Anda di halaman 1dari 17

PEMBELAJARAN 5 DOMAIN

Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling Belajar

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020
PENDAHULUAN

Belajar merupakan usaha untuk menguasai sesuatu yang baru, baik dalam bentuk
pemahaman/pengetahuan, tingkah laku, sikap, ataupun persepsi. Sementara
pembelajaran, merupakan proses interaksi antar informan atau pendidik sehingga
siswa berada pada kegiatan belajar. Dalam melaksanakan pembelajaran, penting bagi
guru untuk dapat mengaktifkan domain kognitif, afektif, psikomotorik, audio, dan
visual siswa agar tujuan dari proses tersebut dapat dicapai.
Bagi mahasiswa sebagai calon Guru BK dan/atau Konselor, penting sekali untuk
dapat memahami dan menerapkan kelima domain tersebut dalam pembelajaran.
Adapun indikator pembahasan modul ini, yaitu :
1. Konsep dasar 5 domain
2. Macam-macam domain
3. Implikasi 5 domain terhadap pembelajaran
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar 5 Domain


Belajar merupakan suatu proses atau kegiatan kompleks yang terjadi pada
setiap orang dan berlangsung seumur hidup. Suharsimi Arikunto (2005:19)
mengartikan belajar sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk
mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan dengan maksud
memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan serta
sikap. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya (Djamarah, 2008:12). Menurut Sudjana (2010:6) belajar
adalah proses yang aktif, dimana belajar merupakan proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang
diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman.
Dalam proses berbuat untuk mendapatkan pengalaman baru, serangkaian
kegiatan jiwa, mental maupun fisik sebaiknya digerakkan untuk menerima
informasi-informasi yang berkaitan dengan kerangka berfikir tertentu (taksonomi).
Adapun domain yang diperlukan untuk mendapatkan pengalaman dalam proses
pembelajaran yang baik dan efektif, adalah dengan mengaktifkan kemampuan
kognitif, afektif serta psikomotorik siswa. Selain itu, untuk menunjang metode dan
proses penyampaian informasi agar menyesuaikan dengan kekhasan atau
karakteristik siswa, maka penting pula mengaplikasikan pembelajaran audio dan
visual dalam menyampaikan atau memberikan informasi dan
pemahaman/pengetahuan. Kesimpulan yang dapat diberikan adalah, kognitif,
afektif, psikomotorik, audio dan visual harus secara bersinergi saat siswa berada
pada proses pembelajaran.
B. Macam-macam Domain
Keterampilan belajar secara praktikal dapat diklasifikasikan ke dalam lima
domain yaitu kognitif, afektif, psikomotorik, audio, dan visual.
1. Kognitif
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), Ranah kognitif merupakan segi
kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek pengetahuan, penalaran,
atau pikiran. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau
kategori, yaitu: pengetahuan (knowlegde), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis, sintesis (synthesis), dan evaluasi
(evaluation). Tingkatan-tingkatan dalam taksonomi tersebut telah digunakan
hampir setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan
pendidikan, penyusunan tes dan kurikulum. Sehingga untuk dapat digunakan
dalam satuan pendidikan di Indonesia, maka diadakan perubahan yang sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan. Kata benda dalam Taksonomi Bloom
dirubah menjadi kata kerja (taksonomi revisi). Perubahan dari kerangka pikir
asli ke revisinya diilustrasikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Perubahan dari Kerangka Pikir Asli ke Revisi (Anderson dan


Krathwohl, 2001:268)
Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat
melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Sehingga
Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan
Krathwohl (2001:66-88) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti
(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate), dan menciptakan (create).
a. Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan
dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja
didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan
dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang
bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem
solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan
dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan
hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia,
sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
b. Memahami/mengerti (Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan
(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan
yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang
spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan
dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu
persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.
c. Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa
dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana
siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan
dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak
mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan
permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari
prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan
menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih
asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu
mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru
menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif
yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.
Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa
menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar
yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa
benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah,
kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru
yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan
baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan.
d. Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan
dari tiaptiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis
merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut
siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan
terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali
cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain
seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian
besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan
pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut
(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut
akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian
memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi
asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan.
Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur
ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan
memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan
koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama
yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang
paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan
dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah
diberikan.
e. Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria
atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini
dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri
oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian
merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses
kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang
dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada
standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria
yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang
digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing).
Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak
konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan
dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka
mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana
berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk
atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi
berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan
melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan
penilaian menggunakan standar ini.
f. Menciptakan (Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-
unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren
dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara
total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan
menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan
menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan
pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang
diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen
yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada
perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain
yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan metakognisi.
Taksonomi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) disajikan pada Tabel
1.
Untuk lebih mudah dipahami taksonomi kognitif, dapat diuraikan pada
tabel berikut.
2. Afektif
Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya.
Ranah atau domain pada aspek kognitif menurut Kartwohl dan Bloom
(dalam Akhmad Sudrajat, 2008) adalah sebagai berikut.
a) Penerimaan (receiving/attending)
Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu :
1) Kesiapan untuk menerima (awareness), yaitu adanya kesiapan untuk
berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek yang akan
dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk
memberi perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
2) Kemauan untuk menerima (willingness to receive), yaitu usaha
untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan.
3) Mengkhususkan perhatian (controlled or selected attention).
Mungkin perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau kata-
kata tertentu saja.
b) Sambutan (responding)
Mengadakan aksi terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai
berikut :
1) Kesiapan menanggapi (acquiescene of responding). Contoh :
mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari tokoh yang
disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati
peraturan lalu lintas.
2) Kemauan menanggapi (willingness to respond), yaitu usaha untuk
melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya
pada desain atau warna saja.
3) Kepuasan menanggapi (satisfaction in response), yaitu adanya aksi
atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan
keinginan mengetahui. Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan
menanggapi ini adalah bertanya, membuat coretan atau gambar,
memotret dari objek yang menjadi pusat perhatiannya, dan
sebagainya.
c) Penilaian (valuing)
Pada tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk
memiliki dan menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian
terbagi atas empat tahap sebagai berikut :
1) Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan dari usaha
memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif.
2) Menyeleksi nilai yang lebih disenangi (preference for a value) yang
dinyatakan dalam usaha untuk mencari contoh yang dapat
memuaskan perilaku menikmati, misalnya lukisan yang memiliki
yang memuaskan.
3) Komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu nilai dengan alasan-
alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman.
4) Komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona.
Kagum atas keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap
nilai keberanian yang dihargainya.
d) Pengorganisasian (organization)
Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya menginternalisasi satu
nilai tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai melihat beberapa
nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai. Proses ini
terjadi dalam dua tahapan, yakni :
1) Konseptualisasi nilai, yaitu keinginan untuk menilai hasil karya
orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi yang mendasari suatu
moral atau kebiasaan.
2) Pengorganisasian sistem nilai, yaitu menyusun perangkat nilai
dalam suatu sistem berdasarkan tingkat preferensinya. Dalam sistem
nilai ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai
pada tingkat yang amat penting, menyusul kemudian nilai yang
dirasakan agak penting, dan seterusnya menurut urutan
kepentingan.atau kesenangan dari diri yang bersangkutan.
e) Karakterisasi (characterization)
Karakterisasi yaitu kemampuan untuk menghayati atau
mempribadikan sistem nilai Kalau pada tahap pengorganisasian di atas
sistem nilai sudah dapat disusun, maka susunan itu belum konsisten di
dalam diri yang bersangkutan. Artinya mudah berubah-ubah sesuai
situasi yang dihadapi. Pada tahap karakterisasi, sistem itu selalu
konsisten. Proses ini terdiri atas dua tahap, yaitu :
1) Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu masalah dari
suatu sudut pandang tertentu.
2) Karakterisasi, yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang
memberi corak tersendiri pada kepribadian diri yang bersangkutan.
Untuk lebih mudah dipahami domain atau ranah afektif, dapat diuraikan
pada tabel berikut.

3. Psikomotorik
Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari : (a) kesiapan; (b)
peniruan (imitation); (c) membiasakan (habitual); (d) menyesuaikan
(adaptation) dan (e) menciptakan (origination).
a) Kesiapan yaitu berhubungan dengan kesediaan untuk melatih diri
tentang keterampilan tertentu yang dinyatakan dengan usaha untuk
melaporkan kehadirannya, mempersiapkan alat, menyesuaikan diri
dengan situasi, menjawab pertanyaan.
b) Meniru adalah kemampuan untuk melakukan sesuai dengan contoh
yang diamatinya walaupun belum mengerti hakikat atau makna dari
keterampilan itu. Seperti anak yang baru belajar bahasa meniru kata-
kata orang tanpa mengerti artinya.
c) Membiasakan yaitu seseorang dapat melakukan suatu keterampilan
tanpa harus melihat contoh, sekalipun ia belum dapat mengubah
polanya.
d) Adaptasi yaitu seseorang sudah mampu melakukan modifikasi untuk
disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi tempat keterampilan itu
dilaksanakan.
e) Menciptakan (origination) di mana seseorang sudah mampu
menciptakan sendiri suatu karya.
Untuk lebih mudah dipahami kata kerja pada domain psikomotrik, dapat
diuraikan pada tabel berikut

Sementara itu, Abin Syamsuddin Makmun (2003) memerinci sub


kawasan ini dengan tahapan yang berbeda, yaitu :
a) Gerakan refleks (reflex movements). Basis semua perilaku bergerak
atau respons terhadap stimulus tanpa sadar, misalnya : melompat,
menunduk, berjalan, dan sebagainya.
b) Gerakan dasar biasa (Basic fundamental movements) yaitu gerakan
yang muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik, yang
terpola dan dapat ditebak.
c) Gerakan Persepsi (Perceptual abilities) yaitu gerakan sudah lebih
meningkat karena dibantu kemampuan perseptual.
d) Gerakan fisik (Physical Abilities) yaitu gerakan yang menunjukkan
daya tahan (endurance), kekuatan (strength), kelenturan (flexibility)
dan kegesitan.
e) Gerakan terampil (skilled movements) yaitu dapat mengontrol berbagai
tingkatan gerak secara terampil, tangkas, dan cekatan dalam melakukan
gerakan yang sulit dan rumit (kompleks).
f) Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communication) yaitu
mengkomunikasikan perasan melalui gerakan, baik dalam bentuk gerak
estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah maupun gerak
kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk
mengkomunikasikan peran.
DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya


Remaja.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. New
York: Addison Wesley Longman, Inc.

Akhmad Sudrajat. 2008. Revisi Taksonomi Bloom Ranah Kognitif: Kerangka Landasan
Untuk Pembelajaran.
https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/01/revisi-taksonomi-bloom.pdf

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. 2010. Quantum Learning: Membiasakan belajar
nyaman dan menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah. 2008. Guru dan Anak Didik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharsimi Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai