Anda di halaman 1dari 12

ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432

Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68


DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

Faktor Psikososial dan Aktivitas Kerja pada Perawat ICU serta ICCU
dengan Nyeri Punggung Bawah
lianto Suyoso1
Gandu Eko Julianto Suyoso
Program Studi Rekam Medik, Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Jember, gandu.eko.js@polije.ac.id

ABSTRAK
Latar belakang: Nyeri Punggung bawah masih menjadi salah satu gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh
perawat. Nyeri punggung bawah disebabkan oleh banyak faktor secara parsial ataupun simultan. Beberapa
diantara faktor tersebut adalah faktor psikososial dan faktor aktivitas pekerjaan. Faktor psikososial yang dimaksud
terdiri dari tuntutan kerja, kendali kerja, dukungan sosial dan kepuasan kerja. Sedangkan faktor aktivitas fisik
pekerjaan yang diteliti adalah aktivitas pemindahan pasien secara lateral. Faktor faktor tersebut masih diabaikan
oleh sebagian pengelola rumah sakit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor
psikososial serta faktor aktivitas fisik pekerjaan dengan keluhan nyeri punggung bawah perawat ICU (Intensive
Care Unit) dan ICCU (Intensive Cardiologi Care Unit). Metode penelitian: Desain penelitian kuantitatif ini berjenis
cross sectional. Data faktor psikososial perawat diperoleh melalui kuesioner yang mengadopsi General Nordic
Questionairre (QPSNORDIC) dan MJS (Measure of Job Satisfaction). Data faktor aktivitas fisik pekerjaan
diperoleh melalui observasi dengan metode skoring REBA (Rapid Entire Body Assessment). Analisis bivariat
melalui uji koefisien kontingensi digunakan untuk mencari kuat hubungan antara variabel. Hasil penelitian:
Didapatkan bahwa keluhan nyeri bawah punggung memiliki: hubungan dengan persepsi perawat tentang tuntutan
kerja (r=0,414), persepsi perawat tentang dukungan sosial (r=0,510), persepsi perawat tentang kendali kerja (r=-
0,333), kepuasan kerja (r=0,401), aktivitas pemindahan pasien secara lateral (r=0,439). Simpulan: Keluhan nyeri
pungggung bawah memiliki hubungan yang kuat dengan persepsi perawat tentang tuntutan kerja, persepsi perawat
tentang dukungan sosial, kepuasan kerja, aktivitas pemindahan pasien secara lateral; hubungan yang lemah
dengan persepsi perawat tentang kendali kerja.

Kata kunci: Nyeri Punggung Bawah, Perawat, Psikososial, Aktivitas pekerjaan

ABSTRACT
Background: Low back pain is one of many musculosceletal disorder that were still suffered by nurses. Low back
pain caused by many factor, partially or simultaneuosly. Some of those factor are psychosocial factor and
occupational activity factor. Psychosocial factor consisted of job demand, job control, social support and job
satisfaction. Occupational activity factor in this study is lateral patient transfer. Those factor are still neglected by
some of hospital employer. Purpose: The aim of this study was to analyze the association of psychosocial factor (job
demand, job control, job satisfaction, social control), occupational activity control (lateral patient transfer) and
nurse’s low back pain. Methods: This cross sectional study held in ICU and ICCU unit at 3 hospital in Jember.
Data was collected through questionairres that adopted General Nordic Questionairre (QPSNORDIC) also MJS
(Measure of Job Satisfaction) and through observation by utilized REBA (Rapid Entire Body Assessment) scoring
method.. Results: Bivariat analysis showed that nurse’s low back pain have association with nurse perception
about job demand (r=0,414), nurse perception about social support (r=0,510), nurse perception about job
satisfaction (p=0,401), association with nurse perception about job control (r=0,333), lateral patient transfer
(r=0,439). Conclusion: Nurses Low Back Pain have a strong association with nurse perception about job demand,
nurse perception about social support, nurse perception about job satisfaction; a weak association with nurse
perception about job control.

