Oleh :
MUHAMMAD FADEL
1921014
Dosen pembimbing :
Ninik Ambarsari S.Kep., Ns.,M.Kep.
Keluha : Keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan diri, sesak nafas dan keluarga
n
mengatakan pasien tidak mampu melakukan aktivitas secara normal karena karena
utama
tidak sadarkan diri.
Genogram
B1 : Breath/Pernapasan
Wawancara : -
Inspeksi : Penggunaan otot bantu napas, warna sputum kekuningan
Palpasi : fokal fremitus
Auskultasi : Suara napas ronchi
Perkusi : -
B2 / Blood / Sirkulasi
Inspeksi : sklera konjungtiva normal
Palpasi : Capilary refill time, akral hangat kering merah ictus cordis , kekuatan nadi Auskultasi : Irama
Jantung irregular
B6 / Bone/ Muskuloskletal
Inspeksi : skala kekuatan otot 1
Palpasi : -
Sistem Integumen
Warna kulit pucat
Endokrin
Keadaan tiroid : pembesaran, exfotalmus, miksedema , konsistensi tiroid, nyeri tekan tiroid
Terkait diabetes melitus : Kadar gula darah , luka ganggren, neuropati, napas bau aseton
Terkait pertumbuhan : perawakan, dwarfism, gigantisme,
Terkait hormon reproduksi : feminisme, maskulinisme, hirsustisme
Terkait hormon adrenal : moon face, bufallo hump
Personal Hygiene
Mandi , Keramas , Ganti pakaian, Sikat gigi ,Memotong kuku
Psikososiocultural
Ideal diri : persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau
nilai personal tertentu
Gambaran diri: sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar, termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
Peran diri : Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga (genogram), teman, rekan kerja, kepuasan dalam
menjalankan peran, efek penyakit terhadap status kesehatan, struktur dan dukungan keluarga, hubungan dengan
orang lain.
Harga diri: persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau
nilai personal tertentu
Identitas diri: kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari
semua aspek kopnsep diri.
Citra tubuh : kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi
masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman baru.
Orang paling dekat : keluarga, anak, istri, suami
dll Hubungan dgn lingkungan sekitar :
Keyakinan dan nilai : Latar belakang budaya/ etnik, status ekonomi dan perilaku kesehatan terkait budaya, hal yang
dianggap penting oleh pasien dan keluarga, pentingnya agama/ spiritualitas, dampak masalah kesehatan terhadap
spiritualitas, kemampuan menjalankan ibadah.
Koping dan toleransi stres : Sifat pencetus stres yang dialami baru baru ini, tingkat stres yang dipersepsikan,
gambaran umum dan khusus terhadap stres, strategi mengatasi stres yang biasa digunakan, perubahan kehidupan dan
kehilangan, strategi koping yang biasa digunakan, riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan psikologis
terkait stres.
Data Penunjang / Hasil pemeriksaan diagnostic Darah Lengkap/ Kimia klinik / Blood gas
analisa / Radiologis
Analisis Gas Darah, dengan hasil PH 7.50, PCO2 60 mmHg, Sat O2 88%.
Terapi Medis ( sudah jelas)
Muhammad fadel
NIM : 1921014
.............................................. ..........................................................
.... NIP ...... NIP :
ANALISA DATA
Data / faktor resiko Etiolo Masala
gi h
Data Subjektif (DS): Embolisme Ketidakefektifan
Keluarga mengatakan pasien tidak sadarkan perfusi jaringan otak
diri.
Data Objektif (DO):
Pasien nampak tidak sadar
Tingkat kesadaran koma, GCS: 3, E:1, V:1,
M:1
TTV: RR 28/menit, Nadi 90 x/menit, Suhu:
36 °C, TD 170/90 mmHg
Jumat , 02
Des. 2020 1. Mengobservasi keadaan pasien:
Fremitus dapat dirasakan dengan bagian basal dari jari-jari atau bagian ulnar jari.
