Anda di halaman 1dari 24

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA

MENGATASINYA

A. Wanita di Tempat Kerja

Kesehatan reproduksi menjadi cukup serius sepanjang hidup, terutama bagi perempuan,
selain karena rawan terpapar penyakit, juga berhubungan dengan kehidupan sosialnya, misalnya
kurangnya pendldikan yang cukup, kawin muda, kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi
perempuan, masalah kesehatan kerja, menopause, dan masalah gizi (Baso dan Raharjo, 1999).

Sebagaian besar perempuan bekerja keras setiap hari, memasak, membersihkan rumah
demi kelangsungan hidup keluarga. Namun jika perempuan juga bekerja di luar rumah (mencari
penghasilan), maka beban kerjanya menjadi rangkap. Beban kerja yang terlalu berat membuat
seorang perempuan mengalami kecapekan dan mudah terserang penyakit. Terlebih lagi bila
seorang perempuan tidak punya cukup waktu untuk istirahat dan tidak memperoleh cukup
perhatian akan kondisi kesehatannya.

Kondisi kesehatan reproduksi di tempat kerja menunjukkan belum banyak responden


yang mendapatkan hak reproduksi sehat (cuti haid, kelahiran, dan pemberian ASI. Sedangkan
aktivitas kerja di luar rumah tampak masih ada yang belum mempunyai anak. Untuk memelihara
kesehatan manusia memerlukan kerja dan istirahat yang cukup sehingga tidak mudah sakit
terutama yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

B. Incest

Incest berasal dari kata bahsa latin Cestus yang berarti murni. Jadi incestus berarti tidak
murni. Incest adalah hubungan badan atau hubungan sekseual yang terjadi antara dua orang yang
mempunyai ikatan dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah atau istilah genetiknya In
Breeding.

Istilah Incest juga dianggap suatu hubungan melalui jalur pernikahan antara sesama anggota
keluarga/pernikahan sedarah dimana secara hukum atau adat istiadat itu dilarang. Di berbagai
Negara, larangan Incest sudah di tetapkan secara hukum tertulis.

Factor – factor penyebab

Penyebab terjadinya Incest :

1. Faktor internal, yang terdiri dari :


 Biologis : dorongan seksual yang terlalu besar dan ketidak mampuan pelaku
mengendalikan hawa nafsu seksnya. Faktor biologis ini merupakan faktor yang susah
untuk di sembuhkan.
Menurut pengakuan pelaku incest yang di publikasikan di media massa, hubungan
incest mereka lakukan dengan alasan kesepian di tinggal istri, kurang puas dengan
layanan istri, kebiasaan anak perempuan tidur dengan bapaknya selain itu juga
kejadian ini dapat terjadi karena adanya dugaan pelaku mengidap kelainan seks dan
masalah gangguan kejiwaan.
 Psikologis : pelaku memiliki kepribadian menyimpang, seperti minder, tidak percaya
diri, kurang pergaulan, menarik diri dan sebagainya. Selain faktor biologis incest juga
berpengaruh pada psikologis si pelaku, dalam hal ini mungkin saja si pelaku tidak
percaya diri, susah bergaul dengan lingkungannya, faktor – faktor tersebut juga
sangat mempengaruhi terjadinya incest. Kurang pergaulan yang mana pada keluarga
tertentu di larang bergaul dengan dunia luar. Kadang – kadang ada juga penyebab
dimana satu keluarga di larang menikah di luar kalangannya agar semua harta yang
dimiliki tidak keluar dari keluarga besarnya. Ada  juga kemungkinan di harapkan
supaya turunan mereka lebih asli sebagai bangsawan.
2. Faktor eksternal, yang terdiri dari :
 Ekonomi keluarga
Selain faktor inernal yang telah di paparkan di atas faktor eksternal juga sangat
mempengaruhi seperti halnya ekonomi keluarga yang minim yang pas – pasan.
masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah atau mempunyai keterbatasan pendapatan
untuk bermain diluar lingkungan mereka sehingga mempengaruhi cara pandang dan
mempersempit ruang lingkup pergaulan. Dalam masyarakat yang kurang mampu hal
ini banyak sekali terjadi. Kemiskinan yang absolut menyebabkan seluruh anggota
keluarga suami istri dan anak-anak tidur dalam satu tempat tidur. Apabila satu waktu
seorang ayah bersentuhan dengan anak perempuannya yang masih gadis maka ada
kemungkinan salah satu dari keduanya bisa terangsang yang akhirnya terjadi
hubungan seksual, paling tidak kontak seksual. Situasi semacam ini memungkinkan
utuk terjadinya incest kala ada kesemptan
 Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah.
Selain faktor ekonomi keluarga tingkat pendidikan dan pergaulan yang rendahpun
mempengaruhi, karena faktor inilah kemampuan berfikir seseorang tidak
berkembang, mereka tidak berfikir logis, tidak memikirkan dampak kedepannya
seperti apa, mereka hanya berfikir hanya untuk kepuasan semata.
 Tingkat pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama yang
kurang
Di samping faktor-faktor yang telah di jelaskan di atas, menurut pendapat saya ada
faktor yang lebih mempengaruhi yaitu tingkat pemahaman agama dan penerapan
aqidah serta norma agama yang kurang. Apabila seseorang memiliki tingkat
pemahaman agama yang minim
 Konflik budaya
Perubahan social terjadi begitu cepat seiring dengan perkembangan teknologi. Alat –
alat komunikasi seperti radio, televise, VCD, HP, Koran dan majalah telah masuk
keseluruh pelosok wilayah Negara kita (indonesia). Seiring dengan itu masuk pula
budaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma – norma
setempat. Orang dengan mudah mendapat berita criminal seks melalui tayangan
televise maupun tulisan di Koran dan majalah. Juga informasi dan pengalaman
pornografi dan berbagai jenis media. Akibatnya, tayangan telvisi, VCD, dan berita di
Koran atau majalah yang sering menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak
kekerasannya, dapat menjadi model bagi mereka yang tidak bias mengontrol hawa
nafsu birahinya.
 Pengangguran
Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang berakibat banyak
orang yang mengganggur. Dalam situasi sulit mencari pekerjaan, sementara keluarga
butuh makan, tidak jarang suami istri banting tulang bekerja seadanya. Dengan
kondisi istri jarang di rumah (apalagi kalau isri menjadi TKW), membuat sang suami
kesepian. Mencari hiburan di luarpun butuh biaya sedangkan uang tidak ada. Tidak
menutup kemungkinan anak yang sedang dalam perkembangan (remaja atau gadis)
menjadi sasaran pelampiasan nafsu birahi sang ayah.

