Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penelitian

Segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi tercakup nilai-nilai

dasarnya dalam Islam yakni yang bersumber pada asas tauhid. Bahkan lebih dari

sekedar nilai-nilai dasar, seperti kesatuan, keseimbangan, keadilan, kebebasan dan

pertanggungjawaban. Islam telah cukup memuat nilai-nilai instrumental dan

norma-norma yang operasional untuk diterapkan dalam pembentukan lembaga-

lembaga ekonomi masyarakat (Mursyid, 2007).

Kedudukan ekonomi dalam Islam sangatlah penting karena ekonomi

merupakan salah satu faktor penting yang membawa pada kesejaheraan umat.

Pendapat Ismail Al-Faruq yang dikutip oleh Ahmad Dimyati (1998)

menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi adalah pernyataan dari

semangat ajaran Islam, karena ekonomi umat dan kemakmurannya adalah cita-

cita yang ingin dicapai oleh umat Islam.

Secara konseptual pun banyak ayat Al-Qur’an yang menegaskan tentang

anjuran kepada seorang muslim untuk mengembangkan ekonominya serta

bagaimana etika pengembangan ekonomi harus dijalankan oleh seorang muslim.

Allah berfirman dalam al-qur’an, surah al-jumu’ah 62;10:10, yang berbunyi:

Artinya :

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di

muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak

supaya kamu beruntung.

Sebagian besar kondisi perekonomian umat islam masih diwarnai oleh

kemiskinan, padahal secara normatif, historis dan teoritis telah banyak anjuran untuk
mengembangkan hidup lebih maju, khususnya bidang ekonomi, namun kenapa

kemiskinan masih tetap mewarnai kondisi perekonomian umat Islam saat ini.

Lebih spesifik lagi, gambaran persoalan perekonomian umat Islam Indonesia

dapat diperlihatkan pada sebagian umat Islam yang dikategorikan sebagai pedagang

kecil, seperti penjual sayur, penjual buah-buahan dan lain-lain. Mereka selalu

dihadapkan pada persoalan untuk mampu bertahan hidup dengan segala daya upaya

yang mereka punya. Dalam kaitan dengan kesenjangan ekonomi yang terjadi, para

ahli ekonomi lebih banyak menyoroti dari segi orang yang mengelolanya atau dari

segi manajemen (Perwataatmadja, 1996).

Manajemen baik sebagai ilmu maupun sebagai seni pada mulanya tumbuh

dan berkembang di kalangan dunia industri perusahaan. Akan tetapi dalam

perkembangan selanjutnya ternyata eksistensi manajemen sangat diperlukan dan

bermanfaat bagi setiap usaha dalam berbagai lapangan.

Pada zaman modern ini boleh dikatakan tidak ada sesuatu usaha kerja sama

untuk mencapai suatu tujuan tertentu baik organisasi atau lembaga yang tidak

mempergunakan manajemen (Shaleh, 1997). Sebab dengan adanya manajemen

yang difungsikan sebagaimana mestinya akan menghasilkan dan mencapai sasaran

yang efektif dan efesien. Mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), pelaksanaan (actuating), sampai dengan pengawasan (controlling)

yang merupakan suatu kesatuan dari fungsi manajemen itu sendiri.

Sekitar 88% warga Negara Indonesia adalah umat Islam, dan

mayoritas mereka adalah golongan ekonomi lemah, pengusaha kecil bawah dan

pengusaha kecil mikro (Najmudin, 1996). Oleh karena itu dalam mendirikan suatu

lembaga ataupun organisasi diperlukan adanya manajemen, khususnya

tentang perencanaan suatu organisasi atau lembaga yang merupakan langkah

awal dalam pencapaian tujuan, diantaranya tentang suatu lembaga atau organisasi

yang memberdayakan golongan ekonomi kecil dan menengah.


Pentingnya suatu konsep perencanaan dalam organisasi atau lembaga adalah

suatu hal yang mutlak. Perencanaan yang mengarah segala tindakan dan kegiatan

dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Perencanaan sebagai proses yang

mendeskripsikan bentuk atau model dari program-program yang akan dilaksanakan.

Pendekatan Islam yang benar-benar menekankan konsep kesatuan bersama

dan keharmonisan serta keseimbangan dalam masyarakat menyebabkan semakin

meluasnya ruang lingkup kepentingan bersama ini. Bagaimana pun juga, sampai

batas mana individu itu berupaya mengalirkan kepentingan pribadi mereka agar

menjadi kepentingan bersama sangat tergantung pada pendekatan terhadap

kehidupan yang dilakukan oleh individu tersebut (Siddiqi, 1991).

Usaha bersama untuk kepentingan bersama merupakan suatu nilai dari

tatanan kehidupan dalam Islam yang mengedepankan kesatuan dan keharmonisan

yang seimbang dan mengenyampingkan kepentingan pribadi. Kepentingan

bersama yang mengarah kepada kesejahteraan social maupun ekonomi.

