Anda di halaman 1dari 6

Filsafat, agama etika dan hukum (Bab 2)

A. Hakikat Filsafat, Agama, dan Etika


Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu, dan
filsafat dimulai dari keduanya (Suriasumantri 2000). Karateristik utama berpikir
filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Sifatnya
yang menyeluruh artinya mempertanyakan hakikat keberadaan dan kebenaran tentang
keberadaan itu sendiri sebagai suatu kesatuan secara keseluruhan. Bukan dari
perspektif bidang per bidang, atau sepotong-sepotong. Filsafat mencakup tiga sesi,
yaitu : apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang
dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang dianggap indah
dan apa yang dianggap jelek (estetika). Theo Huijbers (dalam Abdulkadir
Muhammad, 2006) menjelaskan filsafat sebagai kegiatan intelektual yang metodis,
sistematis, dan secara reflektif menangkap makna hakiki keseluruhan yang ada. Objek
filsafat bersifat universal dan mencakup segala sesuatu yang dialami manusia. Unsur-
unsur filsafat :
 Kegiatan intelektual (pemikiran)
 Mencari makna yang hakiki (interprestasi)
 Segala fakta dan gejala (objek)
 Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis (metode)
 Untuk kebahagiaan manusia (tujuan)

Sebenarnya dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama sebagai berikut :

 Ada kitab suci


 Kitab suci yang ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan
 Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia dan menafsirkan
kitab suci bagi kepentingan umatnya.
agama yang kita tahu dianut oleh manusia yang merupakan ciptaan Tuhan yang
tertinggi berkat kelebihan akal/pikiran yang diberikan manusia dapat bertindak sesuai
dengan aturan yang berlaku. Hanya manusia yang mampu menyadari perlunya
mencapai nilai tertinggi atau nilai akhir (hidup kekal di akhirat) yang harus dicapai di
samping adanya nilai-nilai yang lain di antaranya kekuasaan, kekayaan, dan
kenikmatan duniawi). Semua agama melalui kitab sucinya masing-masing
mengajarkan tentang tiga hal pokok, yaitu hakikat Tuhan, etika, tata susila, serta
ritual, tata cara beribadat. Tidak ada agama yang tidak mengajarkan etika/moralitas.
Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-nilai
moral. Tujuan semua agama adalah menuntun umat manusia agar memperoleh
kebahagiaan (di dunia) dan kehidupan kekal di akhirat. Etika (Etimologi), berasal dari
bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti, karakter, watak, kesusilaan atau adat
kebiasaan (custom). Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Dalam hal ini, kata
etika dama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari kata latin mos (bentuk
tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan,
watak, tabiat, akhlak, cara hidup (Kanter, 2001)
Dari penjelasan tentang nilai tersebut, sebenarnya dapat disimpulkan tiga hal, yaitu :
 Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
 Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah
cukup dikenal.
 Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah
sampai dengan yang tertinggi.
B. Hubungan Agama, Etika dan Nilai
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan
yang tertinggi berkat kelebihan akal/pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Berkat pikirannya, manusia mampu memperoleh ilmu (pengetahuan) tentang hakikat
keberadaan (duniawi) melalui proses penalaran serta mampu menyadari adanya
kekuatan tak terbatas di luar dirinya yang menciptakan dan mengatur eksistensi alam
raya. Akhirnya, tingkat keyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tingkat / kualitas peribadatan,d an tingkat/kualitas moral seseorang akan menentukan
gugus/hierarki bilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan smeua agama adalah untuk
merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal di akhirat.
C. Hukum Etika dan Etiket
Hukum, etika, dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai
arti yang hampir sama walaupun terdapat juga perbedaan. Hukum adalah Hukum
adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi
dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam
hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum
pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum
menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia
dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti, karakter,
watak, kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau
baik, sedangkan Etiket berasal kata dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal
suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis
mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan
atau bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai
peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana),
cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta
perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.
Persamaan dan Perbedaan Hukum, Etika, dan Etiket