Fremitus lebih jelas di daerah interskapula dibandingkan di lapangan paru bawah. Paru
kanan lebih jelas dibanding paru kiri. Fremitus menurun atau menghilang di atas
perikondrium dan di atas diafragma. Apabila pemeriksaan ini dilakukan pada
perempuan, geser payudara jika perlu. Fremitus akan meninggi pada konsolidasi paru.)
3). Perkusi
a). Melakukan dan melaporkan pemeriksaan perkusi dengan
benar (normalnya sonor, bila terdapat cairan berubah menjadi
pekak atau redup)
b). Melakukan dan melaporkan pemeriksaan peranjakan diafragma dengan benar
Gambar : pola perkusi dada posterior
4). Auskultasi
a). Melakukan teknik auskultasi dengan benar
b). Mengidentifikasi dan melaporkan suara napas dasar
(Vesikular: suara inspirasi lebih lama dibanding ekspirasi; Bronkovesikuler : suara
inspirasi dan ekspirasi ekual; Bronkial : suara ekspirasi lebih lama dibanding inspirasi;
Trakeal : Suara inspirasi dan ekspirasi seimbang)
1). Inspeksi
a). Menilai dan melaporkan inspeksi dada dalam keadaan statis (bentuk dada, kelainan
dinding dada, keterlambatan gerak, retraksi) dan dinamis (asimetri gerakan,
keterlambatan gerakan, retraksi, frekuensi, irama, kedalaman usaha napas, pola napas
abnormal)
2). Palpasi
a). Memeriksa dan melaporkan adanya nyeri tekan, massa (disertai deskripsi
massa), patah tulang b). Melakukan dan melaporkan pemeriksaan pengembangan
dinding dada
c). Melakukan dan melaporkan pemeriksaan fremitus taktil
dengan benar 3). Perkusi
a). Melakukan dan melaporkan pemeriksaan perkusi dengan
benar b). Menilai batas paru-jantung (Biasanya batas atas di ICS 2, batas
bawah kanan
di ICS 4, kiri ICS 5.
c). Menilai batas paru-hepar
Gambar : Pola perkusi dada anterior
4). Auskultasi
a). Melakukan teknik auskultasi
dengan benar Tujuan :
Mengkaji aliran udara melalui batang
trakeo-bronkeal Mengetahui adanya
sumbatan aliran udara
Mengkaji kondisi paru dan rongga pleura
b). Mengidentifikasi dan melaporkan suara napas dasar
c). Mengidentifikasi dan melaporkan suara napas tambahan
BUNYI INTENSI
NA DURA NADA TAS LOKASI
F BUNYI
SI EKSPIRA BUNYI
AS EKSPIRA
SI
SI
Sebag area paru
Vesikuler I>E rendah lembut kanan & kiri
Bronko- Spasium ICS 1 & 2,
vesi I=E sedang sedang percabangan
k bronkus & trakea
uler
Saraf Kranial
1). Test nervus I
(Olfactory) a).
Fungsi penciuman
b). Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda yang baunya mudah
dikenal seperti sabun, tembakau, kopi dan sebagainya.
c). Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.
2). Test nervus II ( Optikus)
a).Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang
b).Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh baca dua baris di koran,
ulangi untuk satunya. c). Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di kanan,
klien memandang hidung pemeriksa yang
memegang pena warna cerah, gerakkan perlahan obyek tersebut, informasikan agar
klien langsung memberitahu klien melihat benda tersebut, ulangi mata kedua.
3). Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)
a).Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III).
b).Test N III (respon pupil terhadap cahaya), menyorotkan senter kedalam tiap pupil mulai
menyinari dari arah belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan keduanya),
perhatikan kontriksi pupil kena sinar.
c).Test N IV, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm sejajar mid line mata,
gerakkan obyek kearah kanan. Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia, nistagmus.
d).Test N VI, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok.
4). Test nervus V (Trigeminus)
a).Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan bawah.
Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip
ipsilateral. Refleks kornea consensual maka gerakan
mengedip kontralateral.
Usap pula dengan pilihan kapas pada maxilla dan mandibula dengan mata klien
tertutup. Perhatikan apakah klien merasakan adanya sentuhan.
b).Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada
otot temporal dan masseter.
5). Test nervus VII (Facialis)
a).Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis, asin pahit.
Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien tidak boleh
menarik masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat.
b).Otonom, lakrimasi dan salivasi
c).Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk : tersenyum,
mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya
6). Test nervus VIII
(Acustikus) a). Fungsi
sensoris :
Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa berbisik di
satu telinga lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-kiri.
Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus, apakah dapat
melakukan atau tidak.
7). Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)
a).N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian ini sulit di
test demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi
M. Salivarius inferior.
b).N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum lunak, sensasi
pharynx, tonsil dan palatum lunak.
c).Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah simetris dan tertarik
keatas.
d).Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan tong spatel,
akan terlihat klien seperti menelan.
8). Test nervus XI (Accessorius)
a).Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah Sternocledomastodeus
dapat terlihat ? apakah atropi ? kemudian palpasi kekuatannya.
b).Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan test otot trapezius.
9). Nervus XII (Hypoglosus)
a). Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan
menelan b). Inspeksi posisi lidah (mormal,
asimetris / deviasi)
c). Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat dan minta untuk
menggerakkan ke kiri dan ke kanan.
c. Fungsi sensorik
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara pemeriksaan sistem
persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh sebab itu sebaiknya dilakukan paling
akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain (tetapi ada yang menganjurkan dilakukan
pada permulaan pemeriksaan karena pasien belum lelah dan masih bisa konsentrasi dengan
baik).
Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai perasaan geli (tingling),
mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa dingin (coldness) atau perasaan-
perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang keluhan motorik (kelemahan otot,
twitching / kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya) disajikan oleh klien sebagai keluhan
sensorik. Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:
1). Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada perlengkapan refleks
hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
2).Kapas untuk rasa raba.
3).Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk
rasa suhu. 4). Garpu tala, untuk rasa getar.
5). Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik
diskriminatif) seperti : a). Jangka, untuk 2 (two) point
tactile dyscrimination.
b). Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya), untuk
pemeriksaan stereognosis c). Pen / pensil, untuk graphesthesia.
d. Refleks
Menimbulkan reaksi refleks memungkinkan perawat untuk mengkaji integritas jalur-jalur
sensori dan gerak dari lengkung refleks dan segmen batang spinal spesifik. Pengujian refleks
tidak berarti menentukan fungsi saraf pusat. Saat otot dan tendon diregangkan selama
pengujian refleks, impuls-impuls saraf merambat sepanjang jalur saraf aferen ke bagian dorsal
segmen batang spinal. Impuls-impuls bergerak ke saraf motor eferen dalam batang
spinal. Kemudian sebuah saraf motor mengirim impuls kembali ke otot dan menyebabkan respon
refleks terjadi.
2).Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan lengan bawah
ditopang pada alas tertentu (meja periksa). Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m.
3).Refleks triceps
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps diketok dengan
refleks hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas olekranon).
Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi
ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu atau
mungkin ada klonus yang sementara.
4).Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang
diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar
fleksi kaki.
5).Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau digores
seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.
6).Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting. Ia hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari
tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon Babinski
timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang
normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
2).Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada klien
untuk mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan kedada secara
pasif. Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan
sendi lutut.
3).Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara pasif
akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
4).Tanda Kernig
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas. Kernig + bila
ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
5).Test Laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m.
ischiadicus.
13
Teknik pengkajian abdomen meliputi :
1). Inspeksi
a). Bentuk perut normal : datar, simetris (kurus/gemuk), perhatikan bila cembung
(membuncit) atau cekung, Bentuk perut menjadi besar dan tidak simetris kemungkinan
kehamilan, tumor dalam rongga perut, tumor ovarium, tumor kandung kemih. Perut
membesar setempat kemungkinan pembengkakan hati, ginjal, limpa atau kandung
empedu
b). Permukaan perut normal : nampak halus, lembut dengan kontur datar, melingkar atau
cekung.
c). Gerakan perut sesuai aktivitas pernafasan, mengempis saat ekspirasi, menggembung
saat inspirasi.
Gerakan perut yg berlawanan saat pernafasan dicurigai mengalami kelumpuhan diafragma
d). Kulit, perhatikan apakah ada jaringan parut, striae, bendungan pembuluh vena. Bila
terdapat pembesaran perut maka kulit perut menjadi tegang, licin dan tipis. Pada
keadaan setelah distensi berat menyebabkan kulit perut menjadi keriput. Pada keadaan
ikterik, kulit perut nampak kuning
e). Umbilikus normal datar atau berbentuk setengah lingkaran yang cembung, terletak di
tengah antara prosesus Xyphoideus dan simpisis pubis, menonjol atau tidak, perhatikan
adanya pengeluaran, hernia atau inflamasi
2). Auskultasi
Auskultasi menggunakan stetoskop untuk mempertajam pendengaran. Auskultasi
abdomen bertujuan untuk mendengarkan 2 suara perut, yaitu suara perut / peristaltik
oleh perpindahan gas atau makanan sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah
Lokasi auskultasi
abdomen Teknik auskultasi
abdomen :
a). Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan diafragma stetoskop
b). Tanyakan klien waktu terakhir makan, suara usus meningkat pada orang setelah makan
c). Bagian Diafragma stetoskop untuk mendengarkan suara usus, bagian Bell untuk suara
pembuluh darah d). Letakkan stetoskop dengan tekanan ringan pada tiap area 4 kuadran
perut, dengar suara peristaltik aktif
dan suara mendeguk (gurgling), normal terdengar tiap 5-20 detik dengan durasi kurang/
lebih dari 1 detik
15
Pemeriksaan pada klien yang mengalami ascites disebut sebagai Shifting dullness.
Tympani
Dullness
4). Palpasi
Sebelum memulai palpasi abdomen, tanyakan apakah ada bagian perut yang terasa
nyeri (spontan) tanpa palpasi, bila ada, daerah tersebut dipalpasi paling akhir.
a). Palpasi umum mencari tanda nyeri umum dan mengkaji ada/tidak massa atau benjolan.
Palpasi dilakukan pada 4 kuadran perut, perhatikan ekspresi wajah klien apakah ada
respon non verbal terhadap nyeri
b). Palpasi khusus
(1). Palpasi Hepar
Normal : hepar terdapat di belakang arcus costa sehingga tak teraba
Membesar : bendungan karena decompensasi cordis, malnutrisi, gangguan fungsi
hati atau radang hati
Teknik palpasi hepar :
(a). Berdiri disamping kanan klien, tangan kiri pada dinding thorax posterior
setinggi costa ke-11 atau 12, tekan ke atas sehingga mengangkat dinding dada
(b). Tangan kanan pada batas bawah costa kanan, paralel terhadap otot rektus abdominal
(c). klien ekspirasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 cm ke arah bawah costa, Jaga
posisi tangan, suruh klien inspirasi dalam, rasakan batas hepar bergerak menentang
tangan Anda.
(d). Bila hepar membesar, catat pembesaran berapa cm di bawah batas costa atau
berapa jari dibawah arcus costa
(2). Palpasi Lien
Normal : tidak teraba pada orang
Nyeri terjadi karena tekanan pada daerah ini menyebabkan udara/massa didalam colon
terregang
2). Palpasi
a). Kenakan sarung tangan dan beri pelumas pada jari telunjuk, perlahan masukkan ke dalam
anus dan rektum b). Palpasi dinding rektum, rasakan adanya nodul, massa, nyeri tekan
c). Pada pria, lakukan palpasi pada dinding anterior untuk mengetahui kelenjar prostat, normal
kelenjar prostat dapat teraba dengan diameter 4 cm dan tidak nyeri tekan
d). Pada wanita, lakukan palpasi servik uterus melalui dinding rektal anterior. Normal servik
teraba licin, melingkar, tegas dan dapat digerakkan
e). Selesai, tarik jari dari rektum dan anus, amati keadaan faeces pada hand scoon, normal tidak ada
darah
Palpasi prostat Palpasi serviks uterus
7. Sistem Muskuloskeletal (Bone)
Pengkajian muskuloskeletal terdiri dari inspeksi dan pengkajian terhadap rentang gerak sendi,
tonus otot, dan kekuatan otot.
Teknik pengkajian inspeksi terhadap kesan umum klien :
b. Observasi gaya berjalan, cara berdiri dan postur saat klien memasuki ruangan
c. Inspeksi kulit, jaringan subkutan di bawah otot, tulang dan sendi terhadap perubahan warna
yang tidak sewajarnya, pembengkakan atau massa
d. Observasi ekstremitas terhadap ukuran keseluruhan, deformitas, kesimetrisan, kemungkinan
fraktur
e. Kaji rentang gerak sendi, Buatlah tiap sendi mencapai rentang gerak normal, jangan paksa
sendi bergerak ke posisi yang menyakitkan. Bila sendi tampak bengkak, dan inflamasi,
palpasilah kehangatannya. Hasil pengkajian untuk luas rentang gerak sendi dituliskan bebas
atau terbatas (tuliskan pada sendi dimana ada keterbatasan)
f. Ukur massa otot : hypertropi, normal dan atropi
g. Kaji tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada berbagai
persendian secara pasif. Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara berganti-ganti dan
berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga yang agak menahan pergerakan pasif
sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.
Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. Keadaan otot disebut kaku.
Bila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama. Pada tiap gerakan pasif
dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana kekuatan otot tidak tetap tapi
bergelombang dalam melakukan fleksi dan ekstensi extremitas klien.
Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji tahanan
terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan tangan.
Normal, terhadap tahanan pasif yang ringan / minimal dan halus.
h. Kekuatan otot :
Kaji kekuatan otot pada semua ekstremitas. Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi
optimal yang diuji. Klien secara aktif menahan tenaga yang ditemukan oleh si pemeriksa.
Otot yang diuji biasanya dapat dilihat dan diraba.
Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memiliki nilai 0 – 5)
0 = tidak ada kontraksi sama sekali.
1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.
Kaji kekuatan otot pada semua ekstremitas.
8. Sistem Integumen
Integumen terdiri dari kulit, kuku, rambut, dan kulit kepala, menyediakan perlindungan
eksternal untuk tubuh, membantu meregulasi suhu tubuh, merupakan organ sensori untuk nyeri, suhu
dan perabaan.
a. Kulit
Pengkajian pada kulit meliputi :
1). warna : Sianosis, ikterik, perubahan pada
melanin 2). Kelembaban : Lembab, kering,
berminyak
3). Suhu : Dingin, hangat
4). Tekstur : Halus, kasar
5). Mobilitas (kemudahan lipatan kulit kembali pada tempat semula) :
Menurun pada edema 6). Turgor (kecepatan lipatan kulit kembali ) :
Menurun pada dehidrasi
d. Kulit kepala
Perhatikan kulit kepala : benjolan, lesi
9. Sistem Penginderaan
a. Mata
Teknik pengkajian mata :
1). Inspeksi
a). posisi & kesejajaran mata : Eksoftalmus,
strabismus b). Alis mata :
simetris/tidak
c). Kelopak mata : Bintil, ekstropion, ptosis, dll
d). Konjungtiva : normal berwarna merah muda, Anemic (pucat),
kemerahan
e). Sclera : Normal berwarna putih, kaji adanya ikterik (kuning)
Untuk memeriksa konjungtiva, dengan Cara : Klien melihat lurus ke depan, tarik
f). Pupil
(ukuran, bentuk, simetri) : normal (PBI : Pupil bulat, isokor), miosis (konstriksi pupil