Keywords: Low back pain, Nurses, Psychosocial, Occupational Activity

*Korespondensi Author : Gandu Eko Julianto Suyoso, Politeknik Negeri Jember,


gandu.eko,js@gmail.com, Telp. 0811355955

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 57 dari 68


ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

I. PENDAHULUAN Nyeri punggung bawah merupakan salah


Nyeri punggung bawah non spesifik telah satu dari beberapa keluhan muskuloskeletal
menjadi masalah kesehatan umum yang yang ditandai dengan gejala nyeri berlokasi di
mendunia1. Prevalensi dari nyeri punggung antara rusuk ke 12 dan lipatan gluteal inferior
bawah dilaporkan sebesar 84%.2 Nyeri dengan atau tanpa disertai nyeri pada kaki salah
punggung bawah juga merupakan masalah satu, disebabkan oleh berbagai faktor, beberapa
kesehatan yang mempengaruhi dunia kerja, yang faktor secara singular atau kombinasi
berakibat pada disabilitas, penggunaan fasilitas berkontribusi pada timbulnya kondisi
kesehatan dan beban sosial ekonomi yang berat3. tersebut.9,10 Faktor tersebut antara lain faktor
Paparan bahaya di lingkungan kerjanya personal, psikososial pekerjaan, dan aktivitas
menyebabkan perawat memiliki resiko lebih fisik pekerjaan.11,12,13 Kesehatan perawat tidak
tinggi mengalami nyeri punggung daripada saja mempengaruhi kepuasan kerja mereka,
pekerjaan lain.4 Prevalensi gejala kualitas hidup dan keinginan untuk merubah
muskuloskeletal tertinggi yang dialami perawat pekerjaan namun juga kualitas pelayanan dan
di Amerika serikat, antara lain punggung bawah, keselamatan pasien. Pada penelitian sebelumnya
pundak dan ekstrimitas bawah.5 Dari 1600 di 3 Rumah Sakit di Kabupaten Jember, telah
pekerja di enam rumah sakit di Turki, 65,8 dilakukan penelitian untuk menganalisis
persen diantaranya pernah mengalami nyeri hubungan faktor personal perawat ICU dan
punggung bawah dalam 12 bulan terakhir. ICCU dengan keluhan nyeri punggung bawah.
Prevalensi tertinggi pada perawat (77,1%) dan Mengingat pentingnya kesehatan perawat
terendah adalah pada administrasi (54,1%). tersebut dan kompleksnya faktor penyebabnya,
Sebagian besar orang yang mengalami nyeri maka perlu dilakukan penelitian lanjutan
punggung bawah akan mengalami episode tentang hubungan faktor psikososial dan faktor
rekuren dengan angka estimasi dalam setahun aktivitas pekerjaan perawat dengan keluhan
sebesar 24 persen hingga 80 persen.2 nyeri punggung bawah.
Nyeri punggung bawah tidak dianggap
sebagai masalah yang sangat penting bila II. METODOLOGI
dibandingkan dengan penyakit kardiovaskular Penelitian ini merupakan penelitian
atau keganasan, nyeri pungung bawah sangat kuantitatif yang bersifat survei analitik dengan
sering terjadi dan membutuhkan biaya yang desain penelitian cross sectional untuk
cukup besar untuk mengatasinya.6 Total biaya menganalisis pengaruh faktor fisik pekerjaan,
langsung yang dikeluarkan karena nyeri psikososial dan personal nyeri punggung bawah
punggung bawah pertahunnya adalah sebesar perawat di 3 rumah sakit. Populasi penelitian ini
7000 euro. Tercatat Work absenteism sebesar 75 adalah semua perawat ICCU dan ICU di Rumah
persen dari total biaya terapi nyeri punggung sakit XYZ yang berjumlah 41 orang. Sampel
bawah per pasien.7 Data dari statistik penelitian ini adalah 41 orang perawat tersebut.
departemen tenaga kerja Amerika serikat Data yang diperoleh dari hasil penelitian
menunjukkan asisten perawat dan perawat ini yaitu bersumber dari data primer. Data
menempati peringkat ke 3 dan ke 6 hilangnya primer didapatkan dari hasil kuesioner. Keluhan
hari kerja karena gangguan muskuloskeletal nyeri punggung bawah perawat ICU dan ICCU
(termasuk hari kerja hilang karena nyeri digali menggunakan kuesioner yang mengadopsi
punggung)4. Namun dampak dari presenteism pertanyaan yang ada pada Standar Nordic
karena nyeri punggung bawah ternyata bisa Questionairre for Low Back Pain. Kuesioner
mencapai 7,5 kali dari absenteism karena tentang persepsi perawat tentang faktor
berkurangnya produktivitas.8 psikososial terdiri dari 4 sub bagian yaitu
tuntutan kerja, kendali kerja, dukungan sosial
PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 58 dari 68
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

dan kepuasan kerja. Pertanyaan mengenai Jumlah (%)


28 13
persepsi perawat terhadap tuntutan kerja, kendali (100%) (100%)
Persepsi tentang Nyeri punggung bawah
kerja dan dukungan sosial merupakan dukungan sosial Ya (%) Tidak(%)
pertanyaan yang diadopsi dari kuesioner
20 1
General Nordic Questionairre (QPSNORDIC), Rendah
(71,4%) (7,7%)
sedangkan pertanyaan mengenai persepsi 8 12
Tinggi
kepuasan kerja perawat diadopsi dari MJS (28,6%) (92,3%)
28 13
(Measure of Job Satisfaction). Penilaian Jumlah (%)
(100%) (100%)
didapatkan berdasarkan hasil perhitungan total Persepsi tentang Nyeri punggung bawah
skor skala likert pada kuesioner tersebut. kepuasan kerja Ya (%) Tidak(%)
Kuesioner diuji terlebih dahulu dengan Uji 15 1
Rendah
Korelasi Pearson dan Uji Cronbach Alpha untuk (53,6%) (7,7%)
mendapatkan standar validitas dan reliabilitas. 13 12
Tinggi
(46,4%) (92,3%)
Data primer aktivitas pekerjaan perawat ICU 28 13
Jumlah (%)
dan ICCU didapatkan melalui observasi (100%) (100%)
menggunakan instrument skoring REBA (Rapid
Entire Body Assessment). Data primer keluhan Pada tabel 1 diketahui bahwa mayoritas
nyeri punggung bawah perawat didapatkan perawat yang mengalami nyeri punggung bawah
menggunakan kuesioner Standar Nordic adalah perawat dengan persepsi tentang tuntutan
Questionnaire for low back pain. kerja yang tinggi, kendali kerja yang rendah,
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dukungan sosial yang rendah, dan kepuasan
bivariat dengan uji koefisien kontingensi dan uji kerja yang rendah. Setelah dilakukan uji
t independent untuk mencari hubungan variabel koefisien kontingensi pada data variabel
independen terhadap variabel dependen psikososial yang diperoleh melalui kuesioner,
didapatkan hasil sebagai berikut:
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data distribusi nyeri punggung perawat Tabel 2. Hasil Uji Koefisien Kontigensi
ICU dan ICCU berdasarkan kategori persepsi Variabel Persepsi Perawat ICU dan ICCU
tentang masing masing variabel psikososial terhadap Variabel Psikososial terhadap Keluhan
tertera pada tabel berikut. Nyeri Punggung Bawah
Variabel r
Tabel 1. Distribusi Nyeri Punggung Bawah Persepsi perawat tentang tuntutan kerja 0,414
Perawat ICU dan ICCU berdasarkan Kategori Persepsi perawat tentang kendali kerja 0,333
Persepsi Variabel Psikososial Persepsi perawat tentang dukungan sosial 0,510
Persepsi tentang Nyeri punggung bawah Persepsi perawat tentang kepuasan kerja 0,401
tuntutan kerja Ya (%) Tidak(%)
10 11 Untuk mengkonfirmasi hasil uji koefisien
Rendah
(35,7%) (84,6%) kontingensi maka dilakukan pula uji t
18 2 independen pada masing-masing variabel
Tinggi
(64,3%) (15,4%)
28 13 psikososial..
Jumlah (%)
(100%) (100%)
Persepsi tentang Nyeri punggung bawah Tabel 3. Hasil Uji t-Independen Variabel
kendali kerja Ya (%) Tidak(%) Persepsi Perawat ICU dan ICCU terhadap
21 5 Variabel Psikososial terhadap Keluhan Nyeri
Rendah
(75%) (38,5%)
7 8 Punggung Bawah
Tinggi Rerata ± Standar
(25%) (61,5%) Variabel
deviasi

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 59 dari 68


ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

Mengalami
Tidak organisasi kerja dan ketegangan psikologis yang
Mengalami kemudian pada akhirnya mempengaruhi
Nyeri
Nyeri
Punggung muskuloskeletal. Dalam menjelaskan hubungan
Punggung
Bawah tersebut, terdapat dua mekanisme untuk
Bawah
(n=28)
(n=13) mempengaruhi dampak muskuloskeletal,
Persepsi perawat Pertama, stres meningkatkan ketegangan otot
tentang tuntutan 25,54±3,9 22±3,6
kerja dan proses autonomik yang menambahkannya
Persepsi perawat ke ketegangan biomekanis yang sudah ada
tentang kendali 19,5±3,2 22,3±3,6 sebelumnya. Kedua, proses kognitif memediasi
kerja hubungan antara ketegangan biomekanis dan
Persepsi perawat
tentang dukungan 21,5±3,9 27,31±3,4
gejala muskuloskeletal. Rangsangan terkait stres
sosial dapat meningkatkan sensitivitas terhadap sensasi
Persepsi perawat muskuloskeletal yang normal; pekerja menjadi
tentang kepuasan 26,7±5,1 31,15±4,4 lebih waspada terhadap sensasi kecil yang pada
kerja
kondisi lain harusnya tidak terasa15.
Ide ini mirip dengan model stres
Pada tabel 2 diketahui bahwa keluhan
transaksional yang dikemukan oleh Lazarus,
nyeri bawah punggung yang dialami perawat
bahwa ketegangan merupakan salah satu jalur
memiliki: hubungan yang kuat dengan persepsi
utama yang digunakan oleh lingkungan dalam
perawat tentang tuntutan kerja (r=0,414),
perannya mempengaruhi kesehatan. Model
persepsi perawat tentang dukungan sosial
transaksional stres juga menjelaskan bahwa
(r=0,510), kepuasan kerja (p=0,401); hubungan
persepsi seseorang bisa mempengaruhi
yang lemah dengan persepsi perawat tentang
ketegangan yang dialami. Model stres
kendali kerja (r=-0,333). Serta berdasarkan
transaksional menekankan pada pentingnya
tabel 3 diketahui bahwa terdapat perbedaan
transaksi lingkungan-individu. Keduanya, model
rerata persepsi di semua variabel psikososial
ekologis dan model transaksional memberikan
antara kelompok perawat yang mengalami nyeri
dasar yang serupa mengenai peran ketegangan
punggung belakang dan kelompok perawat yang
sebagai media antara stresor psikososial kerja
tidak mengalami nyeri punggung bawah.
dan gangguan muskuloskeletal terkait
Stresor psikososial pada dasarnya adalah
pekerjaan.16
suatu kondisi yang dipersepsikan sebagai
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang
kondisi mengancam, berbahaya atau
telah mengemukakan hubungan faktor
mengganggu atau kondisi yang menuntut
psikososial dan gangguan muskuloskeletal. Satu
respon adaptasi fisiologis oleh pekerja.14
meta-analisis, mengungkap ditemukan bukti
Terdapat beberapa model yang
yang konsisten tentang hubungan antara faktor
menjelaskan hubungan antara faktor psikososial
psikososial dan gangguan muskuloskeletal pada
pekerjaan dengan gangguan muskuloskeletal.
perawat dan asisten perawat.17
Salah satunya adalah model ekologis yang
Tuntutan kerja didefinisikan sebagai
dijelaskan oleh Sauter dan Swanson. Model ini
kapabilitas kerja secara umum yang dibutuhkan
berdasarkan pada gagasan bahwa faktor fisik
tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan
dan psikokologis di tempat kerja berkontribusi
yang diberikan. Tuntutan kerja mengindikasikan
pada gangguan muskuloskeletal. Model ini
seberapa berat pekerjaan yang dilakukan.18
menjelaskan hubungan langsung antara beban
Tuntutan kerja meliputi aspek psikologis dan
fisik dan organisasi kerja, yang berarti bahwa
fisik. Aspek psikologis dalam tuntutan kerja
beban fisik diperberat beban organisasi (misal :
adalah berupa seberapa besar tugas tersebut
peningkatan spesifikasi kerja, peningkatan
membutuhkan stimulasi kognitif, kesiagaan
repetisi), serta hubungan langsung antara
mental dan kerja mental seperti pengolahan
PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 60 dari 68
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