Koperasi yang merupakan suatu bentuk usaha bersama yang memiliki tujuan

umum, yaitu memperbaiki kehidupan para anggotanya. Sebagai suatu bangsa yang

berpuluh-puluh tahun berjuang menentang imperialisme dan kolonialisme, kita

mempunyai ide, cita-cita tinggi tentang dasar hidup kita. Kita ingin melihat bangsa

kita makmur dan sejahtera, bebas dari kesengsaraan hidup. Ide kita terpancar

dalam Undang-Undang Dasar 45, yaitu “Perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Hal ini ditafsirkan oleh para ahli

koperasi bahwa asas kekeluargaan yang dimaksud adalah koperasi. Sehingga asas

koperasi disusun atas asas gotong royong dan asas kekeluargaan.

Falsafah yang mendasari gagasan koperasi sesungguhnya adalah kerjasama,

gotong royong dan demokrasi ekonomi, menuju kesejahteraan umum.12 Dilihat

darii segi falsafah yang mendasari gagasan koperasi itu banyak terdapat segi-

segi yang mendukung kebersamaan dan dapat diberi rujukan dari segi ajaran
Islam. Persamaan falsafah itu dapat ditemukan antara lain dalam penekanan

pentingnya kerjasama dan tolong - menolong (ta’awun), persaudaraan (ukhuwah)

dan pandangan hidup demokrasi (musyawarah).

Dalam era kapitalisme dini inilah, inspirasi koperasi beserta gerakannya

dilahirkan dan merupakan cara yang digunakan masyarakat golongan ekonomi

lemah, khususnya kaum buruh, untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang

dihadapinya dan dalam perkembangannya kemudian menjadi suatu sistem sendiri

dalam kehidupan ekonomi dalam masyarakat (Hendrojogi, 2001). Dengan

demikian pemberdayaan akan potensi yang dimiliki masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh akan tercipta.

Koperasi Syariah Desa Totoran Kecamatan Pasekan merupakan salah satu

lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun modal dari dana

simpanan para anggota dan memberikan pembiayaan atau pinjaman modal dan jasa

yang ringan kepada anggota yang membutuhkan. Koperasi Syariah Desa Totoan

ini anggotanya berasal dari kalangan petani tambak pada lingkup Desa Totoran

Kecamatan Pasekan semuanya adalah orang Islam.

Seperti yang telah dinyatakan pada awal tulisan ini bahwa kegiatan- kegiatan

ekonomi adalah pernyataan dari semangat ajaran Islam, karena ekonomi umat

kemakmurannya merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh umat Islam. Dalam

rangka mewujudkan cita-cita tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti dan

mengkaji khususnya tentang bagaimana suatu lembaga ekonomi seperti Koperasi

Syariah Desa Totoran Kecamatan Pasekan melakukan perencanaan sebagai upaya

kesejahteraan para anggotanya. Begitu pentingnya perencanaan bagi sebuah

lembaga, sehingga bila tidak diaplikasikan tidak berguna bagi anggotanya. Selain

itu, Koperasi Syariah Desa Totoran tidak hanya berorientasi kepada pemenuhan

anggota saja, tetapi juga memiliki akses ke petani tambak dan masyarakat umum.

Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perencanaan koperasi syariah
dalam kesejahteraan anggota dengan judul “Perencanan Koperasi Syariah Bagi

Masyarakat Petani Empang di Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten

Indramayu”.

2. Rumusan Masalah

Dari pokok permasalahan tersebut, penulis merumuskan masalah

menjadi dua poin. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana Perencanaan Koperasi Syariah Desa Totoran Kecamatan

Pasekan Kabupaten Indramayu?

2. Bagaimana Upaya Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu

dalam kesejahteraan anggota?


3. Batasan Masalah

Koperasi Syariah adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatannya

menghimpun modal dari dana simpanan para anggota dan memberikan pembiayaan atau

pinjaman dengan mudah dan jasa yang ringan kepada anggotanya yang membutuhkan.

Sebagai lembaga keuangan dan perekonomian, ditinjau dari sudut manajemen, Koperasi

Syariah Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu juga menerapkan fungsi-

fungsi manajemen, yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), Actuating

(pelaksanaan), dan controlling (pengawasan).

Sesuai dengan keterbatasan yang ada pada penulis dalam

berbagai hal, maka penulis membatasi pembahasan ini pada perencanaan Koperasi Syariah

Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu dalam kesejahteraan anggota pada

tahun 2020.

4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang aplikasi perencanaan pada Koperasi

Syariah Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu.

2. Untuk mengetahui upaya Koperasi Simpan Pinjam KPN UIN Sunan Kalijaga

dalam kesejahteraan para anggota.

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:

1. Manfaat Akademis

a. Memberikan kontribusi Khasanah Ilmu pengetahuan kepada mahasiswa/i

terutama jurusan Perbankan Syariah agar dapat mengetahui perencanaan

Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu dalam

kesejahteraan anggota.
b. Memberikan motivasi kepada masyarakat, khususnya civitas akademik

Fakultas Dakwah untuk terus mengadakan penelitian lebih mendalam tentang

perencanaan pada lembaga-lembaga keuangan dari berbagai jenis yang

berbeda.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk kepentingan akademik sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar

Sarjana Strata 1(satu) Fakultas Dakwah.

b. Menambah informasi dan wawasan bagi peneliti khususnya dan bagi aktivis

dakwah tentang perencanaan Koperasi Simpan Pinjam dalam kesejahteraan

anggota.