sampai di bawah 2 mm), midriasis (dilatasi pupil sampai di atas 6 mm), anisokor
(reaksi/ reflek cahaya) : normal (positif : mengecil bila disinari), abnormal karena
kerusakan saraf ke tiga, negatif (klien meninggal)
Teknik memeriksa reflek cahaya :
(1). klien melihat lurus ke depan
(2). Pandangan mata pemeriksa sejajar dgn mata klien
(3).Gerakkan pen-light dari samping mata menuju ke mata (S/D), sinari mata, kmd
kembalikan ke samping mata. Amati perubahan ukuran pupil
g). Gerakan bola mata
Teknik pengkajian gerakan
bola mata (1). Px melihat lurus
ke depan
(2).Amati kedua mata tetap diam atau bergerak spontan (nistagmus : gerakan ritmis
bola mata, lambat bergerak ke satu arah, kembali dengan cepat)
(3).Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu deviasi
(4).Luruskan jari telunjuk anda, dekatkan 15-30 cm, mata klien mengikuti gerakan
jari anda ke 8 arah untuk menentukan fungsi 6 otot mata
h). Medan penglihatan
Teknik pengkajian medan penglihatan :
(1). Berdiri di depan
klien (2). Tutup mata
bergantian
(3).klien melihat lurus ke depan, fokus pada satu titik pandang (hidung anda)
(4).gerakkan jari anda pada suatu garis vertikal/dari samping, dekatkan ke mata klien
secara perlahan (5). Anjurkan klien memberitahu sewaktu mulai melihat jari anda.
Kaji mata sebelahnya.
i). Visus/ketajaman penglihatan
Teknik pengkajian ketajaman penglihatan :
1. Atur kursi tempat duduk klien dengan jarak 5/6 m dari kartu snellen
2. Tutup mata bergantian
3. Klien disuruh membaca mulai huruf yang paling besar ke yang kecil
4. Kemampuan deretan huruf mana yang masih dapat terbaca oleh klien
19
ischihara 2). Palpasi
a). Tekanan intraokuler (TIO)
Tekanan intraokuler dikaji pada klien/pasien dengan posisi duduk dan
memejamkan mata, palpasi pada kedua mata, bila TIO meninggi, mata teraba keras.
Pemeriksaan yang lebih teliti dengan alat tonometri
9
b). Retina
Untuk mengetahui susunan retina dengan alat optalmoskop
b. Hidung
1. Inspeksi dengan lampu kepala atau senter (periksa pada setiap sisi)
a. Kaji hidung eksternal
b. Kaji septum nasi (Posisi dan integritas) : deviasi, perforasi
c. Inspeksi melalui spekulum
d. Mukosa hidung (warna, sekret) : pembengkakan, polip, merah dan bengkak (rinitis)
2. Palpasi
Sinus : nyeri tekan (sinusitis)
Gangguan penciuman : mengetes bau-bauan di hidung Pasien/klien
c. Telinga
Organ pendengaran terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar terdiri
dari daun telinga berbentuk corong di sisi kepala ditambah dengan saluran telinga (liang
telinga) yang panjangnya pada orang dewasa bervariasi dekitar 2.5 – 3 cm. Bentuk saluran
telinga mirip ‘jam gelas’ yang menyempit di tengah, selain itu ia tidak lurus tapi lebih mirip
bentuk huruf S kurus. Cara pengkajiannya dengan menarik daun telinga ke atas, ke
belakang dan sedikit ke luar.
1). Inspeksi
a. Kaji telinga luar (aurikula) : kebersihan, abnormal
b. Inspeksi melalui spekulum otoskop
c. Lubang telinga : kotoran, serumen, peradangan atau benda asing
d. Membran timpani : bentuk, warna, kilau, perforasi, adanya darah/cairan
b. Perempuan
Genetalia eksterna perempuan terdiri atas mons pubis, Klitoris, Labia mayora dan
minora serta kelenjar- kelenjar, sedangkan genetalia interna terdiri atas vagina, uterus,
ovarium, dan tuba falopii.