Selain factor – factor diatas, terdapat juga :

 Factor usia
Pikiran anak – anak terbatas dan memiliki ketakutan. Biasanya faktor ini sering
terjadi antara ayah dan anak perempuannya yang masih kecil dalam artian di bawah
umur. Dalam kasus ini sering kali sang anak belum mengerti akan seks akan tetapi
yang lebih cendrungnya yaitu ketakutan sang anak pada ayah apabila tidak mengikuti
kemauan sang ayah.  Kadang – kadang tidak ada tanda – tanda pemaksaan yang
muncul. Tetapi ketika melibatkan orang tua dan anak, perasaan takut ketahuan dan
takut di hukum merupakan bagian dari hubungan tersebut. Diakui bahwa otoritas dan
ketakutan superior orang dewasa biasanya mendorong anak menyetujui dan mau
melakukannya. Ini juga mungkin merupakan dorongan bagi sebagian anak atau
remaja untuk mendapatkan perhatian dan kasih saying orang dewasa atau saudara
sekandungnya.
 Jenis kelamin
Perempuan dan laki – laki kedudukannya tidak setara, laki – laki lebih berkuasa.
Masalah kedudukanpun ikut serta dalam terjadinya incest karena di kalangan
masyarakat yang awam banyak mengganggap kedudukan laki- laki lebih besar di
bandingkan perempuan sehingga para kaum laki-laki memperlakukan perempuan
tidak di dasari dengan norma – norma atau hukum yang ada baik di lihat dari aspek
agama maupun sosial. Pengaruh aspek structural, yakni situasi dalam masyarakat
yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi menyebabkan ketidakberdayaan para
individu. Khususnya apabila ia seorang laki – laki (notabene cendrung dianggap dan
menganggap diri lebih berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan
ketidakseimbangan mental psikologis. Dalam ketidakberdayaan tersebut , tanpa
adanya iman sebagai kekuatan internal / spiritual, seseorang akan dikuasai oleh
dorongan primitive, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas
 Bermain lama –lama dalam satu kamar sehingga lama – lama kelamaan nafsu
biologis mereka akan terangsang.
Hal seperti ini harus di hindari oleh laki – laki dan perempuan yang mempunyai
hubungan darah, baik itu perempuan dan laki-laki dewasa ataupun di bawah umur
karena di khawatirkan akan terjadi hal – hal yang tidak di ingikan seperti terjadinya
incest ini.
 Kurangnya pengetahuan tentang seks.
Masalah yang satu inipun harus benar – benar di perhatikan karena pengetahuan
tentang seks ini masyarakat khususnya remaja ataupun para orang tua harus benar –
benar memepelajari pengetahuan ini agar terhindar dari hal – hal yang berbau seks
yang negatif seperti kasus yang sedang saya bahas yaitu mengenai incest (perkawinan
sedarah) selain inces masih banyak kasus – kasus lainnya seperti PMS, pernikahan
dini dan lain sebagainya.

Dampak yang terjadi

1. Dampak psikologis

Incest dapat menimbulkan tekanan psikologis.

 Masalah konstruksi social tentang keluarga, misalnya masyarakat mengenal ayah dan
anak sebagai satu kesatuan keluarga. Tetapi jika terjadi kasus Incest, maka status
ayahnya tersebut menjadi ganda, ayah sekaligus kakek.
 Kasus pemerkosaan Incest, misalnya pemerkosaan ayah terhadap anak
perempuannya, anak laki – laki kepada ibunya. Dalam hal ini mungkin terjadi
didasarkan kelainan anak yang terlalu mencintai ibunya, dalam ilmu psikologis
disebut dengan istilah Oedipus Compleks.
 Dari berbagai peristiwa hubungan incest yang banyak di laporkan di media akhir –
akhir ini menunjukan betapa menderitanya perempuan korban incest. Ketergantungan
dan ketakutan  akan ancaman membuat perempuan tidak bias menolak  di perkosa
oleh ayah, kakek, paman, saudara atau anaknya sendiri. Sangat sulit bagi mereka
untuk keluar dari kekerasan berlapis – lapis itu karena mereka sangat tergantung
hidupnya pada pelaku dan masih berfikir tidak mau membuka aib laki – laki  yang
pada dasarnya di sayanginya yang seharusnya menyayanginya dan menjadi pelindung
bagi keluarganya terutama (istri dan anak perempuannya) dengan terjadinya incest
akibatnya mereka mengalami trauma seumur hidup dan gangguan jiwa., sehingga
kejiwaannya akan terganggu hal ini merupakan dampak psikologis dari peristiwa
incest
2. Dampak terhadap fisik

Dari segi medis tidak setiap pernikahan Incest akan melahirkan keturunan yang memiliki
kelainan atau gangguan kesehatan.