informasi, penyelesaian masalah, pengambilan Istilah kendali kerja dalam beberapa studi
keputusan dan organisasi serta koordinasi sering diganti dengan istilah pemberian
infromasi. Aspek fisik meliputi tugas yang wewenang yang lebih merujuk pada distribusi
membutuhkan kerja fisik seperti mengangkat kekuasaan.22 Distribusi kekuasaan dalam
beban berat bekerja dalam posisi tidak organisasi bisa pada konsep tingkat individu
ergonomis dalam waktu yang lama atau bekerja atau tingkat organisasi.20 Konsep tentang
dalam irama yang cepat.19 Ketika pekerja tidak kontrol pekerjaan melibatkan pembelajaran
mampu memenuhi tuntutan pekerjaan, maka suatu hal baru, sedikit pekerjaan berulang,
akan memunculkan distres.20 mendorong kreativitas dan pengembangan diri
Pada penelitian ini didapatkan bahwa pekerja, variasi pekerjaan, kemampuan atau
persepsi perawat tentang tuntutan kerja dan kewenangan seseorang untuk membuat
nyeri punggung bawah punggung memiliki keputusan sendiri atas pekerjaannya dan
hubungan yang cukup kuat (r=0,414). Stresor mempengaruhi kelompok kerja atau organisasi
psikososial terkait pekerjaan seperti tuntutan tempat dia bekerja.23,24. Kendali kerja yang
kerja yg tinggi dapat berpengaruh pada respon lebih tinggi akan memungkinkan seseorang
fisiologis pekerja. Bila respon ini mengalami untuk mengambil tindakan alternatif sehingga
pengulangan secara aktif karena paparan stresor dapat mereduksi efek stresor.23
yang terus menerus, lama kelamaan akan Pada penelitian ini didapatkan bahwa
menimbulkan keluhan fisik seperti nyeri hubungan persepsi perawat tentang kendali kerja
punggung bawah.21 Tuntutan kerja yang tinggi dan nyeri punggung bawah punggung memiliki
bila dikombinasikan dengan rendahnya hubungan yang lemah (r=0,333). Perawat ICU
dukungan sosial dapat meningkatkan gejala dan ICCU di tiga RS XYZ sebagian besar
gangguan musculoskeletal.15 memiliki kendali kerja rendah, sebagai perawat
Tuntutan kerja keperawatan melibatkan berkeahlian khusus tugas mereka tidak hanya
volume pekerjaan yang harus diselesaikan memberikan asuhan keperawatan bagi pasien
(kuantitatif) dan tingkat kesulitan yang terjadi namun juga memberikan asistensi bagi tenaga
dalam pekerjaan (kualitatif). Stres kerja pada medis lain di ruangan ICU dan ICCU.
perawat terjadi karena adanya perbedaan yang Kendali kerja yang tinggi dapat
muncul antara tuntutan kerja yang dialami melindungi pekerja dari timbulnya nyeri
perawat dan kemampuan untuk mengatasi hal punggung bawah dengan berkurangnya jumlah
tersebut. Kondisi stres yang berlebihan akan ketegangan yang dialami pekerja, berkurangnya
berakibat buruk terhadap kemampuan perawat tegangan otot atau reaksi fisiologis lain yang
untuk behubungan dengan lingkungannya secara bisa menyebabkan individu memiliki risiko
normal.20 tinggi mengalami gangguan muskuloskeletal
Perawat ICU dan ICCU merupakan terkait pekerjaan.20 Pekerja dengan kendali kerja
perawat dengan keahlian khusus yang didapat tinggi lebih memiliki otonomi seperti bisa
dari pelatihan tertentu, karenanya jumlah istirahat lebih sering, memulihkan ototnya dan
perawat ICU dan ICCU terbatas. Jumlah mengurangi risiko gangguan musculoskeletal.16
perawat yang terbatas bila disertai beban kerja Dukungan sosial merupakan bentuk
yang tinggi akan menyebabkan perawat lebih penyediaan informasi berupa dukungan
cepat lelah. Strategi kerja yang efektif melalui emosional sehingga individu merasa dikasihi
pembagian tugas yang berimbang, peningkatan dan diperhatikan, penghargaan yang mampu
kedisiplinan perawat dan peningkatan ketahanan menegaskan kembali nilai seseorang dan
fisik serta keterampilan perawat diperlukan dukungan jaringan yang menyediakan jaminan
untuk dapatnya memperbaiki tuntutan kerja bagi seseorang untuk bisa mendapatkan bantuan
perawat. dari anggota lain ketika berada dalam suatu
masalah.25 Dukungan sosial di tempat kerja juga
PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 61 dari 68
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

didefinisikan sebagai derajat di mana setiap seseorang menjadi menilai kondisi tertentu
individu merasakan kenyamanan dan dihargai bukan lagi menjadi ancaman, demikian sehingga
ditempat kerja oleh supervisor dan organisasi mencegah onset reaktivitas stres fisiologis.
yang lebih luas di mana mereka berada.26 Banyak studi tentang reaktivitas stres berfokus
Dukungan sosial merupakan salah satu faktor pada peran aksis hypothalamic–pituitary–
psikososial yang menyeimbangkan atau adrenal (HPA) dalam menginduksi respon stres
melindungi pekerja dari efek stresor situasi kerja psikologis, namun ada bagian neural lain yang
yang tidak meyenangkan.19 juga memiliki peran dalam memodulasi
Dukungan sosial dari rekan kerja atau reaktivitas stres sebagai fungsi dari dukungan
atasan telah diteliti dalam berbagai populasi dan sosial. Karena sifat dukungan sosial menjadi
menunjukkan hasil yang konsisten. Pada regulator terhadap reaktivitas stres, dukungan
penelitian ini didapatkan bahwa hubungan sosial dapat berhubungan dengan sedikitnya
persepsi perawat tentang dukungan sosial dan aktivitas di struktur limbik yang biasanya
nyeri punggung meimiliki hubungan yang cukup berhubungan dengan respon terhadap
kuat (r=0,510). Persepsi terhadap dukungan pengalaman atau kondisi mengancam. Struktur
sosial yang buruk berhubungan dengan tersebut adalah amygdala, insula atau anterior
peningkatan laporan gejala. Dalam suatu studi cingulate cortex (ACC). Amygdala merespon
longitudinal, Bongers et al melaporkan tuntutan stimulus bahaya atau mengancam dan memiliki
kerja yang tinggi bila dikombinasikan dengan hubungan kuat dengan nukleus paraventricular
rendahnya dukungan sosial dapat meningkatkan dari hipotalamus yang memicu pelepasan
gejala gangguan musculoskeletal.15 kortisol, ini mengimplikasikan peran amygdala
Beberapa studi menyebutkan bahwa dalam memfasilitasi respon stres fisiologis.
dukungan sosial berperan penting dalam Insula dianggap terlibat dalam pemrosesan
menjaga kesehatan fisik dan psikologi.27 sensasi viscera. Kortek insula juga memiliki
Terdapat dua macam model utama tentang proyeksi ke nukelus sentral amygdala dan
bagaimana dukungan sosial dapat hipotalamus lateral serta memiliki peran dalam
mempengaruhi kesehatan, yaitu model respon fisiologis yang menyertai pengalaman
langsung/tidak langsung dan model penyangga emosional. ACC, tergantung lokasi aktivitasnya
(buffer). Model buffer merupakan model yang terlibat dalam pengalaman afektif dan respon
paling banyak digunakan dalam literatur yang fisiologis terkait stres. Bagian dorsal dari ACC
membahas stres. Model ini memberi konsep telah ditunjukkan terlibat dalam menghambat
bahwa dukungan sosial merupakan variabel pengalaman terkait nyeri fisik. Individu yang
yang dapat mempengaruhi hubungan antara mendapat dukungan sosial menunjukkan
stresor dan kesehatan.28 Dukungan sosial dapat berkurangnya aktivitas dACC dan Area
mempengaruhi kemampuan coping seseorang. Broadman 8, serta berkurangnya reaktivitas
Salah satu metode dalam mempengaruhi kortisol.30
kemampuan coping yaitu berupa pemberian Perawat membutuhkan perhatian yang
alternatif strategi coping oleh anggota dalam besar dari organisasi karena merupakan personil
sistem yang berdasarkan atas pengalaman si yang paling sering berhadapan dengan pasien.
pemberi saran sendiri. Banyak menghabiskan sebagian besar waktunya
Ditinjau dari sisi neurofisiologis, dalam dengan pasien, sehingga apabila terjadi
studi terhadap manusia, dukungan sosial yang kesulitan-kesulitan dalam menjalankan
rendah berhubungan dengan fisiologis dan tugasnya, mereka mengharapkan bantuan dari
neuroendokrin saat terjadi peningkatan respon organisasi dengan menyediakan dukungan untuk
stres. Dukungan sosial dapat merubah persepsi membantu perawat dalam menyelesaikan
terhadap ancaman potensial.29 Perasaan tugasnya. Apabila dalam situasi sulit dan penuh
diperhatikan dan didukung ini menyebabkan tekanan, organisasi tidak dapat menyediakan
PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 62 dari 68
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