No Hukum Etika Etiket


1 Persamaan : Sama-sama mengatur perilaku manusia
2 Perbedaan :
A Sumber Hukum : Sumber Etika : Sumber Etiket :
Negara, Pemerintah Masyarakat Golongan
masyarakat
B Sifat Pengaturan : Sifat Pengaturan : Sifat Pengaturan :
Tertulis berupa Undang-undang, Ada yang lisan Lisan
Peraturan Pemerintah dan (berupa adat
sebagainya kebiasaan) dan ada
yang tertulis
(berupa kode etik)
C Objek yang diatur : Objek yang diatur : Objek yang diatur :
Bersifat lahiriah (misalnya : hukum Bersifat rohaniah, Bersifat lahiriah,
warisan, hukum agraria, hukum tata misalnya : perilaku misalnya : tata cara
negara) dan rohaniah (misalnya : etis (jujur, tidak berpakaian (untuk
hukum pidana) menipu, pesta, sekolah,
bertanggung jawab) pertemuan resmi,
dan perilaku tidak berkabung, dan
etis (korupsi, lain-lain), tata cara
mencuri, berzina) menerima tamu,
tata cara berbicara
dengan orang tua
dan sebagainya.

D. Karakter dan Kepribadian


Istilah kepribadian dan karakter banyak dijumpai dalam ilmu psikologi. Soedarsono
(2002) misalnya, mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas kejiwaan seseorang
yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua, leluhur) dan sisi yang
didapat dari pendidikan, pengalaman hidup, serta lingkungannya. Karakter adalah sisi
kepribadian yang didapat dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa
dikatakan bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian. Walaupun beberapa definisi
tentang karakter sebagaimana telah diuraikan sebelumnya terlihat berbeda, namun
sebenarnya dapat ditarik kesimpulannya sebagai berikut :
 Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang. Kompetensi
ini mencakup pengembangan secara seimbang dan utuh ketiga lapisan, yaitu
fisik, pikiran, dan jiwa
 Karakter menentukan keberhasilan seseorang
 Karakter dapat diubah, dibentuk, dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan
tiada henti serta melalui pengalaman hidup
 Tingkat keberhasilan seseorang ditentukan oleh tingkat kecocokan karakter
yang dimilikinya dengan tuntutan kenyataan / realita.
Ketika kepribadian seseorang dilekatkan pada norma moral, pada penilaian baik dan
buruk, maka orang tersebut sedang membahas tentang karakter. Dengan kata lain,
karakter adalah perilaku seseorang (yang relatif permanen) ketika berinteraksi dengan
lingkungan yang dilandasi dengan pengetahuan tentang moral (Naftalia, 2006).
'Bagaimana seseorang mempertanggungjawabkan hidupnya pada Tuhannya, itulah
karakter'. Sedangkan kepribadian adalah sejumlah karakteristik sifat yang muncul
dalam perilaku tanpa adanya penilaian moral. Sekedar deskripsi saja tentang
seseorang, misalnya pemarah, penyabar, tahan uji, mudah iba, mudah tersinggung,
bangga, dan sebagainya. Biasanya orang akan menggunakan deskripsi ini kalau
diminta pendapatnya tentang orang lainnya.
E. Kecerdasan, Karakter, dan Etika
Melalui pemahaman dan pemikiran/ajaran tradisional islam dan diinspirasi oleh
beberapa pemikiran Stephen R. Covey, ia menyebut 3 jenis kecerdasan dengan tiga
golongan etika, yaitu psiko etika, sosio etika, dan teo etika. Psiko etika merupakan
masalah aku dengan aku, sosio etika menyangkut masalah aku dnegan orang lain, dan
teo etika menyangkut masalah aku dnegan Tuhan

