MENGATASINYA
Kesehatan reproduksi menjadi cukup serius sepanjang hidup, terutama bagi perempuan,
selain karena rawan terpapar penyakit, juga berhubungan dengan kehidupan sosialnya, misalnya
kurangnya pendldikan yang cukup, kawin muda, kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi
perempuan, masalah kesehatan kerja, menopause, dan masalah gizi (Baso dan Raharjo, 1999).
Sebagaian besar perempuan bekerja keras setiap hari, memasak, membersihkan rumah
demi kelangsungan hidup keluarga. Namun jika perempuan juga bekerja di luar rumah (mencari
penghasilan), maka beban kerjanya menjadi rangkap. Beban kerja yang terlalu berat membuat
seorang perempuan mengalami kecapekan dan mudah terserang penyakit. Terlebih lagi bila
seorang perempuan tidak punya cukup waktu untuk istirahat dan tidak memperoleh cukup
perhatian akan kondisi kesehatannya.
B. Incest
Incest berasal dari kata bahsa latin Cestus yang berarti murni. Jadi incestus berarti tidak
murni. Incest adalah hubungan badan atau hubungan sekseual yang terjadi antara dua orang yang
mempunyai ikatan dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah atau istilah genetiknya In
Breeding.
Istilah Incest juga dianggap suatu hubungan melalui jalur pernikahan antara sesama anggota
keluarga/pernikahan sedarah dimana secara hukum atau adat istiadat itu dilarang. Di berbagai
Negara, larangan Incest sudah di tetapkan secara hukum tertulis.
Factor usia
Pikiran anak – anak terbatas dan memiliki ketakutan. Biasanya faktor ini sering
terjadi antara ayah dan anak perempuannya yang masih kecil dalam artian di bawah
umur. Dalam kasus ini sering kali sang anak belum mengerti akan seks akan tetapi
yang lebih cendrungnya yaitu ketakutan sang anak pada ayah apabila tidak mengikuti
kemauan sang ayah. Kadang – kadang tidak ada tanda – tanda pemaksaan yang
muncul. Tetapi ketika melibatkan orang tua dan anak, perasaan takut ketahuan dan
takut di hukum merupakan bagian dari hubungan tersebut. Diakui bahwa otoritas dan
ketakutan superior orang dewasa biasanya mendorong anak menyetujui dan mau
melakukannya. Ini juga mungkin merupakan dorongan bagi sebagian anak atau
remaja untuk mendapatkan perhatian dan kasih saying orang dewasa atau saudara
sekandungnya.
Jenis kelamin
Perempuan dan laki – laki kedudukannya tidak setara, laki – laki lebih berkuasa.
Masalah kedudukanpun ikut serta dalam terjadinya incest karena di kalangan
masyarakat yang awam banyak mengganggap kedudukan laki- laki lebih besar di
bandingkan perempuan sehingga para kaum laki-laki memperlakukan perempuan
tidak di dasari dengan norma – norma atau hukum yang ada baik di lihat dari aspek
agama maupun sosial. Pengaruh aspek structural, yakni situasi dalam masyarakat
yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi menyebabkan ketidakberdayaan para
individu. Khususnya apabila ia seorang laki – laki (notabene cendrung dianggap dan
menganggap diri lebih berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan
ketidakseimbangan mental psikologis. Dalam ketidakberdayaan tersebut , tanpa
adanya iman sebagai kekuatan internal / spiritual, seseorang akan dikuasai oleh
dorongan primitive, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas
Bermain lama –lama dalam satu kamar sehingga lama – lama kelamaan nafsu
biologis mereka akan terangsang.
Hal seperti ini harus di hindari oleh laki – laki dan perempuan yang mempunyai
hubungan darah, baik itu perempuan dan laki-laki dewasa ataupun di bawah umur
karena di khawatirkan akan terjadi hal – hal yang tidak di ingikan seperti terjadinya
incest ini.
Kurangnya pengetahuan tentang seks.
Masalah yang satu inipun harus benar – benar di perhatikan karena pengetahuan
tentang seks ini masyarakat khususnya remaja ataupun para orang tua harus benar –
benar memepelajari pengetahuan ini agar terhindar dari hal – hal yang berbau seks
yang negatif seperti kasus yang sedang saya bahas yaitu mengenai incest (perkawinan
sedarah) selain inces masih banyak kasus – kasus lainnya seperti PMS, pernikahan
dini dan lain sebagainya.