dukungan bagi perawat maka tingkat stres kerja sangat tinggi dan risiko tinggi disatukan untuk
perawat akan meningkat sehingga mengganggu menyederhanakan kategori. Bila dirata-rata
asuhan keperawatan dan meningkatkan risiko keseluruhan skor REBA pemindahan pasien ke
terjadinya nyeri punggung bawah. lateral perawat ICU dan ICCU di 3 rumah sakit
Pada penelitian ini didapatkan bahwa tersebut memiliki kategori risiko tinggi.
hubungan persepsi perawat tentang kepuasan
kerja dan nyeri punggung bawah punggung Tabel 5. Distribusi Data Nyeri Punggung Bawah
memiliki hubungan yang cukup kuat (r=0,401). Perawat ICU dan ICCU Berdasarkan Kategori
Hasil ini sesuai dengan hasil suatu meta-analisis Skor REBA
dengan penelitian skala besar oleh Farragher Risiko Nyeri punggung bawah
yang menyebutkan bahwa adanya hubungan pemindahan Ya (%) Tidak(%)
yang kuat antara kepuasan kerja dan kesehatan pasien
Tinggi 19 (67,9%) 2 (15,4%)
mental dan fisik.31 secara
Sedang 9 (32,1%) 11 (84,6%)
lateral
Kepuasan kerja pada dasarnya adalah Jumlah (%) 28 (100%) 13 (100%)
sikap pekerja terhadap pekerjaannya.32 Sama
seperti semua sikap, kepuasan kerja terdiri dari Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa
perasaan, pikiran dan tingkah laku yang dimiliki mayoritas perawat yang mengalami nyeri
individu terkait pekerjaan mereka. Sebagian punggung bawah adalah perawat dengan risiko
besar penulis menekankan pada komponen tinggi pada proses pemindahan pasien ke lateral.
emosional dari kepuasan kerja. Namun Berdasarkan skor REBA-nya, perawat yang
demikian, komponen kognitif dan tingkah laku paling banyak mengalami nyeri punggung
dari kepuasan kerja merupakan komponen bawah adalah perawat dengan skor REBA 8 dan
penting. Aspek kognitif kepuasan kerja 9 yaitu sebanyak masing-masing 7 dari 28
mewakili kepercayaan pekerja akan situasi orang.
pekerjaan mereka, apakah pekerjaannya
menarik, menstimulasi, suram atau sukar. Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Kontigensi
Sedangkan komponen tingkah laku dari pekerja Variabel Pemindahan Pasien Secara Lateral
lebih sering merupakan kecenderungan akan Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah
tingkah laku mereka terhadap pekerjaan mereka. Perawat ICU dan ICCU.
Variabel r
Tabel 4. Distribusi Kategori Skor REBA Pemindahan pasien ke lateral 0,439
Pemindahan Pasien Secara Lateral
Skor REBA Hasil uji koefisien kontingensi tabel 6,
pemindahan Standar diketahui bahwa nilai r sebesar 0,440 yang
n (%) Mean
pasien secara Deviasi
berarti kuat hubungan antara persepsi perawat
lateral
1 (2,4%) tentang kepuasan kerja dan nyeri punggung
Sangat tinggi
bawah perawat termasuk cukup kuat. Pada
Tinggi 20 (48,8%) 7,49 1,762 tabel X variabel pemindahan pasien secara
Sedang 20(48,8%) lateral memiliki perbedaan rerata skor
pemindahan pasien secara lateral antara
kelompok perawat yang mengalami nyeri
Pemindahan pasien ke lateral diukur
punggung bawah dan perawat yang tidak
menggunakan instrumen sistem skor REBA.
mengalami nyeri punggung bawah.
Berdasarkan tabel 4, risiko sedang dan tinggi
James A. Haley mengidentifikasi tugas
memiliki frekuensi yang sama yaitu sebanyak 20
yang berhubungan dengan gangguan
orang, dan sisanya 1 orang berkategori sangat
muskuloskeletal pada 5 ICU. Kriteria yang
tinggi. Pada analisis berikutnya, kategori risiko
digunakan untuk mengidentifikasi adalah
PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 63 dari 68
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

memerlukan tenaga besar, sikap kerja tidak Proses pemindahan pasien melibatkan
ergonomis dan pembebanan berulang. Dari hasil beberapa gerakan, yaitu menarik, mendorong,
evaluasi didapatkan bahwa terdapat tujuh tugas mengangkat, fleksi dan ekstensi, kesemuanya
patient handling yang berisiko tinggi menimbulkan pembebanan pada tulang
menyebabkan gangguan muskuloskeletal, yaitu belakang. Gerakan-gerakan tersebut secara
mendorong tempat tidur pasien, memindahkan individual sudah menimbulkan pembebanan
pasien secara lateral, memindahkan pasien ke pada tulang belakang, terlebih lagi jika
puncak tempat tidur, mereposisi pasien di dikombinasikan. Studi oleh Holterman,
tempat tidur, menyiapkan tempat tidur untuk mengangkat dan membawa beban ringan yang
pasien baru, memakaikan stocking anti emboli, sering dilakukan saat kerja dengan postur
dan mengangkat atau memindahkan peralatan punggung agak membungkuk sudah dapat
yang berat.33 Selain aktivitas tersebut, terdapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung
aktivitas asuhan keperawatan lain yang bawah.34 Studi oleh Roffey menunjukkan
berpotensi menimbulkan nyeri punggung bawah bekerja dengan postur tidak ergonomis dapat
namun tidak ikut diobservasi dalam penelitian menimbulkan beban statis pada jaringan lunak,
ini, seperti memeriksa tensi pasien, sampling akumulasi metabolit sehingga mempercepat
darah pasien, menginjeksi obat. proses degenerasi dan herniasi diskus tulang
Pada penelitian ini sebelum dilakukan belakang.35 Pemindahan pasien yang dilakukan
penentuan tugas perawat yang akan dijadikan setiap hari berhubungan dengan cedera
variabel, terlebih dahulu dilakukan pengisian punggung pada pekerja kesehatan.36
lembar self report mengenai frekwensi aktivitas Para perawat yang melakukan
patient handling oleh perawat. Kemudian pemindahan pasien seringkali harus menjangkau
dihitung total frekwensinya jenis patient pasien dengan mengulurkan lengannya, baik di
handling task yang paling sering dilakukan awal maupun pada akhir proses pemindahan
untuk dijadikan sebagai variabel independen pasien dari satu permukaan ke permukaan lain
penelitian. Dari hasil lembar self report, (misal dari brangkart ke bed atau sebaliknya).
didapatkan pemindahan pasien secara lateral Faktor risiko yang berpotensi ketika melakukan
memiliki frekwensi tertinggi. Hal ini dilakukan aktivitas pemindahan ini adalah besarnya gaya
untuk memudahkan dan lebih memfokuskan yang timbul ketika menarik dan mendorong
peneliti pada satu aktivitas patient handling yang serta terulurnya lengan. Aktivitas ini akan
akan diobservasi dan dinilai skor REBA-nya. menjadi lebih susah ketika ketinggian perawat
Sikap kerja tidak ergonomis adalah sikap yang bekerja berbeda jauh atau ketika pasien
kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh menolak pemindahan (misal pada pasien yang
bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya sedang hilang kesadaran atau pasien dengan luka
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu bedah).33,3
membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Akibat dari gaya dorong dan tarik yang
Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi sangat besar selama proses pemindahan pasien
tubuh maka akan semakin tinggi pula risiko akan menimbulkan tingginya gaya potong dan
terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal. gaya kompresi pada tulang belakang, yang
Sikap kerja tidak ergonomis ini pada umumnya mungkin bisa melampaui batas toleransi gaya
karena karakteristik tuntutan tugas tidak sesuai potong dan gaya kompresi pada pembebanan
dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. tulang belakang dan punggung. Besarnya gaya
Pada penelitian ini didapatkan bahwa yang dibutuhkan saat pemindahan pasien secara
pemindahan pasien ke lateral dan nyeri lateral tergantung pada berat badan pasien dan
punggung bawah punggung perawat memiliki koefisien gesek dari permukaan geser, yaitu
hubungan yang cukup kuat (r=0,440). diukur dari derajat kelicinan antara pasien dan
permukaan tempat tidur atau antara sprei dan
PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 64 dari 68
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

permukaan tempat tidur. Semakin licin atau Masing-masing kepala ruangan menyatakan hal
halus, maka gaya yang dibutuhkan semakin ini saat studi pendahuluan. Meski training
rendah.33 ergonomi tidak menjadi variabel yang diteliti
Data yang dirilis oleh Liberty Mutual dalam penelitian ini, studi sebelumnya telah
Insurance Research Institute for Safety, menunjukkan bahwa pelatihan pencegahan
menyebutkan bahwa nilai gaya tarik maksimum cedera di tempat kerja berhubungan dengan
yang masih bisa diterima oleh wanita adalah 23 penurunan kemungkinan terjadinya cedera
kilogram pada awal penarikan, nilai tersebut ketika proses pengangkatan oleh perawat.40
merupakan nilai maksimum untuk satu orang. Pelatihan mengurangi deviasi tulang belakang
Paparan pada pengangkatan beban lebih dari 25 dan aktivitas puncak otot dapat mengurangi
kilogram dapat meningkatkan risiko insiden beban pada punggung dan risiko cedera.
nyeri punggung bawah sebesar 4,3 %. Nilai gaya Diperlukan pelatihan yang berkelanjutan supaya
tarik yang sebenarnya pada proses pemindahan memastikan perawat dilatih dengan teori
mungkin akan susah ditentukan. Untuk biomekanik yang tepat dan mempraktekkan
memudahkan maka dijelaskan bahwa tanpa gerakan tersebut untuk melindungi diri mereka
adanya alat pengurang gaya gesek, gaya tarik dan pasiennya ketika tidak tersedia alat bantu
yang dibutuhkan kurang lebih 75 % dari berat saat melakukan proses manual patient handling
badan pasien. Model terbaru dari sliding sheet, dilakukan khususnya pemindahan pasien.41
bisa mengurangi gaya tarik yang dibutuhkan
hingga mencapai 25% saja.33,37 IV. SIMPULAN DAN SARAN
Pada proses pemindahan pasien di ketiga Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
lokasi penelitian, semua perawat tidak bahwa nyeri punggung bawah perawat ICU dan
menggunakan alat bantu khusus, selain ICCU memiliku hubungan yang kuat dengan
menggunakan sprei atau perlak yang digunakan persepsi perawat tentang tuntutan kerja,
oleh pasien. Penggunaan sprei atau perlak dukungan sosial, kepuasan kerja dan aktivitas
mungkin membantu memudahkan proses pemindahan pasien secara lateral; hubungan
pemindahan pasien namun belum tentu yang lemah dengan persepsi perawat tentang
mengurangi risiko cedera muskuloskeletal kendali kerja. Saran bagi pengelola rumah sakit
khususnya nyeri punggung bawah. antara lain, untuk mengatasi persepsi perawat
Kecenderungan terjadinya nyeri punggung tentang tuntutan kerja dan kendali kerja, kepala
bawah pada perawat dengan skor REBA yang ruangan perlu mengajak perawat pelaksana
tinggi pada penelitian ini bisa mengingatkan untuk membuat strategi kerja yang lebih efektif
pentingnya penggunaan alat bantu patient lagi; untuk mengatasi persepsi perawat tentang
handling. Widhawati menyebutkan bahwa hasil dukungan sosial, kepala ruangan perlu lebih
pengukuran REBA penggunaan alat bantu memberikan dukungan dalam bentuk apresiasi
manual patient handling NMR dapat membantu bagi perawat dan menciptakan kerjasama antar
memperbaiki postur tubuh perawat saat perawat yang lebih baik ; Rumah sakit perlu
memindahkan pasien dari rata-rata potensi melaksanakan pelatihan yang berkelanjutan
risiko tinggi menjadi berisiko rendah.38 Studi mengenai aspek ergonomis postur kerja saat
oleh Andersen menyatakan penggunaan yang proses pemindahan pasien bagi para perawat
konsisten terhadap alat bantu pemindahan pasien ruangan instalasi rawat intensif.; rumah sakit
berhubungan dengan berkurangnya risiko cedera perlu menyediakan alat bantu pemindahan
punggung pada pekerja kesehatan.39 pasien untuk mengurangi risiko nyeri punggung
Nilai REBA yang bervariasi dari sedang bawah pada perawat ruangan instalasi rawat
hingga tinggi sendiri juga bisa dimungkinkan intensif
karena belum adanya pelatihan mengenai aspek Stres kerja dalam penelitian ini tidak
ergonomis dalam manual patient handling. termasuk dalam variabel yang diteliti, namun
PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 65 dari 68
ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