3. Manfaat Koperasi Syariah Desa Totoran Kecamatan Pasekan :

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi koperasi yang bersangkutan dalam

hubungannya dengan jasa pelayanan simpan pinjam dalam kesejahteraan

anggota

b. Sebagai input atau bahan masukan untuk perbaikan kualitas pelayanan guna

memenuhi kepuasan para anggota, sehingga dapat menentukan langkah-

langkah selanjutnya yang diambil dalam mengukur kebijaksanaan di masa

yang akan datang.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan

2.1.1 Pengertian Perencanaan

Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan

perusahaan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada

periode yang akan datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk

memperoleh laba yang optimal sehingga perlu disusun suatu perencanaan

laba agar kemampuan yang dimiliki perusahaan dapat dikerahkan secara

terkoordinasi dan terkendali.

Di dalam suatu organisasi, perencanaan merupakan salah satu

fungsi pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sebenarnya hanya

melaksanakan apa yang telah dibuat dalam perencanaan. Jadi perencanaan

merupakan tolak ukur bagi manajemen atas kelancaran dan keberhasilan

perusahaan dalam rangka

mencapai tujuan .

Perencanaan menurut Erly Suandy (2001:2) secara umum

perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan

kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi

(program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi

(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara

menyeluruh.

Adapun menurut Sjamsulbachri (2004:15) perencanaan merupakan proses

dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai dan strategi apa yang akan

digunakan dalam usaha pencapaian tersebut.

Perencanaan adalah suatu proses penyusunan secara sistematis mengenai


kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan, untuk mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Depkes, 1996).

Sedangkan menurut Siagian (1996), perencanaan adalah keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang pada hal-hal yang akan datang dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Azwar (1996), pengertian perencanaan mempunyai banyak

macamnya, akan tetapi yang menurutnya dianggap penting antara lain

dikemukakan oleh:

a. Billy E. Goetz, yang mengemukakan bahwa Perencanaan adalah kemampuan

untuk memilih dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang

paling tepat untuk mencapai tujuan.

b. Drucker, mengemukakan bahwa Perencanaan adalah suatu proses kerja yang

terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan

penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan-

perkiraan dengan mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa

depan, mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu

untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur

keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan

hasil yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan

umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.

c. Sedangkan menurut Levey dan Loomba, Perencanaan adalah suatu proses

menganalisis dan memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum

dan tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala kemampuan yang

dimiliki, menguraikan segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, menganalisis efektivitas dari berbagai

kemungkinan tersebut, menyusun perincian selengkapnya dari kemungkinan

yang terpilih, serta mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus
menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal antara rencana yang

dihasilkan dengan sistem yang dianut.

2.1.2. Tujuan Perencanaan

Adapun tujuan perencanaan menurut Azwar (1998), antara lain :

a. Membantu para pelaksana dalam melaksanakan program dengan perencanaan

yang baik maka setiap pelaksana akan memahami rencana tersebut dan akan

merangsang para pelaksana untuk dapat melakukan beban tugas masing-

masing dengan sebaik-baiknya.

b. Membantu para pelaksana untuk membuat perencanaan pada masa depan,jadi

hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan perencanaan pada saat ini dapat

dimanfaatkan sebagai pedoman untuk menyusun rencana kerja pada masa

depan dan demikian seterusnya.

c. Sebagai upaya pengaturan baik dalam bidang waktu, tenaga pelaksana,

sarana, biaya, tujuan, lokasi serta macam organisasi pelaksananya. Jadi

dengan perencanaan yang baik akan menghindari kemungkinan terjadinya

duplikasi, bentrokan ataupun penghamburan dan penyia-nyiaan dari setiap

program kerja ataupun aktivitas yang dilakukan, jadi pemanfaatan dari

sumber data dan tata cara yang dipunyai dapat diatur secara lebih efisien dan

efektif.

d. Untuk memperoleh dukungan baik berupa dukungan legislatif (melalui

peraturan ataupun perundang-undangan), dapat berupa dukungan moril

(persetujuan masyarakat, ataupun dukungan materiil dan finansial (biasanya

dari para sponsor).