1. Dampak psikologis
Masalah konstruksi social tentang keluarga, misalnya masyarakat mengenal ayah dan
anak sebagai satu kesatuan keluarga. Tetapi jika terjadi kasus Incest, maka status
ayahnya tersebut menjadi ganda, ayah sekaligus kakek.
Kasus pemerkosaan Incest, misalnya pemerkosaan ayah terhadap anak
perempuannya, anak laki – laki kepada ibunya. Dalam hal ini mungkin terjadi
didasarkan kelainan anak yang terlalu mencintai ibunya, dalam ilmu psikologis
disebut dengan istilah Oedipus Compleks.
Dari berbagai peristiwa hubungan incest yang banyak di laporkan di media akhir –
akhir ini menunjukan betapa menderitanya perempuan korban incest. Ketergantungan
dan ketakutan akan ancaman membuat perempuan tidak bias menolak di perkosa
oleh ayah, kakek, paman, saudara atau anaknya sendiri. Sangat sulit bagi mereka
untuk keluar dari kekerasan berlapis – lapis itu karena mereka sangat tergantung
hidupnya pada pelaku dan masih berfikir tidak mau membuka aib laki – laki yang
pada dasarnya di sayanginya yang seharusnya menyayanginya dan menjadi pelindung
bagi keluarganya terutama (istri dan anak perempuannya) dengan terjadinya incest
akibatnya mereka mengalami trauma seumur hidup dan gangguan jiwa., sehingga
kejiwaannya akan terganggu hal ini merupakan dampak psikologis dari peristiwa
incest
2. Dampak terhadap fisik
Dari segi medis tidak setiap pernikahan Incest akan melahirkan keturunan yang memiliki
kelainan atau gangguan kesehatan.
Incest memiliki alasan besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis.
Peristiwa incest apalagi pemerkosaan incest dapat menyebabkan rusaknya alt reproduksi
anak dan resiko tertular penyakit menular seksual. Korban dan pelaku menjadi stress
yang akan merusak kesehatan kejiwaan mereka. Damapak lainnya dari hubungan incest
adalah kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih banyak membawa gen
homozigot. Beberapa penyakit yang di turunkan melalui gen homozigot resesif yang
dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia, gangguan penglihatan pada
anak umur 4 – 7 tahun yang bias berakibat buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada
perkawinan sepupu yang mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino
lebih besar 13,4 kali di bandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetic lebih
berpeluang muncul dan riwayat genetic yang buruk akan bertambah dominan serta
banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan.
Selain itu banyak penyakit genetic yang peluang munculnya lebih besar pada anak yang
dilahirkan dari kasus incest Banyak penyakit genetika yang berpeluang muncul lebih
besar, contoh :
Nurani kemanusiaan universal ( secara umum ) yang beradab sampai hari ini, detik ini
mengutuk incest sebagai kriminalitas terhadap nilai – nilai kemanusiaan. Meskipun
dilakukan secara suka sama suka ( sukarela )dan tidak ada yang merasa menjadi korban,
incest telah mengorbankan persaan moral public. Dengan terjadinya incest ini moral –
moral kemanusiaan akan hilang dan masa depan bangsa kita ( indonesia) akan terpuruk
apabila generasi masa depannya saja mempunyai moral – moral yang tidak manusiawi
dan tidak melihat pada kaca mata agama.
peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga akan menyebabkan hancurnya
nama keluarga tersebut di mata masyarakat. Keluarga tersebut dapat di kucilkan oleh
masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat. Masalah yang lebih
penting di cermati dalam kasus anak hasil incest, dimana anak menghamili anak
perempuannya, maka bila janin yang di kandung oleh anak perempuan tersebut maka
status ayah itu menjadi ganda yaitu ayah sekaligus kakek. Hal inilah yang nanatinya akan
berdampak social dari hubungan incest.