Incest memiliki alasan besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis.

Peristiwa incest apalagi pemerkosaan incest dapat menyebabkan rusaknya alt reproduksi
anak dan resiko tertular penyakit menular seksual. Korban dan pelaku menjadi stress
yang akan merusak kesehatan kejiwaan mereka. Damapak lainnya dari hubungan incest
adalah kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih banyak membawa gen
homozigot. Beberapa penyakit yang di turunkan melalui gen homozigot resesif yang
dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia, gangguan penglihatan pada
anak umur 4 – 7 tahun yang bias berakibat buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada
perkawinan sepupu yang mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino
lebih besar 13,4 kali di bandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetic lebih
berpeluang muncul dan riwayat genetic yang buruk akan bertambah dominan serta
banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan.

Selain itu banyak penyakit genetic yang peluang munculnya lebih besar pada anak yang
dilahirkan dari kasus incest Banyak penyakit genetika yang berpeluang muncul lebih
besar, contoh :

 Skizoprenia : kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Penyakit


ini merupakan suatu gangguan psikologis fungsional berupa gangguan mental
berulang yang ditandai dengan gejala – gejala psikotik yang khas dan oleh
kemunduran fungsi social, fungsi kerja, dan perawatan diri.penyakit ini
mempunyai beberapa tipe yaitu:  Skizofrenia tipe I ditandai dengan
menonjolnya gejala – gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi
longgar, sedangkan pada skizofrenia tipe II ditemukan gejala – gejala negative
seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Penyakit ini
terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia, penyakit ini
terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang Sama. Gejala – gejala
awal biasanya terjadi pada masa remaja awal atau dua puluhan. Pada pria
sering mengalami penyakit ini lebih awal di bandingkan dengan wanita.
 Leukodystrophine atau kelainan pada bagian syaraf yang disebut milin, yang
merupakan lemak yang meliputi insulates serat saraf yang menyebabkan
proses pembentukan enzim terganggu. Tanda – tanda gejala penyakit ini
biasanya di mulai pada awal bayi, namun tentu saja kondisi bias sangat
bervariasi. Bayi yang mempunyai penyakit ini biasanya normal untuk
beberapa bulan pertama lahir akan tetapi pada bulan – bulan berikutnya akan
terlihat kelainannya
 Idiot : keterlambatan mental serta perkembangan otak yang lemah. Kelainan
yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini
pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Karena
cirri – cirri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek,
kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongoloid maka sering
juga di kenal dengan mongolisme.  
 Kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu mengandung dan
adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu. Gangguan  emosional yang
dialami si ibu akibat kehamilan yang tidak di harapakan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janian pra  dan pasca kelahiran dan pada
akhirrnya bayi yang ada dalam rahim ibupun akan mengalami kelainan –
kelainan genetic yang nantinya akan berdampak buruk pada bayi tersebut.
 Hemophilia : penyakit sel darah merah yang pecah yang mengakibatkan anak
harus menerus mendapatkan transfuse darah. Penyakit ini merupakan
gangguan perdarahan yang bersifat herediter akibat kekurangan factor
pembekuan VIII dan IX
3. Dampak dari segi kemanusiaan

Nurani kemanusiaan universal ( secara umum ) yang beradab sampai hari ini, detik ini
mengutuk incest sebagai kriminalitas terhadap nilai – nilai kemanusiaan. Meskipun
dilakukan secara suka sama suka ( sukarela )dan tidak ada yang merasa menjadi korban,
incest telah mengorbankan persaan moral public. Dengan terjadinya incest ini moral –
moral kemanusiaan akan hilang dan masa depan bangsa kita ( indonesia) akan terpuruk 
apabila generasi masa depannya saja mempunyai moral – moral yang tidak manusiawi
dan tidak melihat pada kaca mata agama.

4. Dampak dari segi social

peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga akan menyebabkan hancurnya
nama keluarga tersebut di mata masyarakat. Keluarga tersebut dapat di kucilkan oleh
masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat. Masalah yang lebih
penting di cermati dalam kasus anak hasil incest, dimana anak menghamili anak
perempuannya, maka bila janin yang di kandung oleh anak perempuan tersebut maka
status ayah itu menjadi ganda yaitu ayah sekaligus kakek. Hal inilah yang nanatinya akan
berdampak social dari hubungan incest.