demikian stres kerja merupakan bagian dari back pain in France, Germany, Italy, Spain
proses timbulnya nyeri punggung bawah yang and the UK: A literature-based review. Vol.
10, Expert Opinion on Pharmacotherapy.
tidak bisa dihindari berdasarkan asumsi bahwa 2009. p. 2581–92.
faktor psikososial dengan sendirinya 8. RA W, PG C, C D, H F, J I, U M-L, editors.
berkontribusi menimbulkan stres. Penelitiam Oxford textbook of rheumatology [Internet].
selanjutnya diharapkan dapat mengukur stres Oxford University Press; 2013. Available
from:
kerja yang ditimbulkan dari faktor psikososial. https://oxfordmedicine.com/view/10.1093/me
d/9780199642489.001.0001/med-
V. UCAPAN TERIMA KASIH 9780199642489
9. Krismer M, van Tulder M. Low back pain
Terimakasih disampaikan kepada pihak
(non-specific). Vol. 21, Best Practice and
rumah sakit dan kepada para perawat ICU serta Research: Clinical Rheumatology. 2007. p.
ICCU di 3 rumah sakit yang telah memberikan 77–91.
kesempatan dan meluangkan waktu untuk 10. Beynon C, Leighton D. Identification and
measurement of risk. In: Reilly T, editor.
terlibat dalam penelitian ini. Muskuloskeletal disorders in health related
occupation. IOS press; 2002.
REFERENSI 11. Minematsu A. Epidemiology. In: Norasteh A,
1. Balagué F, Mannion AF, Pellisé F, Cedraschi editor. Low back Pain. Croatia: Intech; 2012.
C. Non-specific low back pain. Lancet 12. Marras W. The Working Back: A System
(London, England) [Internet]. 2012 Feb 4 View. New Jersey: John wiley & Sons Inc.;
[cited 2019 Oct 22];379(9814):482–91. 2008.
Available from: 13. Tarwaka. Ergonomi Industri. Surakarta:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/219822 Harapan pers; 2010.
56 14. Davis KG, Heaney CA. The relationship
2. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The between psychosocial work characteristics and
Epidemiology of low back pain. Vol. 24, Best low back pain: Underlying methodological
Practice and Research: Clinical issues. Vol. 15, Clinical Biomechanics.
Rheumatology. 2010. p. 769–81. Elsevier Science Ltd; 2000. p. 389–406.
3. Wai EK, Roffey DM, Bishop P, Kwon BK, 15. Erez A. Psychosocial Factors in WorkRelated
Dagenais S. Causal assessment of Musculoskeletal Disorders. In: Ergonomics
occupational lifting and low back pain: results for Therapists. Third. 2008. p. 123–136.
of a systematic review. Spine J [Internet]. 16. Eatough EM, Way JD, Chang C-H.
2010 Jun 1 [cited 2019 Oct 22];10(6):554–66. Understanding the link between psychosocial
Available from: work stresors and work-related
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/204948 musculoskeletal complaints. Appl Ergon
16 [Internet]. 2012 May [cited 2019 Oct
4. June KJ, Cho SH. Low back pain and work- 24];43(3):554–63. Available from:
related factors among nurses in intensive care http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/219442
units. J Clin Nurs. 2011 Feb;20(3–4):479–87. 95
5. Daraiseh NM, Cronin SN, Davis LS, Shell 17. Bernal D, Campos-Serna J, Tobias A, Vargas-
RL, Karwowski W. Low back symptoms Prada S, Benavides FG, Serra C. Work-related
among hospital nurses, associations to psychosocial risk factors and musculoskeletal
individual factors and pain in multiple body disorders in hospital nurses and nursing aides:
regions. Int J Ind Ergon. 2010 Jan;40(1):19– a systematic review and meta-analysis. Int J
24. Nurs Stud [Internet]. 2015 Feb [cited 2019
6. Buchbinder R, Pransky G, Hayden J. Recent Oct 24];52(2):635–48. Available from:
advances in the evaluation and management of http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/254804
nonspecific low back pain and related 59
disorders. Best Pract Res Clin Rheumatol 18. Caplan R, Cobb S, French J, Van harrison R,
[Internet]. 2010 Apr [cited 2019 Oct Pinneau S. Job demands and Worker health.
23];24(2):147–53. Available from: Washington DC: National Institute of
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/202276 occupational Safety and Health; 1975.
37 19. Almendra C. Relationship among job demand,
7. Juniper M, Le TK, Mladsi D. The job control, social support and job stres in
epidemiology, economic burden, and registered nurse working in skilled nursing
pharmacological treatment of chronic low facilities [Internet]. University of New Jersey;