Epidemiologi
Penggunaan sulih hormon di Indonesia masih sangat terbatas. Berbeda dengan negara
barat, keluhan yang lebih sedikit dan penerimaan masyarakat terhadap menopause, faktor
pendidikan, sosial, ekonomi mempengaruhi jumlah pemakaian sulih hormon di Indonesia
khususnya dan negara Asia umumnya.
Khasiat Hormon Estrogen dan Progesteron
a. Pematang alat genital wanita
b. Pengatur pembagian lemak
c. Pigmentasi kulit
d. Pertumbuhan rahim dan lapisan
e. Proses metabolik tubuh
f. Proses pembekuan darah
g. Peningkatan faktor protein
h. Pengaturan kadar kolesterol darah
i. Faktor-faktor libido, cairan tubuh, otot polos.
Indikasi
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North American Menopause
Society (NAMS), indikasi primer pemberian terapi sulih hormon adalah adanya
keluhan menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan gejala urogenital. Di
Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya pada pasien menopause dengan
keluhan terkait defisiensi estrogen yang mengganggu atau adanya ancaman
osteoporosis dengan lama pemberian maksimal 5 tahun.
Kontra Indikasi
The American College of Obstetrics and Gynaecologists menetapkan kontra
indikasi penggunaan terapi sulih hormon, sebagai berikut:
a. Kehamilan
b. Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
c. Penyakit hepar akut maupun kronik atau Penyakit trombosis vaskular
d. Pasien menolak terapi
Kontra indikasi relatif,sebagai berikut:
a. Hipertrigliseridemia
b. Riwayat tromboemboli
c. Riwayat keganasan payudara dalam keluarga
d. Gangguan kandung empedu
e. Mioma uteri
The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists menyebutkan
beberapa kontra indikasi absolut terapi sulih hormon, yaitu karsinoma payudara,
kanker endometrium, riwayat tromboemboli vena dan penyakit hati akut.
Cara Pemberian
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron.
Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk wanita
yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan progesteron
untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi. Estrogen
diberikan setiap hari tanpa terputus.
b. Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.
Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan progesteron
diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-14 hari) setiap
siklus dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia endometrium.
Lebih sesuai diberikan pada perempuan pada usia pra atau
perimenopause yang masih menginginkan siklus haid.
Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa
terputus. Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan pertama
dapat saja terjadi perdarahan bercak. Rejimen ini tepat diberikan pada
perempuan pascamenopause.
Bentuk Sediaan
Sediaan sulih hormon yang terdapat di Indonesia adalah:
1. Estrogen, dalam bentuk 17β estradiol, estrogen ekuin konjugasi (CEE),
estropipat, estradiol valerat dan estriol.
2. Progestogen, seperti medroksi progesteron asetat (MPA), didrogesteron,
noretisteron, linesterenol.
3. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen sekuensial seperti 2 mg estradiol
valerat + 10 mg MPA, 2 mg estradiol valerat + 1 mg siproteron asetat, 1-2 mg
17β estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
4. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen kontinyu seperti 2 mg 17β
estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
5. Sediaan yang bersifat estrogen, progesteron dan androgen sekaligus, yaitu
tibolon
6. Sediaan plester maupun krim yang berisi estrogen berupa 17β estradiol.
7. Sediaan estrogen dalam bentuk krim vagina yang berisi estriol.
Lama Penggunaan
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai
berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon
sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-
angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal
tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan
terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa
tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.
Penggunaan HRT sebagi pencegahan baru akan memiliki khasiat setelah 5 tahun.
Anamnesis yang dilakukan dengan baik dapat mempermudah dalam menegakkan
diagnosis, indikasi serta dapat memberikan informasi tentang risiko dan adanya
kontraindikasi. untuk dapat menilai keluhan klimaterik dapat digunakan Menopause
Rating Scale (MRS) dari green yang biasa dikenal dengan skala klimaterik green.
Skala ini dapat mengukur 3 kelompok keluhan yaitu :
a. Keluhan psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang atau tekanan,
sulit tidur, mudah tersingung, mudah panic, sulit berkonsentrasi, mudah lelah,
hilang minat pada banyak hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
b. Keluhan somatic berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan, sebagaian
tubuh terasa tertusuk duri, sakit kepala nyeri otot atau persendian tangan atau
kaki terasa gatal, dan kesulitan bernafas.
c. Keluhan vasomotor, berupa gejolak panass (hot flushes) dan berkeringat di
malam hari.