2.1.3. Ciri-ciri Perencanaan

Menurut Levey dan Loomba di dalam Azwar (1996), suatu perencanaan

yang baik adalah yang mempunyai kriteria antara lain sebagai berikut :

a. Perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas.


b. Perencanaan harus mengandung uraian yang lengkap tentang segala aktivitas

yang akan dilaksanakan, yang dibedakan pula atas aktivitas pokok serta

aktivitas tambahan.

c. Perencanaan harus dapat menguraikan pula jangka waktu pelaksanaan setiap

aktivitas ataupun keseluruhan aktivitas yang akan dilaksanakan. Suatu

rencana yang baik, hendaknya berorientasi pada masa depan bukan

sebaliknya.

d. Perencanaan harus dapat menguraikan macam organisasi yang dipandang

tepat untuk melaksanakan aktvitas-aktivitas yang telah disusun. Dalam

organisasi tersebut harus dijelaskan pula pembagian tugas masing-masing

bagian atau individu.

e. Perencanaan harus mencantumkan segala hal yang dipandang perlu untuk

melaksanakan aktivitas-aktivitas yang telah disusun, seperti macam tenaga

pelaksananya, besarnya dana dan sumber dana yang diperkirakan ada.

f. Perencanaan harus mempertimbangkan segala faktor yang mempengaruhi

atau diperkirakan mempengaruhi rencana tersebut, sehingga menjadi jelas

apakah rencana tersebut dapat dilaksanakan atau tidak.

g. Perencanaan dibuat dengan berpedoman pada sistem yang dimiliki dan

orientasi penyusunannya pada keseluruhan sistem tersebut, bukan terhadap

masing-masing individu pelaksananya.

h. Perencanaan harus memiliki unsur fleksibilitas artinya sesuai dengan situasi

dan kondisi yang dihadapi, sedemikian rupa sehingga pemanfaatan sumber

dan tata cara dapat diatur dengan baik dalam rangka mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

i. Perencanaan harus mencantumkan dengan jelas standar yang dipakai untuk

mengukur keberhasilan atau kegagalan yang akan terjadi. Jadi suatu rencana

dapat menguraikan pula mekanisme kontrol yang akan dipergunakan.


j. Perencanaan harus dilaksanakan terus-menerus, artinya hasil yang diperoleh

dari perencanaan yang sedang dilakukan, dapat dipakai sebagai pedoman

untuk perencanaan selanjutnya.

2.1.2 Pengklasifikasian Perencanaan

Ditinjau dari segi jangka waktu perencanaan, pengklasifikasian perencanaan dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Perencanaan Jangka Pendek (Short Range) Jangka waktunya kurang dari 1

tahun , dilakukan oleh manajer bawah, bersifat operasional

b. Perencanaan Jangka Pendek (Intermediate Planning)

c. Jangka waktunya 1 ≥ 5 tahun, dilakukan oleh manajer menengah, berifat

taktis

d. Perencanaan Jangka Panjang (long-range planning).

Jangka waktunya ≥ 5 tahun, dilakukan oleh manajer puncak, bersifat

strategis.

Melihat dari klasifikasi perencanaan tersebut maka perencanaan koperasi syariah

termasuk pereencanaan jangka panjang. Perencanaan ini memusatkan perhatiannya pada

usaha untuk meningkatkan atau memperoleh laba atas penjualan untuk periode satu tahun.

A. Koperasi Syariah

Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Republik Indonesia No. 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) memberikan pengertian bahwa

Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah

koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan

sesuai pola bagi hasil (Skob, 2013).

Sebagai lembaga keuangan syariah persyaratan yang perlu dimiliki oleh koperasi
syariah yaitu menjaga kredibilitas atau kepercayaan bukan dari anggota saja tetapi dari

masyarakat luas. Adapun produk penghimpunan dana pada koperasi syariah berupa

simpanan wadiah, simpanan mudharabah, simpanan mudharabah berjangka. Sedangkan

penyaluran dana dapat berupa pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, salam,

istishna, ijarah, dan qardh.

1. Tujuan Koperasi Syariah

Meningkatkan kesejahteraan bagi anggotanya dan masyarakat pada umumnya,

serta membangun perekonomian yang berkeadilan sesuai prinsip Islam.

2. Fungsi dan Peran Koperasi Syariah

a. Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan anggotanya serta

masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial

ekonomi.

b. Memperkuat kualitas sumber daya insani (SDI) para anggota supaya lebih

amanah, profesional, konsisten, dan konsekuensi dalam menerapkan prinsip

ekonomi dan prinsip syariah Islam.

c. Mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasioanl berdasarkan

asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

d. Sebagai mediator antara pengguna dana dan penyandang dana sehingga

tercapai optimalisasi pemanfaatan harta.

e. Memperluas dan mengembangkan kesempatan kerja.

3. Nilai-Nilai Koperasi Syariah

a. Shiddiq yaitu mencerminkan kejujuran, akurasi, dan akuntabilitas.

b. Istiqomah yaitu mencerminkan konsistensi, komitmen, dan loyalitas.

c. Tabligh yaitu mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan

komunikatif.

d. Amanah yaitu mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan


kredibilitas.

e. Fathanah yaitu mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, dan

inovatif.

f. Ri’ayah yaitu mencerminkan semangat solidaritas, empati, dan

kepedulian.

g. Mas’uliyah yaitu mencerminkan responsibilitas.