C. Unwanted Pregnance dan Aborsi


Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan
suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu
kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat suatu prilaku seksual/hubungan seksual baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Faktor faktor penyebab Unwanted Pregnancy
1. Kehamilan Akibat Perkosaan
Perkosaan merupakan peristiwa yang traumatis dan meninggalkan aib pada
perempuan yang diperkosa. Dampak psikologis dari perkosan ini cukup dalam dan
akan menetap seumur hidup, jika perkosaan juga mengakibatkan kehamilan, aib itu
tidak hanya akan dialami oleh si korban saja tetapi juga seluruh keluarganya.
Seandainya kehamilan itu diteruskan, maka anak yang dilahirkan kelak yang akan
mengalami tekanan sosial baik dari keluarga orang tuanya sendiri maupun dari
masyarakat sekitarnya. Bahkan ibunya sendiri mungkin akan melihat anak itu
sebagai penjelmaan laki-laki yang memperkosanya atau mungkin juga menjadi
sasaran balas dendam yang sebenarnya ia tujukan kepada laki- laki yang
memperkosanya.
2. Kehamilan Pada Saat yang Tidak Diharapkan
Hal ini dapat terjadi pada pekerjaan wanita yang sudah terlanjur menandatangani
kontrak bahwa selama beberapa waktu setelah bekerja ia tidak boleh hamil. Hal
semacam itu dapat juga terjadi pada mereka yang masih meneruskan sekolah atau
mereka yang belum ingin hamil lagi atas alasan-alasan yang sah, misalnya karena
alasan anak yang terdahulu belum lagi berusia 1 tahun atau alasan tidak ingin punya
anak lagi atau juga karena kesehatan ibu yang lemah.
3. Kehamilan yang Terjadi Akibat Hubungan Seksual Diluar Nikah
Hubungan sex di luar ikatan perkawinan, menurut norma sosial dan masyarakat
serta agama dianggap buruk. Dalam masyarakat yang lebih modern pun, hubungan
sex di luar nikah dan terus berlangsung perbuatan semacam itu, membuat kehamilan
yang terjadi sebenarnya bukan merupakan kehamilan yang diinginkan.
4. Alasan karir atau masih sekolah ( karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang
dianggap dapat menghambat karir atau kegiatan belajar).
5. Persoalan Ekonomi ( biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak ).
6. Kegagalan Kontrasepsi

Dampak dari Unwanted Pregnancy


Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan
yangtidak diharapkan (KTD). Ada dua hal yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu
mempertahankan kehamilan dan mengakhiri kehamilan (aborsi). Semua tindakan
tersebut membawa dampak baik fisik, psikis, sosial dan ekonomi.
1. Risiko Fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti
perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian.
2. Risiko Psikis atau Psikologis
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak
mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau
menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh
konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggungjawab sebagai
orang tua.
Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibantu oleh berbagai
perasaan tidak nyaman seperti dihanyui rasa malu terus-menerus, rendah diri,
bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, psikis dan lain-lain. Bila tidak ditangani
dengan baik, maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih
parah.
3. Risiko sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atau kemauan sendiri
dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari
sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yanh
hamil. Risiko sosial lain adalah menjadi obyek pembicaraan, kehilangan masa
remaja yang seharusnya dinikmati dan di anggap buruk karena melahirkan anak di
luar nikah. Di Indonesia, melahirkan anak diluar nikah masih sering menjadi beban
orang tua.
4. Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya
besar
Pengertian Aborsi
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
“abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.
Macam macam Aborsi
Macam-macam Aborsi dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi yaitu:
1. Aborsi spontan/alamiah
Berlangsung tanpa tindakan apapun, kebanyakan disebabkan karena kurang
baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2. Aborsi buatan
Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu
akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi (dokter, bidan, dukun beranak).
3. Aborsi terapeutik/medis
Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
Sebagai contoh calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi
menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon
ibu maupun janin yang dikandungannya, tetapi ini semua atas pertimbangan medis
yang matang dan tidak tergesa-gesa.
Penyebab terjadinya Aborsi
1. Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan, misal : karena tidak ber-KB atau
gagal ber-KB, membatasi jumlah anak, jarak kehamilan yang terlalu pendek.
2. Keluarga yang dikarenakan memiliki ekonomi pas-pasan sehingga cenderung
bersikap menolak kelahiran anak.
3. Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita yang hamil di luar
nikah, baik secara sengaja ataupun pada kasus perkosaan. Wanita selalu disalahkan,
tidak ditolong atau dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan disudutkan sehingga
dalam reaksinya wanita tersebut akan melakukan aborsi.
4. Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya hamil (meskipun
punya suami) selama dalam kontrak dan kalau ketahuan hamil akan dihentikan dari
pekerjaannya.
5. Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di bangku sekolah, misal
SMA, mengakibatkan kecelakaan dan membuahkan kehamilan. Karena merasa malu,
dengan teman-temannya, takut kalau kesempatan belajarnya terhenti dan barangkali
masa depannya pun menjadi buruk. Ditambah dengan tekanan masyarakat yang
menyisihkan sehingga akhirnya ia melakukan aborsi supaya tetap eksistensi di
masyarakat dan dapat melanjutkan sekolah.
6. Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Bila seorang
wanita hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam kriteria risiko tinggi.
Batasan ini sering menakutkan, sehingga perempuan yang mengalaminya lebih
menjurus menolak kehamilannya dan ujung-ujungnya akan melakukan aborsi.
7. Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara lain adanya
detak jantung yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini akan memicu seorang
wanita yang mengalami suatu masalah akan melakukan aborsi dengan alasan usia
bayi belum sampai 3 bulan.
Dampak dari Aborsi
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan bila hamil. Jika di negara
maju yang melegalkan aborsi, bila dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan
berpengalaman. Di negara kita lebih sering dilakkukan dengan cara tidak aman bahkan
tidak lazim oleh dukun aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis
dan sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.
1. Risiko Fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi yang
berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan kematian.
Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa mengakibatkan kematian.
2. Risiko Psikis
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau
stres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena bersalah,
atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering
kehilangan kepercayaan diri.
3. Risiko Sosial
Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar karena perempuan
merasa tidak perawan, pernah mengalami KTD atau aborsi. Selanjutnya remaja
perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasangannya. Risiko lain adalah
pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.
4. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin
tinggi.
Penangan dan Pencegahan
Unwanted pregnancy dapat dicegah dengan beberapa hal, yaitu
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga,
seni, dan keagamaan.
3. Menghindari perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti meraba-
raba tubuh pasangannya dan menonton vidio porno.
Saat menemukan kasus unwanted pregnancy, sebagai petugas kesehatan harus :
1. Bersikap bersahabat dengan remaja
2. Memberikan konseling pada remaja dan keluarganya
3. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila
belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan pada dokter ahli.
4. Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja
yaitu :
a) Diselesaikan secara kekeluargaan
b) Segera menikah
c) Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana
d) Pemeriksaan kehamilan sesuai standar
e) Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater
f) Bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG
g) Bila tidak terselesaikan dengan menikah, anjurkan pada keluarga supaya
menerima dengan baik.
h) Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling risiko aborsi.
i) Menangani sesegera mungkin jika terjadi komplikasi yang dapat mengancam
jiwa ibu dan janin.
j) Memberikan bimbingan dan konseling pada ibu hamil.
k) Memberikan pendidikan ex education sedini mungkin pada WUS.
l) Memberikan penyuluhan pada orangtua untuk lebih memperhatikan
pergaulan putra putri mereka
Hukum dan Aborsi
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus Criminalis yang
menerima hukuman adalah:
1. Ibu yang melakukan aborsi
2. Dokter, bidan atau dukun beranak yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Beberapa pasal yang terkait adalah:


Pasal 229
Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. Jika yang bersalah,
berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut
sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan
tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan
pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi
orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan
dengan rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah
satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan. 

D. Hormon Replacement Therapi (Terapi Sulih Hormon)


Hormone replacement therapy atau yang diterjemahkan sebagai terapi sulihormon
didefinisikan sebagai :
a. Terapi menggunakan hormon yang diberikan untuk mengurangi efek defisiensi
hormon.
b. Pemberian hormon (estrogen, progesteron atau keduanya) pada wanita
pascamenopause atau wanita yang ovariumnya telah diangkat, untuk
menggantikan produksi estrogen oleh ovarium.
c. Terapi menggunakan estrogen atau estrogen dan progesteron yang diberikan
pada wanita pascamenopause atau wanita yang menjalani ovarektomi, untuk
mencegah efek patologis dari penurunan produksi estrogen.

Epidemiologi
Penggunaan sulih hormon di Indonesia masih sangat terbatas. Berbeda dengan negara
barat, keluhan yang lebih sedikit dan penerimaan masyarakat terhadap menopause, faktor
pendidikan, sosial, ekonomi mempengaruhi jumlah pemakaian sulih hormon di Indonesia
khususnya dan negara Asia umumnya.
Khasiat Hormon Estrogen dan Progesteron
a. Pematang alat genital wanita
b. Pengatur pembagian lemak
c. Pigmentasi kulit
d. Pertumbuhan rahim dan lapisan
e. Proses metabolik tubuh
f. Proses pembekuan darah
g. Peningkatan faktor protein
h. Pengaturan kadar kolesterol darah
i. Faktor-faktor libido, cairan tubuh, otot polos.

Indikasi
Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh North American Menopause
Society (NAMS), indikasi primer pemberian terapi sulih hormon adalah adanya
keluhan menopause seperti gejala vasomotor berupa hot flush dan gejala urogenital. Di
Indonesia, terapi sulih hormon diberikan hanya pada pasien menopause dengan
keluhan terkait defisiensi estrogen yang mengganggu atau adanya ancaman
osteoporosis dengan lama pemberian maksimal 5 tahun.

Kontra Indikasi
The American College of Obstetrics and Gynaecologists menetapkan kontra
indikasi penggunaan terapi sulih hormon, sebagai berikut:
a. Kehamilan
b. Perdarahan genital yang belum diketahui penyebabnya
c. Penyakit hepar akut maupun kronik atau Penyakit trombosis vaskular
d. Pasien menolak terapi
Kontra indikasi relatif,sebagai berikut:
a. Hipertrigliseridemia
b. Riwayat tromboemboli
c. Riwayat keganasan payudara dalam keluarga
d. Gangguan kandung empedu
e. Mioma uteri
The Hong Kong College of Obstreticians and Gynaecologists menyebutkan
beberapa kontra indikasi absolut terapi sulih hormon, yaitu karsinoma payudara,
kanker endometrium, riwayat tromboemboli vena dan penyakit hati akut.

Cara Pemberian
Sulih hormon dapat berisi estrogen saja atau kombinasi dengan progesteron.
Pilihan rejimen yang digunakan bergantung pada riwayat histerektomi. Untuk wanita
yang tidak menjalani histerektomi, umumnya diberikan kombinasi dengan progesteron
untuk mengurangi risiko terjadinya keganasan pada uterus.
a. Rejimen I, yang hanya mengandung estrogen
Rejimen ini bermanfaat bagi wanita yang telah menjalani histerektomi. Estrogen
diberikan setiap hari tanpa terputus.
b.  Rejimen II, yang mengandung kombinasi antara estrogen dan progesteron.
 Kombinasi sekuensial: estrogen diberikan kontinyu, dengan progesteron
diberikan secara sekuensial hanya untuk 10-14 hari (12-14 hari) setiap
siklus dengan tujuan mencegah terjadinya hiperplasia endometrium.
Lebih sesuai diberikan pada perempuan pada usia pra atau
perimenopause yang masih menginginkan siklus haid.
 Estrogen dan progesteron diberikan bersamaan secara kontinyu tanpa
terputus. Cara ini akan menimbulkan amenorea. Pada 3-6 bulan pertama
dapat saja terjadi perdarahan bercak. Rejimen ini tepat diberikan pada
perempuan pascamenopause.
Bentuk Sediaan
Sediaan sulih hormon yang terdapat di Indonesia adalah:
1. Estrogen, dalam bentuk 17β estradiol, estrogen ekuin konjugasi (CEE),
estropipat, estradiol valerat dan estriol.
2. Progestogen, seperti medroksi progesteron asetat (MPA), didrogesteron,
noretisteron, linesterenol.
3. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen sekuensial seperti 2 mg estradiol
valerat + 10 mg MPA, 2 mg estradiol valerat + 1 mg siproteron asetat, 1-2 mg
17β estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
4. Sediaan kombinasi estrogen dan progestogen kontinyu seperti 2 mg 17β
estradiol + 1 mg noretisteron asetat.
5. Sediaan yang bersifat estrogen, progesteron dan androgen sekaligus, yaitu
tibolon
6. Sediaan plester maupun krim yang berisi estrogen berupa 17β estradiol.
7. Sediaan estrogen dalam bentuk krim vagina yang berisi estriol.

Sediaan Kombinasi Estrogen dan Progesteron


Pemberian estrogen saja dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperplasia bahkan
karsinoma endometrium, maka wanita yang menggunakan terapi sulih hormon dan
tidak menjalani histerektomi diberi progesteron sebagai tambahan. Untuk keperluan
ini digunakan progestogen sintetik, sebab progesteron sangat sulit diabsorpsi meskipun
diberikan dalam bentuk mikro, selain itu juga sebuah laporan kasus menyebutkan
bahwa progesteron menimbulkan efek hipnotik sedatif.
Progestogen memiliki aktivitas androgenik, terutama derivat 19-nortestosteron
seperti norgestrel dan norethindron (noretisteron). Sebaliknya, derivat C-21 pregnane
seperti medroksiprogesteron asetat, didrogesteron, medrogeston dan megestrol asetat
merupakan androgen yang sangat lemah. Tiga derivat 19-nortestosteron dengan efek
androgenik yang dapat diabaikan yaitu desogestrel, norgestimate dan gestodene
belakangan ini mulai digunakan sebagai kombinasi kontrasepsi oral dan sulih hormon.

Jenis dan Dosis yang Dianjurkan


Berikut adalah dosis yang dianjurkan di Indonesia.
Tabel 1. Dosis Anjuran Sulih Estrogen
Jenis Kontinyu Dosis
Estrogen konjugasi Oral 0.3-0.4 mg
17β estradiol Oral 1-2 mg
Transdermal 50-100 mg
Subkutan 25 mg
Estradiol valerate Oral 1-2 mg
Estradiol Oral 0,625-1,25 mg

Tabel 2. Dosis Anjuran Sulih Progesteron


Jenis Sekuensial Kontinyu
Progesteron 300 mg 100 mg
Medroksiprogesteron asetat 10 mg 2,5-5 mg
(MPA)
Siproteon asetat 1 mg 1 mg
Didrogesteron 10-20 mg 10 mg
Normogestrol asetat 5-10 mg 2,5-5 mg

Lama Penggunaan
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah sebagai
berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon
sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total secara berangsur-
angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital,
pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal
tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan
terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa
tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih
hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek
keamanan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.

Petunjuk Praktis Penggunaan HRT


Setiap perempuan adalah unik. Ada yang secara alami mempunyai kadar hormon
estrogen tinggi dalam darahnya, ada pula yang rendah. Pemeriksaan kadar hormon
dapat mendeteksi masalah ini. Semua wanita yang akan menggunakan pengobatan
HRT harus memahami dan mengerti bahwa pemberian HRT bukan untuk
memperlambat menopause melainkan untuk mengurangi atau mencegah keluhan atau
penyakit akibat kekurangan estrogen. Adapun wanita-wanita yang direkomendasikan
untuk diberi HRT adalah :
a. Semua wanita klimaterik, tanpa kecuali yang ingin menggunakan HRT untuk
pencegahan (meskipun tanpa keluhan)
b. Semua wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis
c. Semua wanita dengan keluhan klimaterik

