agresi (aggression) i. Simpati (Sympathy)
c. Berselisih atau bertengkar j. Kemurahan Hati
(quarreling) k. Hasrat akan penerimaan
d. Menggoda (teasing) social
e. Persaingan (rivalry) l. Empati
f. Kerjasama (Cooperation) m. Ketergantungan
g. Tingkah laku berkuasa n. Sikap Ramah
(ascendant behavior) o. Meniru
p. Perilaku Kelekatan

B. Saran

Dengan membaca materi makalah ini, penyusun mengharapkan saran dan


kritikan yang membangun, karena makalah ini masih banyak kekurangan baik
dalam bentuk bahasa maupun penulisan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati. (2006). Metode Pengembangan Sosial


Emosional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group hlm. 4-28

Dr. Yuliani Nurani Sujiono, M. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT Indeks hlm.58 dan hlm. 2-21

Drs. Ahmad Susanto, M. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group hlm. 40 dan hlm.134

12

Anda mungkin juga menyukai