2.5. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori di atas maka kerangka berfikir pada penelitian

ini adalah sebagai berikut :

anggaran yang
tersedia.
2. Penentuan
Sistem
3. Penyesuaian
rencana

Process:
Input:
1. Penentuan
1. SDM perencanaan
2. Anggaran koperasi
3. Metode berdasarkan jumlah
4. Sarana dan populasi petani
Prasarana empang dan
5. Data kemampuan
Output:

Ketersediaan dana
yang dibutuhkan
secara efektif dan
efisien
43

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus

penelitian sebagai berikut :

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang mendukung dan

dibutuhkan dalam melaksanakan perencanaan koperasi Syariah agar dapat

berjalan dengan baik, meliputi : SDM, Anggaran, Metode, Sarana, dan

Data.

a. Sumber Daya Manusia adalah semua orang di Desa Totoran yang

terlibat dalam proses perencanaan koperasi syariah dengan melihat

aspek latar belakang pendidikan yang tepat, jumlah yang mencukupi dan

pengalaman pelatihan manajemen Koperasi syariah.

b. Anggaran adalah suatu kebutuhan yang dikonversikan dengan mata

uang (Rupiah) yang tersedia atau diperlukan oleh Koperasi Syariah

untuk pengadaan kegiatan Koeprasi syariah

c. Metode adalah cara yang digunakan untuk merumuskan atau

menyusun perencanaan koeprasi syariah meliputi penentuan jumlah dan

jenis koperasi.

d. Sarana dan prasarana termasuk di dalamnya yaitu komputer, printer,

buku catatan dan pelaporan, ATK untuk mendukung proses perencanaan

Koperasi Syariah.

e. Data adalah dokumen yang dapat dijadikan bahan acuan atau informasi

di dalam perencanaan Koperasi Syariah seperti data populasi petani

tambak tahun-tahun sebelumnya meliputi jenis dan jumlah dalam satu

tahun anggaran.

2. Proses (process) adalah pelaksanaan yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi : Penentuan jenis koperasi

syariah berdasarkan jumlah populasi petani empang dan kemampuan


44
anggaran.

3. Keluaran (output) adalah hasil dari perencanaan obat,

diharapkan keberadaan koperasi syariah yang dibutuhkan oleh petani

empang.
45
BAB
III METODE
PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moloeng (2007:4) mendefinisikan penelitian

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari

fenomena yang terjadi. Lebih lanjut Moleong (2007:11) mengemukakan bahwa

penelitian deskriptif menekankan pada data berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu,

semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang

sudah diteliti. Pengambilan sampel atau sumber data pada penelitian ini dilakukan

secara puposive dan untuk ukuran sampel tersebut ditentukan secara snowball,

taknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisa data bersifat kualitatif

dan hasil penelitian menekankan makna generalisasi. Hasil dari penelitian ini

hanya mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-wawancara

mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan gambaran yang

jelas mengenai pemahaman UMKM Kota Bandar Lampung dalam menghadapi

MEA 2015.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian

terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari

objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.

Dalam penentuan Lokasi penelitian, Moleong (2007:132) menentukan cara terbaik

untuk ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki

lapangan dan mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan.


46
Sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu

juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang

diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive), yang

dilakukan di Sentra Keripik, Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung, Provinsi

Lampung. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan antara lain:

1) Pertimbangan tenaga, biaya dan waktu

Keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dalam hal tenaga, biaya dan waktu

menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi.

2) Provinsi Lampung berada pada pintu gerbang jalur lalu lintas perdangan

besar yaitu jalur selat sunda, dimana hal tersebut menjadikan Provinsi

Lampung lebih mudah dijangkau untuk lokasi pemasaran dari berbagai

daerah manapun di Indonesia maupun negara di kawasan Asia Tenggara.

Kota Bandar Lampung merupakan jantung Provinsi Lampung dimana

sebagai Ibukota Provinsi, mobilitas perekonomian terpusat dikota Bandar

Lampung dan menjadi tren pola produksi maupun konsumsi bagi daerah

lain di Provinsi Lampung.


3) Pertumbuhan UMKM yang semakin bertambah tahun semakin besar

khususnya dikota Bandar Lampung, sehingga memunculkan berbagai

spekulasi didalam dunia usaha, mengingat UMKM sebagai motor penggerak

perekonomian di Provinsi Lampung maupun bagi Negara Indonesia.

4) Jl. Pagar Alam merupakan sentra penjualan keripik olahan yang terbuat dari

bahan baku singkong, pisang, dan umbi-umbian lain hasil pertanian

masyarakat lampung yang merupakan tempat industri sekaligus tempat

pemasaran keripik terbesar di Kota Bandar Lampung yang terpusat di jalan

tersebut.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian bermanfaat bagi pembatasan mengenai objek penelitian yang

diangkat. Manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak terjebak pada banyaknya data

yang diperoleh dilapangan. Penentuan fokus penelitian lebih diarahkan pada

tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi perekonomian dan

sosial, ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi

penelitian guna memilih mana data yang relevan dan data yang tidak relevan

(Moleong, 2007:127). Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan

pada tingkat kepentingan dan urgensi masalah yang akan dipecahkan. Penelitian

ini difokuskan pada kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung dalam menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC)

desember 2015.
3.4 Subjek, Sumber dan Jenis Data
3.4.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau seseorang yang memberikan informasi terkait judul

penelitian adalah UMKM yang berada di sekitar Sentra Industri Keripik Jl. Pagar

Alam Kota Bandar Lampung, seseorang yang memberikan informasi tersebut

disebut pula informan. Informan adalah orang yang diharapkan dapat memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi pada latar belakang. Sugiyono (2007:208)

tidak menggunakan istilah populasi pada penelitian kualitatif, melainkan Social

Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu, tempat (place),

pelaku (actor), dan aktivitas (activity). Situasi sosial itu dapat dinyatakan sebagai

objek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi didalamnya. Adapun

penentuan informan dalam penelitian dilakukan secara snowball sampling. Alasan

peneliti menggunakan teknik ini adalah dimana pada situasi tertentu, jumlah

subjek penelitian yang terlibat menjadi bertambah karena subjek atau informan

penelitian yang telah ditentukan sebelumnya kurang memberikan informasi yang

mendalam atau pada situasi-situasi tertentu tidak memungkinkan peneiti untuk

mendapatkan akses pada sumber, lokasi atau subjek yang hendak diteliti. Adapun

informan pada penelitian ini meliputi kriteria dibawah ini:

1) Masyarakat atau pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang berdomisili

di Kota Bandar Lampung dan bertempat usaha diwilayah sentra keripik, Jl.

Pagar Alam Bandar Lampung;

2) Berusia antara 25-70 tahun dan tidak pikun sehingga mampu memberikan

informasi data yang representatif;


3) Tidak cacat atau tuna wicara dan dapat diajak berkomunikasi;

4) Bersedia menjadi informan.

3.4.2 Sumber Data

Arikunto (2006:224) menyatakan bahwa, sumber data adalah subjek darimana

data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi

sumber data, peneliti telah menggunakan rumus 3P, yaitu:

a. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya mengenai

variabel yang diteliti.

b. Paper (kertas), adalah tempat peneliti membaca dan mempelajari segala

sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, seperti arsip, angka, gambar,

dokumen-dokumen, simbol-simbol, dan lain sebagainya.

c. Place (tempat), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan yang berhubungan

dengan penelitian.

Menurut Lofland dalam Moleong (2007:165), sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang didapat dari informan

melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain. Untuk mendapatkan data dan informasi maka informan dalam penelitian ini

ditentukan secara purposive atau sengaja dimana informan telah ditetapkan

sebelumnya. Informan merupakan orang-orang yang terlibat atau mengalami

proses pelaksanaan dan perumusan program dilokasi penelitian.


3.4.3 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu:

a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik

melalui observasi maupun melalui wawancara dengan pihak informan.

Metode pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara

langsung terhadap pengusaha skala mikro, kecil dan menengah di Kota

Bandar Lampung.

b. Data sekunder, yaitu berupa dokumen-dokumen atau literatur-literatur dari

Badan Pusat Statistik (BPS), internet, surat kabar, jurnal dan lain

sebagainya. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil atau

menggunakanya sebagian/seluruhnya dari sekumpulan data yang telah

dicatat atau dilaporkan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. menurut

Sugiyono (2007:209) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,

maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara,

angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data

yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui tiga metode, yaitu:

1. Observasi
Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian, sehingga

peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan bersifat

non-partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem yang diamati.

2. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2007:211), mendefinisikan wawancara sebagai

pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tersebut. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan

fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui

observasi. Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk diajukan, dan

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis jenis

wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam jenis

wawancara terstruktur.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang

(Sugiyono, 2007:213). Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan

lebih kredibel kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan.


3.6 Proses Penelitian

Proses pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi

tahap-tahap sebagai berikut:

a. Proses memasuki lokasi penelitian

Sebelum memasuki lokasi penelitian untuk memperoleh data, pada tahap

initerlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan meminta izin kepada

pemilik usaha skala mikro, kecil, menengah dan pihak informan lain yang

terlibat dalam penelitian ini yaitu Diskoperindag Provinsi Lampung dengan

membawa surat izin formal penelitian dari Pembantu Dekan 1 Fakultas Ilmu

Sosial & Ilmu politik Universitas Lampung. Setelah itu, peneliti

mengutarakan maksud dan tujuan penelitian untuk menciptakan

kepercayaan kepada masing-masing pihak, kemudian menentukan waktu

melakukan wawancara.

b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)

Dalam hal ini peneliti berusaha melakukan hubungan secara pribadi dan

akrab dengan subjek penelitian, mencari informasi dan berbagai sumber data

yang lengkap serta berusaha menangkap makna dari berbagai informasi

yang diterima serta fenomena yang diamati. Oleh karena itu, peneliti

berusaha sebijak mungkin sehingga tidak menyinggung informan secara

formal maupun informal.


c. Pengumpulan data (logging data)

Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data yang telah

ditetapkan berdasarkan fokus penelitian. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Observasi, tujuan dari observasi ini adalah untuk mengamati objek

penelitian, sehingga dapat memahami kondisi yang sebenarny.

Pengamatan bersifat non-partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem

yang diamati.