Penggunaan HRT sebagi pencegahan baru akan memiliki khasiat setelah 5 tahun.
Anamnesis yang dilakukan dengan baik dapat mempermudah dalam menegakkan
diagnosis, indikasi serta dapat memberikan informasi tentang risiko dan adanya
kontraindikasi. untuk dapat menilai keluhan klimaterik dapat digunakan Menopause
Rating Scale (MRS) dari green yang biasa dikenal dengan skala klimaterik green.
Skala ini dapat mengukur 3 kelompok keluhan yaitu :
a. Keluhan psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang atau tekanan,
sulit tidur, mudah tersingung, mudah panic, sulit berkonsentrasi, mudah lelah,
hilang minat pada banyak hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
b. Keluhan somatic berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan, sebagaian
tubuh terasa tertusuk duri, sakit kepala nyeri otot atau persendian tangan atau
kaki terasa gatal, dan kesulitan bernafas.
c. Keluhan vasomotor, berupa gejolak panass (hot flushes) dan berkeringat di
malam hari.
Tiap-tiap keluhan dinilai derajatnya sesuai dengan ringan beratnya keluhan
dengan memakai 4 tolak ukur skala nilai yaitu: 
a. Nilai 0 (tidak ada) : Bila tidak ada keluhan sama sekali 
b. Nilai 1 (sedikit) : Bila keluhan yang timbul sekali-kali dan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. 
c. Nilai 2 (sedang) : Bila keluhan sering timbul tetapi belum mengganggu
aktivitas sehari-hari.
d. Nilai 3 (berat)  : Bila keluhan sering timbul dan sudah mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Keputusan Untuk Menggunakan HRT
Untuk meningkatkan kepatuhan wanita dalam HRT, mereka perlu dijelaskan
tentang untung dan ruginya, serta berikan waktu pada wanita tersebut untuk
mengambil keputusan dalam penggunaan HRT. Ada beberapa hal yang harus
dijelaskan dan dipantau kepada seorang wanita sebelum diberikan HRT yaitu :
a. Pemeriksaan fisik lengkap termasuk laboratorium disamping anamnesis umum
dan khusus mengenai organ reproduksi
b. Jelaskan efek samping dari HRT seperti perdarahan peningkatan berat badan, dan
kemungkinan terjadinya kanker payudara. 
c. Jelaskan cara pemakaian atau cara pemberian seperti tablet, krem,plester, injeksi
serta susuk.
d. Khasiat pengobatan umumnya baru terlihat >6 bulan dan apabila belum terlihat
khasiat yang diinginkan, maka dosis obat perlu dinaikkan.
e. Pada tahp awal HRT diberrikan 5 tahun dulu dan jika dianggap perlu pengobatan
dapat dilanjutkan.
f. Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan, dan setiap 1-2 tahun perrlu dilakukan
mamografi serta pap smear setiap 6 bulan.

Konseling Yang Efektif Pada Penggunaan HRT


Hubungan antara bidan dan klien dalam pemberian informasi tentang HRT
sangatlah penting, karena sampai saat ini masalah menopause masih sampai
kontroversi, dimana klien masih merasa takut menggunakan pengobatan hormone.
Klien mendapatkan informasi tentang menopause dan pengobatan hormon.  Klien
mendapat informasi tentang menopause dan pengobatan hormone kebanyakan dari
teman, keluarga, dan media. Informasi tersebut justru menambah kebingungan
mereka. Informasi dari tenaga kesehatan sangatlah mereka butuhkan dan bagi tenaga
kesehatan hendaknya meluangkan waktu untuk dapat memberikan informasi tersebut
dengan benar. adapun tujuan dari konseling secara obyektif yaitu :
a. Memberitahukan klien bahwa HRT dapat mengurangi atau mengatasi keluhan
pada saat menopause
b. Dapat mencegah dampak kekurangan estrogen dalam jangka waktu yang panjang
c. Dapat meningkatkan kualitas hidup

Di Negara maju seperti Amerika, klien yang mendapatkan informasi yang


baik dan komprehensif akan lebih patuh terhadap instruksi dari tenaga kesehatan
dari pada klien yang mendapat informasi dari teman, keluarga atau media.
Menurut North American Menopause society (NAMS), mereka yang mau
meneruskan HRT adalah :
a. Wanita dengan hasil penghasilan tinggi
b. Wanita yang memiliki pola hdup sehat
c. Wanita yang telah diangkat rahimnya
d. Wanita yang memiliki resiko terhadap osteoporosis
e. Wanita yang telah mendapatkan banyak informasi tentang kerugian serta
keuntungan dari HRT
f. Wanita yang mempunyai hubungan yang baik dan dekat dengan tenaga
kesehatan
g. Wanita yang mengerti tentang dampak positif dari HRT.
h. Wanita yang berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan tentang
menopause

Kunci keberhasilan konseling pada HRT adalah bagaimana konseling tersebut


dapat berkesinambungan dan tidak hanya sekali pertemuan saja. Apabila klien telah
menggunakan HRT konseling dapat dimanfaatkan untuk menanyakan dampak serta
efek samping yang dialami oleh klien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam konseling berkesinambungan yaitu :
a. Menanyakan keluhan dapat teratasi atau tidak
b. Memperhatikan tentang efek samping yang dialami oleh klien
c. Melakukan evaluasi terhadap klien
d. Bila perlu ganti pengobatan
e. Mendiskusikan lamanya pengobatan
f. Memberikan materi pendidikan yang mudah dimengerti
g. Tujuan informasi yang baru, bila memang ada.