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 66 dari 68


ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

2010. Available from: CJ, Lieberman MD. Neural pathways link


https://rucore.libraries.rutgers.edu/rutgers- social support to attenuated neuroendocrine
lib/27158/PDF/1/ stres responses. Neuroimage. 2007 May
20. Way M. Job demand, job control, and support: 1;35(4):1601–12.
a comparison of three nursing work 31. Faragher EB, Cass M, Cooper CL. The
environments. [Internet]. Job Demand, Job relationship between job satisfaction and
Control & Support: A Comparison of Three health: A meta-analysis. Occup Environ Med.
Nursing Work Environments. State University 2005 Feb;62(2):105–12.
of New York at Buffalo; 2008 [cited 2019 Oct 32. Eagley A, Chaiken S. The psychology of
24]. Available from: attitudes. Fort Worth. Texas: Harcourt Brace
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct Jovanovich College Publishers; 1993.
=true&db=jlh&AN=109850763&site=ehost- 33. Waters TR, Nelson A, Proctor C. Patient
live Handling Tasks with High Risk for
21. Lang J, Ochsmann E, Kraus T, Lang JWB. Musculoskeletal Disorders in Critical Care.
Psychosocial work stresors as antecedents of Vol. 19, Critical Care Nursing Clinics of
musculoskeletal problems: a systematic North America. 2007. p. 131–43.
review and meta-analysis of stability-adjusted 34. Holtermann A, Clausen T, Aust B, Mortensen
longitudinal studies. Soc Sci Med [Internet]. OS, Andersen LL. Risk for low back pain
2012 Oct [cited 2019 Oct 24];75(7):1163–74. from different frequencies, load mass and
Available from: trunk postures of lifting and carrying among
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/226826 female healthcare workers. Int Arch Occup
63 Environ Health. 2013;86(4):463–70.
22. Kanter R. Men and women of the corporation. 35. Roffey DM, Wai EK, Bishop P, Kwon BK,
New York: Basic Books, Inc.; 1993. Dagenais S. Causal assessment of awkward
23. Karasek RA. Job Demands, Job Decision occupational postures and low back pain:
Latitude, and Mental Strain: Implications for results of a systematic review. Vol. 10, Spine
Job Redesign. Adm Sci Q. 1979 Journal. 2010. p. 89–99.
Jun;24(2):285. 36. Andersen LL, Clausen T, Mortensen OS, Burr
24. Karasek R, Theorell T. Healthy work. New H, Holtermann A. A prospective cohort study
York: Basic Books; 1990. on musculoskeletal risk factors for long-term
25. Cobb S. Social Support as a Moderator of Life sickness absence among healthcare workers in
Stress : Psychosomatic Medicine. Psychosom eldercare. Int Arch Occup Environ Health.
Med [Internet]. 1976 [cited 2019 Oct 2012 Aug;85(6):615–22.
24];38(5). Available from: 37. Coenen P, Gouttebarge V, Van Der Burght
https://journals.lww.com/psychosomaticmedic ASAM, Van Dieën JH, Frings-Dresen MHW,
ine/Citation/1976/09000/Social_Support_as_a Van Der Beek AJ, et al. The effect of lifting
_Moderator_of_Life_Stress.3.aspx during work on low back pain: A health
26. Kossek EE, Pichler S, Bodner T, Hammer LB. impact assessment based on a meta-analysis.
Workplace social support and work-family Vol. 71, Occupational and Environmental
conflict: A meta-analysis clarifying the Medicine. BMJ Publishing Group; 2014. p.
influence of general and work-family-specific 871–7.
supervisor and organizational support. Pers 38. Widhawati D. Pengaruh Alat Bantu Manual
Psychol. 2011 Jun;64(2):289–313. Patient Handling NMR (Studi Kasus pada
27. Ozbay F, Johnson DC, Dimoulas E, Morgan Perawat terhadap Risiko dan Keluhan
CA, Charney D, Southwick S. Social support Musculoskeletal Disorders (MSDS) di Rumah
and resilience to stres: from neurobiology to Sakit Muji Rahayu). Universitas Airlangga;
clinical practice. Psychiatry (Edgmont) 2015.
[Internet]. 2007 May [cited 2019 Oct 39. Andersen LL, Burdorf A, Fallentin N, Persson
24];4(5):35–40. Available from: R, Jakobsen MD, Mortensen OS, et al. Patient
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/208060 transfers and assistive devices: Prospective
28 cohort study on the risk for occupational back
28. Bradley JR, Cartwright S. Social support, job injury among healthcare workers. Scand J
stres, health, and job satisfaction among Work Environ Heal. 2014;40(1):74–81.
nurses in the United Kingdom. Int J Stress 40. D’Arcy LP, Sasai Y, Stearns SC. Do assistive
Manag. 2002;9(3):163–82. devices, training, and workload affect injury
29. Cohen S, Wills TA. Stress, Social Support, incidence? Prevention efforts by nursing
and the Buffering Hypothesis. Vol. 98, homes and back injuries among nursing
Psychological Bulletin. 1985. p. 310–57. assistants. J Adv Nurs [Internet]. 2012 Apr
30. Eisenberger NI, Taylor SE, Gable SL, Hilmert [cited 2019 Oct 24];68(4):836–45. Available

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 67 dari 68


ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan e-ISSN : 2715-4432
Vol. 1, No. 1, Nopember 2019, hlm. 57-68
DOI https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.21

from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/217873
70
41. Hodder JN, MacKinnon SN, Ralhan A, Keir
PJ. Effects of training and experience on
patient transfer biomechanics. Int J Ind Ergon.
2010 May;40(3):282–8.

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember Hal 68 dari 68

Anda mungkin juga menyukai