3 Golongan Etika Karakter utama


Teo Etika 9. Takwa (pasrah diri)
Saling ketergantungan 8. Ikhlas (tulus)
Masalah aku dengan Tuhan 7. Tawakal (tahan uji)
Socio Etika 6. Silaturahmi (tali kasih)
Ketergantungan 5. Amanah (integritas)
Masalah aku dnegan orang lain 4. Husnuzan (baik sangka)
Psiko Etika 3. Tawaduk (berilmu)
Kemandirian 2. Syukur
Masalah aku dengan aku 1. Sabar

Jelas sekali bahwa konsep etika nafis jauh lebih luas pengertiannya dibandingkan
dengan konsep etika yang sudah banyak dikenal selama ini. Konsep etika selama ini
hanya dipahami sebatas hubungan antar manusia dengan manusia lainnya, sedangkan
konsep etika nafis berdasarkan paradigma manusia utuh yaitu masalah manusia
dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dan alam, serta manusia dengan
tuhan. Covey telah mengingatkan bahwa untuk membangun karakter manusia,
diperlukan pengembangan kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap empat
kemampuan manusia, yaitu PQ, IQ, EQ, SQ. 4 kecerdasan yang digolongkan ke
dalam etika nafis seperti PQ dan IQ termasuk ke dalam Psiko Etika, EQ termasuk ke
dalam Sosio Etika dan SQ termasuk ke dalam Teo Etika.

F. Pikiran, Meditasi, dan Gelombang otak


Olah pikir adalah suatu konsep dan keterampilan untuk mengatur gelombang otak
manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnya sehingga bisa mencapai hasil
optimal. Otak akan memancarkan gelombang sesuai dengan tingkat keadaan
pikiran/kejiwaan seseorang. Saat ini gelombang otak telah dapat diukur dengan
menggunakan Elektroensefalogram (EEG). Kunci untuk membangun karakter adalah
melatih pikiran untuk memasuki gelombang alpha. Latihan meditasi, yoga, zikir,
retret, dan sejenisnya sangat efektif untuk memasuki gelombang alpha ini. Meditasi
sebenarnya adalah upaya untuk mendiamkan suara percakapan dalam pikiran dan
menemukan ruang yang tenang.

Contoh kasus pelanggaran Etika dan moral yang ada di indonesia


TRIBUNJATIM, SIDOARJO - Polresta Sidoarjo rilis tersangka penganiayaan
kekasihnya yang videonya sempat membuat heboh warga Sedati, Kabupaten Sidoarjo.
Dalam rilis tersebut terungkap bahwa pelaku yang bernama Muhammad Nurman
Tajuddin (20) memukuli kekasihnya karena urusan sepele. "Pelaku cemburu setelah
melihat chat WA hp korban. Dimana di salah satu chatnya, korban sedang berbicara
dengan temannya seolah seperti pacaran. Akhirnya pelaku langsung emosi dan
memukuli korban,"ujar Kapolresta Sidoarjo AKBP. Zain Dwi Nugroho kepada awak
media, Sabtu (16/02/2019). Ia mengatakan hal tersebut didasari setelah pihaknya
melakukan penyelidikan terhadap 5 saksi. Yaitu ibu korban, korban, pemilik konter
handphone, serta dua teman konter korban. Dirinya juga menjelaskan, pelaku sendiri
ketika memukul kekasihnya juga dalam keadaan sadar. "Jadi pelaku memang sadar.
Tidak terpengaruh minuman keras atau narkoba. Meski begitu, tetap akan dilakukan
pemeriksaan jiwa. Apakah pelaku mengalami gangguan jiwa atau murni karena
emosi," tambahnya. Ia cukup menyayangkan tindakan pelaku yang dengan tega
menganiaya pacarnya sendiri sekejam itu.
Pasalnya kedua kekasih tersebut berencana akan menggelar pernikahan setelah
lebaran tahun ini. Dan saat ini pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya
dan meringkuk di sel Polrestabes Sidoarjo. "Untuk pasalnya, kami kenakan Pasal 351
KUHP. Dengan ancaman hukuman nya adalah diatas lima tahun penjara,"
pungkasnya.”

Anda mungkin juga menyukai