2) Wawancara mendalam (indeep interview) yang dilakukan kepada

informan dengan cara melakukan tanya jawab atau percakapan

langsung dengan seluruh sumber data yang ada berdasarkan daftar

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sebagai panduan sumber data.

3) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku dan

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang

(Sugiyono, 2007:213). Dokumen berguna karena dapat memberikan

latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian yang dapat

dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek data dan merupakan bahan

utama dalam penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif yang dilakukan

untuk mengidentifikasi pemahaman UMKM tentang Masyarakat Eonomi ASEAN

(MEA). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang didasarkan data deskriptif


dari status, keadaan, sikap, hubungan atau sistem pemikiran suatu masalah yang

menjadi objek penelitian. Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam

penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul

dengan menganalisis data, mendeskripsikan data, serta mengambil kesimpulan.

Untuk menganalisis data ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena

data-data yang diperoleh merupakan kumpulan keterangan-keterangan. Proses

analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber, yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data

berlangsung, setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat

wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan.

Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,

peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga datanya

sudah tidak jenuh.

Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif yaitu antara lain:

a. Reduksi Data (Reduction Data)

Reduksi data diartikan sebagai peroses pemilihan, pemisahan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Laporan atau data yang

diperoleh dilapangan akan dituangkan dalam bentuk uraian yang lengkap

dan terperinci. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya akan cukup

banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, serta dicari tema dan polanya.

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutya. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian dituangkan dalam

uraian laporan lengkap dan terperinci. Laporan lapangan direduksi,

dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting

kemudian dicari tema atau polanya.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam

melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian.

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil wawancara

yang dituangkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, dan didukung

oleh dokumen-dokumen, serta foto-foto maupun gambar sejenisnya untuk

diadakanya suatu kesimpulan.

c. Penarikan Kesimpulan (Concluting Drawing)

Penarikan Kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus

sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu selama proses pengumpulan

data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema,

hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya

yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif. Dalam penelitian ini,

penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian

kategori hasil penelitian berdasarkan observasi dan wawancara.


Berikut adalah gambar dari analisis data dan model interaktif menurut Miles dan

Huberman dalam Sugiyono (2007:189):

Pengumpulan Data Penyajian Data


(Data Display)

Reduksi Data Penarikan Kesimpulan


(Reduction Data) (Verification)

Sumber: Sugiyono (2007)

Gambar 3.7 Analisis Model Interaktif

Gambar mengenai komponen analisis data model Miles dan Huberman diatas

menjelaskan bahwa, dalam melakukan analisis data kualitatif dapat dilakukan

bersamaan dengan proses pengumpulan data. proses yang bersamaan tersebut

meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

3.8 Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep

kesahihan (validitas) atas kehandalan (reabilitas). Derajat kepercayaan atau

kebenaran suatu penilaian akan ditentukan oleh standar apa yang digunakan.

Menurut Moleong (2007:324), terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk

memeriksa keabsahan data, antara lain:


a. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep

validitas internal dan nonkualitatif. Fungsi derajat kepercayaan yaitu,

Pertama, penemuannya dapat dicapai; Kedua, mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti

pada kenyataan yang sedang diteliti. Kriteria derajat kepercayaan diperiksa

dengan beberapa teknik pemeriksaan, yaitu:

1) Triangulasi

Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan

membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada

berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan

metode yang berlainan. Adapun triangulasi yang dilakukan dengan tiga

macam teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber

data, metode, dan teori. Untuk itu, maka peneliti dapat melakukan

dengan cara:

(a) Mengajukan berbagai variasi pertanyaan

(b) Membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan

wawancara

(c) Mengeceknya dengan berbagai sumber data

(d) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan data dapat

dilakukan.

Berdasarkan hasil triangulasi tersebut, maka akan sampai pada salah satu

kemungkinan yaitu apakah data yang diperoleh ternyata konsisten, tidak


konsisten, atau berlawanan. Selanjutnya mengungkapkan gambaran yang

lebih memadai mengenai gejala yang diteliti.

2) Kecukupan Referensial

Yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan, atau

rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan

untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.

b. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada pengamatan antara

konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut,

seorang peneliti perlu mencari dan mengumpulkan data kejadian dalam

konteks yang sama.

c. Kebergantungan (Dependability)

Kebergantungan merupakan subtitusi reabilitas dalam penelitian

nonkualitatif. Dalam penelitian kualitatif, uji kebergantungan dilakukan

dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian.

Sering terjadi, peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi

dapat memberikan data. peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya.

Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka

penelitian tersebut tidak dependable. Untuk mengetahui dan memastikan

apakah hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti selalu

mendiskusikannya dengan pembimbing secara bertahap mengenai data-data

yang didapat dilapangan mulai dariproses penelitian sampai pada taraf

kebenaran data yang didapat.


d. Kepastian (Confimability)

Dalam penelitian kualitatif, uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan,

sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji

kepastian berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang

dilakukan dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.

Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan

disepakati asil penelitian tidak lagi subjektif tetapi sudah objektif.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan keteralihan dengan mencari dan

mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang sama mengenai identifikasi

pemahaman UMKM tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) desember 2015

untuk wilayah Kota Bandar Lampung. Dalam melakukan keteralihan tersebut, peneliti

selalu mendiskusikan hasil dilapangan dengan tim pembimbing mengenai data-data

yang didapat dilapangan mulai dari proses penelitian sampai pada taraf kebenaran

data yang didapat.

Untuk menjamin kepastian bahwa penelitian ini objektif, peneliti dalam hal ini

melakukan pemeriksaan secara cermat bersama dengan pembimbing terhadap

kepastian asal-usul data, logika penarikan kesimpulan dari data dan derajat ketelitian

serta telaah terhadap kegiatan peneliti tentang keabsahan data.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta; Bulan Bintang, 1997,
cet, Ke-1

Ahmad M. Saefudin, Ekonomi dan Masyarakat Dalam Perspektif Islam, Jakarta:


Rajawali, 1987, cet. Ke-1

Ahmad dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, Jakarta: KOPINFO, 1998

Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rineka Cipta,


1993, cet. Ke-1

---------------------------, Akuntasi Untuk Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta, 1995,


Cet, Ke-1

Chaesumah, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Ngemplak Melalui Koperasi


Serba Usaha “Madani” Di Lasem Kabupaten Rembang, Skripsi Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (Skripsi Tidak di Cetak)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Farid Wadjadja dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat, Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2007

George R.Terry dan Leslie W. Rue. Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Bumi


Aksara, 1991, cet. Ke-8

Hendrojogi, Koperasi, Azas-Azas, Teori dan Praktek, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2002, cet. Ke-5

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,


Jakarta; Bumi Aksara, 2003, cet. Ke-4

Ing Sukamdiyo, Manajemen Koperasi, Jakarta: Erlangga, 1996

Karmaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Depok:


Usaha Kami, 1996, cet. Ke-1

Kartasapoetra, et. al, Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, cet, Ke-5
----------------, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta dan Bina
Adiaksara, 2003, Cet. Ke-6

Koentjoroningrat, Metode-Metode Dalam Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia,


1993, cet, Ke-5

Laporan Tahunan 2006. Koperasi Pegawai Negeri UIN Sunan Kalijaga, RAT
Tahunan 36,Yogyakarta, 2007

Laporan Tahunan 2007. Koperasi Pegawai Negeri UIN Sunan Kalijaga, RAT
Tahunan 37,Yogyakarta, 2008

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,


2000

--------------------, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya, 2002

Moh Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988, cet, Ke-3

M. Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi Dalam Islam, Jakarta: Bumi Aksara,


1991.cet, Ke-1

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada Universit y


Press, 2005, cet. Ke-18

Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE, 2000,cet.Ke-1

Najmudin, et al, Dakwah dan Pengentasan Kemiskinan, Jakarta: Guna Aksara,


1996,cet, Ke-1

Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, Jakarta: Bina Adiaksara
dan Rineka Cipta, 2003, cet, Ke-4

-------------------------------------------, Manajemen Koperasi Teori dan Praktek,


Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995

Pius A. Partanto dan M.Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:


Arkola, 2001

Sapura Siti, Aplikasi Manajemen Pada Klub Belanja Mulia Sejahtera (KBMS)
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, Skripsi Jurusan Manajemen
Dakwah Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Skripsi Tidak
Di Cetak)

Sudarsono dan Edilius, Koperasi Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
2002, cet, Ke-3
INTERVIEW GUIDE

1. Apa tujuan jangka pendek, menengah dan jangka panjang Koperasi Desa Totoran
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu saat ini?
2. Bagaimana forecasting (peramalan) yang dilakukan oleh Koperasi Desa Totoran
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu dalam perumusan kebijakan dasar dari
sisi internal maupun eksternal?
3. Apa yang dijadikan pedoman Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu
dalam menganalisis data?
4. Apa saja bidang-bidang yang terdapat pada Koperasi Desa Totoran Kecamatan
Pasekan Kabupaten Indramayu?
5. Apakah ada permasalahan atau hambatan yang dihadapi Koperasi Desa Totoran
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu saat ini?
6. Peluang apa yang dapat dilakukan atau dimanfaatkan untuk mencapai pertumbuhan
koperasi secara maksimal?
7. Bagaimana dalam menentukan unsur kebijaksanaan dalam semua unsur
Koperasi Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu?
8. Apakah dalam pembuatan program-program Desa Totoran Kecamatan Pasekan
Kabupaten Indramayu selalu bekerja sama atau berkonsultasi dengan pihak lain?
9. Apakah Program-Program selalu mengacu kepada visi dan misi Desa Totoran
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu?
10. Apa saja program-program Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu
yang mendukung kesejahteraan anggota.
11. Bagaimana Koperasi Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu dalam
menyusun Sheduling
12. Bagaimana penetapan anggaran yang dilakuakan Koperasi Desa Totoran
Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu
13. Apakah Prosedur yang sudah ada dapat berjalan dengan baik?
14. Apakah Desa Totoran Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu cukup berperan dalam
aspek produktivitas anggota?

Anda mungkin juga menyukai