Efek Samping Terapi Sulih Hormon


Seperti semua obat lainnya, sulih hormon dapat menimbulkan efek samping. Efek
samping terkait estrogen berupa mastalgia (nyeri pada payudara), retensi cairan, mual,
kram pada tungkai dan sakit kepala. Kenaikan tekanan darah dapat terjadi, namun sangat
jarang. Perlu untuk menginformasikan kepada pasien bahwa mastalgia tidak berkaitan
dengan kanker payudara. Sedangkan efek samping terkait progestin antara lain retensi
cairan, kembung, sakit kepala dan mastalgia, kulit berminyak dan jerawat, gangguan
mood dan gejala seperti gejala pramenstrual.
Perdarahan vagina merupakan keluhan yang sering ditemui dan meresahkan
pasien. Penggunaan progestin kontinyu dapat menyebabkan perdarahan vagina yang tidak
dapat diprediksi polanya, dengan atau tanpa spotting selama beberapa bulan. Sebanyak 5-
20% dari wanita ini bisa pernah mengalami amenorea dan mungkin beralih ke terapi
hormon siklik yang memberikan pola perdarahan yang lebih dapat diprediksi. Keluhan-
keluhan ini menghilang sendiri dalam beberapa bulan atau dengan mengganti jenis dan
dosis sulih hormon. Pada pemakaian plester dapat terjadi iritasi kulit.
Banyak orang berpendapat bahwa pemakaian terapi sulih hormon dapat
menyebabkan penambahan berat badan namun berbagai penelitian tidak membuktikan
adanya hubungan antara sulih hormon dengan kenaikan berat badan permanen. Nafsu
makan memang meningkat, namun diperkirakan akibat wanita tersebut merasa sehat dan
nyaman. Pemberian terapi sulih hormon mempengaruhi distribusi lemak, terutama pada
panggul dan paha, namun tidak pada perut. Perlu diingat bahwa 45% wanita mengalami
kenaikan berat badan pada usia 50-60 tahun meskipun mereka tidak mendapatkan terapi
sulih hormon.

E. Premenstrual Syndrome
 Premenstrual syndrome (PMS) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid
datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro,
2005).
 Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa
cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan,
pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul
sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul
(Bardosono, 2006).
 Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan
menghilang setelah haid keluar (Paath, 2004).
 Premenstrual syndrome (PMS) merujuk pada kumpulan gejala fisik, psikologis, dan
perilaku yang terjadi selama akhir fase luteal dalam siklus menstruasi dan berakhir
dengan awitan menstruasi (Varney, 2006).
 Sindrom premenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala yang terjadi dalam fase luteal
dari siklus haid. Gejala-gejala itu menyembuh dengan datangnya haid atau dalam 2-3 hari
setelah haid mulai (Rayburn, 2001).

Penyebab

 Terdapat banyak teori tentang etiologi dari PMS, dan tidak ada teori atau patofisiologi
yang dapat diterima secara universal. Kenaikan estrogen dikemukakan sebagai penyebab
(Rayburn, 2001).
 Etiologi premenstrual syndrome (PMS) belum jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang
memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone dengan
akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema
(Wiknjosastro, 2005).
 Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori menunjukkan adanya
kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi.
Selama bertahun-tahun teori ini mendapat dukungan yang cukup banyak dan terapi
progesteron biasa dipakai untuk mengatasi PMS (Brunner & Suddarth, 2001 dalam
Maulana, 2008).
 Keluhan premenstrual syndrome (PMS) belum ditemukan penyebabnya secara pasti
namun ada yang mengaitkan dengan zat gizi tertentu seperti gangguan metabolisme asam
lemak esensial ataupun kekurangan vitamin B6 dan mineral kalsium (Bardosono, 2006).

Gejala Premenstrual syndrome (PMS)

 Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia,


nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dan
sebagainya, sedang pada kasus-kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan,
gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut diatas (Wiknjosastro,
2005). Dikatakan PMS jika ditemukan 8 gejala yang sering muncul atau terjadi (Maulana,
2008).
 Rayburn (2001), mengklasifikasikan gejala-gejala premenstrual syndrome (PMS)
berdasarkan gangguan pada fungsi fisik dan emosional.

Faktor Yang Mempengaruhi Premenstrual Syndrome (PMS)

1. Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda,
produk susu dan makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001).
2. Defisiensi zat gizi makro dan mikro
Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B
(terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak
linoleat (Karyadi, 2007).
3. Status perkawinan
Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah
menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah
dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita
yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005).
Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral
Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia
menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang
lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak menikah (12,6%)
(Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).
4. Usia
PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia 30-
45 tahun. Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan
umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan
PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000 dalam Maulana).
Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-
gejala yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita
yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam Maulana, 2008).
5. Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS)
Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita . Stres merupakan
predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan
mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres
mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual
syndrome (PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008).
6. Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat memperberat gejala PMS.
Kurang berolah raga dan aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS.

Penanganan Premenstrual Syndrome (PMS)

Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
 Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika untuk
mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan cemas dan
depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti
prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan nyeri muskuloskeletal.
 Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai penyebab dari
PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan
pemberian vitamin B6.
 Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid.

Pencegahan dan penanganan premenstrual syndrome (PMS) antara lain:

1. Edukasi dan konseling


Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun
ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus
menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu
terjadinya premenstrual syndrome. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan
premenstrual syndrome untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat
mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedag terjadi.
2. Modifikasi gaya hidup
a. Komunikasi
 Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang
terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau
pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan
mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.
b. Diet (pola konsumsi)
 Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah
edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga
dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan
disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa
selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk
energi. Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat
meningkatkan risiko menderita premenstrual syndrome (PMS).
c. Olahraga /latihan fisik
 Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual
syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu
untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang
terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka
mengalami premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam
hari.
d. Obat-obatan
 Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu
dengan obat-obatan.
 Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat
mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia
(menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak
diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus
peptikum.
 Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti
dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan
mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala
premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala
berkurang.
 Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita
yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.
 Obat anti depresi hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala
premenstrual syndrome yang parah.

Anda mungkin juga menyukai