Tiap-tiap keluhan dinilai derajatnya sesuai dengan ringan beratnya keluhan
dengan memakai 4 tolak ukur skala nilai yaitu:
a. Nilai 0 (tidak ada) : Bila tidak ada keluhan sama sekali
b. Nilai 1 (sedikit) : Bila keluhan yang timbul sekali-kali dan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari.
c. Nilai 2 (sedang) : Bila keluhan sering timbul tetapi belum mengganggu
aktivitas sehari-hari.
d. Nilai 3 (berat) : Bila keluhan sering timbul dan sudah mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Keputusan Untuk Menggunakan HRT
Untuk meningkatkan kepatuhan wanita dalam HRT, mereka perlu dijelaskan
tentang untung dan ruginya, serta berikan waktu pada wanita tersebut untuk
mengambil keputusan dalam penggunaan HRT. Ada beberapa hal yang harus
dijelaskan dan dipantau kepada seorang wanita sebelum diberikan HRT yaitu :
a. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium disamping anamnesis umum
dan khusus mengenai organ reproduksi
b. Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan peningkatan berat badan, dan
kemungkinan terjadinya kanker payudara.
c. Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet, krem,plester, injeksi
serta susuk.
d. Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan apabila belum terlihat
khasiat yang diinginkan, maka dosis obat perlu dinaikkan.
e. Pada tahp awal HRT diberrikan 5 tahun dulu dan jika dianggap perlu pengobatan
dapat dilanjutkan.
f. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perrlu dilakukan
mamografi serta pap smear setiap 6 bulan.
E. Premenstrual Syndrome
Premenstrual syndrome (PMS) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid
datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro,
2005).
Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa
cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan,
pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul
sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul
(Bardosono, 2006).
Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan
menghilang setelah haid keluar (Paath, 2004).
Premenstrual syndrome (PMS) merujuk pada kumpulan gejala fisik, psikologis, dan
perilaku yang terjadi selama akhir fase luteal dalam siklus menstruasi dan berakhir
dengan awitan menstruasi (Varney, 2006).
Sindrom premenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala yang terjadi dalam fase luteal
dari siklus haid. Gejala-gejala itu menyembuh dengan datangnya haid atau dalam 2-3 hari
setelah haid mulai (Rayburn, 2001).
Penyebab
Terdapat banyak teori tentang etiologi dari PMS, dan tidak ada teori atau patofisiologi
yang dapat diterima secara universal. Kenaikan estrogen dikemukakan sebagai penyebab
(Rayburn, 2001).
Etiologi premenstrual syndrome (PMS) belum jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang
memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone dengan
akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema
(Wiknjosastro, 2005).
Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori menunjukkan adanya
kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi.
Selama bertahun-tahun teori ini mendapat dukungan yang cukup banyak dan terapi
progesteron biasa dipakai untuk mengatasi PMS (Brunner & Suddarth, 2001 dalam
Maulana, 2008).
Keluhan premenstrual syndrome (PMS) belum ditemukan penyebabnya secara pasti
namun ada yang mengaitkan dengan zat gizi tertentu seperti gangguan metabolisme asam
lemak esensial ataupun kekurangan vitamin B6 dan mineral kalsium (Bardosono, 2006).
1. Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda,
produk susu dan makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001).
2. Defisiensi zat gizi makro dan mikro
Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B
(terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak
linoleat (Karyadi, 2007).
3. Status perkawinan
Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah
menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah
dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita
yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).
Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral
Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia
menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang
lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak menikah (12,6%)
(Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).
4. Usia
PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia 30-
45 tahun. Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan
umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan
PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000 dalam Maulana).
Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-
gejala yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita
yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam Maulana, 2008).
5. Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS)
Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita . Stres merupakan
predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan
mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres
mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual
syndrome (PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008).
6. Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat memperberat gejala PMS.
Kurang berolah raga dan aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS.
Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika untuk
mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan cemas dan
depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti
prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan nyeri muskuloskeletal.
Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai penyebab dari
PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan
pemberian vitamin B6.
Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid.